Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 14 :

 AGUNG MEDIA
 MUHAMMAD ILHAM (11673102075)

ASPEK KEPRILAKUAN PADA AKUNTANSI SOSIAL

A. Pengertian Akuntansi Sosial


Istilah Akuntansi Sosial (Social Accounting) sebenarnya bukan merupakan istilah
baku dalam akuntansi. Para pakar akuntansi membuat istilah masing-masing untuk
menggambarkan transaksi antara perusahaan dengan lingkungannnya. Ramanathan
(1976) dalam Arief Suadi (1988) mempergunakan istilah Social Accounting dan
mendefinisikannya sebagai proses pemilihan variabel-variabel yang menentukan tingkat
prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Lee D Parker (1986)
dan Arief Suadi (1988) menggunakan istilah Sosial Responsibility Accounting, yang
merupakan cabang dari ilmu akuntansi. Sementara itu Belkoui dalam Harahap (1993)
membuat suatu terminologi Socio Economic Accounting (SEA) yang berarti proses
pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan
lingkungannya.
Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di
Indonesia menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS) sebagai
akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban sosial
perusahaan.
Sehingga Akuntansi sosial dapat didefenisikan sebagai penyusunan, pengukuran,
dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonimi dari perilaku yang
berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan. Walaupun akuntansi sosial berfokus
baik pada kinerja pemerintah maupun pelaku bisnis, pembahasan ini akan berkonsentrasi
pada akuntansi sosial sebagaimana diterapkan pada kegiatan bisnis. Dalam hal ini,
akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaporkan hubungan antara bisnis
dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas di mana
bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan , pelanggan, pesaing, dan
perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporam
dapat bersifat baik internal maupun eksternal.
Akuntansi sosial ini membahas mengenai dampak-dampak dari aktivitas
perusahaan terhadap masyarakat. Suatu pabrik kertas misalnya, tidak hanya
menghasilkan bubur kayu dan produk kertas melainkan juga limbah padat pencemaran
udara serta air. Di lain pihak, pabrik tersebut mungkin memberikan kontribusi kepada
komunitas dengan memperbolehkan karyawan mengambil waktu luang untuk pekerjaan
sosial atau dengan mendanai beasiswa universitas untuk siswa-siswa yang berprestasi.
Ditinjau dari perspektif ini, akuntansi sosial dapat dilihat sebagai pendekatan yang
berguna untuk mengukur dan melaporkan kontribusi suatu perusahaan kepada komunitas.

B. Sejarah Perkembangan Akuntansi Sosial


Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat
sosial dan biaya sosial konsep yang biasanya di abaikan oleh para akuntan tradisional.
Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui
bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.
Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat
dan biaya sosial dalam model teori ekonomi mikro neoklasik. Meskipun mereka
berusaha, manfaat dan biaya sosial dianggap sebagai anomali dan sebagian besar
diabaikan.
Pada tahun 1960an terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih
banyak orang yang menyadari dampak industrialisasi pada kualitas udara, air, dan tanah.
Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dengan mengendalikan
pembuangan limbah beracun. Hukum juga menetapkan standar untuk emisi polusi dan
memberikan sanksi kepada siapa saja yang melanggarnya.
Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah memaksa individu
dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial.
Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang
tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-
undang tersebut telah membawa dampak positif. Terdapat banyak perusahaan yang peka
akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan
sosial pada laporan-laporan keuangannya.

C. Tanggapan Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai “warga
Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan
menghasilkan produk-produk berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat,
memberikan kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir miskin.
Sejak tahun 1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan
kepekaannya terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif secara sosial. Manajemen
mulai menyadari bahwa mereka adalah bagian dari komunitas dan agara perusahaan
mereka dapat bertahan hidup, komunitas harus menjadi tempat yang sehat untuk hidup
dan bekerja. Dengan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial maka akan
tercipatanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan
menguntungkan kedua belah pihak dalam jangka panjang.
Disisi lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah
peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk menguranginya melalui ketidak
patuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan
tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak
ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-
undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya. Dipihak lain, banyak perusahaan
dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau
mencoba untuk menguranginya melalui ketidak patuhan. Dalam kasus ini, manajemen
mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang
perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif terhadap perusahaan
mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak sesuai dengan
manfaatnya.

D. Tanggapan Profesi Akuntan


Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah membahas bagamana
profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tangung jawab sosial perusahaan
sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960-an. Kemajuan utama dalam bidang ini di
buat sejak akhir tahun 1960-an dengan di berlakunya undang-undang yang menetapkan
program -program sosial pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya
menggunakan keahlian mereka untuk mengukur efektivitasdari program tersebut. Lebih
lanjut lagi, sesorang perlu mengukur ingkat respons perusahaan terhadap keprihatinan
yang di suarakan pada tahun 1960-an. Dengan demikian lahirlah akuntansi sosial.
Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para
akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan
bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik
dengan data-data ini

E. Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial


Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan
oleh A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C. Pigou adalah seorang ekonom
neo klasik yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam
ekonomi mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik
dalam ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan
seseorang tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama
produk sosial neto dan produk pribadi neto tidak merata.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial
terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa
yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi.
Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak
dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial
marginal sama dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model
ekonomi tradisional- dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal berasal
dari perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan
biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan
teori ekonomi tradisional. Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari
usaha-usaha untuk memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam
model akuntansi.
1. Teori Akuntansi Sosial
Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”,
K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk
akuntansi atas biaya dan manfaat sosial.
Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama,
untuk menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai
harus ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan
kontribusi atau apa yang merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa
kerugian seperti polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu
laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relatif mudah.
Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit
untuk menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan
kontribusi neto kepada masyarakat.

2. Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah
kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas
tiga langkah, yaitu :
a. Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
b. Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
c. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

3. Menetukan Biaya dan Manfaat Sosial


Cara untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat sosial adalah
dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengidentifikassi bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan
bagaimana hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi
diperiksa – mungkin ditemukan produk sampingan yang negatif diciptakan
bersama-sama dengan produk yang berguna. Pada titik ini dalam proses produksi
biaya sosial, seperti polusi udara dan air, kemungkinan besar akan muncul, yang
mengarah pada dampak negatif yang tidak dikompensasikan terhadap manusia.

4. Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat


Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan
dari kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada
manusia dapat dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi
mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
a. Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu
beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Seperti mengenai dampak
dari polusi, salah alokasi sumber daya, penyakit akibar pekerjaan, dan
berbagai peristiwa lainnya. Dalam hal pengukuran, adalah penting untuk
menentukan lamanya waktu tersebut. dampak jangka panjang sebaiknya
diberikan bobot yang berbeda dengan dampak jangka pendek.
b. Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan
sosial oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah
perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan
menguantifikasikannya.
Biaya-biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi,
fisik, psikologis, atau sosial.
1) Kerugian ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang
tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan
yang diderita oleh pekerja. Jelaslah, perhitungan ganda atas hilangnya
pendapatan dan produktivitas harus duhindari.
2) Kerugian fisik
Seperti kerugian yang berdampak kepada kesehatan fisik pekerja.
Menghitung nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang
sulit untuk dilakukan, tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-
manfaat yang tradisional.
3) Kerugian psikologis
Pada saat kesehatan pekerja terganggu sehingga berakibat berbagai
hal seperti kemampuan fisik pekerja yang sudah tidak maksimal yang
berdampak pada kinerjanya sehigga ia merasa terganggu psikologisnya.
4) Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai
akibat dari penyakit tersebut. keluarga tersebut dapat menjadi begitu
trauma sehingga terjadi perpecahan. Nilai sekarang dari seluruh dampak
ini bagaimanapun juga harus dihitung.

F. Pelaporan Kinerja Sosial


Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat
masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian,
sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi
sosialnya baik secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut
meliputi :
1. Audit Sosial
Audit sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan
yang mengikuti peraturan. Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar
aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor
sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak dari kegiatan sosial
perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok konsultan
internal maupun eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal biasa,
sehingga manajer mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka.
2. Laporan-laporan Sosial
David Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi
untuk digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial.
Linowes membagi laporannya kedalam tiga kategori :
a. Hubungan dengan manusia
b. Hubungan dengan lingkungan
c. Hubungan dengan produk
3. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang
saham disertai beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui
informasi yang dicantumkan dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai
kinerja sosial perusahaan secara komprehensif, karena kebanyakan in
formasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan
selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya
dan mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://iputuekaadiputra.blogspot.com/2015/12/akuntansi-sosial.html

http://dominique122.blogspot.com/2015/04/akuntansi-sosial.html

http://nurhalimahsaidisukses.blogspot.com/2014/12/aspek-perilaku-dalam-akuntansi-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai