Anda di halaman 1dari 113

Sumber Protein

(Golongan 5)
DEPARTEMEN NUTRISI TERNAK DAN
TEKNOLOGI PAKAN
Pakan kelas 5: kelas ini mengikusertakan
bahan yang mengandung protein kasar 20%
atau lebih dari bahan berasal dari hewan
(termasuk bahan yang disilase), bungkil,
gluten dll
Sumber pakan protein:
• Hewani
• Nabati

Definisi
• Sumber protein merupakan pakan yang
mengandung protein kasar 20% yang
terdapat pada hewan maupun tumbuhan
misalnya, bahan pakan yang berasal dari
hewan (termasuk bahan yang disilase),
bungkil-bungkilan dan beberapa bahan
lain.

Definisi
• Cake = bungkil
• Beans (biji leguminose) Khususnya tanaman dari genus
Phaseolus, Dolichos, dan Vigna.
• carcass meat trimmings Jaringan lunak didapat dari
hewan yang disembelih. Jaringan tersebut meliputi
"straite", tulang, dan otot jantung, tetapi mungkin
meliputi juga lemak, kulit, otot, saraf dan pembuluh-
pembuluh darah.
• Tankage adalah carcass residue, mammals sisa dari
karkas tidak termasuk rambut, kuku, tanduk dan isi
saluran pencernaan serta dengan darah. (Bila tulang
disertakan, istilah sisa karkas dan tulang digunakan).

Istilah-Istilah
• Tepung ikan
• Tepung daging dan tulang (MBM)
• Tepung daging
• Tepung bulu yang telah dihidrolisis (PM)
• Tepung limbah unggas (PBM)
• Tepung darah (BM)
• Susu Skim

Pakan Sumber Protein


Hewani
• Kandungan level asam amino lisin, metionin dan
treonin sedang sampai tinggi
• Bila diproses dengan benar, asam amino yang tersedia
cukup tinggi
• Merupakan sumber yang kaya akan fosfor, kalsium
dan mineral mikro
• Kadar vitamin B-kompleks yang lebih tinggi
• Vitamin B12 terdapat pada pangan asal hewani

Keuntungan utama
penggunaan tepung hewani
• Produksi tepung ikan tertinggi Peru,
kemudian Chili
• Dalam ransum sebagian besar dari jenis
anchovetta dari Peru dan Chili
• Tepung ikan menhaden sejenis teri
dihasilkan di daerah “Gulf of Mexico” dan
pantai Atlantik
• Sumber protein yang cukup baik untuk
unggas
Tepung Ikan
• Kandungan asam amino yang
menonjol arginin, glisin, leusin,
isoleusin, lisin dan valin
• Protein 57 % - 70%
• Kualitas tepung ikan bervariasi
tergantung pada kondisi pengolahan di
Pabrik

Tepung Ikan
Nutrien Ancho Hering Menha Red Sardine Tuna White
vetta den Fish Fish
PK (%) 65,0 70,0 60,0 57,0 65,0 62,0 63,0
Lemak (%) 4,0 7,0 8,0 8,0 4,0 7,0 2,0
SK (%) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Abu (%) - 12,0 20,0 26,0 19,0 20,0 22,0
Ca (%) 4,0 3,0 5,0 7,7 4,5 4,0 6,5
P (%) 2,6 2,0 3,0 3,8 2,4 2,5 3,5

Kandungan Nutrien
Tepung Ikan
• Berasal dari jenis ikan kecil
maupun besar.
• Tepung ikan yang baik bila
kadar lemak <10% dan tidak
asin.
• Tepung ikan lokal dengan
bahan kering 20%
mengandung PK 55-58%,
sedangkan impor 60%
• Pemakaian untuk unggas 10-
15%.
• Kaya dengan metionin dan
lisin
T Ikan Abu PK L C P Na
K a CL
Impor 23 63 10 5, 3 2
Lokal 30 56 9 5 3 7
• Residue protein sesudah proses ekstraksi kandungan
air dan lemak pada proses rendering
• Tidak termasuk darah ,rambut, kuku, tanduk, dan
feses
• Warna kuning emas sampai kecoklatan berbau
daging segar
• Sumber asam amino formulasi ransum unggas, babi.
• Tahun 1997, FDA melarang pakan protein
ruminansia untuk ternak ruminansia

Tepung Daging dan


Tulang/Meat Bone Meal (MBM)
Nutrien Kandungan (%)
Protein 50%
Lemak 10%
Serat (Maksimum) 3%
Kalsium (Maksimum) 2,2 kali fosfor
Fosfor (Minimum) 4%
Kandungan air (maksimum) 10%
Resdiu yang tdk dicerna pepsin 14%
(maksimum)

Kandungan Nutrien MBM


• Sisa protein padat dari hasil rendering
• Tidak mengandung darah, tulang atau benda lainnya
• Warna kuning emas kecoklatan
• Bau khas daging segar
• Prosesing berpengaruh terhadap kecernaan asam amino
• Sumber protein untuk ternak unggas, babi
• Daging dari ternak ruminansia tidak boleh diberikan pada
ternak ruminansia

Tepung Daging / Meat


Meal (MM)
Nutrien Kandungan (%)
Protein 55%
Lemak 10%
Serat (Maksimum) 3%
Kalsium (Maksimum) 2,2 kali fosfor
Fosfor (Minimum) 4%
Kandungan air (maksimum) 10%
Resdiu yang tdk dicerna pepsin 14%
(maksimum)

Kandungan Nutrien MM
• Tepung daging berasal dari
sisa-sisa daging yang tidak
dikonsumsi manusia,
biasanya melekat pada kulit
dan tulang dalam bentuk
tetelan, sehingga seringkali
dalam bentuk tepung daging
dan tulang (MBM)
• Dibuat dengan pemasakan
tangki terbuka (Meat
Scrap), PK 50-55% P
>4,4% maka namanya meat
bone scrap
• Bahan baku dimasak pada
tangki tertutup (tankage).
PK 60% dan banyak
mengandung vitamin B.
bahan baku tankage tidak
boleh mengandung bulu,
kuku, tanduk, kotoran dan
isi perut.
• Penggunaan pada unggas
<10%
• PK 61,13%, LK 11,75%,
SK 2,71% BETN 0,68%,
Abu 23,73%
• Produk dari limbah peternakan hasil pemotongan ayam
• Potensi sebagai pakan sumber protein karena kandungan
protein bulu ayam sangat tinggi yaitu sebesar 80 -85% .
• Defisien metionin dan lisin, kandungan isoluesin yang cukup
baik
• Umur 3 minggu adalah sekitar 4 % berat tubuhnya, 7 persen
pada umur ≥4 minggu
• Bulu ayam tersebut tersusun dalam bentuk keratin
• Keratin merupakan protein serat (fibours protein) sistin lebih
dari 15 persen,
• Tidak berarti jika tidak diproses terlebih dahulu.
• Pengolahan dihidrolisis  Pemasakan bertekanan, asam, basa,
ferementasi,

Tepung Bulu Terhidrolisis


Nutrien Kandungan
Protein 80 %
Lemak 5%
Serat (maksimum) 4%
Abu 4%
Fosfor 0,75 %
Kandungan Air (maksimum) 10 %
Kecernaan pepsin (minimum) 75 %

Kandungan Nutrien
• Bahan dasar dari darah segar dari RPH
• Air dipisahkan melalui pengeluaran air, diikuti
oleh pengeringan (flash drying/spray drying)
• Spray drying metode yg menghasilkan kecernaan
tinggi
• Kecernaan lisin pengeringan ring<pengeringan
flash<pengeringan spray
• Kandungan protein 80 – 85%

Tepung Darah/Blood Meal


(BM)
• Darah sapi akan diperoleh
7,7% darah segar dari bobot
badan, domba dan kambing
6,2% dari bobot badan dan
babi 3,5% darah segar dari
bobot badan (Siagian, 1994).
Kandungan Nutrien Tepung Darah
Nutrien Kandungan
Protein 85%
Lemak (min – mak) 0,5 – 2,0 %
Serat (maksimum 2%
Abu 5%
Kandungan Air 10 %
(maksimum)
Total Lisin 6%
Ketersediaan Lisin 80 – 90%
Ring and Flash dryer
• Disebut Susu Bawah
• Air susu yang diambil lemaknya
• Untuk anak-anak ternak yg masih menyusui atau
beberapa saat setelah disapih
• Untuk menyempurnakan ransum dari kekurangan
zat makanan misalnya asam-asam amino esensial
• Produk cair, tepung atau kental

Susu Skim
• Susu lengkap dikurangi protein susu (pada
pembuatan keju atau kasein
• Protein yang tinggal sekitar 0,9%
• Bentuk cair, kental dan kering (tepung)
• Kaya akan laktosa, 65% dalam produk kering
• Dalam bentuk kering kadar protein ± 13,1% (dari
pembuatan keju), 13,5% (dari pembuatan kasein)

Whey
• Ampas bir (brewers grain) merupakan limbah yang diperoleh
setelah cairan bir (wort) dipisahkan dari gandum dan biji-
bijian yang ditambahkan melalui proses pemerasan.
• Proses produksi wort dibagi 4 tahap, yaitu: proses
perkecambahan (malting), proses pemasakan (mashing), proses
penggilingan (milling), dan proses penyaringan (filtration).
Industri pembuatan bir dapat menghasilkan 60% ampas bir
kering atau 15% ampas bir basah.
• Seratus kg barley dapat menghasilkan 110 – 130 kg ampas bir
dengan bahan kering kurang dari 20%.
Barley

Kecambah dan
Sekam malt (3-5
kg)

Barley Malt

Perkecambahan
Ampas Bir

Wort

Ragi Bir + Hops + Pemasakan dan Penyaringan


ampas

Bir

Hops+ragi fermentasi
• Menurut Church (1991),
kandungan protein kasar
ampas bir cukup tinggi,
yakni antara 27 – 29% dan
kandungan asam-asam ami
nonya cukup berimbang.
• Ampas bir memiliki total
kandungan zat-zat makanan
yang dapat dicerna (Total
Digestible Nutrient) yang
cukup tinggi, yaitu sebesar
70% (Church dan Pond,
1988).
• Kandungan serat kasar
ampas bir relatif tinggi,
yakni antara 18 – 19%.
Kandungan NDF (Neutral
Detergent Fiber) ampas bir
cukup /tinggi, yakni sebesar
46%, kandungan lignin
sebesar 6%, dan kandungan
ADF (Acid Detergent Fiber)
sebesar 24%.
• Ampas bir segar memiliki
kandungan air sekitar 70 –
80% dan untuk ampas bir
kering sekitar 10%.
• Ampas bir digunakan sebagai pakan sapi dan domba.
• Ampas bir dapat digunakan sebagai pengganti hijauan
maupun konsentrat dalam sapi perah, sehingga ampas bir
dapat mempengaruhi konsentrasi VFA dan NH3 rumen.
• Pemberian ampas bir untuk sapi perah dalam bentuk bahan
kering adalah 20 – 30 lbs (setara dengan 9 – 14 kg).
• Penggunaan ampas bir dalam ransum 3% terhadap
pertumbuhan sapi FH menunjukkan memberikan pengaruh
yang baik terhadap pertambahan bobot badan per ekor per
hari.
• Biji kedele sangat disukai
ternak
• Pemakaian terlalu tinggi
tanpa hijauan berdampak
negatif pada kandungan
Vitamin A
• Mengandung zat
penghambat proteoase yang
bila bergabung dengan
tripsin membentuk
kompleks yang tidak aktif.
• Perlakuan pemanasan 250 F
selama 2,5-3,5 menit .
• Kandungan protein rata-
rata 37,9%, LK 18% dan
SK 5%.
• Varietas kedele hitam
mengandung lemak lebih
rendah dibandingkan
kuning.
• Kedele agak rendah
kandungan Ca (0,25%)
dan P 0,59%.
• Defisiensi vitamin D dan
tidak mengandung
Caroten.
• Antitripsin adalah suatu glukoprotein yang
diketahui sebagai inhibitor serum tripsin.
• Dapat menganggu pernafasan dan ganguan hati.
• Antitripsin banyak ditemukan di kacang kedele,
tapi tidak atau sedikit sekali pada bungkil kacang
kedele
• Perlakuan fisik, kimia dan biologi dapat
menurunkan kadar antitripsin

Antitripsin
• Bungkil kedele merupakan
limbah dari industri minyak
biji kedele, sangat disukai
ternak.
• Kndungan protein 41% dan
LK 4,8%.
• Mengandung serat kasar
rendah.
• Kalsium 0,27%, P 0,63%
• Penggunaan pada ransum
ayam 5-20%
• Kadar proteinnya
berkisar antara 43 –
51%
• Hasil ikutan dari
pembuatan minyak
kedelai
• Bungkilnya masih
mengandung minyak
sekitar 1%
• Rendah kandungan vit
B1

Bungkil Kedelai
• Secara garis besar pembuatannya
ada 2 macam :
a. Secara mekanis dengan tekanan
 hidraulik maupun ekspeler
b. Secara kimiawi  bahan pelarut
lemak
Kulit nya dapat dibuang /tidak
• PK secara kimiawi > secara
mekanis
• Pembuangan kulit PK lebih tinggi
SK rendah
• Keseimbanagn Asam amino
cukup baik (kecuali metionin)

Bungkil Kedelai
• Kandungan protein bungkil kedele yang diperoleh dengan cara
mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4.8%,
sedangkan yang diperoleh dengan pelarutan mempunyai
kandungan lemak sebesar 1.32%. Bungkil kedele mengandung
serat kasar lebih rendah dibandingkan bungkil biji kapas.
• Bungkil kedele agak rendah mengadung kalsium (0.27%).
Kandungan phospor lebih rendah dibandingkan dengan
bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0.63%.
• Seperti biji kedele, bungkil kedele tidak menyediakan carotin
dan vitamin D. Bungkil kedele tidak kaya riboflavin tetapi
kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan
butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi. Kandungan
thiamin bungkil kedele sama dengan butiran lainnya.

Nutrien
• Allergenic, Goitrogenic dan faktor antikoagulant
• Antinutrisi  protease inhibitor (6 jenis)
Kunitz anti-trypsin factor dan Brown-Birk Chymotrypsin
inhibitor protease inhibitor pada kacang kedelai mentah/
bungkil kedelai yang diproses tanpa pemanasan 
penghambat pencernaan protein, hyperactivitas pancreas,
penghancur metionin
• Penghambat dapat dinonaktifkan pemanasan/penyangraian
• Penyaringan tak terkontrol overheating  ketersediaan lisin
dan arginin berkurang

Bungkil kacang Kedelai mengandung


sejumlah racun perangsang dan
penghambat
Nutrien Mekanis Kimiawi Kimiawi Tanpa
kulit
Bahan Kering (%) 90,0 89,0 89,8
Protein (%) 43,8 45,8 50,9
Lemak (%) 4,7 0,9 0,8
Serat Kasar (%) 6,0 6,0 2,8
BETN 29,8 30,5 29,7
Abu 5,7 5,8 5,6
Ca 0,27 0,30 -
P 0,63 0,59 -

Kandungan Nutrien
Bungkil Kedelai
• Biji karet mempunyai kulit biji keras
berwarna coklat
• Berat biji karet 3 – 5 g/biji
• Biji karet mengandung sianida (± 300
mg/100g biji karet
• Sianida dapat dihilangkan direndam
selama 24 jam dan direbus selama ½ jam

Biji dan Bungkil Biji Karet


• Ampas tahu merupakan
limbah dari pabrik tahu
• Jumlah ampas tahu
yang dihasilkan
berselang 25-67%
dengan rata-rata
39,02%. TDN 21-24%
• Kandungan air ampas
tahu tinggi yaitu
88,95%.

Ampas Tahu
Ampas Tahu
• Hasil ikutan dari pabrik tahu
• Jumlah ampas tahu yang
dihasilkan 25 – 67% dgn
rataan 39,02%
• Kandunga air tinggi sekitar
88,96%
• Kandungan nutrien :
a. BK 11,04%,
b. Abu 11,04%,
c. Protein 26,81%,
d. Lemak 3,25%,
e. SK, 7,79%
f. BETN 43,93%
g. Ca 0,47%
h. P 0,18%
• Penggunaan di lapangan
ampas tahu berkisar
antara 12%-95% .
• Kandungan TDN 21-
24%.
• Hasil ikutan dari
pembuatan kecap
• Ampas kecap
59,7% dari bahan
baku kedelai
• Protein berkisar 21
– 43%

Ampas Kecap
• Ampas kecap dihasilkan
sebesar 59,7% dari bahan
baku kedele. Ampas ini
disukai ternak.
• Ampas kecap mengandung
protein 21-34% bergantung
proses pengolahan
• Pembatasan penggunaan
ampas kecap diakibatkan
karena kadar garam yaitu
3,15%. Batas maksimum
penggunaan garam untuk
rasnum ayam adalah 0,25%.
• Tingginya kandungan garam
mengakibatkan
meningkatnya eksresi air dan
kadar klorida dalam urin
sehingga dapat
menyebabkan oedema atau
busung air.
• Penggunaan ampas kecap
untuk ayam sekitar 15%.
Babi sampai 21% tidak
menghambat pertumbuhan.
Dan gangguan kesehatan.
• Usaha untuk meredam kadar
garam yaitu dengan cara
direndam dalam air.
PROSES PEMBUATAN KECAP
DLL
BIJI KEDELE
KECAP
DIREBUS MANIS

DITIRISKAN, DISIMPAN 3-5 KECAP


HARI MANIS
SEDANG
DIMASUKAN DLM WADAH, DITAMBAH
AIR & GARAM, DISIMPAN 7 HARI
KECAP
ASIN
DIPISAHKAN
DIOLAH LEBIH LANJUT
AMPAS MENJADI KECAP
KECAP SESUAI JENIS PRODUK
DAN RESEP

LARUTAN SARI KEDELE


• Bungkil kelapa masih
mengandung minyak
bervariasi 2,5-6,5.
• Bahan pakan ini mudah
tengik
• Kandungan seratnya
cukup tinggi dapat
mencapai 12%
• Rendah asam amino
lisisn dan histidin
• Kandungan PK 20,5, LK
6,7, SK 12, Ca 0,18 dan
P 0,28 dengan EM 1650.
• Bungkil kelapa bisa
digunakan untuk unggas
maksimum 20%, babi
40-50%, ruminansia
30%.
• Hasil ikutan ekstraksi minyak
dari daging kelapa (kopra)
• Banyak didaerah tropis
• Faktor pembatas :
a. ketidak seimbangan asam
amino defisien asam amino
lisin dan histidin
b. Serat kasar cukup tinggi
12%  ternak monogastrik
perlu dibatasi
c. lignin
• Untuk unggas dan babi ≤ 20%

Bungkil Kelapa
• Hasil ikutan minyak
kacang tanah
• Kadar protein 45 – 55%
• Kualitas dipengaruhi :
a. Pengolahan
b. Materi yang sedang
diolah (ikut tidaknya
kulit)
c. Pemalsuan

Bungkil Kacang Tanah


Komposisi A B
Bahan kering (%) 89,9 89,9
Protein kasar 18,5 20,9
BETN 37,3 46,2
Serat Kasar 14,4 10,5
Lemak 12,4 5,8
Abu 6,4 6,5
Ca 0,08 0,16
P 0,52 0,55

Kandungan Nutrien Bungkil


Kelapa
• Ketidak seimbangan asam amino 
defisien asam amino lisin
• Media yang baik untuk jamur yang tidak
diinginkan  Aspergillus flavus 
a. Racun aflatoksin B dan G
b. Aflatoksin B1  Racun karsinogenik

Faktor Pembatas
• Aflatoxin adalah mikotoksin yang dikeluarkan secara
natural oleh jamur Aspergillus.
• Tahun 1960 di Inggris selatan dan timur terjadi
kematian 100.000 kalkun muda mati dan pada waktu
itu dinamakan turkey disease.
• Karakteristik turkey disease :
hilang nafsu makan, lemah badan, sayap lemak, mati
dalam waktu 1 minggu

Aflatoxin
Dengan tanda kepala melengkung ke belakang, leher
dan kaki memanjang kebelakang
• Post Mortem
Liver haemorrhages, liver necrotic, lesion dan
ginjalnya membengkak.
• Histophatologi
sel parenchyma hati degenerasi, sel ephithelium
saluran empedu juga degenerasi
• Disurvai ternyata berasal dari pabrik makanan yang
menyalurkan bungkil kacang tanah berasal dari Brazil,
yang mengandung Aflatoxin.
Aflatoksin
• Pada babi Menyebabkan
a. Kulit pucat
b. Nafsu makan hilang
c. Meningkatnya enzim alkalinfosfatase dlm
serum mereduksi vit A dlm hati hati pucat
• Pada ayam 400 ppb dlm ransum  belum
menunjukkan dampak negatif
• 800 – 1600 ppb  menyebabkan hati ruksak

Aflatoksin
Nutrien Jabar Jateng Jatim
Bahan kering 88,74 90,84 88,04
Protein Kasar 26,07 40,34 40,96
Serat kasar 4,44 12,01 5,86
Lema Kasar 6,62 12,26 14,52
BETN 45,82 19,49 22,84
Abu 5,80 6,83 3,48
Ca 0,11 0,18 0,13
PKandungan Nutrien
0,40 0,56 0,58

Bungkil Kacang Tanah


• Biji karet mempunyai kulit biji keras
berwarna coklat
• Berat biji karet 3 – 5 g/biji
• Biji karet mengandung sianida (± 300
mg/100g biji karet
• Sianida dapat dihilangkan direndam
selama 24 jam dan direbus selama ½ jam

Biji dan Bungkil Biji Karet


• Hasil ikutan pembuatan minyak karet
• Tekanan hidraulik 40% minyak, 50%
bungkil dan 6% bahan hilang
• Penggunaa bungkil biji karet 0 – 20% pada
ayam petelur cenderung memperlihatkan
penurunan meskipun tidak nyata

Bungkil Biji Karet


Nutrien BKM1 BKD1 BBK1 BKK2 BKD2 BBK2
Air (%) 3,6 - 5,7 7,00 6,45 9,04
PK (%) 27,0 - 34,3 17,25 16,07 20,09
LK (%) 32,3 - 14,3 42,23 37,90 33,07
SK (%) - - - 5,67 6,13 4,43
BETN - - - 24,40 21,39 28,06
(%)
Abu 2,4 - 3,0 3,37 2,06 5,31
Sianida 330 8,9 3,44 - -
(mg/g)
1. Balai penelitian Gizi Bogor, BKM = Biji Karet Mentah, BKD = Biji karet Dimasak
dan dikeringkan, BBK = Bungkil Biji Karet,
2. Darmayanti (1973), BKK = Biji karet Kering, BKD = Biji Karet Direndam dan
dikeringkan, BBK =Bungkil Biji Karetr

Komposisi Biji dan Bungkil Biji Karet


• By product pembuatan minyak biji kapas
• Protein 41 – 50% (Biji kapas PK 26 %, lemak 25%)
• Kadar zat makana dipengaruhi oleh :
a. Konsentrasi kulit biji kapas
b. Cara prosesing  menggunakan pelarut (Kimiawi) dan
Mekanis (Ekspeller, screw pressure)
• Racun dan antinutrisi  polifenol, gossipol bebas atau
terikat
• Gosiipol bebas paling beracun
• B biji kapas kaya gossipol  ± 0,517%

Bungkil Biji Kapas


• 400 mg gossipol bebas /kg makanan menimbulkan gejala
keracunan dalam 6 – 8 minggu
• Gejala keracunan :
Anorexia, Dyspnea, Hidrotorax, Degenerasi hati, hipetropi
dan dilatasi jantung
• Detoksi racun gossippol
a. Preparat Fe  gossipol tidak larut
b. Kalsium hidroksida
• Pengolahan  pemanasan saat dipress diekstraksi
memecahkan resin dari gossipol  keluar bersama
minyak  gossipol berkurang

Gossippol
Nutrien I II III IV
BK (%) 94,0 92,5 91,5 92,5
Abu (%) 6,2 6,2 6,2 6,2
SK (%) 12,0 12,0 12,0 8,5
LK (%) 4,3 1,4 2,0 1,2
BETN 30,4 31,9 30,3 26,6
PK (%) 41,0 41,0 41,0 50,0
Ca (%) 0,16 0,16 0,16 0,16
P (%) 1,20 1,20 1,20 1,01

Kandungan nutrien
bungkil biji kapas
• Ternak yang keracunan gossypol atau
cyclopropenoid akan memperlihatkan gejala yang
hampir sama yaitu penurunan kualitas produksi,
penurunan nafsu makan, penurunan efisiensi
penggunaan pakan, penurunan bobot badan dan
kadar Hb dalam darah atau berkurangnya sel
darah merah dalam tubuh (Widodo, 2005). Lebih
lanjut dinyatakan Goenarso (2004) bahwa ternak
yang diberi campuran pakan biji kapuk sebagai
sumber proteinnya, dijumpai gejala kelainan atau
keadaan yang kurang sehat.

Bungkil Biji Kapuk


• Ternak menunjukkan gejala berkurangnya nafsu
makan, penampilan tubuh yang lemah, menderita
diare, serta menampakkan pertumbuhan yang
menurun. Bungkil biji kapuk dapat digunakan
sebagai pakan untuk ruminansia besar seperti
sapi adalah 10% (Anonimus (1986) cit Kiroh
(1992)), atau bahkan sebesar 20% pada sapi
jantan kastrasi Australian Commercial Cross
( ACC ) tidak berpengaruh negatif (Kiroh, 1992).

Bungkil Biji Kapuk


• Menurut Widodo (2005), Bungkil Biji Kapas
dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber
protein, karena protein kasarnya masih cukup
tinggi (>20%). Namun, dalam penggunaannya
sebagai pakan perlu dibatasi karena mengandung
zat anti nutrisi cyclopropenoid sebesar 10-13%
dan gosypol. Lebih lanjut dinyatakan oleh
Resmanasri (1985) yang disitasi Kiroh (1992)
bahwa BBK mengandung gossypol sebesar
0,0032%.
• Cyclopropenoid adalah
jaringan asam lemak tak
jenuh yang terdiri atas
asam sterculat dan asam
malvalat. Asam
cyclopropenoid adalah
sejenis obat bius yang
mengikat organel dalam
sel yang menghasilkan
energi. Asam
cyclopropenoid berasal
dari gugus amida dengan
rumus kimia C3H6

Cyclopropenoid
• Kandungan Nutrien
a. Air 9,98 -11,2%
b. PK 26,99 – 28,66%
c. LK 5,25 – 9,48%
d. SK 23,75 – 28,76%
e. BETN 21,10 – 22,51%
f. Abu 5,98 – 6,35%
g. Ca 0,36 -0,42%
h. P 0,58 -0,78

Bungkil Biji Kapuk


• Bungkil Inti Sawit
atau sering disingkat
BIS adalah sal satu
hasil sampingan dari
olahan inti sawit
(daging biji sawit plus
batok) dalam
pembuatan minyak
kelapa sawit.

Bungkil Inti Sawit


• Kandungan pada Bungkil
Inti Sawit (BIS) memiliki
kandungan serat yang mi-
rip dengan kandungan pa-
da rumput. Antara lain
mengandung air kurang
dari 10%, protein 14-
17%, lemak 9,5- 10,5%,
dan serat kasar 12-18%.
sehingga bisa dimanfaat-
kan sebagai alternatif pa-
kan ternak baik untuk
ternak ruminansia mau-
pun nonruminansia.

Bungkil Inti Sawit


• Penelitian penggunaan BIS sebagai ransum sapi
perah, sapi potong, domba, dan kambing sudah
banyak diteliti. Untuk konsentrat sapi perah
mengandung BIS 65%, jagung 25%, dan bungkil
kedelai 8%. Sedangkan untuk digunakan sebagai
konsentrat sapi potong BIS dapat digunakan
sampai 70%. Pemberian BIS hingga 30% pada
domba yang diberi pakan dasar rumput dapat
meningkatkan pertumbuhan dari 30 g (hanya
diberi rumput) menjadi 70 g/ekor/hari.

Penggunaan Untuk Ruminansia


• Sedangkan untuk pakan unggas komposisinya
lebih sedikit, yaitu hanya 5-15%, untuk ayam
petelur penggunaan BIS dapat mencapai 10-15%
sedangkat untuk ayam pedaging lebih sedikit, hal
ini karena ayam petelur memiliki system
pencernaannya lebih tahan dibandingkan dengan
ayam pedaging. Pemberian BIS pada ayam juga
berfungsi sebagai kontrol terhadap bakteri
patogen Salmonella kedougou dan S.enteritidis.

Penggunaan Untuk Unggas


• Beberapa hasil samping seperti CGM, DDGS
dan CGF sudah masuk ke Indonesia, tetapi
ketiga produk ini lebih banyak digunakan oleh
pabrik pakan untuk campuran pakan ayam
pedaging atau petelur. Saat ini, DDGS sudah
mulai diperkenalkan dan digunakan sebagai
campuran pakan konsentrat oleh beberapa
feedlot di Indonesia

HASIL SAMPING DARI INDUSTRI


JAGUNG
BUNGKIL JAGUNG
Bungkil jagung adalah merupakan sisa dari industri minyak
jagung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
jagung adalah sebagai berikut :
Kandungan PK naik menjadi 21,89%
Kandungan lemak menurun
Dapat digunakan sebagai sumber energi dan protein bagi
ternak ruminansia dan monogastrik
Penggunaan untuk unggas : 30%
Untuk babi : 40 – 50%
Untuk sapi : 30%
Corn Distiller’s

• Adalah hasil samping dari proses distilasi


jagung yang terdiri dari biji-biji sisa dan
bahan terlarut dalam proporsi yang
bervariasi.
• Hasil samping dari
industri pati jagung yang
dihasilkan dari proses
penggilingan basah (wet
milling). Terdiri dari
campuran dedak, gluten
dan kadang-kadang
tercampur dengan bahan
konsentrat terlarut dan
corn germ. Bahan ini
mengandung serat yang
mudah tercerna cukup
tinggi.

Corn Gluten Feed (CGF)


• Hasil samping dari industri
bioetanol. Merupakan cam-
puran dari bahan terlarut
dan bahan padatan yang
dikeringkan. Fraksi terlarut
adalah fraksi cairan setelah
alkohol dipisahkan dengan
penguapan dan bahan padat-
an adalah sisa padatan yang
dipisahkan setelah fermen-
tasi perubahan pati menjadi
alkohol berlangsung.

Distiller’s dried grains


with solubles (DDGS)
DDGS adalah
produk sampingan
dari industri
ethanol.
DDGS sendiri
diambil dari
singkatan Dried
Distillers grains
with soluble,

DDGS
produk ini didapatkan
dari proses pembuatan
ethanol, yang hanya
menggunakan sari pati
jagung dan sorgum biji
– bijian, sedangkan
nutrisi yang tersisa
seperti serat, protein,
dan minyak, merupakan
produk sampingan
bernutrisi tinggi yang
digunakan untuk
memproduksi pakan
ternak

DDGS
• DDGS merupakan
protein yang dapat
dicerna dengan
mudah, dan
merupakan sumber
energi yang baik
untuk ternak sapi,
dapat dimasukkan
sebanyak 20 – 30 %
rasio campuran pakan
ternak kering (belum
termasuk air).
• DDGS juga bisa digunakan
untuk pakan unggas dan pakan
ternak ruminansia, dan
merupakan pakan sapi yang
bernilai tinggi baik untuk
ternak penghasil susu, atau
penghasil daging. Bahkan di
Amerika utara, lebih dari 80%
dari DDGS yang tersedia,
digunakan dalam pakan
ruminansia.
• Dapat digunakan dalam pakan
ayam broiler sebanyak 15%
• Merupakan limbah
pengolahan minyak
jagung, menurut
refrensi lainnya
merupakan hasil
sampingan dari wet
milling proses dari
hasil sampingan
pembuatan corn
starch dan corn syrup.

CGM
• Umumnya digunakan
untuk pakan ruminansia.
Penggunaan pada pakan
unggas sampai 8%.
• Kandungan KA 9-10%,
EM 3900-400 kkal/kg.
PK 65%. Memberikan
warna kuning.
kandungan Xanthophyl
20 ppm.

Corn Gluten Mill


• Hasil samping dari industri
pati jagung yang
dihasilkan dari proses
penggilingan basah (wet
milling). Terdiri dari gluten
yang diperoleh ketika pati
dipisahkan. Mempunyai
warna yang sangat kuning
karena mengandung kada
xantofil yang cukup tinggi
untuk pewarna kuning
telur. Proteinnya
merupakan bypass protein
yang tinggi.

Corn Gluten Meal (CGM)


Proses CGM
• Bungkil biji jarak pagar
(BBJP) merupakan hasil ikutan
dari ekstraksi minyak biji jarak
pagar (Jatropha curcas L.).
Indonesia merupakan
penghasil tanaman jarak sejak
zaman Jepang.
• Bungkil biji jarak pagar terdiri
dari isi dan cangkang yang
dapat diekstraksi sehingga
menghasilkan minyak yang
dapat dijadikan biodiesel dan
proses ekstraksi biji jarak
pagar juga menghasilkan
bungkil yang dapat dijadikan
sebagai pakan ternak.

BUNGKIL BIJI JARAK


• Bungkil biji jarak pagar mengandung
trypsin inhibitor, aktivitas lectin, saponin
dan phytat. Curcin yang terdapat dalam biji
jarak hampir sama dengan yang biasa
dikenal dengan lectin, ricin dan abrin.
Kandungan phorbolester yang paling tinggi
terdapat dalam biji jarak asal Kenya dan
Kitui,

Racun dan Anti Nutrisi


• Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke
dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat
respons pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan
kematian.
• Kumar (2003) mendefinisikan antinutrisi sebagai
senyawa yang dihasilkan di dalam bahan pakan alami
oleh proses metabolisme normal dan oleh perbedaan
mekanisme seperti pengtidakaktifan beberapa zat
makanan, interfensi dalam proses pencernaan atau
pemanfaatan produk dari proses metabolisme bahan
makanan tersebut dengan memberikan pengaruh yang
bertentangan terhadap zat makanan secara optimum.

Pengertian Racun dan Antinutrisi


• Bungkil biji jarak yang diberikan pada anak kambing
Nubian dengan dosis 0,25 g/kg/hari dan 1 g/kg/hari
dapat menyebabkan kematian antara 7-21 hari.
Tanda-tanda keracunan adalah berak darah, dyspnea,
dehidrasi, dan terbaring lemah lalu mati (Gadir et al.,
2003).
• Domba gurun yang diberikan bungkil biji jarak
dengan dosis 0,05 g/kg/hari; 0,5 g/kg/hari dan
1g/kg/hari menunjukkan gejala klinis dan luka pada
organ saluran pencernaan (Aregheore et al., 2003).

Pemberian Pada Ternak


• Kursin merupakan sejenis Ribosom-Inactivating Protein
(RIPs) tipe I yang bisa menghambat pertumbuhan dari
beberapa sel tumor.
• Kursin adalah fitotoksin (racun yang terdapat pada
tumbuhan) yang memiliki molekul protein besar,
kompleks dan sangat beracun, menyerupai struktur dan
fisiologis racun bakteri.
• Kursin dapat menyebabkan iritasi pada mata dan tetap
berada dalam bungkil biji jarak setelah pengambilan
minyak.

Kursin
• Ricin adalah racun yang sangat kuat bagi kuda, biri-
biri dan manusia, sedangkan babi mempunyai
toleransi yang lebih tinggi.
• Ricin menyebabkan peningkatan suhu tubuh, bobot
badan menurun dan adanya darah dalam feces dan
urine, kelumpuhan sesak nafas dan kematian,
pengendapan darah.
• Efeknya dapat berkurang melalui pemanasan
dilanjutkan dengan pengukusan, tekanan uap,
fermentasi.

Ricin
• Porbhol Ester senyawa yang tidak mudah rusak dengan
pemanasan. Phorbol ester adalah senyawa aktif dalam
jarak pagar, yang mampu memacu pertumbuhan sel
tumor dengan mengaktifkan Protein Kinase C (PKC)
yang meniru aktivitas Diacylglycerol (DAG). Phorbol
ester dapat meningkatkan affinitas PKC Ca2+ secara
dramatis dan sulit untuk dimetabolisme sehingga terjadi
aktivasi berlanjut yang dapat menyebabkan poliferasi dan
diferensiasi sel yang tidak terkontrol. Jika berlebih PKC
dapat memicu tumorgenesis, awal tumbuhnya tumor.

Porbhol Ester
Struktur Kimia Phorbol Ester (Knight dan Vitale, 2007)
Bungkil Biji Jarak

BK Abu PK LK SK Lect Phorbol


in ester
Lampung 93,31 8,64 48,08 19,95 3,77 0,296 TAD
Kebumen 94,45 8,25 43,98 23,32 5,05 0,298 0,78
Lombok 92,72 7,95 36,77 30,09 3,48 0,270 0,83

Anda mungkin juga menyukai