Nurainulil@student.ub.ac.id
Abstract
Abstrak
Perspektif teori kritis merupakan perspektif alternatif dalam hubungan internasional yang
membahas mengenai suatu fenomena sosial yang kemudian berusaha mengupasnya hingga
ke akar fenomena tersebut. Perspektif ini melihat sesuatu hingga ke dasarnya sehingga
secara garis besar perspektif ini kemudian menyajikan suatu solusi tentang suatu masalah,
yang mana sering sekali menyinggung aspek tatanan masyarakat atau dunia. Perspektif
teori kritis yang menekankan pada kritik yang emansipatoris dan penekanan pada akibat
dari tatanan dunia yang berpihak pada kaum tertentu, penggunaan teori kritis cukup
menarik dan diharapkan mampu menemukan gambaran yang lebih besar terhadap kasus
yaitu bantuan luar negeri yang diterima Indonesia sebagai bentuk dari implementasi
washington consensus.
Washington consensus ialah suatu produk dari institusi keuangan besar di Amerika
Serikat. Mengulas lebih jauh dalam ulasan, singkatnya dari washington consensus
merupakan keadaan perekonomian suatu negeri yang diasumsikan sanggup untuk
tingkatkan perekonomian negeri tersebut menjadi lebih baik serta membuat lebih
sejahtera. Washington consensus ini kemudian dipopulerkan serta dipromosikan ke
negara- negara tumbuh untuk setelah itu membiasakan dengan keadaan tersebut guna
memperbaiki ekonomi negeri tersebut. Washington consensus bisa dikatakan ialah suatu
wujud perekonomian kapitalisme. Salah satu negeri yang ikut mengaplikasikan washington
consensus merupakan Indonesia. Akibatnya, ada dorongan luar negara yang diberikan
kepada Indonesia berbentuk utang luar negara dengan ketentuan Indonesia menjajaki
kondisi- kondisi sebagaimana tercantum dalam washington consensus.
Kerangka Pemikiran
Critical Theory
Pada dasarnya, teori kritis( critical theory) dalam teori- teori hubungan
internasional merupakan sejenis teori alternatif baru yang dimaksudkan untuk
memberikan gambaran teoritikal alternatif dari teori- teori arus utama lain yang kerapkali
digunakan dalam riset hubungan internasional, semacam teori realisme serta liberalisme.
Tidak hanya teori kritis berdiri mandiri dari teori- teori yang yang lain, teori kritis juga
berupaya mengkritik teori- teori lain yang telah mapan keberadaannya dalam riset
hubungan internasional, di mana aspek- aspek internal dari teori- teori arus utama yang
kerap digunakan merupakan fokus utama kritik oleh teori kritis.
Untuk lebih jelasnya, aspek- aspek non- politik serta ekonomi yang kerapkali
diabaikan oleh paham- paham realisme serta liberalisme semacam budaya serta gender
ikut berupaya dilibatkan oleh teori kritis untuk menjamin ulasan yang merata dari segala
aspek dinamika hubungan internasional. Di sini, teori kritis banyak memperoleh
inspirasinya dan ialah suatu kelanjutan dari teori Marxisme Critical Theory, in; Scott
Burchill, et angkatan laut(AL), Theories of International Relations yang dicetuskan oleh
pemikir Jerman Karl Marx, yang meyakini akan adanya dan selalu hadirnya sistem
eksploitasi materiil dalam sistem penciptaan di tengah masyarakat. Menurutnya,
ketimpangan ekonomi serta sosial yang diakibatkan oleh praktek kapitalisme dalam
perekonomian negeri hendak memperluas kemelaratan serta kemiskinan finansial
masyarakat, yang memancing respon keras dari kelas pekerja terhadap para pemilik modal
yang sudah mengeksploitasi mereka.
Pendekatan Marxisme oleh Marx yang sifatnya ekonomik ini setelah itu diperdalam
lebih jauh oleh Antonio Gramsci( seorang Marxis Italia). Menurut Gramsci, Marxisme yang
memanglah diperuntukan untuk menggapai emansipasi serta persamaan ekonomi kepada
seluruh lapisan strata masyarakat( emancipation) yang menuntut adanya kebebasan
manusia dari kekangan hegemoni serta kekuatan lain yang menghindari mereka untuk
menggapai kemauan individu mereka. Ashley, Richard K. Political Realism and Human
Interests. Dari situ, teori kritis menitikberatkan pada kepercayaan jika sistem
internasional, tidak seperti yang dipercaya oleh kalangan realis serta liberal sebagai
sesuatu yang taken for granted, merupakan gambaran dari kekuatan- kekuatan politik
serta sosial yang berupaya melindungi keamanan serta kekuasaannya terhadap entitas-
entitas lain yang tidak sekuat mereka. Sterling- Folker, Jennifer, 2006. Making Sense of
Internatioanl Relations Theory,
Mengacu pada struktur hegemoni yang ialah dasar anggapan utama kekuatan yang
berupaya melaksanakan eksploitasi di tengah sistem internasional, terciptalah blok- blok
politik, ekonomi, serta kelas sosial yang terus dikelola oleh negara- negara hegemonik,
yang mencerminkan terdapatnya suatu tatanan dunia yang hendak memudahkan proses
eksploitasi ekonomi oleh negara- negara hegemonik. Teori kritis menyangka bahwa
tatanan dunia tersebutlah yang jadi pangkal dari kasus. Teori kritis berupaya mengkritik
tatanan tersebut serta berupaya mengganti serta menghasilkan tatanan dunia yang dirasa
lebih adil untuk seluruh manusia.
Melalui uraian diatas, teori kritis memanglah terdengar mirip dengan perspektif
marxisme. Perihal tersebut bukanlah salah sebab teori kritis menekuni banyak pemikir
serta filsuf tidak terkecuali Karl Marx. Teori kritis sebagaimana dipaparkan oleh Robert
Cox, ialah teori yang berupa antitesis dari teori- teori tradisional. BURCHILL Teori
tradisional semacam realisme memandang tatanan dunia sebagai perihal yang terdapat
sejak dulu, kaku, serta sebagaimana adanya. Tetapi, teori kritis memandang bahwa terlebih
lagi teori- teori tradisional memiliki asal- usul ialah tempat serta waktu tertentu dimana
para pemikirnya terpengaruh oleh kondisi sosial yang ada. Dengan kata lain, teori kritis
memandang kalau seluruh teori ialah hasil interaksi sosial serta tentu memiliki pangkal
permulaan.
Pembahasan
Pandangan Perspektif Critical Theory terhadap Foreign Aid ke Indonesia
Bila dilihat secara teoritis, hingga pemikiran post- washington consensus sangat
dekat dengan paham Keynesian yang menekankan pada state rule spesialnya pada
kebijakan ekonomi yang mengedepankan kepada pemerataan kesehjateraan masyarakat.
Kedudukan negara dalam perekonomian tidak dapat dihilangkan seluruhnya serta
kedudukan swasta pula wajib dibatasi. Swasta tidak serta merta diberikan kebebasan
untuk melaksanakan usahanya sebab mereka merupakan kalangan yang berorientasi profit
semata. Negara hendak senantiasa membagikan regulasi- regulasi tertentu yang hendak
menguntungkan pihak swasta serta tidak merugikan masyarakat serta negara. Hingga,
washington consensus bisa dilihat sebagai metode negara besar yang didominasi oleh
negara- negara pemeluk liberalisme serta kapitalisme ekonomi. Kritik terhadap
washington consensus diatas pula mencerminkan kritik- kritik yang bisa diutarakan
melalui perspektif teori kritis. Negara- negara besar yang berfungsi dalam sistem
internasional pasti mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan kedaulatannya
sebagai negara hegemon. Perihal ini dibtuktikan dengan keahlian negara- negara besar
dalam menghasilkan tatanan dunia dimana pusat serta sumber dari tatanan tersebut
berasal dari negara- negara ini. Setelah itu terciptalah tatanan dunia yang dikehendaki oleh
negara- negara tersebut yang mana setelah itu disebarkan ke negara- negara lain.
Washington consensus ialah salah satu produk dari tatanan dunia yang dikontrol negara
hegemon, lebih khusus negara barat.
Jadi, menurut teori kritis washington consensus merupakan suatu produk yang
berasal dari pemikiran negara- negara barat yang mana memakai pandangan hidup liberal
serta kapitalis. Masalah- masalah yang setelah itu timbul seperti munculnya utang luar
negara, minimnya kendali pemerintah terhadap pasar dalam negeri bukan ialah kasus yang
mencuat akibat segi ekonomi. Kasus sesungguhnya terletak di washington consensus itu
sendiri yang ialah produk kekuasaan negeri barat yang sudah terdapat serta diamini oleh
kebanyakan penduduk dunia tanpa menyadari bahwa sesungguhnya perihal tersebutlah
yang jadi akar kasus sesungguhnya. Washington Consensus secara sederhana merupakan
perlengkapan untuk mengatur ekonomi negara- negara kecil serta berkembang dengan
dalih jika perihal tersebut merupakan formula untuk menghasilkan keadaan perekonomian
negeri yang baik. Pada nyatanya tidak demikian, washington consensus ialah wujud
penyebaran ideologi- ideologi negeri barat yang hanya mempersulit serta apalagi
mengekang masyarakat negara berkembang. Akibatnya, tatanan dunia sangat
ketergantungan terhadap perihal tersebut serta bahwa metode untuk memberikan
solusinya merupakan menawarkan sistem baru ataupun merekonstruksi ulang agar
keadilan serta kesejahteraan masyarakat secara universal bisa tercapai.
Oleh sebab itu, Indonesia yang menyetujui syarat- syarat yang diajukan IMF dalam
meminta dorongan luar negara yang mana ialah wujud dari washington consensus
membuat Indonesia menjajaki kemauan ataupun keadaan yang didasari pada orientasi
negara barat serta kalau nyatanya perihal tersebut merupakan salah satunya opsi rasional
yang diseleksi oleh pemerintah membuktikan jika tatanan dunia pada saat itu dipahami
oleh negara- negara barat yang menghasilkan washington consensus. IMFKasus yang
kemudian mencuat di kemudian hari bisa kita kritik jika sesungguhnya berakar dari
washington consensus itu sendiri yang mana tidak dikaji lebih dulu terhadap
kecocokannya di sistem ekonomi masyarakat Indonesia. Indonesia yang telah bergantung
dengan ekonomi pasar menjadi sulit untuk setelah itu mencapai kontrol kembali ketika
intensitas dari kondisi- kondisi yang dipromosikan oleh washington consensus telah
berlaku secara universal serta terus menjadi besar.
Kesimpulan
Dominasi negeri barat menimbulkan kerugian bagi negara- negara kecil serta
berkembang sebab mereka sulit untuk memajukan ekonomi yang berefek pada
kesejahteraan masyarakat sebab terlilit belenggu sistem yang memperbudak mereka.
Tatanan dunia yang terdapat ialah rancangan dari negeri barat yang memegang pandangan
hidup liberalisme serta mengincar keuntungan sekaligus mempertahankan power mereka
di dunia internasional. Oleh sebab itu, dengan memakai teori kritis hingga riset
permasalahan menimpa dorongan luar negara yang diterima oleh Indonesia sebagai wujud
aplikasi washington consensus hanyalah merupakan perlengkapan negara- negara barat
untuk mengendalikan ekonomi Indonesia serta masalah- masalah seperti yang dipaparkan
di ulasan ialah akibat dari ketidakadilan oleh sistem yang terus dihiraukan dalam menjadi
sumber permasalahan serta kesimpulannya mencari jalur yang salah dalam usaha
penyelesaian.
Daftar Pustaka