Anda di halaman 1dari 3

SKOLASTIKA L.K.

/071411231051/WEEK 7

Teori Kritis dan Frankfurt School

Seperti yang telah diketahui, di dalam mempelajari Hubungan Internasional juga mempelajari
berbagai perspektif-perspektif yang timbul dari pemikiran kelompok-kelompok tertentu,
seperti liberalisme, realisme, marxisme, neo-realisme, dan neo-liberalis. Di dalam perspektif-
perspektif yang muncul itu, terdapat berbagai teori untuk menjelaskan bagaimana cara
pandang kelompok-kelompok tertentu mengenai suatu peristiwa, dengan kata lain, perspektif
merupakan kumpulan dari beberapa teori yang ada. Salah satu teori yang muncul dalam
Hubungan Internasional adalah Teori Kritis. Teori Kritis awalnya diperkenalkan oleh
Frankfurt School sehingga Teori Kritis biasa disebut dengan Frankfurt School of
Thought. Teori Kritis awalnya dianggap sebagai The Enlightment Project. Teori Kritis
merupakan pendekatan metodologis yang merupakan pengembangan dari perspektif
Marxisme, namun karena berakar dari perspektif Marxisme, bukan berarti teori ini
mendukung perspektif Marxisme, sebaliknya, Teori Kritis ini justru mengkritik
tentang perspektif-perspektif yang ada, terutama mengkritik tentang perspektif
Marxisme (Wardhani, 2015).

Teori Kritis yang berakar pada Marxisme, juga biasa dikenal sebagai Open Marxism atau
Marxism Humanism. Teori Kritis dapat digambarkan sebagai neo-Marxisme. Teori Kritis
dikembangkan oleh sekelompok kecil ilmuwan Jerman yang kebanyakan dari mereka tinggal
dalam pengasingan di Amerika Serikat. Teori Kritis secara kolektif, dikenal sebagai
“Madzhab Frankfurt”. Teori Kritis berkeitan erat dengan EPI Marxis (Jackson dan Sorensen,
1999: 299). Teori Kritis merupakan teori alternatif yang bersifat baru. Teori Kritis atau
Frankfurt School of Thought mulai populer sekitar tahun 1920 hingga 1930an. Teori Kritis
banyak mendapat pengaruh dari pendekatan-pendekatan sosial. Teori Kritis merupakan
teori yang menjelaskan tentang pengetahuan tradisional dan pengetahuan kritis. Teori
Kritis mulai berpengaruh pada studi Hubungan Internasional di sekitar tahun 1980an.
Teori Kritis memberikan landasan yang filosofis terhadap studi Hubungan
Internasional srta teori-teori yang mendukungnya (Wardhani, 2015).

Teoritisi kritis Hubungan Internasional yang terkemuka yaitu, Robert Cox dan Andrew
Linklater (Jackson dan Sorensen, 1999: 299). Sebagai dudukan teori sosial dan sebagai
pendekatan untuk hubungan internasional, Teori Kritis memiliki empat pencapaian
utama. Pertama, Teori Kritis mengambil isu dengan positivisme dengan menyatakan
SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 7

bahwa pengetahuan tidak muncul dari keterlibatan netral subyek dengan realitas
objektif tetapi mencerminkan tujuan sosial dan kepentingan yang sudah ada.
Pencapaian yang kedua yaitu, Teori Kritis berdiri menentang klaim kaum empiris
tentang dunia sosial yang menganggap bahwa struktur yang telah ada tidak akan
berubah. Teori kritis menyelidiki prospek bentuk-bentuk baru dari masyarakat dunia,
dimana individu dan kelompok dapat mencapai tingkat kebebasan yang lebih tinggi.
Pencapaian yang ketiga yaitu, Teori Kritis belajar dan mengatasi kelemahan yang
melekat pada Marxisme. Kemudian, pencapaian yang keempat, pengaturan para
hakim Teori Kritis sosial dengan kapasitas mereka untuk merangkul dialog terbuka
dengan semua orang lain dan membayangkan bentuk-bentuk baru komunitas politik
yang melanggar dengan pengecualian yang tidak dapat dibenarkan (Linklater, 1996:
279-280). Teoritisi kritis menolak tiga postulat dasar positivisme yaitu, realitas
eksternal objektif, perbedaan subjek/objek, dan ilmu sosial berbasis nilai. Menurut
teoritisi kritis, tidak ada politik dunia atau ekonomi global yang berjalan sesuai dengan
hukum sosial yang kekal (Jackson dan Sorensen, 1999: 299).

Teori Kritis menginginkan adanya uji fungsi dan tujuan dari suatu teori tertentu yang
beorientasi dari konteks sosial dalam situasi yang ditentukan, dan menjunjung tinggi adanya
emansipasi. Teori Kritis berupaya untuk menyingkap dominasi global pihak Utara yang kaya
atas pihak Selatan yang miskin. Teori Kritis memandang pengetahuan secara inheren sebagai
politik, ilmuwan sosial dan ilmu sosial adalah instrumen kekuasaan (Jackson dan Sorensen,
1999: 318). Teori Kritik menganggap bahwa Marxisme terlalu dogmatis dalam usaha
melepaskan diri dari kapitalisme. Teori Kritis mengkritik tentang Traditional Theory yang
memiliki cara berpikir yang dogmatis dan cenderung tetap. Teori Kritis juga mengkritik
kaum realis tentang human nature, menurut teoritisi kritis, human nature bisa berubah. Ada
beberapa penekanan dari Teori Kritis yang pertama yaitu, Teori Kritis menganalisa tentang
struktur sosial. Penekanan yang kedua, menurut teoritisi kritis, power cenderung
disalahgunakan. Penekanan yang ketiga, teori kritis mengidentifikasi tentang posibilitas
transformasi sosial (Wardhani, 2015). Teori Kritis ini dianggap melenceng dan mengubah
tatanan dunia yang ada dan teori yang berdiri sendiri, dan kita tidak boleh cepat puas dengan
pengetahuan yang kita miliki, kita harus mengkaji pengetahuan itu terus-menerus (Brown,
1994).
SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 7

Dari semua penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam perspektif-
perspektif yang muncul dalam Hubungan Internasional terbentuk dari beberapa teori yang
berfungsi untuk mendukung perspektif tersebut menjelaskan fenomena yang ada. Salah satu
teori yang ada dalam Hubungan Internasional adalah Teori Kritis. Teori mengkritik perspektif
yang telah ada sebelumnya, tetapi teori ini lebih banyak mengkritik tentang Marxisme. Teori
Kritis menganggap bahwa tidak ada yang namanya normal science. Teori Kritis beranggapan
bahwa pengetahuan harus terus-menerus dikaji. Teori ini menekankan pada pembebasan
pemikiran. Teori ini muncul setelah pemikiran Marxisme tentang revolusi buruh gagal. Teori
ini beranggapan bahwa pembebasan pemikiran bukan hanya dari revolusi buruh saja.

Referensi :
Brown, Chris, 1994. Critical Theory and Postmodernism in International Relations, in:
A.J.R. Groom & Margot Light (eds.), Contemporary International Relations: A Guide
to Theory. Pinter, pp. 56-68.
Jackson, R., &. Georg Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. Oxford
University Press.
Linklater, Andrew, 1996. The Achievements of Critical Theory, in: Steve Smith, Ken Booth
& Marysia Zalewski (eds.) International Theory: Positivism and Beyond. Cambridge
University Press, pp. 279-300.
Wardhani, Baiq L.S., 2015. Teori Kritis dan Frankfurt School, disampaikan pada kuliah
Teori Hubungan Internasional. Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. 9 April
2015.

Anda mungkin juga menyukai