Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PENYIAPAN DAN PENYERAHAN OBAT

INSTALASI FARMASI
TAHUN 2019
RSUD KEPULAUAN SERIBU

Rumah Sakit Kepulauan Seribu


Jl. Pulau Pramuka Rt 001 Rw 004
“Melayani dengan Hati”
KATA PENGANTAR

Pedoman Penyiapan dan Penyerahan Farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Kepulauan


Seribu disusun mengacu kepada Standar Penyiapan dan Penyerahan Farmasi di Rumah Sakit
yang disusun oleh Tim Penyusun Standar Penyiapan Farmasi di Rumah Sakit dan diberlakukan
dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/2004.
Pedoman Pengadaan Farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Kepulauan Seribu sebagai
acuan instalasi farmasi dalam menerapkan paradigma baru Penyiapan dan Penyerahan
kefarmasian yang mengharuskan adanya perubahan penyiapan dan penyerahan dari drug
oriented ke patient oriented.
Pedoman Pengadaan Farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Kepulauan Seribu ini disusun
dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkini dan akan
terus diperbaiki seiring dengan peningkatan Penyiapan dan penyerahan farmasi di RSUD
Kepulauan Seribu. Demikian segala saran dan masukan yang bersifat membangun dalam
meningkatkan pengadaan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Kepulauan Seribu sangat berarti
bagi kami.
Jakarta
Direktur RSUD Kepulauan Seribu

dr.
NIP
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3


1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 4
BAB II GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 5
2.1 Dispensing 5
2.2 Lingkungan Dispensing ................................................................................................ 5
2.3 Personel Dispensing ...................................................................................................... 6
2.4 Proses Dispensing ......................................................................................................... 6
2.5 Pelayanan Verifikasi Obat ............................................................................................ 7
2.6 Konseling ...................................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah Fasilitas Kesehatan yang sangat berperan dalam meningkatakan kesejahteraan
masyarkat Negara Indonesia melalui pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Peran penting ini
di harapkan mampu memiliki pilar yang kuat untuk menjaga kesehatan masyarakat Indonesia Trutama
RSUD Kepulauan Seribu pada khususnya. Salah Satu upaya dalam pembentukan sistem pilar yang baik
maka harus di buat pedoman struktur organiasai pada sebuah Rumah Sakit dalam pelaksanaan tugas
sebagai pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan
di Indonesia termasuk rumah sakit.Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
72/Menkes/SK/XII/2016 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,yang menyebutkan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan suatu unit di rumah sakit dengan fasilitas
penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang farmasis dan memenuhi persyaratan
secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan
pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita.
Kegiatan pada instalasi ini terdiri dari pelayanan farmasi minimal yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan perbekalan farmasi, dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian
distribusi pelayanan umum dan spesialis, pelayanan langsung pada pasien serta pelayanan
klinis yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan
filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan
kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Maka dari itu pada setiap pelayanan ,
diwajibkan memiliki pedoman khusus penyiapan dan penyerahan obat yang mengatur standard
pelayanan kefarmasian dan tugas untuk melaksanakan penyiapan serta penyerahan obat dengan
baik.

1.2 Tujuan
Untuk meningkatkan Pelayanan Kesehatan dengan membuat pedoman penyiapan dan
penyerahan obat di fasilitas kesehatan Rumah Sakit Kepulauan Seribu demi terlaksananya
tugas dan pelayanan yang optimal.
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Dispensing
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dispensing obat.
Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan
menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat
dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita
(P-3), menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi
obat, merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Pasien Rawat Jalan (RWJ) atau
Rawat Inap (RWI), memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan perawat.

Praktik Dispensing yang Baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu bentuk yang
efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas
sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat. Tujuan Dispensing
sebagai berikut :

 Mendapatkan dosis yang tepat dan aman


 Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral
atau emperal
 Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.
 Menurunkan total biaya obat

2.2 Lingkungan Dispensing


Yang termasuk lingkungan dispensing adalah staf, sekeliling lingkungan fisik, rak, ruang
peracikan, ruang penyimpanan, peralatan, permukaan yang digunakan selama bekerja, dan
bahan pengemas. Lingkungan dispensing harus bersih dan diorganisasikan. Bersih karena
umumnya obat digunakan secara internal dan diorganisasikan agar dispensing dapat dilakukan
dengan aman, akurat, dan efisien.

Staf harus memiliki kebersihan diri dan harus memakai baju kerah putih/baju kerja.
Sekeliling lingkungan fisik, ruang peracikan, dan ruang penyimpanan harus bebas debu
dan kotoran; sebaiknya dibersihkan setiap hari. Wadah dan obat-obattan sebaiknya
diorganisasikan dalam rak; sebaiknya obat dalam dan obat luar diletakkan secara terpisah;
bahan kimia cair dan padat juga sebaiknya disimpan secara terpisah; semua wadah dan obat
harus diberi etiket secara jelas untuk memastikan pemilihan yang aman dari sediaan dan
meminimalkan kesalahan. Semua peralatan untuk meracik, seperti lumpang dan alu, spatula,
timbangan, dll harus dibersihkan hingga bersih dan kering sebelum pemakaian sediaan
selanjutnya. Timbangan sebaiknya dikalibrasi sesuai dengan peraturan yang ada.

Lingkungan dispensing harus memiliki ruangan yang memungkinkan gerakan yang


longgar bagi staf selama proses dispensing, tetapi pergerakan harus diminimalkan untuk
memelihara efisiensi. Sistem perputaran sediaan harus ditetapkan berbasis obat yang digunakan
terlebih dahulu, misalnya yang masuk dulu/keluar dulu. (First In/First Out).

2.3 Personel Dispensing


Selain membaca, menulis, menghitung, dan menuang, personel dispensing harus memiliki
kemampuan sebagai berikut:

 Pengetahuan tentang obat yang mau didispensing, seperti penggunaan umum, dosis
yang digunakan, efek samping yang ditimbulkan, mekanisme kerja obat, interaksi
dengan obat lain/makanan, penyimpanan yang baik, dll.

 Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yg baik.

 Keterampilan mengemas yang baik.

 Bersifat bersih, teliti, dan jujur.

 Memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dengan penderita dan
profesional kesehatan lain.

2.4 Proses Dispensing


1. Menerima dan memvalidasi resep

2. Mengkaji resep untuk kelengkapan

3. Mengerti dan menginterpretasikan resep

4. Menapis profil pengobatan penderita

5. Menyiapkan, membuat, atau meracik obat


6. Mendistribusikan obat kepada penderita.

Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya :

 Dispensing sediaan farmasi khusus antara lain

Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi

Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh

tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas

sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai kegiatan :

 Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan

perorangan.

 Mengemas ke dalam kantong khusus untuk

nutrisi Faktor yang perlu diperhatikan :

 Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.

 Sarana dan prasarana

 Ruangan khusus

 Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

 Kantong khusus untuk nutrisi parenteral

2.5 Pelayanan Verifikasi Obat

Pelaynan Verifikasi Obat memberi perhatian khusus pada proses penggunaan obat.
Perhatian khusus itu berupa :
1) Review / tinjauan sebelum penyiapan obat
2) Verifikasi sebelum pemberian obat
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:

Kedua hal itu sangat penting untuk menjamin obat sampai ke pasien dengan benar.
Untuk mempermudah penerapannya, sebaiknya kita menggunakan alat bantu berupa
check list pada proses review dan verifikasi. Check list itu harus selalu digunakan setiap
melakukan penyiapan atau pemberian obat.

Sebagai catatan, prosedur ini tidak berlaku pada:

1) Kondisi darurat,
2) Dokter pemesan hadir pada saat pemesanan, pemberian, dan pemantauan pasien;
atau
3) Jika obat merupakan bagian dari prosedur (misal untuk radiologi diagnostik dan
intervensi).
Contoh check list dapat dilihat di bawah ini:

Penyerahan obat dilakukan oleh staf medis berwenang , yakni oleh Apoteker namun
bisa dilakukan delegasi tugas oleh Asisten Apoteker sesuai dengan situasi dan kondisi

2.6 Konseling

Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian

masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat

jalan dan pasien rawat inap.

Tujuan :
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat,

lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat

dan penggunaan obat-obat lain.

Kegiatan :

 Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

 Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode open-ended question

 Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

 Bagaimana cara pemakaian

 Efek yang diharapkan dari obat tersebut.

 Memperagakan dan menjelaskan mengenai carapenggunaan obat

 Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien,mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan
tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan :

Kriteria pasien :
• Pasien rujukan dokter

• Pasien dengan penyakit kronis

• Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi

• Pasien geriatric dan Pasien pediatrik.

• Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas

Sarana dan Prasarana :


• Ruangan khusus

• Kartu pasien/catatan konseling

Anda mungkin juga menyukai