Anda di halaman 1dari 13

Kredibilitas Juru Dakwah sebagai Komunikator

Mariyatul Norhidayati Rahmah


Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari

Muslim preacher must have a high credibility be able to invite mankind to do good and
avoid His prohibitions. High and low credibility of a preacher who portray himself as a
communicator depends on public perception and social conditions in which he/she
preaches. In this regard, there are many components of the assessment as an indicator
whther the preacher considered as having high credibility in the eyes of society . One of
the preachers may be deemed to have high credibility, when the assessment is viewed
from the perspective of the people who focus more on formal education for example , or for
some other people, which is important these preachers based schools and so on , of
course the assessment is also supported by another component, so it can be said that
preachers’ credibility is relative, but it should have to be comprehensive. Thus the level of
credibility of the preacher can not be seen from one side only but must be viewed from a
variety of other related components .

Keyword: Credibility, Muslim preacher, communicator, perception, mission component.

Juru Dakwah harus memiliki kredibilitas yang “tinggi” untuk dapat mengajak umat
manusia melakukan kebajikan dan menjauhi larangan-Nya. Tinggi rendahnya
kredibilitas seorang juru dakwah yang memerankan dirinya sebagai seorang
komunikator sangat bergantung pada persepsi masyarakat dan kondisi dimana
masyarakat (sasaran dakwah) berada. Dalam kaitan ini, ada banyak komponen
penilaian yang menjadi indikator dimana seorang Juru Dakwah dianggap atau telah
memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakatnya. Salah seorang Juru dakwah
mungkin dianggap memiliki kredibilitas yang tinggi, ketika penilaian tersebut dilihat dari
kacamata masyarakat yang lebih menitik beratkan pendidikan formal misalnya, atau
bagi sebagian masyarakat yang lain, yang penting juru dakwah tersebut berbasis
pesantren dan sebagainya, tentu saja penilaian tersebut didukung pula dengan
komponen lain yang mengikutinya, sehingga dapat dikatakan kredibilitas juru dakwah
itu bersifat relatif, namun hendaknya harus komprehensif. Dengan demikian tinggi
rendahnya kredibilitas yang dimiliki seorang Juru Dakwah tidak dapat dilihat dari satu
sisi saja tetapi dapat dilihat dari berbagai komponen terkait lainnya.

Kata kunci: Kredibilitas, juru dakwah, komunikator, persepsi, komponen dakwah.

Dalam Ilmu Komunikasi dikenal istilah komunikator dalam perspektif Islam


“Komunikator”, adalah orang yang pada hakekatnya adalah saluran pesan
menyampaikan suatu pesan kepada dalam arti orang yang menyampaikan
komunikan/komunikate (penerima Firman-Firman Tuhan dan Hadits Nabi
pesan), dan dalam Ilmu Dakwah kepada komunikan” (1999, 70).
disebut juga dengan istilah Juru Sebagaimana tercatat dalam
Dakwah, sebagaimana dinyatakan oleh sejarah, bahwa Islam itu lahir sebagai
Muis dalam bukunya “Komunikasi agama dakwah, dan tentu saja
Islami”, bahwa “Pembicara atau selanjutnya hakikat substansi dakwah

Email penulis: mariyatulnr@iain-antasari.ac.id

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 1
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

itu adalah penyampaian informasi pandangan inderawi. Dalam hal ini


tentang ke-Islaman. Melalui kegiatan kredibilitas juru dakwah dengan
dakwah diharapkan orang dapat karakternya masing-masing akan
mengetahui, memahami dan mengerti dipersepsikan oleh obyek dakwahnya
lalu mengamalkan pesan sebagaimana menurut makna dan harapan
yang disampaikan oleh juru dakwah. tersendiri. Sebab kredibilitas itu bersifat
Untuk itu tampil sekian banyak juru subyektif, tergantung dari tingkat
dakwah dengan karakteristik kepentingan masyarakat sebagai obyek
dakwahnya masing-masing. Dan dakwahnya. Kredibilitas dapat bergeser
dengan banyaknya juru dakwah ini, kearah yang lebih tinggi ataupun lebih
tentu saja aktivitas dakwah yang rendah tergantung situasi pada saat
berlangsung dalam kegiatan dakwah terjadinya aktivitas dakwah yang
sehari-hari juga cukup semarak. Dalam ditampilkan.
arti dimana-mana diadakan atau
ditemukan adanya aktivitas dakwah, Kredibilitas
baik dalam bentuk dakwah berupa Kredibilitas diartikan “perihal dapat
majelis ta‟lim, pengajian maupun dipercaya” (Pusat Pembinaan dan
dakwah dalam bentuk ceramah agama Pengembangan Bahasa 1988, 465). Dan
secara umum. menurut Rogert dan Svenning,
Berkaitan dengan hal ini, juru kredibilitas adalah “tingkat dimana
dakwah dalam perannya sebagai sumber komunikasi atau saluran
komunikator mendapat sorotan dari komunikasi dapat dipercaya dan
komunikan atau sasaran dakwahnya kompoten oleh penerimanya” (1969,
dengan berbagai persepsi masing- 184).
masing, mulai dari penampilannya, Pernyataan di atas didukung pula
materi atau pesan yang oleh pernyataan Yulianita bahwa:
disampaikannya, metodenya, bahkan “Kredibilitas adalah seperangkat
sampai kepada kepribadian dan persepsi komunikasi tentang sifat-sifat
sebagainya, yang kesemuanya ini komunikator. Dalam definisi tersebut
terangkum dalam persepsi komunikan terkandung:
terhadap kredibilitas juru dakwah. 1. Kredibilitas adalah persepsi
Persepsi itu sendiri menurut komunikate, jadi tidak inherent dalam
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya diri komunikator;
Psikologi Komunikasi adalah 2. Kredibilitas berkenaan dengan
“Pengalaman tentang obyek peristiwa sifat-sifat komunikator, yang
atau hubungan-hubungan yang selanjutnya disebut sebagai komponen-
diperoleh dengan menyimpulkan komponen kredibilitas.
informasi dan menafsirkan pesan. 3. Kredibilitas tidak ada pada diri
Persepsi ialah memberikan makna pada komunikator, tetapi terletak pada
stimuli inderawi” (1996, 51). Dan persepsi komunikate, karena itu, ia
menurut Peter Salim, persepsi ialah dapat berubah atau diubah, dapat
“Pandangan seseorang atau banyak terjadi atau dijadikan.
orang akan hal atau peristiwa yang 4. Komunikate dapat meningkatkan
didapat atau diterima” ( 1991,1146). dan menurunkan kredibilitas
Dengan demikian, persepsi antara komunikator” (2001, 11).
orang yang satu dengan lainnya tentang Dengan demikian jelas bahwa
suatu obyek mungkin saja berbeda, kredibil tidaknya seorang komunikator
karena perbedaan dalam itu ditentukan oleh persepsi
menyimpulkan informasi dan masyarakat terhadapnya. Dan sebagai

2 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

konsekuensinya, efektivitas komunikasi da‟i adalah mereka yang mengambil


(pesan yang disampaikan) tidak dapat keahlian khusus (mutakhassis) dalam
dilepaskan dari kredibilitas bidang dakwah Islam, dengan
komunikator sebagai sumber pesan. kesungguhan luar biasa dan dengan
Namun yang perlu diingat adalah qudrah hasanah (2000).
bahwa kredibilitas seseorang bisa Jadi juru dakwah adalah orang yang
diciptakan atau dalam istilah sekarang menyampaikan pesan-pesan ke-Islaman
di”citra”kan, direkayasa, diiklankan, atau orang yang memiliki kemampuan
dipamorkan, dimanipulasi melalui dan kesungguhan mengajak kepada ke-
kekuatan media informasi. Meskipun Islaman. Dakwah tidak semata-mata
demikian, untuk profesi juru dakwah, harus berdiri di atas mimbar dengan
tidaklah mudah mencitrakan seseorang serentetan dalil-dalil yang diluncurkan
menjadi juru dakwah yang handal, atau dengan pidato belaka, melainkan
karena menyangkut keteladanan, mencakup berbagai perilaku yang dapat
keilmuan, terlebih lagi keimanan. Sebab diteladani. Dakwah dengan sikap dan
banyak syarat yang harus dipenuhi tingkah laku pun sering tidak kalah
untuk menjadi juru dakwah. efektifnya ketimbang dakwah dengan
lisan manusia yang sering menjadi
Juru Dakwah tidak interest jika sering dinasehati,
Dalam konteks dakwah, kredibilitas sebaliknya manusia sering interest
juru dakwah sangat mempengaruhi terhadap sesuatu karena ia sering
keberhasilan syiar Islam. Sementara melihatnya (Slamet Muhaimin Abda
itu, kredibil tidaknya seorang juru 1994). Jadi kredibilitas juru dakwah
dakwah tentu saja ada pada persepsi sangat ditentukan oleh kemampuannya
masyarakat sebagaimana pernyataan menjadi teladan bagi umatnya.
tentang kredibilitas seorang Berkenaan dengan hal ini, Jum‟ah
komunikator menurut pendapat para Amin Abdul Aziz mengingatkan:
ahli di atas yang terletak pada penilaian Sesungguhnya kita tidak bisa
masyarakat. Dengan demikian, untuk memisahkan antara dakwah dengan
meningkatkan keberhasilan dakwah da‟inya, karena seorang muslim yang
yang kini dipersoalkan, perlu diadakan memahami dakwahnya dengan
pengkajian tentang kredibilitas juru pemahaman yang benar, akan tetapi
dakwahnya. kurang tepat dalam menyampaikan
Juru dakwah, dalam istilah lain dakwahnya kepada manusia sama
kadang disebut da‟i atau mubaligh atau bahayanya dengan seorang muslim
kadang disebut subyek dakwah yang tidak memahami Islam dengan
sebagaimana pendapat yang pemahaman yang benar, akan tetapi dia
dikemukakan oleh Siti Mariah sebagai pandai berargumen, pandai bicara dan
berikut: baik dalam menyampaikan. Kelompok
Subyek dakwah, yaitu orang yang yang pertama tidak pandai
menyampaikan dakwah. Biasa disebut menyampaikan sekalipun dia paham,
juga dengan da‟i atau muballigh. Yang sementara yang kedua baik dalam
dimaksud dengan da‟i disini secara menyampaikan meski dengan segala
umum adalah setiap muslim/muslimat kebodohannya.
yang berdakwah sebagai kewajiban Oleh karena itu, Islam hanya akan
yang melekat tak terpisahkan dari menjadi dakwah yang benar apabila
missinya sebagai penganut Islam, dibawakan oleh seorang da‟i yang
sesuai dengan perintah “ballighu anni waa’in (paham) dan khuluuq
walau ayat”, sedangkan secara khusus (berakhlak). Dakwah dan da‟inya adalah

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 3
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

ibarat dua sisi mata uang yang saling Siapakah yang lebih baik perkataannya
membutuhkan dan tidak mungkin daripada orang yang menyeru kepada Allah,
dipisahkan satu sama lain(2000). mengerjakan amal shaleh dan berkata,
Dari pendapat di atas, dapat „sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri‟. Dan tidaklah sama
dipahami bahwa menjadi juru dakwah
kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah
tidak cukup hanya dengan ilmu (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
pengetahuan dan pemahaman saja maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
tetapi juga harus diikuti dengan antara dia ada permusuhan seolah-olah
kepandaian dan keterampilan dalam telah menjadi teman yang sangat
menyampaikan, demikian pula setia(Fushilat: 33-34)
sebaliknya, bisa menyampaikan,
terampil berbicara atau berpidato, Rasulullah SAW., juga bersabda:
kalau tanpa pengetahuan dan “Barangsiapa mengajak kepada
pemahaman yang mendalam atas petunjuk, ia berhak memperoleh pahala
materi dakwah yang disampaikan seperti pahala orang yang
belum memenuhi syarat untuk menjadi mengikutinya, tanpa mengurangi
juru dakwah. sedikitpun dari pahala mereka. Dan
Berdakwah, memang menjadi barangsiapa mengajak kepada
kewajiban setiap muslim, tetapi menjadi kesesatan, ia mendapat dosanya seperti
juru dakwah, memerlukan syarat atau dosa orang yang mengikutinya, tanpa
kredibilitas yang tinggi. Dengan kata mengurangi sedikitpun dari dosa
lain, setiap muslim punya hak dan mereka.”(HR. Muslim, Malik, Abu Daud,
kewajiban untuk berdakwah, tetapi dan Tirmidzi)
menyandang gelar sebagai juru dakwah Berkenaan dengan keberadaan juru
hanya akan didapatkan manakala dakwah sebagai pilar sentral
masyarakat memberikan label itu pelaksanaan dakwah, Jum‟ah Amin
kepadanya sesuai dengan Abdul Aziz, mengemukakan sifat-sifat
kredibilitasnya di mata masyarakat itu yang harus dimiliki oleh seorang juru
sendiri. dakwah, yaitu: “Amanah, shidq, ikhlas,
Dakwah memang bukanlah urusan rahmah, shabr dan hirsh” (2000).
yang mudah, ada amanah besar dalam Sesungguhnya seruan seorang juru
pelaksanaan dakwah. Dakwah dakwah tidak akan bisa lekat di hati
memerlukan juru dakwah yang masyarakat atau sasaran dakwahnya
mukhlis, giat, komunikator yang baik kecuali dengan memberikan
dan dinamis, serta berakhlak mulia keteladanan yang baik, yaitu jujur kata-
yang menyampaikan dakwah dengan katanya dan terpercaya perbuatannya,
bashirah (petunjuk yang jelas), sehingga sebagaimana sifat-sifat yang harus
juru dakwah berhak meraih derajat melekat pada diri seorang juru dakwah,
yang mulia, Allah berfirman dalam Al- yakni:
Qur‟an:
1) Amanah
         Amanah (terpercaya) adalah sifat
utama yang harus dimiliki seorang juru
         dakwah. Amanah merupakan sifat yang
dimiliki oleh seluruh Nabi dan Rasul,
          bersamaan dengan ash-shidq
(kejujuran). Tidak ada manusia jujur
     yang tidak terpercaya, dan tidak ada

4 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

manusia yang terpercaya yang tidak


jujur. 4) Rahmah
Seorang juru dakwah mengemban
2) Shidq risalah Rahmah (kasih sayang). Juru
Shidq yang berarti kejujuran dan dakwah yang rahmah adalah juru
kebenaran; lawan kata dari kedustaan- dakwah yang bertutur kata dengan
termasuk di antara sifat-sifat dasar baik. Alangkah indahnya ketika Al-
yang harus melekat pada diri setiap Qur‟an mengatakan Wa quuluu linnaasi
juru dakwah. Sifat Shidq melingkupi hasanan (berbicaralah kepada manusia
berbagai sisi kehidupan, yakni: dengan baik). Yakni kepada seluruh
a) Shidq dalam perkataan; manusia, yang kaya maupun miskin,
merupakan kewajiban bagi setiap yang alim maupun yang bodoh, orang
muslim untuk memelihara tutur kampong atau orang kota, yang muslim
katanya, lebih-lebih seorang juru maupun yang kafir dan sebagainya.
dakwah. Disamping tutur kata yang baik, sifat
b) Shidq dalam niat dan kehendak; rahmah juga tergambar dengan sikap
segala yang diperbuat atas dasar lemah lembut, santun dan sederhana.
keikhlasan, tidak ada motivasi dalam
gerak dan diam selain karena Allah. 5) Shabr
Bukan mengharap pujian atau imbalan. Sabar merupakan akhlak qur‟ani,
c) Shidqul „azm (tekad yang benar); karena tidak ada keimanan bagi
semangat yang kuat, tidak tergoyahkan seseorang tanpa kesabaran. Sifat sabar
karena halangan dan rintangan. merupakan akhlak yang banyak
d) Shidq dalam menepati janji; diulang-ulang dalam Al-Qur‟an. Dan
berusaha keras menepati janji, tidak salah satu sifat yang harus melekat
membuat kecewa dan penuh bagi setiap juru dakwah. Orang yang
pertimbangan ketika ada rintangan. sabar adalah orang yang menahan diri
e) Shidq dalam bekerja; dari mengeluh, meskipun dalam kondisi
bersungguh-sungguh dalam beramal yang teramat sulit; menahan lisan dari
sehingga apa yang tampak dalam perkataan kotor dan mengadu domba;
perbuatannya adalah apa yang ada menahan anggota badan dari perbuatan
dalam hatinya. Kejujuran beramal zhalim; menahan diri dari bermegah-
adalah sikap yang sama dalam keadaan megah; mubazir atau berlebihan dalam
sendiri ataupun dihadapan banyak berkata, bersikap dan bertindak.
orang. Seorang muslim dituntut untuk
bersabar dan sabarnya adalah karena
3) Ikhlas Allah. “wa lirabbika fashbir”, “washbir li
Seorang da‟i, harus mengikhlaskan hukmi rabbika”.
amalnya karena Allah, dan juga
diperintahkan untuk husnudzan 6) Hirsh
(berbaik sangka) kepada orang lain. Seorang juru dakwah harus
Dan agar seorang da‟i terjaga dari memiliki sifat hirsh (perhatian yang
kotoran riya‟ Nabi Muhammad SAW besar) kepada sasaran dakwahnya,
memberi petunjuk agar berdo‟a kepada sampai yang bersangkutan merasakan
Allah dengan do‟a :”Ya Allah, aku mohon perhatian tersebut. Perhatian bias
perlindungan dari syirik kepada-Mu diberikanketika seorang juru dakwah
dalam perbuatan yang aku lakukan, memahami kondisi sasaran dakwahnya,
dan aku mohon ampun kepada-Mu mampu menyelami apa yang menjadi
terhadap apa yang tidak saya ketahui.” kebutuhan dan kesulitan sasaran

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 5
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

dakwah. Perhatian dapat ditunjukkan Secara deskriptif antara keahlian


manakala juru dakwah memahami dan kepercayaan dapat digambarkan
psikologi dakwah sasaran dakwahnya sebagai berikut:
dan memiliki pengetahuan psikologi  Keahlian adalah kesan yang
komunikasi, sehingga dapat dibentuk komunikate tentang
melaksanakan dakwah secara kemampuan komunikator dalam
komunikatif dan persuasif. hubungannya dengan topik yang
Demikian beberapa hal yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai
berkenaan dengan juru dakwah berikut tinggi pada keahlian dianggap sebagai
hal-hal yang melingkupi aktivitasnya cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,
sebagai juru dakwah yang perlu berpengalaman, atau terlatih.
mendapat perhatian dan koreksi untuk Sebaliknya komunikator yang dinilai
peningkatan kredibilitasnya sebagai rendah pada keahlian dianggap tidak
juru dakwah. berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.
 Kepercayaan adalah kesan
Komponen Kredibilitas komunikate tentang komunikator yang
Sebagai seorang komunikator, juru berkaitan dengan wataknya. Apakah
dakwah harus memiliki kredibilitas komunikator dinilai jujur, tulus,
yang tinggi untuk meraih kesuksesan bermoral, adil, sopan, dan etis. Atau
dalam syiar Islam sebagaimana apakah komunikator dinilai tidak jujur,
dicontohkan oleh Nabi Muhammad lancang, suka menipu, tidak adil, dan
SAW. Sementara itu, kredibilitas tidak etis.
memiliki banyak kriteria yang harus Koehler, annatol, dan Appelbaum
diamati dan diperhitungkan secara menambahkan 4 lagi sebagai komponen
cermat dan intensif. dari kredibilitas yaitu 1) dinamisme, 2)
Kredibilitas merupakan tingkat sosiabilitas, 3) koorientasi dan 4)
dimana sumber komunikasi atau karisma.
saluran komunikasi dapat dipercaya
dan kompeten oleh penerimanya/obyek 1) Dinamisme umumnya berkaitan
dakwahnya. Hal ini sebagaimana dengan cara orang berkomunikasi.
dikemukakan Tan Alexis (1981, 104) Komunikator memiliki dinamisme bila
bahwa kredibilitas bersumber dari dua ia dipandang sebagai bergairah,
komponen, yaitu keahlian dan bersemangat, aktif, tegas, dan berani.
kepercayaan. Sebaliknya komunikator yang tidak
Keahlian adalah tingkat sumber dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan
dipersepsi khalayak untuk mengetahui lemah. Dalam komunikasi, dinamisme
jawaban yang benar dan tepat pada memperkokoh kesan keahlian dan
pokok permasalahan. Keahlian kepercayaan.
tergantung pada keterlatihannya, 2) Sosiabilitas adalah kesan
pengalamannya, kemampuannya, komunkate tentang komunikator
kecerdasannya dan status sosialnya, sebagai orang yang periang dan senang
sementara kepercayaan adalah tingkat bergaul.
seorang sumber dipersepsi sebagai 3) Koorientasi merupakan kesan
seorang yang memotivasi untuk komunikate komunikator sebagai orang
memanipulasi dan tidak mengambil yang mewakili kelompok orang yang
keuntungan bila khalayak menerima kita senangi, yang mewakili nilai-nilai
rekomendasi pesan. kita.
4) Karisma digunakan untuk
menunjukkan suatu sifat luar biasa

6 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

yang dimiliki komunikator yang  Kekuasaan Keahlian (expert


menarik dan mengendalikan power)
komunikate seperti magnet menarik  Kekuasaan Informasional
benda-benda di sekitarnya. (informational power)
Disamping komponen di atas, masih  Kekuasaan Rujukan ( referent
banyak komponen lain yang power )
mempengaruhi keberhasilan seorang  Kekuasaan Legal (legitimate
juru dakwah dalam menjalankan power).
aktivitas dakwahnya sebagai seorang Semua kekuasaan itu dapat
komunikator, antara lain: mempengaruhi berbagai aktivitas,
1) Atraksi. Terdapat faktor-faktor termasuk aktivitas juru dakwah sebagai
situasional yang mempengaruhi atraksi komunikator yang harus memiliki
interpersonal seperti daya tarik fisik, kredibilitas yang tinggi.
ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Berkaitan dengan kredibilitas
Komunikan cenderung menyenangi komunikator ini pula, Yulianita
orang-orang yang tampan dan cantik, menyebutkan ada 10 komponen
yang banyak kesamaannya dengan kredibilitas komunikator, yakni:
komunikan, dan yang memiliki Keahlian, dapat dipercaya, sosiabilitas,
kemampuan yang lebih. koorientasi, karisma, dinamis,
Atraksi fisik menyebabkan keamanan, keterbukaan, sungguh-
komunikator menjadi menarik, dan sungguh dan ketenangan” (2001, 13)
karena menarik ia memiliki daya 1) Keahlian (Expertness); yaitu
persuasif. Komunikan tentunya juga pesan yang dibentuk komunikate
tertarik kepada seseorang karena (penerima pesan) tentang kemampuan
adanya beberapa kesamaan antara komunikator. Komunikator yang dinilai
komunikator dengan tinggi keahliannya, maka ia akan
komunikan.Karena itulah, komunikator dianggap sebagai komunikator yang
yang ingin mempengaruhi orang lain cerdas, mampu, banyak tahu,
sebaiknya memulai dengan berpengalaman atau terlatih. Dengan
menegaskan adanya kesamaan antara demikian, banyak syarat yang harus
dirinya dengan komunikate. Kenneth dipenuhi oleh seorang komunikator,
Burke, seorang ahli retorika, menyebut yang dalam hal ini adalah juru dakwah,
upaya ini sebagai “strategy of untuk bisa dianggap ahli oleh
identification”. komunikan. Apabila keahlian ini tidak,
2) Kekuasaan. Kekuasaan adalah maka dengan sendirinya kredibilitas
kemampuan menimbulkan seorang juru dakwah akan dinilai
ketundukan. Seperti halnya kredibilitas rendah oleh audiensnya/penerima
dan atraksi, ketundukan timbul dari pesan.
antara komuniaktor dan komunikate. 2) Dapat dipercaya
Kekuasaan menyebabkan seseorang (Trustworthiness). Kepercayaan adalah
komunikator dapat “memaksakan” kesan komunikan (penerima pesan)
kehendaknya kepada orang lain, karena tentang watak komunikator. Apakah
ia memiliki sumber daya yang sangat komunikator itu dinilai jujur, tulus,
penting. Kekuasaan inipun bermacam- bermoral, adil, sopan, dan etis, atau
macam bentuknya, French dan Raven sebaliknya, yakni tidak jujur, pamrih,
mengemukakan jenis-jenis kekuasaan suka menipu, tidak adil, dan tidak etis.
sebagai berikut : 3) Sosiabilitas (Sociability), yaitu
 Kekuasaan Kooersif (coersive kesan komunikan (penerima pesan)
power) tentang komunikator sebagai orang

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 7
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

yang periang, ramah dan senang komunikannya tentang segala hal yang
bergaul. Umumnya komunikator memang perlu diketahui
disenangi karena punya keterampilan komunikannya, sehingga kondisi ini
dalam mengaplikasikan human memudahkan berjalannya fungsi social
relations secara baik dan termasuk diantara kedua belah pihak.
orang yang dipandang pandai 9) Sungguh-sungguh
beradaptasi dengan lingkungan (seriousness), kesan komunikate
pergaulannya. terhadap komunikator, bahwa
4) Koorientasi (Coorientation); komunikator dipandang sebagai orang
merupakan kesan komunikan tentang yang menekankan kesungguhan
komunikator yang dipandang sebagai (serius), tidak main-main, penuh
orang yang mewakili kelompok yang pertimbangan, hati-hati, tidak
umumnya disenangi, juga dipandang sembarangan. Pada prinsifnya
sebagai orang yang mewakili nilai-nilai komunikator member kesan atau
pada kelompok dan lingkungannya. memperlihatkan kesungguhan pada
5) Karisma (Charisma); seorang saat melancarkan kegiatan komunikasi.
komunikator dianggap memiliki 10) Ketenangan (poise);
karisma karena dipandang sebagai komunikator akan cenderung lebih
orang yang memiliki kekuatan sebagai mempercayai pembicara yang tenang,
pemimpin dan mendapat pengakuan santai, tidak gugup, penuh kepastian
komunikannya karena kehebatannya pada saat berperan sebagai sumber
yang luar biasa, fantastis, spektakuler dalam segala situasi dan kondisi yang
atau mengagumkan/menakjubkan, harus dihadapinya.
memukau dan merupakan figure yang Dengan demikian, ada 10 point
dapat diterima di lingkungannya. kredibilitas juru dakwah sebagai
6) Dinamisme (Dynamism); komunikator yang harus dicermati
seorang komunikator dinilai tinggi secara intensif, untuk peningkatan
kredibilitasnya apabila memiliki keberhasilan pelaksanaan Dakwah
kedinamisan seperti agresif, empatis, Islamiyah.
kuat, aktif, energik, dan tegas. Dan
sebaliknya, dianggap rendah Kredibilitas Juru Dakwah
kredibilitasnya apabila tidak dinamis, Berdasarkan pernyataan
seperti takut, pasif, malas-malasan, sebelumnya, bahwa kredibilitas
ragu-ragu, dan defensive. komunikator terletak pada persepsi
7) Keamanan (Safety); masyarakat. Maka untuk memperoleh
komunikator dianggap orang yang hasil yang optimal, seharusnya aktivitas
dapat menjamin keamanan bagi pihak dakwah perlu memperhitungkan
komunikannya melalui berbagai cara tentang persepsi masyarakat, yang
yang dapat memberikan rasa tentu saja berbeda antara masyarakat
ketenangan, kenyamanan, tidak dalam satu wilayah dengan masyarakat
membuat komunikannya dalam dalam wilayah yang lain. Dan penilaian
keadaan yang gelisah, bingung dan kredibilitas tersebut bersifat inherent,
tidak menentu. hanya berlaku apabila pesan yang
8) Keterbukaan (Extroversion); disampaikan/dianjurkan oleh
komunikator dipandang sebagai orang komunikator sesuai dengan harapan
yang menekankan keterbukaan, tidak dan system nilai penerima pesan.
malu-malu, dan tidak menutup diri. Sementara kondisi masyarakat dilihat
Pada prinsifnya komunikator member dari segi tingkat intelektualitasnya saja
peluang untuk mau terbuka terhadap sudah berbeda, hal ini sebagaimana

8 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

dikemukakan oleh Hamzah Ya‟qub, masyarakat jahiliyah menjadi


yang menggolongkan masyarakat masyarakat yang baik, penuh dengan
menjadi tiga kelompok, yaitu: keimanan, Islam dan ihsan.
1. Umat yang berpikir kritis; Salah satu rahasia besar
tergolong orang-orang yang keberhasilan dakwah Nabi Muhammad
berpendidikan dan orang-orang yang Saw selama menjalankan kegiatan
berpengalaman. Orang-orang yang dakwah adalah, Nabi selalu
hanya dapat dipengaruhi, jika menerapkan prinsip-prinsip retorika
pikirannya menerima dengan baik. dalam berdakwah. Nabi bukan hanya
2. Umat yang mudah dipengaruhi; berhasil mengubah masyarakat Arab
suatu masyarakat yang mudah yang sebelumnya dikenal sebagai
dipengaruhi oleh paham baru masyarakat jahiliyah, menjadi tertarik
(sugestable) tanpa menimbang-nimbang terhadap ajaran Islam, mereka juga
secara matang apa yang dikemukakan tahu, mengerti serta memahami
kepadanya. kemudian mengamalkan ajaran Islam
3. Umat yang bertaklid: yakni yang disampaikan oleh Nabi.
golongan yang fanatic buta berpegang Adapun beberapa prinsip retorika
kepada tradisi dan kebiasaan turun- yang diterapkan Nabi Muhammad Saw
temurun.(1981: 33) dalam berdakwah dapat dikemukakan
Dengan mengetahui tingkat dan sebagai berikut:
golongan penerima pesan, seorang
komunikator lebih mudah 1. Emotional Appeals (Imbauan
menyampaikan pesan/materi yang Emosional)
sesuai dengan harapan dan kebutuhan Nabi Muhammad Saw ketika hendak
masyarakat itu sendiri. Dengan menyampaikan pesan dakwah selalu
demikian, seorang komunikator yang menyentuh hati audiens, sehingga apa
ditampilkan dalam aktivitas dakwah yang beliau sampaikan dapat
seharusnya adalah seorang melibatkan perasaan, emosi, harapan,
komunikator yang dianggap dan kasih sayang mereka. Menurut
refresentatif bagi audiencenya. Selain Wahyu, yang mengantarkan setiap
itu juga terdapat kemampuan dan orang yang mendengar atau
penguasaan komunikator untuk membacanya untuk menyimak
membuat pernyataan yang jelas, penjelasan, berikut jika diperhatikan
akurat, komunikatif, rasional, banyak sekali ayat-ayat yang
informative, argumentative mengenai mengandung imbauan emosional
kualitas pesan yang disampaikannya. (emosional appeals) didalam Al-Qur‟an,
Untuk itu, seyogyanya, seorang juru misalnya ungkapan “Demi masa” (Al-
dakwah harus ahli dalam bidang ilmu Ashar: 1), “Demi matahari dan
komunikasi. cahayanya di pagi hari”, (Asy-Syam: 1),
Nabi Muhammad SAW merupakan “Apabila bumi digoncangkan dengan
suri tauladan yang baik dalam hal goncangannya yang dahsyat” (Al-
berkomunikasi dengan umatnya, Zalzalah: 1), atau dapat pula dibaca
memiliki kredibilitas yang tinggi karena pada Surah Al-Maa‟un ayat 1 yang
kejujuran dan keindahan perilaku menyatakan “Tahukah kamu orang
baginda Nabi. Sebagaimana beliau yang mendustakan agama?”.
berbuat dan berlaku ketika mengemban Contoh-contoh ayat tersebut di atas
tugas dakwah, tugas kenabian, jika diamati secara seksama, maka
sehingga dalam kurun waktu yang ternyata statemen-statemen diawal
singkat mampu merubah kondisi surah tersebut merupakan emosional

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 9
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

appeals yang mengantarkan setiap 2. Menggunakan Bahasa


orang yang mendengar atau Persuasif
membacanya untuk menyimak Prinsip retorika yang juga
penjelasan berikutnya, sehingga sampai diterapkan Nabi dalam berdakwah
pada materi inti yang ingin adalah beliau menggunakan bahasa
disampaikan. yang persuasive, lemah lembut, jelas,
Emosional appeals ini merupakan dan karenanya sangat mudah untuk
prinsip retorika yang sangat dipahami maksudnya serta diikuti oleh
menentukan saat ingin mengemukakan kalangan awam sekalipun.
inti masalah atau persoalan yang akan Nabi menggunakan bahasa yang
disampaikan. Jika awalnya sudah tidak persuasive karena intinya memang
menarik, maka dapat dipastikan bahwa menghendaki kemudahan dan tentu
khalayak pendengar atau pembaca saja hal ini memang sejalan dengan
tidak akan tertarik lagi untuk prinsip retorika. Diriwayatkan dari Anas
mengikuti uraian-uraian selanjutnya. bin Malik, Nabi Muhammad Saw
Mengingat hal inilah, dalam paradigma pernah bersabda: “Rajinkanlah orang-
retorika Aristoteles, emosional appeals orang (dalam masalah-masalah agama),
ini merupakan salah satu cara efektif dan janganlah membuatnya menjadi
untuk mempengaruhi manusia sukar bagi mereka dan berilah mereka
(Rakhmat 1998, 7). kabar gembira dan janganlah membuat
Prinsip-prinsip retorika berupa mereka melarikan diri (dari Islam)” (Az-
imbauan emosional ini bukan hanya Zabidi 1997, 33).
dipraktekkan Nabi dalam setiap Prinsip Nabi yang menekankan pada
kegiatan dakwah dalam bentuk lisan bahasa yang persuasive ini merupakan
saja, tetapi juga dipraktekkan Nabi salah satu kunci sukses besar dakwah
dalam dakwah berbentuk tulisan yang Nabi Muhammad Saw. Prinsip ini
antara lain dapat dilihat dari beberapa bukan hanya tercermin dalam setiap
ungkapan yang dikemukakan Nabi kegiatan dakwah saja, tetapi memang
dalam Surat dakwahnya, misalnya sudah menjadi substansi kepribadian
Surat Nabi kepada Heraklius, pada awal beliau sehari-hari. “Rasulullah Saw
surat berisi: “Dari Muhammad Rasul tidak berbicara cepat sebagaimana
Allah kepada Heraklius, Pembesar kalian. Tetapi beliau berbicara dengan
Roma. Selamat buat orang yang kata-kata yang jelas dan tegas. Orang
mengikuti petunjuk” (Nashr, 1993: 47). yang duduk bersamanya akan dapat
Hal yang senada juga disampaikan Nabi menghafal (kata-katanya) (At-Tirmidzi
pada Chosroes Aberwis, pada awal 1995, 175).
surat beliau tertulis: “Dari Muhammad
kepada Chosroes, Pimpinan Parsi. 3. Memperhatikan Kondisi
Selamat buat orang yang mengikuti Obyektif Khalayak
petunjuk dan beriman kepada Allah Secara teoritis, faktor relevansi
dan Rasul-Nya” (Nashr 1993, 49). substansi dan teknik penyampaian
Dari contoh tersebut dapat pesan atau informasi dengan kondisi
diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw obyektif sosial budaya khalayak dalam
selalu sangat menekankan aspek retorika merupakan salah satu faktor
prinsip retorika dalam berdakwah, penting (Hendrikus, 1991: 43). Dalam
termasuk dalam dakwah tulisan. hal ini, ada beberapa prinsip retorika
yang diterapkan Nabi dalam dakwah
beliau, yakni:

10 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

Pertama, memberikan al-Indzar retorika guna menjadikan manusia agar


(peringatan). Dalam al-Indzar ini Nabi tetap loyal terhadap Allah.
berdakwah menekankan pada Kedua, memberikan al-Tabsyir
substansi dakwah yang berkenaan (kabar gembira). Dalam al-tabsyir ini
dengan peringatan terhadap khalayak Nabi Muhammad Saw berdakwah
tentang adanya kehidupan akherat dengan menekankan pada substansi
dengan segala konsekuensinya. Al- materi yang berisi kabar yang
Indzar ini sering disertai dengan menggembirakan bagi para pengikut
ancaman hukuman bagi orang-orang dakwah. Sejalan dengan ini maka
yang tidak mengindahkan perintah tidaklah mengherankan jika dalam al-
Allah dan Rasul. Qur‟an Nabi sering pula disebut sebagai
Pertanyaan yang cukup menarik Basyir atau mubasysyir, yakni orang
untuk dikaji, mengapa gerangan Nabi yang memberikan kabar gembira.
berdakwah dengan cara indzar ini? Salah satu contoh prinsip retorika
Ternyata dalam bingkai pemahaman yang diterapkan Nabi Muhammad bisa
retorika, substansi dan penyampaian dilihat dalam Surah Yunus ayat 2
pesan harus relevan dengan kondisi ”Patutkah menjadi keheranan bagi
obyektif khalayak menjadi prinsip Nabi. manusia bahwa Kami mewahyukan
Dalam hubungan ini terhadap golongan kepada seorang laki-laki diantara
orang-orang kafir atau orang-orang mereka ”berilah peringatan kepada
muslim yang masih sering berbuat manusia dan gembirakanlah orang-
maksiat, maka Nabi menggunakan cara orang beriman bahwa mereka
al-indzar. mempunyai kedudukan yang tinggi
Prinsip retorika yang diterapkan disisi Tuhan mereka”. Orang-orang kafir
Nabi dalam berdakwah dengan al- berkata: ”Sesungguhnya orang ini
Indzar ini juga dikukuhkan dalam (Muhammad) benar-benar adalah
Bahasa Al-Qur‟an sebagai Nadzir atau tukang sihir yang nyata” (Depag RI,
mundzir yang berarti orang-orang yang 1989, 305).
memberi peringatan (Yaqub 1997, 50). Berbeda dengan al-indzar yang
Prinsip retorika dengan corak al-Indzar ditujukan kepada obyek dakwah yang
ini dilakukan Nabi Muhammad Saw umumnya dari golongan kafir atau
memang dilandasi pada karakteristik golongan muslim yang masih gemar
dasar manusia yang secara fitrah sudah melakukan pekerjaan maksiat, suka
memiliki keimanan dasar, atau ”Tauhid melanggar peraturan agama, maka at-
Rububiyah” dimana secara asasi tabsyir ini ditujukan kepada obyek
manusia baik itu tifologi mukmin, kafir, dakwah yang bertifologi pengikut setia
bahkan iblispun mengakui hal itu. agama Islam, golongan muslim yang
Dalam al-Qur‟an konsep ini dituangkan taat menjalankan perintah agama.
dengan jelas misalnya dalam al-Zukhruf Prinsip dakwah dalam al-tabsyir ini
87 dan Al-A‟raf 12. mengarah pada dakwah yang
Akan tetapi pada kenyataannya menyejukkan umat, sehingga mereka
hanya sekedar pengakuan saja tentu merasa dipacu untuk terus menerus
belum cukup untuk membuat manusia meningkatkan kadar keberagamaan
menjadi taat kepada Allah, sebab yang mereka.
diperintahkan Allah adalah ketaatan Dari latar belakang dua prinsip ini,
mutlak kepada-Nya. Dalam hubungan maka jelaslah bahwa prinsip retorika
inilah, maka al-indzar memang yang dikembangkan Nabi Muhammad
diperlukan dan sesuai dengan prinsip Saw dalam dakwah tersebut selalu
melihat pada kondisi obyektif audiens.

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 11
Mariyatul Kredibilitas Juru Dakwah

Bahkan dalam banyak sumber prinsip diterima dan diamalkan dengan baik
retorika dakwah Nabi seperti ini diikuti pula, sebagaimana dicontohkan Nabi
pula oleh beberapa sikap elastisitas Muhammad SAW.
antara lain dapat dicatat bahwa beliau Berkaitan dengan kredibilitas ini,
dalam suatu kesempatan bersikap maka yang memberikan penilaian
lemah lembut dan sangat dialogis, terhadap semua itu adalah masyarakat
tetapi dalam kesempatan lain beliau sebagai obyek dakwah. Mereka memiliki
bisa berbuat tegas dan keras (Yaqub asumsi tersendiri terhadap juru
1986, 52-55). dakwahnya, mereka adalah makhluk
hidup, makhluk bergerak yang bebas
4. Argumentatif menilai terhadap komunikator yang
Salah satu keberhasilan dakwah mereka temui. Dengan istilah lain,
Nabi Muhammad Saw adalah bahwa masyarakat punya persepsi tersendiri
Nabi juga mengembangkan prinsip tentang juru dakwah mereka. Hal ini
retorika yang argumentatif. Kalau saja sebagaimana dikemukakan oleh
Nabi tidak menerapkan prinsip seperti Hovland (1953), bahwa pesan yang
ini, maka tentu dakwah Islam tidak disampaikan oleh komunikator yang
bisa berkembang dan barangkali akan tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih
dikalahkan oleh penentang-penentang banyak memberi pengaruh kepada
Islam yang mencoba perubahan sikap penerimaan pesan,
menghancurkannya dengan berbagai daripada jika disampaikan oleh
cara dan gaya bahasa untuk komunikator yang tingkat
melemahkan posisi Islam. kredibilitasnya rendah. Dan dalam
Prinsip retorika yang argumentatif kaitan ini pula, Effendy (1990, 44)
ini banyak dilihat dari berbagai Hadits mengatakan bahwa seorang
Nabi maupun didalam al-Qur‟an. Salah komunikator akan mempunyai
satu contoh dapat dilihat dalam Surah kemampuan untuk melakukan
Fathir ayat 9: ”Dan Allah, Dialah yang perubahan sikap dan tingkah laku
mengirimkan angin, lalu angin itu melalui mekanisme daya tarik, jika
menggerakkan awan, maka Kami halau pihak komunikan merasa bahwa
awan itu ke suatu negeri yang mati lalu komunikator ikut serta dengan mereka
Kami hidupkan bumi setelah matinya dalam hubungannya dengan opini
dengan hujan itu. Demikianlah secara memuaskan. Adapun dimensi
kebangkitan itu. daya tarik menurut Tan Alexis
Demikianlah, melalui prinsip (1981,105) diukur dengan kesamaan
retorika yang penuh argumentatif itu (similarity), keakraban (familiarity) dan
membuat audiens bahkan dari kesukaan (liking).
golongan kaum musyrik sekalipun Kesamaan dalam banyak hal atau
akhirnya dapat menerima dengan rasa salah satu unsur, akan membuat orang
puas terhadap persoalan-persoalan merasa ada ikatan psikologi, atau
yang dikemukakan oleh Nabi Saw. Jadi kedekatan emosional. Misalnya
Nabi adalah seorang komunikator yang kesamaan demografi, kesamaan
handal karena retoris dan perilaku ideology, agama, ras, pekerjaan,
beliau yang akhlakul karimah. pendidikan, pendapatan atau status
Dengan metode penyampaian yang social secara ekonomi atau dalam
baik, dengan tingginya kredibilitas juru tingkat ekonomi.
dakwah dimata umat atau sasaran Adapun keakraban, penting untuk
dakwah, tentunya apa yang mengikis jarak atau kekakuan
disampaikan oleh juru dakwah akan hubungan antar orang perorang atau

12 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13
Kredibilitas Juru Dakwah Mariyatul

dalam hal ini antara komunikator Kaidah yang harus dijadikan acuan
dengan komunikannya, antara juru dalam Dakwah Islamiyah,(Terjemah:
dakwah dengan sasaran dakwahnya. Abdus Salam Masykur, Lc), Era
Demikian pula kesukaan; bakat yang Intermedia, Solo, 2000.
sama akan menimbulkan rasa suka. Mariah, Siti. Metodologi Dakwah
Jalaluddin Rakhmat (1994, 113) Kontemporer, Yogyakarta, Mitra
mengemukakan, bahwa orang yang Pustaka, 2000.
kesukaannya kepada kita bertambah, Muhaimin Abda, Slamet. Prinsip-Prinsip
akan lebih kita senangi daripada orang Metodologi Dakwah, Surabaya,
yang kesukaannya kepada kita tidak Usaha Nasional, 1994
berubah. Muis. A. Komunikasi Islami, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 1999.
Kesimpulan Natsir, M. Fiqhud Dakwah, Jakarta,
Dengan demikian, peran seorang Media Dakwah, 2000.
Juru Dakwah sebagai komunikator dan Neny Yulianita. Komunikasi Pemasaran,
berhasil tidaknya dakwah yang Surabaya, Diktat Kuliah Program
disampaikan juru dapat dipengaruhi Pasca Sarjana Unitomo, 2001.
dari tingkat kredibilitas juru dakwah Ya‟qub, Hamzah. Publisistik Islam,
tersebut dimata penerima pesan atau Bandung, Diponegoro, 1981
sasaran dakwah.
Kredibilitas juru dakwah memiliki
poin komponen atau syarat yang jauh
lebih banyak tuntutannya jika
dibandingkan dengan kriteria
kredibilitas seorang komunikator lain
pada umumnya. Kredibilitas seorang
Juru Dakwah tidak hanya menyangkut
kemampuan dari sisi keilmuan dan
performen semata, melainkan keimanan
dan keteladanan menjadi pertimbangan
utama pula. Kredibilitas juru dakwah
sebagai komunikator tidak bisa
dimanipulasi dengan tampilan saja,
tidak bisa dicitrakan secara manipulatif
sesaat dengan polesan kata atau
tampilan kala diperlukan, melainkan
apa yang diucapkan, diajarkan selalu
dilaksanakan dengan keteladanan.

Referensi
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika
Komunikasi, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 1992.
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi
Komunikasi, Bandung, Rosdakarya,
1996
Jum‟ah Amin Abdul Aziz. Fikih Dakwah
Studi atas berbagai Prinsip dan

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 1-13 13

Anda mungkin juga menyukai