Anda di halaman 1dari 5

NASKAH DRAMA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Judul : Resiko bunuh diri

Pelaku :

1. Apriansyah : perawat 1
2. Alis Sholihatul Imamah : perawat 2
3. Priska Damayanti : pasien
4. Syafira Hildiah Utami : saudara pasien
5. Enaz Najmudin Hidayat : saudara pasien
6. Moch. Chatami : orang tua pasien
7. Salina Salsa Bila : orang tua pasien
8. Ifan chanafi : kakek
9. Siti Fitroh Rizki amalia : nenek
10. Eka Fitriani Dewi : narrator

Terdapat dua saudara yang mempunyai kemampuan yang berbeda. Yaitu Priska dan
Hilda. Mereka adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Tetapi diantara mereka berdua, Hilda
lebih terbuka terhadap orang lain. Sedangkan Priska orangnya pemalu dan tertutup, dia lebih
suka menyendiri dan sulit beradaptasi dengan orang lain.

Hilda adalah sosok yang punya intelegensi diatas rata-rata. Dia selalu jadi juara di setiap
jenjang pendidikan yang ia singgahi dalam menuntut ilmu. Selain itu dia juga punya punya paras
lebih cantik dari saudara-saudaranya. Dia anak pertama dari tiga bersaudara, ya Hilda anak
pertama, anak kedua laki-laki dan anak ketiga adalah Priska.

Priska adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Dia cenderung pendiam dan tergolong
introvert/tidak mudah sharing tentang masalah yang ia hadapi, terlebih lagi sejak ia menyaksikan
dengan mata kepalanya sendiri ibunya meninggal secara tragis dengan menggantungkan dirinya
dipalang pintu ruang dapur dirumahnya yang sebelumnya juga Priska juga sering menyaksikan
ibunya dipukuli oleh ayahnya.
Pada suatu hari Hilda meraih juara di sekolahnya. Sedangkan Priska tidak pernah meraih
juara. Sehingga kakek dan neneknya (pengganti ayah dan ibunya sebagai orang tua setelah ibu
mereka meninggal dan ayahnya pergi membawa sodara laki-lakinya) lebih menyayangi Hilda
daripada dirinya.

Hilda : “aku tiap tahun selalu juara dikelas. Sedangkan kamu tidak pernah”
Priska : “iya, adek ngerti kok kak, adek memang tidak pernah bisa seperti kakak. Maka
dari itu gk ada yang sayang adek.”
Hilda : “huuuuu, apa yang kamu bilang tadi itu gak bener dek. Kata siapa gak ada yang
sayang kamu ? kakek sayang sama kamu kok dek.”
Priska : “ya…. Tapi tidak seperti kakek sayang ke kakak.”

(kemudian Priska pergi tanpa berkata apapun)

Ifan : “kenapa kamu termenung cucuku?”


Fitroh : “iyh kamu kenapa?”
Hilda : “tadi adek bilang kalo kakek itu hanya sayang sama aku karena aku selalu dapat
juara. Sedangkan adek tidak pernah. Kasihan dia kek.”
Ifan : “halah sudahlah tidak usah mikirin adekmu itu. Dia memang beda dengan kamu.
Kamu memang cucu kesayangan kakek”
Fitroh : “huuuussshh,,, kakek tidak boleh bicara seperti itu. Bagaimanapun dia juga cucu
kita kek.”

(Tanpa mereka sadari Priska mendengar perbincangan kakek dan cucu kesayangannya
itudari kamarnya).

Malampun tiba….
Kemudian Priska menutup kamarnya dan dia merasa sedih. Semenjak mendengar
perkataan kakeknya itu, dia menjadi sering murung, menyendiri dan dia putus asa untuk
mendapatkan kasih sayang kakeknya seperti yang Hilda dapatkan.
Kemudian Hilda masuk kamar tidur, tok.. tok.. tok…
Hilda : “ Priska kamu kenapa? Kok pintunya dikunci, sejak habis makan malam tadi
kamu di kamar terus, kakek mau tidur, bukain pintu dong….”
Priska : “kakek lebih sayang kakak daripada adek.”
Hilda : “itu tidak benar dek.”
Priska : “sepertinya adek tidak begitu berarti untuk kakek. Adek tidak ada gunanya
disini. Lebih baik aku bunuh diri saja biar bisa bareng sama ibu di surge.”
Hilda : “Sudah sudah jangan berfikiran yang gak-gak. Sudah malam sekarang waktunya
tidur.”

Beberapa hari kejadian itu, Priska depresi, dia tidak mau makan dan minum. Tidak mau
bicara dengan siapapun. Dan tiba-tiba Hilda menemukan Priska sedang berada di dapur. Hilda
memergoki Priska yang sedang memegang pisau dan Hilda pun langsung lari menghentikan
Priska yang sedang mencoba untuk bunuh diri.

Hilda : ”apa yang kamu lakukan dik!?”


Priska : “Adek mau bareng ibu saja kak. Ayah dan kak Enaz pergi ninggalin adek, Kakek
juga benci sama adek, gak ada yang sayang sama adek.”
Hilda : “jangan seperti itu, itu tidak benar. Ayah dan kak Enaz itu kerja, Cuma kerjanya
jauh jadi gak bisa bareng kita. Kakek sayang kok sama kamu.”

Priska pun ngamuk dan Hilda berteriak memanggil Kakeknya.

Hilda : “Kakek….Neneeeeeeeeeeeeek….! Priska Kek….”

Sebenarnya kejadian itu bukan pertama kali yang pernah Priska lakukan. Dia pernah
minum 10 obat tidur sekali tenggak, namun nyawanya masih tertolong. Kemudian Priska dibawa
ke RS Jiwa oleh mereka. Mesikpun hati Hilda tidak bisa mengikhlaskan adiknya dibawa ke RSJ.
Disana priska langsung ditangani kemudian diberikan obat penenang. Setelah priska tenang
terjadi perbincangan antara perawat dan kakeknya.
Afri : “Maaf bapak, sebelumnya boleh saya tau kenapa saudari priska ini bisa
mengamuk?”
Ifan : “Dia mencoba bunuh diri dan saudaranya si hilda mencoba menghentikannya.
Setelah itu dia mengamuk.
Afri : “Apakah dia tidak pernah menceritakan kalau dia sedang ada masalah?”
Ifan : “Tidak Mas”
Afri : “Maaf pak apakah sebelumnya, mungkin dulu saudari priska ini pernah
melakukan hal yang serupa atau menjadi saksi yang serupa?”
Hilda : “Ya sus, adik sudah pernah minum 10 obat tidur sekali teggak, dia juga menjadi
saksi kematian ibu yang gantung diri…(selagi menangis)”
Afri : “Hm… jadi seperti itu. Baiklah kami akan merawat saudari priska. Kami akan
berusaha agar dia bisa kembali seperti dulu dan bisa beraktivitas dengan baik
lagi.”
Ifan : “Terimakasih Mas.”

Kemudian kakek, nenek dan hilda pun pulang. Dan priska di rawat di RS jiwa selama
beberapa hari.

Alis : ”Selamat siang dek priska? Saya Alis perawat yang akan merawat adek selama
beberapa hari ini.”

Selama 3 hari Perawat Alis dan Perawat Afri menyapa Priska tetapi tidak pernah
direspon. Setelah minggu keempat berubah Priska membalas sapaanperawat Alis dan perawat
Afri

Afri ; “Selamat pagi Dek Priska?”

Priska : “Selamat pagi…(dengan nada ketus)”

Afri : “Dik priska sudah makan hari ini?”

Priska : “Sudah
Afri ; “Bagaimana perasaannya Dik Priska sekarang?”

Priska : “ Baik

Alis : “Apakah Dik Priska punya masalah? Dik Priska cerita kepada saya.”

Priska : “Gak ada yang sayang sama saya, Ayah, ibu dan kak Enaz ninggalin saya,
Kakek dan nenek juga tidak suka pada saya, bahkan dia benci sama saya. Saya
mencoba bunuh diri karena saya sudah putus asa. Hanya kak Hilda yang
disayang oleh kakek dan nenek.”

Alis : “Apa saudari priska mempunyai alternative lain untuk melampiaskan


kemarahan saudari selalin bunuh diri, seperti membaca atau mengerjakan hal
lain yang lebih menyenangkan? Saya yakin bisa mengendalikan diro anda. Coba
pikirkan kalau anda melakukan hal menyenangkan seperti yang saya bilang tadi,
pasti kakek anda senang dan saya yakin kakek anda sayang pada anda.”

Priska : “iya saya akan mencoba dan berusaha untuk bisa mengontrol emosi saya.”
Afri : ”Baiklah, bagaimana perasaan anda sekarang setelah sering bercerita tentang
masalah anda?”
Priska : “Saya sedikit lebih lega dan saya senang karena masih ada yang perduli pada
saya. Tapi bisakah anda menyuruh kakek saya datang, saya ingin tahu apakah
benar dia memang sayang pada saya”
Afri : “Baiklah besok kita sambung lagi pembicaraan kita dan saya usahakan besok
kakek yang menyayangi anda datang menjenguk anda, kira-kira jam 9 pagi.
Bagaimana? Baiklah kalau begitu saya akan temui dik Priska besok sebum kakek
dik Priska tiba kesini”
Priska : “Baik sus, Terimakasih”

Singkat cerita, setelah beberapa hari setelah dirawat RS jiwa, Priska pun sembuh dan
kakeknya pun sadar kalau tindakannya selama ini salah.

Anda mungkin juga menyukai