Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

FARMASI PERAPOTEKAN

“Penyimpanan Obat dan Tata Cara Display Barang di Lemari Obat


Maupun di Swalayan”

Nama : Nur Dwi Lestari


NPM : 2017130035
Kelas : B – D3 Farmasi

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
Farmasi Perapotekan

“Penyimpanan Obat dan Tata Cara Display Barang di Lemari Obat Maupun di
Swalayan”

Nur Dwi Lestari (2017130035)

Mahasiswi Jurusan Farmasi D3, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta

ABSTRAK

Penyimpanan obat dan tata cara display barang di lemari obat maupun di swalayan.
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. Tata cara display barang di lemari obat
maupun di swalayan merupakan suatu penataan barang dalam suatu perbelanjaan dengan
tujuan untuk memberikan rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian yang
tidak direncanakan sebelumnya. Tujuan dari penyimpanan obat dan tata cara display barang
di lemari obat maupun di swalayan adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan
pencarian dan pengawasan. Metode penyimpanan obat dan tata cara display barang biasanya
diterapkan berdasarkan metode First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out
(FEFO), berdasarkan golongan obat, berdasarkan abjad ataupun berdasarkan data
farmakologi.

Kata kunci: Penyimpanan obat, Tata cara display obat, Tujuan, Metode.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pekerjaan
Kefarmasian adalah berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Salah satu sarana pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,dan
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Penyimpanan obat dan tata cara display barang di lemari obat maupun di
swalayan. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. Tata cara
display barang di lemari obat maupun di swalayan merupakan suatu penataan barang
dalam suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.
Tujuan dari penyimpanan obat dan tata cara display barang di lemari obat
maupun di swalayan adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan
yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan
pencarian dan pengawasan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Untuk mengetahui penyimpanan obat di apotek;
b. Untuk mengetahui tata cara display barang di lemari obat maupun di swalayan.

1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui cara penyimpanan obat di apotek;
b. Dapat mengetahui tata cara display barang di lemari obat maupun di Swalayan.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Penyimpanan Obat di Apotek


Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. Setelah
dilakukan penerimaan barang maka barang akan disusun pada tempat masing-masing.
Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada lemari obat-obat ethical yang terdiri
dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik, pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes,
tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga, inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan
dan lemari khusus untuk sediaan sirup. Perbedaan tempat penyimpanan tersebut
dilakukan untuk menghindarkan petugas dari kesalahan dalam mengambil obat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat menurut
PerMenKes No.73 Tahun 2016:
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat
nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
3.2 Tata Cara Display Barang di Lemari Obat Maupun di Swalayan
Tata cara display barang di lemari obat maupun di swalayan merupakan suatu
penataan barang dalam suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan
rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan
sebelumnya.
Salah satu area yang dapat memberikan keuntungan besar bagi apotek adalah
area swalayan. Untuk memaksimalkan fungsi dari area swalayan ini maka diperlukan
suatu strategi pembelian produk, penataan design layout serta pengelompokan kategori
produk yang tepat sehingga diharapkan akan meningkatkan minat konsumen untuk
datang dan berbelanja di apotek.
 Merchandising
Secara umum, merchandising adalah aktivitas untuk mendapatkan barang atau
jasa tertentu dan menjadikannya tersedia pada waktu, tempat, harga serta jumlah
yang bertujuan agar produk secara cepat sampai ke tangan konsumen. Ada 6 hal
yang berhubungan erat dan menjadi faktor penentu keberhasilan merchandising
yaitu:
1. Pembelian (Purchasing)
2. Pemberian harga (Pricing)
3. Kategori produk
4. Lay out & shelving
5. Tata letak (Display)
6. Promosi
 Point of Purchase Display
Point of Purchase Display (POP) merupakan suatu penataan barang dalam suatu
perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada konsumen
untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Display POP
adalah displai interior yang menyediakan informasi tambahan untuk iklim
apotek, dan menyajikan sebuah peran promosi penting kepada konsumen yang
akan berdampak positif terhadap penjualan produk. Karakteristik display POP
yang baik adalah :
a. Display harus beda dan punya nilai seni serta harus menarik perhatian dan
minat pengunjung.
b. Display harus menyenangkan dan pantas. Semua elemen hendaknya sesuai
sehingga pengaruh produk hanya satu dan unik.
c. Display harus sederhana. Hendaknya menyajikan sebuah pesan yang
sederhana yang dapat diterima dan dipahami oleh konsumen dengan cepat
Contoh material POP yang terdapat dia apotek antara lain adalah hanging
mobile, stopper dan wobbler.
 Struktur Merchandising dan Penataan Produk
Struktur merchandise dan penataan produk merupakan suatu cara untuk menata
produk sesuai standar yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menarik minat
konsumen. Pelaksanaan penataan yang bagus merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keberhasilan pelayanan dalam menjual produk. Ketentuan dalam
menentukan struktur merchandise dan penataan produk-produk di apotek antara
lain :
a. Semua vitamin golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas
terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Health.
b. Khusus vitamin yang mengandung bahan alami/ekstrak tidak dimasukkan ke
dalam kategori Traditional Medicine tetapi masuk ke dalam kategori
Vitamin & Mineral.
c. Semua jenis obat kumur (bahan alami/obat/kesegaran) dimasukkan ke dalam
kategori Beauty Care.
d. Obat gosok yang berupa jamu seperti minyak gosok (minyak tawon, minyak
kayu putih dll) tidak dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine
akan tetapi masuk ke dalam kategori Medicine.
e. Obat panas dalam dimasukkan ke dalam kategori Household.
f. Bedak dan lotion untuk gatal atau biang keringat atau antijamur dimasukkan
ke dalam kategori Baby Product.
g. Shampoo antiseptik atau antijamur dimasukkan ke dalam kategori Personal
& Beauty.
h. Sabun kesehatan atau antiseptik dimasukkan ke dalam kategori Personal &
Beauty.
i. Semua produk sediaan oral yang mengandung ekstrak bahan alam yang
diproduksi oleh non-perusahaan jamu maka dimasukkan ke dalam kategori
Food Supplemet sedangkan apabila diproduksi oleh perusahaan jamu maka
dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine.
j. Yang termasuk ke dalam kategori Traditional Medicine adalah sediaan oral,
selain sediaan oral maka dimasukkan ke dalam kategori Medicine.
k. Semua obat batuk, pilek, analgesik, dan antipiretik golongan oabt bebas
(lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke
dalam kategori Medicine sedangkan obat keras dimasukkan ke dalam
kategori Prescription.
l. Produk fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan alami yang telah
ada uji klinis.
m. Semua obat pencernaan golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan bebas
terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Medicine sedangkan
oabt keras dimasukkan ke dalam kategori Prescription.
n. Produk pemutih dimasukkan ke dalam kategori Skin Helaty.
o. Botol obat, pot salep, dan wadah bedak serta wadah lain dimasukkan ke
dalam Prescription subkategori war material & anmak.
p. Semua minuman kesehatan atau minuman yang berkhasiat obat dimasukkan
ke dalam kategori Household sub kategori minuman.
 Desain tata letak produk
Perencanaan tata letak produk sangat penting untuk mengembangkan kesan
yang baik dan pengoperasian ritel yang efisien. Perencanaan tata letak
produk setiap toko harus ditujukan untuk hal-hal berikut :
a. Efektifitas dalam melayani pelanggan sehingga memudahkan
pelanggan mencapai semua bagian di dalam apotek.
b. Efisiensi apotek dengan meminimalkan kegiatan atau pekerjaan untuk
menangani produk ke seluruh bagian apotek dengan tetap memastikan
tercapainya sasaran merchandising.
c. Memaksimalkan penjualan dan produktifitas apotek dengan
mengoptimalkan penyajian produk kepada pelanggan.
d. Membantu meningkatkan citra apotek melalui pengaturan lahan yang
optimal untuk penyajian kategori yang hendak ditawarkan kepada
pelanggan.
e. Membantu menjaga keamanan apotek.
Tahap perencanaan desain tata letak produk mencangkup desain tata letak
produk dengan mempertimbangkan target pasar dan jalur yang dibutuhkan
untuk berjalan sehingga dapat diperoleh area untuk berjualan, area
pelayanan dan area publik. Perencanaan desain juga perlu
mempertimbangkan zona terhadap area penjualan yang terdiri dari tiga zona
yaitu :
a. Area destination product (medicine)
b. Area image product (non-medicine)
c. Area impulse product

 Pengelompokan Produk
Pengelompokan produk merupakan komponen yang paling penting yang akan
berdampak terhadap efektifitas penyajian produk di dalam apotek.
Pengelompokan produk yang tidak tepat dapat membuat pelanggan bingung atau
bersusah payah untuk menemukan produk yang dicari. Pengelompokan produk
di dalam apotek perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Arus pelanggan yang dibuat secara khusus lurus karena letak gondola yang
berjajar.
b. Tipe pengelompokan produk berdasarkan fungsi produk dan tujuan untuk
menimbulkan motivasi pelanggan untuk masuk dan membeli.
c. Dalam penyajian atau pemajangan produk perlu diperhatikan penentuan
letak pajangan masing-masing kategori produk sesuai dengan karakter
produknya.
 Pemajangan Produk
Pemajangan produk bertujuan agar produk terpajang pada tempat yang baik
untuk mempermudah menemukan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan maupun
petugas. Untuk memajang suatu produk maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kebutuhan konsumen
b. Ketersediaan obat
c. Posisi atau letak susunan barang
d. Kenyamanan
 Jenis-jenis Sarana Display
Sarana displai digunakan untuk memajang barang-barang yang terdapat pada
area swalayan apotek. Jenis dan jumlah sarana displai yang dipakai pada area
swalayan dipikirkan dengan baik sehingga area swalayan dapat memajang
barang dalam jumlah yang banyak tanpa menggangu tata ruang apotek maupun
arus pelanggan yang datang ke apotek. Jenis-jenis sarana displai yang digunakan
di apotek antara lain adalah:
a. Island gondola
Island gondola merupakan area pajangan secara umum yang digunakan
untuk memajang semua produk bukan resep, baik yang termasuk kategori
medicine maupun non-medicine. Fungsi regular gondola adalah untuk
menempatkan dan memajang semua produk yang dijual yang tidak termasuk
kategori obat resep.
b. End gondola
End gondola adalah bentuk pajangan dimana gondola diletakkan di bagian
ujung. End gondola ini mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah
digunakan untuk menonjolkan suatu produk tertentu atau untuk promosi,
serta bisa juga digunakan sebagai sarana pajangan yang disewakan dalam
periode waktu tertentu kepada pihak yang menyewa.
c. Floor display / offer block
Definisi dari floor display / offer block adalah bentuk pemajangan produk
dengan cara menata produk di atas palet dengan ukuran tinggi sekitar 15 cm.

d. Slat wall

Definisi slat wall adalah bentuk pajangan yang menggunakan gantungan yang
diletakkan pada sarana khusus di dinding yang digunakan, misalnya kolom,
dinding kosong, wall/end gondola perforate.
e. Clip strip dan perforated
Definisi dari clip strip adalah bentuk pajangan yang dilakukan dengan cara
menggantung produk pada alat gantungan khusus yang telah disediakan. Fungsi
dari clip strip adalah sebagai sarana pemajangan untuk produk kategori
berlainan dengan kelompok kategori produk disekelilingnya, namun masih
saling berkaitan dan melengkapi dalam penggunaanya.
f. Wing display
Fungsi dari wing display antara lain sebagai sarana pemajangan produk dengan
kuantitas besar dan hendak ditonjolkan, namun kuantitas tidak mencukupi
untuk dipajang di floor display dan tidak punya harga jual promosi. Selain itu
wing display dapat berfungsi sebagai pemecah perhatian di lorong gondola dan
sebagai sarana penggabung kategori produk yang berlainan tetapi masih saling
terkait dan saling melengkapi dalam penggunaannya.
g. Check out counter / counter prescription
Definisi dari check out counter adalah counter penerimaan resep yang pada
prinsipnya digunakan hanya untuk menyimpan persediaan obat resep dengan
menggunakan kotak penyimpanan yang telah ditentukan (kotak mika). Bagian
counter tertentu didekat meja kasir, bila dipergunakan sebagai sarana pajangan
untuk produk non resep (baik obat maupun bukan) yang mempunyai karakter
sebagai produk utama.

2.2 Suhu Penyimpanan Obat


Ruang penyimpanan terbagi menjadi beberapa kategori yaitu:
a. Suhu kamar (>25˚C), seperti sediaan padat atau oral dan alkes;
b. Suhu sejuk (15˚C – 25˚C), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi,
tetes mata, tetes telinga, salep mata;
c. Suhu dingin (2˚ – 8˚C), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan
suppositoria, insulin, dan serum;
d. Suhu cool box (8˚ – 15˚C), pada obat-obat tertentu seperti propiretik suppo.
Penggunaan instruksi mengikuti label dikategorikan sebagai berikut:
a. Jangan disimpan pada suhu diatas 30˚C bermakna penyimpanan dari suhu 2˚C
hingga 30˚C;
b. Jangan disimpan pada suhu diatas 25˚C bermakna penyimpanan dari suhu 2˚C
hingga 25˚C;
c. Jangan disimpan pada suhu diatas 15˚C bermakna penyimpanan dari suhu 2˚C
hingga 15˚C;
d. Jangan disimpan pada suhu diatas 8˚C bermakna penyimpanan dari suhu 2˚C
hingga 8˚C.
Macam-macam suhu penyimpanan obat:
a. Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8˚C. Lemari pendingin memiliki suhu antara
2˚ – 8˚C sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20˚ s/d -10˚C;
b. Sejuk adalah suhu antara 8˚ s/d 15˚C. Kecuali dinyatakan lain harus disimpan
pada suhu sejuk dapat disimpan dilemari pendingin.
c. Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu
yang diatur antara 15˚ s/d 30˚C.
d. Hangat adalah suhu antara 30˚ s/d 40˚C.
e. Panas berlebih adalah suhu diatas 40˚C.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat;
b. Tata cara display barang di lemari obat maupun di swalayan merupakan suatu
penataan barang dalam suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan
rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak
direncanakan sebelumnya;
c. Tujuan dari penyimpanan obat dan tata cara display barang di lemari obat
maupun di swalayan adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan;
d. Metode penyimpanan obat dan tata cara display barang biasanya diterapkan
berdasarkan metode First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out
(FEFO), berdasarkan golongan obat, berdasarkan abjad ataupun berdasarkan data
farmakologi;
e. Tata cara display barang di lemari obat maupun di swalayan terdiri dari
Merchandising, Point of Purchase Display (POP), struktur Merchandising dan
penataan produk, desain tata letak produk, pengelompokan produk, pemajangan
produk dan jenis-jenis sarana display.
DAFTAR PUSTAKA

a. PerMenKes No.73 Tahun 2016 Tentang Apotek


b. PerBPOM No.4 Tahun 2018
c. Farhan, idil. 2014. Jurnal laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Kimia Farma.
Universitas Indonesia: Depok.
 Link
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2
ahUKEwj4muS3hOjlAhUMeisKHbfqAQ8QFjAAegQIABAC&url=http%3A%2F
%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F2015-6%2F20390893-
PRIdil%2520Farhan.pdf&usg=AOvVaw1MvwUo9KRd9phb9tJnisie

Anda mungkin juga menyukai