Kumpulan Materi Kultum Ceramah Dan Khutb PDF
Kumpulan Materi Kultum Ceramah Dan Khutb PDF
Inspirasi Iman
Sepanjang Masa
Diterbitkan oleh :
___5
___12
___21
___27
___35
___41
___47
___54
___60
___66
___72
___78
___83
___89
___95
___102
Apalagi di zaman ini. Ketika berbagai media komunikasi, nyata dan maya,
begitu luas dan mudah. Ruang untuk mengungkapkan rasa menjadi bebas
tak terarah. Hingga, saudara seiman, kerabat, kaum muslimin dan bahkan
para pemimpin, pun tak luput menjadi sasaran panah.
1
HR. Muslim Jilid 4, hal. 2001, no. 2589.
2
Al-Adzkar, hal. 288
3
Hadits shahih, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/269), lihat juga Shahihul
Jami’ (V/31)
إِ هن ِد َماءَ ُك ْم َوأ َْم َوالَ ُك ْم َحَر ٌام َعلَْي ُك ْم َك ُحْرَم ِة يَ ْوِم ُك ْم َى َذا ِِف َش ْ ِرُك ْم َى َذا ِِف
َلَ ِد ُك ْم َى َذا
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga
kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana
kesucian hari kalian ini (hari tanggal 10), pada bulan kalian ini (Dzulhijjah)
dan di negeri kalian yang suci ini (Mina).”
Kota Mina adalah sama hukumnya dengan kota Mekkah sebagai tanah
suci.
ِ ِ ِ
ُُك ُّلل الْ ُ ْ ل ِم َعلَ الْ ُ ْ لم َحَر ٌام َد ُموُ َو عْر ُوُ َو َمالُو
4
Hadits ini tercantum dalam Shahihul Musnad, 1/508
ورُى ْم
َ ص ُد
ُ وى ُ ْم َو
َ اس َيَْ ُ ُشو َن ُو ُجٍ َت َِق ْوٍم ََلُ ْم أَظْ َف ٌار ِم ْ ُُن ُ ِج ِِب َمَرْرَ لَ ه ا ُعر
ِ ِ ِ ِ ِ
، هاس َ ُ َى ُؤالَء الهذي َ يَأْ ُكلُو َن ُُل: ال
ِ وم الن َ َ ق، يل ُ َم ْ َى ُؤالَء يَا ج ْْب: ت ُ فَ ُقْل،
َويَ َق ُو َن ِِف أ َْعَرا ِ ِ ْم
“Ketika aku mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-
kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-
dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?”
Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan
6
daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.”
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai
ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin,
janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari
aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim
niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari
7
aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.”
5
HR. Muslim no. 2564
6
HR. Abu Dawud no. 4878 dan lainnya
7
HR. At Tirmidzi dan lainnya
Allah berfirman,
8
HR. Ahmad 3/351
9
HR. Abu Dawud 4875 dan lainnya
10
Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 3/25
11
Al-Adzkar, hal 294
12
Hadits hasan, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/271 No.4884), Lihat juga
Shahih Jami’ush Shaghir (V/160)
13
HR. At Tirmidzi no. 1931 dan lainnya
1. Mengadukan kezaliman orang kepada hakim, raja atau siapa saja yang
mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menolongnya. Seperti
dengan mengatakan: “Si Fulan menganiaya saya dengan cara demikian.”
2. Meminta bantuan orang demi mengubah kemungkaran dan
mengembalikan pelaku maksiat agar kembali kepada kebenaran. Seperti
dengan mengatakan: “Si Fulan telah melakukan demikian maka cegahlah
dia dari perbuatan itu!” atau ungkapan semisalnya.
3. Meminta fatwa. Seperti dengan mengatakan kepada seorang mufti (ahli
fatwa): “Ayahku menganiayaku.” atau “Saudaraku telah menzalimiku.”
Atau “Suamiku telah menzalimiku.” Meskipun tindakan yang lebih baik
dan berhati-hati ialah dengan mengatakan: “Bagaimana pendapat anda
terhadap orang yang melakukan perbuatan demikian dan demikian
(tanpa menyebut namanya)?”
4. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan sebagian orang dan
dalam rangka menasihati mereka. Seperti mencela para periwayat hadits
dan saksi, hal ini diperbolehkan berdasarkan kesepakatan kaum
muslimin, bahkan hukumnya wajib karena kebutuhan umat
terhadapnya.
5. Menyebutkan kejelekan pelaku maksiat yang berterang-terangan dalam
melakukan dosa atau bid’ahnya, seperti orang yang meminum khamr di
depan khalayak, merampas harta secara paksa dan sebagainya, dengan
syarat kejelekan yang disebutkan adalah yang terkait dengan
kemaksiatannya tersebut dan bukan yang lainnya.
6. Untuk memperkenalkan jati diri orang. Seperti contohnya apabila ada
orang yang lebih populer dengan julukan Al-A’raj (yang pincang), Al-
Ashamm (yang tuli), Al-A’ma (yang buta) dan lain sebagainya. Akan
tetapi hal ini diharamkan apabila diucapkan dalam konteks penghinaan
atau melecehkan. Seandainya ada ungkapan lain yang bisa dipakai untuk
15
memperkenalkannya maka itulah yang lebih utama .
14
Syarah Nawawi fi Shahih Muslim, XVI/142 dan Al-Adzkar, hal. 292
15
lihat Riyadhush Shalihin, dicetak bersama Syarah Syaikh Utsaimin, 4/98-99. penerbit
Darul Bashirah
Di antara perkara yang bisa kita lakukan untuk membentengi rumah kita
dari setan adalah :
Ahli tafsir berbeda pendapat tentang rumah yang dimaksudkan dalam ayat
17
di atas.
( ِمْن َ ا) َوَر ُج ٌل َد َخ َل َْيتَوُ ِ َ ٍَم فَ ُ َو:َ ِام ٌ َعلَ هللاِ َعهز َو َج هل َ ََةٌ ُكلُّل ُ ْم
هللاِ َعهز َو َج هل ََ ِام ٌ َعل
“Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada dalam jaminan Allah
, (di antaranya) seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan
19
salam maka ia berada dalam jaminan Allah .”
20
Makna jaminan Allah adalah berada dalam penjagaan Allah .
16
Al-Adzkar, hal. 25
17
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 12/209
18
Ahkamul Qur’an, 3/1240
19
HR. Abu Dawud no. 2494
20
Al-Adzkar, hal. 26
َ ال:ال الشْهي َا ُن َ َإِذَا َد َخ َل الهر ُج ُل َْيتَوُ فَ َذ َكَر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو َو ِعْن َد َ َ ِام ِو ق
:ال الشْهي َا ُنَ َ َوإِ َذا َد َخ َل فَلَ ْم يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو ق.َت لَ ُك ْم َوالَ َع َشاء َ َمبِْي
ت َ َ َوإِ َذا َْ يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد َ َ ِام ِو ق.ت
َ أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي:ال َ أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي
ُ ََوالْ َ َشاء
”Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat
masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya, berkatalah setan,
“Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.”
Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika
masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.”
Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan,
21
“Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.”
Berzikir kepada Allah akan mengusir setan dari rumah kita sehingga
setan tidak dapat menyertai kita saat makan dan tidur. Sementara, lalai
dari zikrullah akan memberikan kesempatan emas bagi setan karena ia
mendapati tempat menginap plus makan malamnya. Tentunya setan ini
tidak sendirian. Bersamanya ada kawan-kawannya, gerombolan setan,
karena setan mengucapkan ucapan demikian kepada teman-teman,
22
pembantu-pembantu, dan sahabatnya.
21
HR. Muslim
22
Al-Minhaj, 11/191
َ َت تَ ْ تَ ِ ُع ل ِ َ تِْل
َما،هاس
ُ ت يََر َاىا الن
ْ َصبَ َح َ ْ َولَْو قَ َرأ،ك
ْ ت َا ْ َ ك الْ َ َئ َكةُ َكا
تَ ْ تَِ ُ ِمْن ُ ْم
23
HR. Al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857
َو َسنَ ُام الْ ُقْر ِن ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرةِ َوإِ هن الشْهي َا َن إِذَا ََِس َع،إِ هن لِ ُك ِّل َش ْي ٍء َسنَ ًاما
ت اله ِذي يُ ْقُرأُ فِْي ِو ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرة
ِ سورَة الْب َقرةِ تُ ْقرأُ خرج ِم الْب ي
َْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ
“Sesungguhnya segala sesuatu ada puncaknya (punuknya) dan puncak dari
Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Sungguh setan bila mendengar
dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan keluar dari rumah yang di
25
dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.”
24
HR. Muslim no. 1895
25
HR. Al-Hakim, dihasankan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 588
26
HR. Muslim no. 1821
27
HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817
28
Al-Minhaj, 6/309
29
HR. Al-Bukhari no. 731 dan Muslim no. 1822
َ َوَيَْ َ ُخ َخ ِري، ض ُع الْ َلَ َم فَيُبَ يِّتُ ُ ُم ه. اج ٍة فَيَ ُقولُوا ْارِج ْع إِلَْي نَا َغ ًدا
َ َاَّللُ َوي َ َُل
ِ
قَِرَدةً َو َخنَا ِز َير إِ ََل يَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة
“Benar-benar akan ada sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan
zina, sutera, khamr, dan alat musik. Ada sekelompok orang yang tinggal di
lereng puncak gunung. Setiap sore seorang penggembala membawa
(memasukkan) hewan ternak mereka ke kandangnya. Ketika datang
kepada mereka seorang fakir untuk suatu kebutuhannya, berkatalah
mereka kepada si fakir, ‘Besok sajalah kamu kemari!’ Maka di malam
harinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala azab mereka dengan ditimpakannya
gunung tersebut kepada mereka atau diguncang dengan sekuat-kuatnya.
Sementara yang selamat dari mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala ubah
30
menjadi kera-kera dan babi-babi hingga hari kiamat.”
س ِ ِ
ٌ الَ تَ ْ َح ُ الْ َ َئ َكةُ ُرفْ َقةً في َ ا َكْل ٌ َوالَ َجَر
30
HR. Al-Bukhari no. 5590
31
HR. Muslim no. 5514
ٌورة ِِ ِ
َص ُ َالَ تَ ْد ُخ ُل الْ َ َئ َكةُ َْيتًا فيو َكْل ٌ َوال
32
HR. Muslim no. 5512
33
Al-Minhaj, 14/308
34
lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail Fadhilatusy Syaikh, no. 329, 2/227-278
35
HR. Muslim no. 5511
36
HR. Al-Bukhari no. 3225 dan Muslim no. 5481
37
HR. Muslim no. 5478
38
HR. Al-Bukhari no. 5482 dan Muslim no. 3999
Dunia ini fana. Manusia hidup di dunia sekejap saja. Toh, kehidupan dunia
yang hanya sementara ini nyatanya telah menjebak banyak manusia,
tenggelam mencari kesenangan yang seolah tidak ada habisnya. Setelah
terpenuhi satu keinginan, akan muncul keinginan yang lain, begitu
seterusnya. Hingga akhirnya, kehidupan akhirat yang kekal abadi pun
kemudian terlupakan. Segala cara akan ditempuh demi menggapai
keinginan akan kesenangan atas segala hal yang bersifat duniawi, tidak
peduli lagi baik-buruk, halal-haram, dosa dan neraka. Yang penting dapat
hidup senang bergelimang harta dan memiliki kedudukan dan tahta.
Apalagi saat ini, ketika harga terus melonjak naik, sementara lapangan
pekerjaan makin susah, “Jangankan mencari yang halal, mencari yang
haram saja susah, “ demikian kebanyakan orang sering mengeluh.
Kita tentu berlindung kepada Allah dari sifat rakus dan selalu merasa
kurang ini, sehingga tidak terjerumus melakukan tindakan-tindakan yang
dilarang karena memperturutkan hasrat duniawi.
Itulah keadaan kita dan itu nyata. Sedikit yang mau bersyukur. Telah
banyak diberi nikmat malah dikata masih sedikit dan kurang. Padahal
sebaik-baik hamba adalah yang mau bersyukur baik ketika diberi sedikit
atau pun banyak. Namun yang sedikit saja jarang kita mau syukuri, apalagi
yang banyak.
Syaikh Abu Bakr Al Jazairi berkata, “Ini adalah pengkabaran yang sesuai
kenyataan. Sungguh Maha Benar Allah. Sungguh yang benar-benar
mensyukuri nikmat Allah amatlah sedikit di setiap waktu dan tempat.
Kebanyakan berada dalam hati yang lalai, di sisi lain karena begitu jahil
terhadap Rabbnya.”
39
Lihat Tafsir ath-Thabari, IX/26, no. 24588
Segala nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah ujian bagi kita,
apakah kita akan menjadi hamba-Nya yang bersyukur ataukah menjadi
orang yang kufur. Sungguh benar apa yang diucapkan oleh Nabi
Sulaiman ‘alaihis salam tatkala mendapatkan nikmat, beliau
mengatakan : “Ini termasuk karunia dari Rabb-ku untuk mengujiku, apakah
aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha
Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40).
Syukur adalah akhlaq yang mulia, yang muncul karena kecintaan dan
keridha’an yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan
mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridha’an. Seseorang
yang diberikan nikmat oleh Allah walaupun sedikit, tidak mungkin akan
bersyukur kalau tidak ada keridha’an. Orang yang mendapatkan
penghasilan yang sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang
pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridha’an. Demikian
pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan
terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridha’an.
Syukur itu, sebenarnya tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan
“alhamdulillah”. Namun hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati,
lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Qudamahrahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati,
40
lisan dan anggota badan.
40
Lihat Minhajul Qasidin, hal. 305
Makanya, Saudaraku :
1. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia
masih saja bermaksiat dan tidak patuh terhadap berbagai perintah
dan laranganNya;
2. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia
masih menjadikan cinta kepada makhluk di atas cinta kepadaNya;
3. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia
masih merasa bahwa nikmat-nikmat yang telah ia rasakan dan nikmati
adalah hasil usaha dan jerih payahnya sendiri. Sementara, keyakinan
bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah dan
bukan dari selain-Nya adalah wajib dan mutlak. Allah berfirman,
artinya : “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-
lah (datangnya)…”(QS. An-Nahl: 53). Meskipun bisa jadi, kita
mendapatkan nikmat itu melalui teman, aktivitas jual beli, bekerja
atau yang lainnya, semuanya itu adalah hanyalah perantara untuk
mendapatkan nikmat. Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia
peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah hamba yang bersyukur.
Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari
Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia peroleh;
4. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia
masih kikir untuk selalu menyanjung dan memuji namaNya dalam
lisannya. Lisannya hendaknya senantiasa mengucapkan
kalimat thayyibbah sebagai bentuk pujian terhadap Allah Ta’ala.
Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang
bersyukur dengan lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh
hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa
memuji Allah Ta’ala. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah
kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.(QS. Adh-Dhuha:
41
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Tahdzib Madarij al-Salikin oleh Abdul Mun`im al`Izzî, hal.
348
42
HR. Tirmidzi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
43
HR. Muslim
44
HR Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani menilai hadits ini hasan
45
Lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 74
Benarkah pernyataan ini? Ini jelas adalah tipu daya dan racun syaitan yang
telah merasuk dalam jiwa. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami
akan mencoba memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan
hukum pandangan. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.
Maka wajib atas kita untuk saling menasehati untuk bertaubat dan
hendaknya saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya apakah
seseorang di antara kita telah bertaubat ataukah masih senantiasa
tenggelam dalam dosa-dosanya, karena Allah mengarahkan perintah untuk
48
bertaubat kepada kita semua.”
46
HR. Bukhari
47
HR. Muslim
48
Lihat Syarah Riyadhus Shalihin
49
HR. Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
50
HR. Muslim
51
HR. Bukhari
52
Lihat Adhwaa’ul Bayan, Tafsir Surat 24/31
53
HR. Thabrani. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
54
Lihat Majmu’ Al-Fatawa 15/396
55
HR. Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
Yang sangat menyedihkan, masih saja ada di antara kita yang merasa
dirinya aman dari fitnah dengan terus mengumbar pandangannya. Hal ini
tidak lain kecuali karena dia telah terbiasa, sehingga kemaksiatan tersebut
terasa ringan di matanya. Dan ini merupakan ciri-ciri orang munafik.
Berkata Abdullah bin Mas’ud , “Seorang mu’min memandang dosa-
dosanya seperti gunung yang ia berada di bawah gunung tersebut, dia
takut (sewaktu-waktu) gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun
56
Lihat Tuhfatul Ahwadzi 4/2835
57
HR. Muslim
58
Lihat Al-Minhaj 2/87
59
Lihat Adhwaul Bayan, tafsir surat 24/31
ِ ْ َك َال ََمَالَةَ فَ ِزَا الْ َْي ن ِ ِّ ْ اَّللَ َكتَ َعلَ ا ْ ِ َد َم َحظهوُ ِم ِ
ْي َ الزَا أ َْد َرَك ذَل َ إ هن ه
ِ ِ ِ ِ ِ
ك أ َْو َ س ََهِن َوتَ ْشتَ ِ ي َوالْ َف ْر ُج يُ َ ّد ُق َذل
ُ النهظَُر َوزَا اللّ َ ان النُّل ْ ُ َوالنه ْف
ِ
ُيُ َك ّذ ُو
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya
dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Kedua mata zinanya
adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan
zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki
zinanya adalah berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal
61
tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya” .
60
Shahihul Bukhari no. 6308
61
HR. Bukhari dan Muslim
62
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
63
Lihat Dzammul Hawa hal.78
***
Masuk surga adalah cita-cita dan harapan tertinggi setiap orang beriman.
Di sanalah semua kebahagiaan dan kenikmatan yang diinginkannya
tersedia. Tidak ada kenikmatan yang melebihi nikmat-nikmat di sana.
Karenanya, ia merasa ringan dan senang dalam mengemban perintah dan
menjauhi larangan dalam Islam. Allah berfirman dalam sebuah hadits
qudsi, “Aku persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih, kenikmatan
yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga
64
dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia” .
64
HR. Bukhari
Ayat ini dikuatkan ayat lain dari doa malaikat pemikul ‘arsy Allah untuk
hamba-hamba beriman, agar kaum mukminin dimasukkan ke dalam surga
bersama orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, pasangan-pasangan
mereka, dan keturunan-keturunan mereka. Mereka berdoa (artinya) : “Ya
Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah
Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara
bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS.
Ghaafir: 8).
Dari beberapa ayat dan penjelasan dari penafsiran ulama di atas, telah
jelas bahwa seorang mukmin memiliki kesempatan untuk berkumpul
kembali dengan anggota keluarganya di surga kelak. Semoga kita bisa
meraihnya. Amin
Jika kita kembali melihat beberapa firman Allah yang mulia terkait hal
ini, maka setidaknya ada dua syarat agar kita bisa berkumpul bersama
dalam kebahagiaan di akhirat kelak, yaitu:
65
Tafsir Ibn Katsir, 4/73
66
HR. Ibnu Majah
67
HR. Muslim
Sehingga, jika kita ingin dan berharap agar kebahagiaan bersama berlanjut
sampai di akhirat kelak, maka salah satu caranya tiada lain berupaya
semaksimal mungkin untuk menjadikan diri sendiri dan anggota keluarga
memiliki iman dan amal shalih.
Wallahu a’lam.
Di dalam al-Qur’an ada satu ayat yang sangat terkenal bahkan selalu dan
sering kita mendengarnya, khususnya pada saat kita menghadiri shalat
Jumat, yakni surah al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi :
1. Pujian Allah kepada para hamba di hadapan para malaikat. Makna ini
diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah rahimahullah sebagai penjelas makna
shalawat Allah kepada Nabi-Nya yang mulia, yaitu : “Shalawat Allah kepada
Nabi-Nya adalah sebuah pujian di hadapan para Malaikat.” (Kitab Shahih
Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna
‘alannabiy).
3. Kasih sayang Allah kepada para hamba. Imam Abu ‘ubaid al-
rahimahullah berkata, ”Ia merupakan sebuah wujud kasih saying dari
Allah.”
Kedua, adapun makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah,
al-Hafiz Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,”Ada dua pendapat tentang
makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah, yakni :
1. Do’a Malaikat kepada mereka. Makna ini diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah
70
rahimahullah .
68
Lihat Kitab al-Mufradat fii Gharibil Qur’an
69
Dalam Zadul Masir
70
Kitab Shahih Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna
‘alannabiy
71
Dalam Zadul Masir
Jauh sebelum kita lahir, Rasulullah telah mengabarkan kepada kita, tips
dan trik meraih doa para malaikat tersebut. Tentu dengan harapan agar
kita lebih termotivasi dalam beramal shalih meskipun itu nampak kecil.
Dan yang pasti itu semua untuk kebaikan kita di dunia dan di akhirat.
72
Lihat al-Mufradat fii Gharibil Qur’an
73
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/37
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin `Azib , bahwa
Rasulullah bersabda , “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf- shaf
75
terdepan" .
(
)
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, IbnuKhuzaimah, Ibnu Hibban dan Al
Hakim meriwayatkan dari Aisyahradhiallahu anha, bahwa Rasulullah
bersabda (artinya) : "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu
76
bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf – shaf .
74
Shahih Muslim no. 469
75
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130
76
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhibwat Tarhib I/272
77
Shahih Bukhari no. 782
Maka, pilihlah doa-doa yang terbaik untuk saudara kita yang lainnya,
karena itu pun akan kita peroleh.
78
Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah
79
Shahih Muslim no. 2733
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah
bin Umar , bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para
81
malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur” .
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib , bahwa Rasulullah
bersabda , "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali
Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam
82
kapan saja hingga shubuh” .
80
Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010
81
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519
82
Al-Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih"
83
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343
84
HR Bukhari
Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan terus berlangsung.
Apalagi, hal ini ditambah dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang
disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaan-
perusahaan yang menganut sistem ribawi. Parahnya, tidak hanya orang-
orang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang-orang yang
sudah lama ngaji dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam
meramaikannya. Wallahul-musta’an.
Padahal, Rasulullah justru sangat takut berhutang dan juga sangat takut
jika hal tersebut menjadi kebiasaannya. Diriwayatkan dari
Aisyah radhiallahu anha, bahwasanya dia mengabarkan, “Dahulu
Rasulullah sering berdoa di dalam shalatnya, “Ya Allah, Sesungguhnya
aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah al-Masiih ad-Dajjaal
dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya
aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkandosa dan dari
berhutang“.
85
Lihat Al-Fawaid, 57
86
HR. Bukhari dan Muslim
Tetapi perlu diingat, Rasulullah telah melakukan hal yang mulia ketika
beliau berhutang. Ini yang patut untuk diteladani. Apakah hal yang mulia
tersebut? Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan. Apabila
beliau tidak mampu membayarnya, maka baju besi itulah yang menjadi
pembayarannya. Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika berhutang.
Kita harus memiliki jaminan dalam berhutang. Jaminan-jaminan tersebut
bisa berupa :
ِِ ِ
َ س الْ ُ ْؤم ِ ُم َله َقةٌ ِ َديْنو َح هِت يُ ْق
ُض َعْنو ُ َ ْف
87
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih
88
HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al-Albanirahimahullah mengatakan bahwa hadits ini
shahih
89
Tuhfatul Ahwadzi, 3/142
90
Nailul Authar, 6/114
91
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih
92
Faidul Qadir, 3/181
ِ ٍ ِ ِ ِ
َ ْيُ ْغ َفُر لل هش يد ُك ُّلل ذَ ْ إاله الدهي
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali
94
hutang” .
ِ ِ ِ ِ لَ ه
ُ َوَكاتبَو، ُ َو َشاى َده، ُ َوُموكلَو، اَّللُ ك َل الِّرَا ََ
“Allah melaknat pemakan riba, yang memberi makan, saksi dan juru
95
tulisnya” .
Jika ingin berhutang, maka niatkanlah dengan hati yang jujur untuk segera
melunasi hutang tersebut pada waktu yang telah dijanjikan. Insyaa Allah,
Allah akan membantu pelunasannya. Rasulullah bersabda,
93
HR Muslim
94
HR. Muslim
95
HR. Ahmad. Syaikh Syu’aibrahimahullah mengatakan, “Shahih li ghairih”
96
HR. Bukhari
Jika telah sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka segeralah
membayar hutang tersebut dan jangan menunda-nundanya, terkecuali
pada saat itu kita tidak memiliki harta untuk membayarnya.
Rasulullah bersabda,
ًضاء
َ ََح َ نُ ُك ْم ق
ْ َخْي ُرُك ْم أ
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik
98
dalam membayar hutang” .
Orang yang memiliki harta untuk membayar hutangnya, tetapi dia sengaja
memperlambat pembayarannya, maka dianggap sebagai suatu kezhaliman.
Rasulullah bersabda,
ِن ظُْل ٌمِ
ِّ ََم ْ ُل الْغ
“Memperlambat pembayaran hutang untuk orang yang mampu
99
membayarnya adalah kezaliman” .
Jika benar-benar tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah
ditentukan, segeralah meminta maaf kepada orang yang menghutangi dan
minta tenggang waktu untuk membayarnya. Bagi yang menghutangi,
hendaknya memberi tengang waktu tambahan. Allah berfirman, artinya
: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 280).
Wallahu a’lam.
97
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih
98
HR. Bukhari
99
HR. Bukhari dan Muslim
100
HR. Ibnu majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
Hal ini mungkin diremehkan oleh sebagian kaum muslimin. Namun, masya
Allah ganjaran yang disiapkan sangat besar. Berdasarkan sabda
Rasulullah , “Barangsiapa yang shalat (rawatib) sehari semalam 12
102
raka’at, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga” .
Nah, terkhusus kepada para pelaku pasar, pedagang, makelar, dan pembeli
yang hendak memasuki pasar untuk melakukan bisnisnya, penting untuk
101
HR. Ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam silsilah
shahihah no 2346
102
HR. Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dari Ummu Habibah
103
HR. Ahmad dari Mu’adz bin Anas, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
dalam shahih Jami’ no 6472
Ketika kita tertimpa musibah, maka hal dianjurkan oleh kita adalah
melakukan Istirja’ yaitu ucapan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”,
sebagaimana firman Allah , “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” [QS. Al-Baqarah :
155-156].
Namun, tahukah kita bahwa setelah itu kita pun dianjurkan untuk memuji
Allah (mengucapkan “Alhamdulillah”)?
104
HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu majah, dan Al-Hakim dari Ibnu Umar. Dihasankan oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah
105
HR. At-Tirmidzi dari Abu musa Al-Asy’ari. Dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani rahimahullah
Rasul kita yang mulia , menjamin rumah di surga tertinggi bagi yang
berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah , “Aku menjamin dengan
rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan pertengkaran
walaupun ia dipihak yang benar. Aku menjamin dengan rumah di tengah
surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun untuk ketika
bercanda. Aku menjamin dengan rumah di surga yang paling tinggi bagi
109
orang yang baik akhlaknya” .
106
HR. Abu Dawud 4682. Tirmidzi 1162, Ahmad 2/472 Lihat As-Shahihah 284
107
Madarijus Salikin 2/320
108
Adab Syar’iyah 2/191
109
HR. Abu Dawud dari Abu Umamah. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
110
HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullah
111
HR. Bukhari dan Muslim
112
Syarah Riyadhush Shalihin, 3:202
113
HR. al-Muhaamili dalam amaalinya dan dishahihkan al-Albani rahimahullah
114
HR. At-Tirmizi dan dishahihkan Al-Albani rahimahullah
115
HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
116
HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
Dari Abu Hurairah , Nabi bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam
118
: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah” .
Jika gangguan dari luar, Anda bisa meminta bantuan orang lain
untuk mengusirnya. Tapi ini tidak berlaku ketika dalam mimpi.
Anda tidak mungkin memanggil teman, suami, atau istri Anda
untuk mengusir setan yang mengganggu Anda dalam dunia mimpi.
117
HR. Bukhari 5641
118
HR. Bukhari dan Muslim
119
al-Adzkar, Hal. 95
120
HR. Abu Daud 4856 dan dishahihkan al-Albani
.
121
HR. Ibnu Hibban 5533, Hakim dalam al-Mustadrak 1969 dan beliau shahihkan,
kemudian disepakati oleh Adz-Dzahabi
122
HR. Bukhari 9/62 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/1723
Bacalah ayat kursi sebelum Anda tidur. Jika Anda belum hafal, bisa buka
surat Al-Baqarah ayat: 255. Bacaan ini sebelum tidur memiliki keutamaan
yang besar.
123
HR. Bukhari 6324
124
HR. Bukhari
125
HR Bukhari
Makna “dua ayat ini cukup bagi pembacanya” : dua ayat ini akan
menjaganya dari segala keburukan, dan melindunginya dari segala yang
dibenci. Ada sebagian ulama yang mengatakan; dua ayat ini menjadi sebab
baginya untuk bangun malam. Sehingga dia bisa mudah melakukan
127
tahajud .
126
HR. Bukhari 4008 dan Muslim 807
127
Keterangan DR. Dib Bagha dalam Ta’liq Shahih Bukhari, 5/84
Inilah beberapa tips dan nasehat agar tidur Anda tidak diganggu setan,
insya Allah. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.
128
HR. Bukhari 6311 dan Muslim 2710
Setiap kita pasti tahu bahwa sedekah adalah salah satu amalan mulia dan
agung dalam agama kita. Banyak keutamaan sedekah yang disebutkan oleh
Allah dan RasulNya . Di antaranya dapat menghapuskan dosa,
menambah rezeki, obat dari penyakit, menghalangi bala’ atau musibah dan
lainnya.
Bagi orang yang dikarunia oleh Allah harta yang berlimpah tentu
bersedekah itu tidaklah sulit, bahkan terkadang semudah mengedipkan
mata. Namun bagi orang yang ditaqdirkan Allah tidak memilki banyak
harta, maka umumnya bersedekah mungkin menjadi hal yang sulit.
Nah, jika seperti itu, berarti orang kaya akan selalu lebih utama karena
mereka dapat bersedekah sekaligus melakukan berbagai amalan yang
dapat bernilai sedekah? Ya, itulah keutamaan yang diberikan
Allah kepada sebagian hambaNya, tentu dengan hikmahNya yang agung.
Berikut ini beberapa amalan yang dapat dinilai Allah sama dengan
sedekah.
130
Rasulullah bersabda, “Setiap kebaikan adalah sedekah” .
129
HR. Bukhari
130
HR. Muslim
131
Syarah Shahih Muslim (VII/91)
133
Rasulullah bersabda, “Dan kalimat thayyibah adalah sedekah.”
132
HR. Bukhari, Muslim dan lainnya
133
HR. Bukhari dan Muslim
134
Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Al-Nawawi 7/103
135
HR. Bukhari dan lainnya
136
Ash-Shahihah no. 8
137
Shahih: Ash-Shahihah no. 1553; Shahih Al-Jami’ no. 6080
138
Musnad Ahmad no. 21986. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1/221
139
Musnad Ahmad 5/360. Ash-Shahihah no. 86
140
HR. Bukhari dan Muslim
141
HR. Bukhari dan Muslim
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Di dalam hadits ini ada dalil
bahwasanya perkara yang mubah dapat menjadi ketaatan dengan niat
yang benar. Jima’ (bersetubuh) bisa menjadi ibadah apabila ia niatkan
untuk memenuhi hak istrinya, bergaul dengan cara yang baik yang
diperintahkan Allah Azza wa Jalla atau untuk menjaga dirinya dan istrinya
agar tidak terjatuh kepada perbuatan yang haram, atau memikirkan
(mengkhayal) hal yang haram, atau berkeinginan untuk itu, atau yang
lainnya”144.
142
MusnadAhmad 4/230-231; Sunan At-Tirmidzi no. 2325; dan lainnya
143
HR. Bukhari dan lainnya
144
Syarah Shahih Muslim (VII/92)
145
Shahih: Irwa` Al-Ghalil 2/204-205;Shahih Al-Jami' no. 5567; Shahih Sunan An-Nasa`i
1/387
146
Shahih: Irwa` Al-Ghalil no. 454; Shahih Sunan An-Nasa`i 1/386
Hal ini hukumnya tidak terlarang. Shalat kedua bagi orang ini (yang
menemani) teranggap shalat nafilah/sunnah. Dan bagi yang
terlambat (yang ditemani) tetap terhitung sebagai shalat fardhu baginya.
Rasulullah bersabda, artinya : “Dahak yang ada dalam masjid yang Anda
pendam ke dalam tanah, sesuatu (penghalang/bahaya) yang kalian
149
singkirkan dari jalanan, bernilai sedekah.”
Perlu dipahami bahwa masjid saat ini tidak lagi beralaskan tanah tetapi
lantai. Maka yang kita lakukan adalah menghilangkannya, misalnya dengan
mengepelnya atau yang lainnya. Dan ini masih bernilai sedekah, karena
tujuannya adalah menghilangkan kotoran yang ada di dalam masjid.
Wallahu A’lam.
147
Shahih: Sunan Abu Dawud no. 574
148
HR.Muslim, hadits no. 720
149
Musnad Ahmad 5/354. Shahih Sunan Abu Dawud 3/984; Irwa` Al-Ghalil 2/213
Dosa, setiap kita pasti tak lepas darinya. Demikianlah sunnatullah bagi
manusia sebagai hamba yang tidak pernah luput dari kekurangan. Namun,
hendaknya kita tidak berkecil hati. Bukankah Allah Yang Maha Pemurah
dan Penyayang menyediakan ampunan dan penghapusan kesalahan
kepada hambaNya di setiap saat?
Sungguh benarlah, ucapan sahabat yang mulia Anas bin Malik dahulu :
“Kalian sekarang melakukan perbuatan dosa yang di mata kalian perbuatan
itu lebih tipis daripada rambut (sangat remeh). Padahal dulu di masa
Rasulullah kami menganggapnya termasuk perkara yang akan
152
membinasakan” . Itu beliau ucapkan dahulu di zaman beliau hidup.
Bagaimana jika beliau hidup di zaman ini dan menyaksikan apa yang
terjadi?
Telah kita maklumi bersama bahwa dosa kepada Allah terbagi menjadi
dua :kabair (dosa - dosa besar) dan shaghair (dosa - dosa kecil).
Namun pendapat yang kedua ini lemah. Sebab Allah sendiri telah
membagi dosa dalam dua bagian, sebagaimana dalam firmanNya, artinya :
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” (QS. An-Nisa’: 31).
150
(HR. Ahmad dan dishahihkan Albani di dalam kitab Silsilah al-Ahadits al-Shahihah,
no. 389
151
HR. Ahmad dan lainnya. Lihat Silsilah ash-Shahihah, no. 389
152
HR. Bukhari
Dalil - dalil di atas dapat menjelaskan kepada kita bahwa dosa itu ada yang
besar dan ada pula yang kecil.
Banyak ulama yang menjelaskan mengenai batasan dan kriteria dosa besar.
Namun di antara pendapat yang ada, pendapat yang paling bagus dan kami
pilih dalam hal ini adalah apa yang dikatakan oleh Imam Adz-
Dzahabi rahimahullah di dalam mukaddimah kitabnya Al-Kabair, di mana
beliau berkata :
“Pendapat yang lebih terarah yang tegak di atas dalil adalah bahwa
barangsiapa yang melakukan sesuatu perbuatan dosa yang ada had-nya
(hukuman khusus) di dunia karena dosanya itu, seperti pembunuhan, zina,
pencurian, ataupun perbuatan lainnya yang mendapat janji adzab di
akhirat kelak atau akan mendapat kemurkaan, atau ancaman, atau dilaknat
pelakunya melalui lisan Muhammad , maka perbuatan tersebut
dikategorikan sebagai dosa besar.
Nabi bersabda, artinya : “Siapa yang menipu kami maka dia bukan
156
golongan kami” .
153
HR. Bukhari dan Muslim
154
HR Bukhari dan Muslim
155
HR. Bukhari dan Muslim
156
HR Muslim
Ketahuilah, sebuah dosa yang mungkin kita anggap kecil ternyata dapat
berubah menjadi dosa besar, apabila :
157
HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab
3.
158
HR. Bukhari dan Muslim
159
HR.Muslim
Kita berlindung kepada Allah dari tertutupnya hati karena dosa dan
maksiat. Wallahu a’lam.
160
HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan Syaikh Al-Albani rahimahullah
Ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu. Sebagaimana orang miskin
diuji, orang kayapun demikian. Sebagaimana rakyat jelata hidup di atas
ujian, para penguasa juga diuji. Bahkan bisa jadi ujian yang dirasakan oleh
para penguasa dan orang-orang kaya lebih berat daripada ujian yang
dirasakan oleh orang-orang miskin dan rakyat jelata. Begitu pula,
sebagaimana seorang awam diuji, seorang ‘alim pun akan diuji. Masing-
masing tidak lepas dari ujian kehidupan.
Memang dunia ini adalah medan ujian. Kehidupan ini ada medan
perjuangan. Allah berfirman, “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun" (QS. Al-Mulk : 1-2).
هاس أَ ْن يُْت َرُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا َمنها َوُى ْم ال يُ ْفتَ نُو َن ِ أ
ُ َح َ الن
َ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-'Ankabuut :
2).
ِ يُْبتَ لَ الهر ُجل َعلَ َح، ُه اا َْمَل فَ ْاا َْمَل، هاس َ َء ااَْبِيَاء
َ ُ ُ ُ ُ ً ِ َش ُّلد الن َأ
َصْلبًا ا ْشتَ هد َ َُاهُ َوإِ ْن َكا َن ِ ِْف ِديْنِ ِو ِرقهةٌ اُْتُلِ َي َعل ِ
َ ُ فَِإ ْن َكا َن ديْنُو، ديْنو
ِِ ِ
ض َما َعلَْي ِو ِ فَ َ ا يَْب َر ُح الْبَ َءُ ِالْ َْب ِد َح هِت يَْت رَكوُ َيَْ ِشي َعلَ ْاا َْر،َح َ ِ ِديْنِ ِو
ُ
ٌَخ ِ ْيَة
“Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang
paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika
agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah
maka ia diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa
seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi
161
tanpa ada sebuah dosapun" .
Apa yang menimpa Anda hari ini, sungguh itupun telah menimpa orang –
orang shalih dan beriman terdahulu. Sebut saja, Rasulullah ,para nabi,
para sahabat Rasulullah , para ulama dan lainnya.
161
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143
Pertama : Yakinlah bahwa selain Andapun juga diuji. Ada yang diuji dengan
kemiskinan. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Ada
yang diuji dengan orangtua yang tidak mau taat. Ada yang diuji dengan
pengkhiatan sahabat. Sungguh, terlalu banyak model ujian yang menimpa
manusia. Maka poisis Anda adalah sebagaimana manusia-manusia yang
lain yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam.
162
Kitab Madarijus Salikin 2/152
163
HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062
Kesembilan : Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut
bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah berfirman, “Maka
mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisaa : 19).
164
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 146
Saat ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rezeki,
entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Ditambah
lagi dengan berbagai problem kehidupan dan tuntutannya. Sehingga tak
jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan
menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai.Bermunculanlah
para koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok,
penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggalkan
ibadah kepada Allah untuk mendapatkan secuil uang atau alasan
kebutuhan hidup.
Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan beberapa hal yang
dapat ditempuh agar rezeki halal dari Sang Pemberi dapat diraih, pintu
rezeki dari atas langit terbuka, tentu dengan penuh harap dan keyakinan,
hanya Dialah yang mencurahkan rezeki kepada hamba – hamba yang Ia
kehendaki.
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rezeki dan
menjadikannya terus bertambah. Allah berfirman, artinya
: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
Imam Ibnu Katsir رحمه هللاberkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu
barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang
diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan
memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan
memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan
yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu
berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya
saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih
senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar
165
HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani
166
HR. Bukhari
167
HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani
Ibnu Katsir رحمه هللاberkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal
yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah)
akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan
balasan di akhirat kelak."
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah,
dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut
dengan melakukan ibadah haji.
168
HR. Muslim
169
HR. Bukhari
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta
tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan
raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu" hanya kepada Allah , merasa
sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa
dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit
dan Bumi.
Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah : Jika kalian itu miskin
maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah
mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan
boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal
‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang
bujang sudah berkecukupan dan kaya?
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi menjelaskan kepada orang yang
mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya dalam menuntut ilmu
agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan
(bekerja), bahwa ia tidak semestinya mengungkit-ungkit nafkahnya kepada
saudaranya, dengan anggapan bahwa rezeki itu datang karena dia
bekerja. Padahal ia tidak tahu bahwasanya Allah membukakan pintu
rezeki untuknya karena sebab nafkah yang ia berikan kepada suadaranya
yang menuntut ilmu agama secara sepenuhnya.
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rezeki yang lain, seperti : hijrah, jihad,
bersyukur, serta istiqamah, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih
rinci dalam lembar yang terbatas ini. Semoga Allah memberikan
taufiq dan bimbingan kepada kita semua. Amin.
Wallahu a’lam.
Dan jawaban Khidhir kepada Musa adalah, “Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang
yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya" (QS. al-Kahfi: 82).
Dalam menafsirkan firman Allah “dan kedua orang tuanya adalah orang
shalih”, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Ayat di atas menjadi dalil
bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia
dan akhirat berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka
terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan
berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-
170
Sunnah” .
170
Tafsîr Ibnu Katsir, 5/ 141
Dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas , berkata : “Allah Azza wa Jalla
mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya,
meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang
tuanya tenang dan bahagia.
171
Lihat Tafsîr Fathul-Bayan, Siddiq Hasan Khan, 6/434
Oleh karena itu wahai para orangtua (dan juga calon orangtua),
bertaqwalah kepada Allah .
172
Tafsir Ibnu Katsir, 7/332
173
HR. Thabrani dalam al-Kaba`ir 3/227/(3225), dan lainnya
Ketahuilah, jika kedua orang tua membaca al-Qur-an, khususnya surat al-
Baqarah dan al-Mu’awwidzatain an-Naas dan al-Falaq dan yang
semisalnya, maka para Malaikat akan turun kepadanya untuk
mendengarkan al-Qur-an, sedangkan setan akan lari, dan tidak diragukan
bahwa turunnya para Malaikat disertai dengan turunnya ketenangan dan
rahmat, semua ini tentu saja memiliki pengaruh yang sangat nyata
terhadap kebaikan dan keselamatan anak-anak.
Sebaliknya jika para orang tua meninggalkan al-Qur-an dan lalai dengan
tidak berdzikir kepada Allah, maka syaitan akan turun dan menyerang
rumah-rumah yang kosong dari dzikir kepada Allah.
Setan akan menyerang rumah-rumah yang penuh dengan suara musik yang
berisik, alat-alat musik yang tidak berguna dan gambar-gambar yang
diharamkan. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Kondisi tersebut akan mendorong mereka
untuk melakukan kemaksiatan dan mengajak mereka untuk berbuat
kerusakan. Maka jangan remehkan dampak keshalihan diri terhadap
keshalihan anak.
174
HR. Muslim
Wallahu a’lam.
Membuka aib dan kekurangan orang lain adalah salah satu produk dari
permainan lisan yang tidak terarah. Seharusnya, setiap kita yang takut akan
adzabNya dan meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Melihat
dan Mendengar seluruh tindak-tanduk kita, mampu menjaga manajemen
lisan, saat diam dan bicara.
Edisi kali ini akan membahas bagaimana manajemen lisan terhadap aib dan
kekurangan orang lain dalam tinjauan syariat Islam. Selamat membaca.
Sungguh, perilaku mengungkap aib dan kekurangan orang lain, lahir dari
prasangka – prasangka yang tidak berdasar. Padahal Allah Subhanahu Wa
Ta'ala telah melarang untuk banyak berprasangka, sebagaimana
firmanNya,
Larangan yang ada dalam ayat di atas juga dikatakan oleh Nabi ,
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah , dari Nabi , beliau bersabda,
“Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk), karena prasangka
(buruk) itu adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling
mencari-cari kejelekan (tahassus), saling memata-matai (tajassus), saling
hasad, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian, wahai
175
hamba-hamba Allah, orang-orang yang bersaudara” .
Mencari-cari aib seorang muslim tanpa alasan yang syar’iy adalah ciri-ciri
orang munafik. Dari Ibnu ‘Umar , ia berkata, Rasulullah naik di atas
mimbar lalu menyeru dengan suara yang kencang dan bersabda, “Wahai
sekalian orang yang telah berislam dengan lisannya namun belum masuk
keimanan dalam hatinya. Janganlah kalian mengganggu kaum muslimin,
jangan mencelanya, dan jangan mencari-cari aib mereka. Karena
sesungguhnya barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama
muslim, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang
Allah cari-cari aibnya, niscaya akan disingkap aibnya itu meskipun di
rumahnya sendiri”. Naafi’ berkata : Pada suatu hari Ibnu ‘Umar
memandang Ka’bah, lalu berkata : “Alangkah agung engkau dan alangkah
175
HR. Bukhari
Perkataan beliau ,“siapa saja yang telah beriman dengan lisannya namun
belum masuk iman itu ke dalam hatinya” menunjukkan siapa saja yang
mengghibah dan mencari-cari aib saudaranya yang muslim, maka imannya
itu kurang, terjangkit sebagian virus nifak dan iman belum masuk ke dalam
hatinya sebagaimana orang-orang munafik.
Selain itu, salah satu ciri-ciri orang munafik adalah melampaui batas ketika
berselisih, sebagaimana riwayat :
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi bersada, “Ada
empat hal yang bila ada pada diri seseorang maka dia adalah seorang
munafiq - atau - barangsiapa yang memiliki empat tabiat tersebut, maka ia
mempunyai tabiat munafik, hingga ia meninggalkannya. Yaitu : jika
berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan
177
mengkhianati, dan jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir” .
Makna sabda beliau , “Jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir’
; yaitu bila ia berselisih dengan orang lain, maka ia akan melakukan segala
jalan yang tidak disyari’atkan, termasuk melakukan tipu daya dan berbagai
perkataan bathil lainnya kepada/tentang lawannya.
Ini dalam perselisihan, lantas bagaimana jika mencari-cari aib itu menjadi
kebiasaan kita dalam setiap pembicaraan ? Tidakkah kita takut Allah
Subhanahu Wa Ta'ala akan menyingkap aib-aib kita di mata dan telinga
manusia? Bahkan di hari kiamat kelak ? Wallahul Musta’an.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Bagi siapa saja yang mendengar sesuatu
dari perkataan yang buruk, lalu dengan pikirannya tergambar sesuatu yang
akan diucapkannya; maka janganlah ia bergegas memperbanyak dan
178
menyiarkannya” .
Diriwayatkan dari ‘Aliy bin Abi Thalib radhiallahu anhu, ia berkata : “Orang
yang mengatakan kekejian dan orang yang menyebarkannya; dalam dosa
180
adalah sama” .
178
Tafsir Ibni Katsir, 6/29
179
Jaami’ul-‘Ulum wal-Hikam, hadits no. 36; tahqiq : Dr. Maahir Yasin Al-Fakhl
180
HR. Bukhari dalamAl-Adabul-Mufrad no. 234
181
HR. Bukhari
Rasulullah bersabda,
يامة ِ ِ
َ َم ْ َستَ َر ُم ْ ل ً ا َستَ َرهُ هللاُ يَ ْوَم الْق
“Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah
183
akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” .
Di sisi lain, Allah juga akan menyiapkan adzab yang pedih bagi mereka
yang senang mengumbar aib saudaranya.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik dia
berkata: Rasulullah bersabda: “Ketika aku diangkat (mi’raj) ke langit,
aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku
itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu
bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka itu
adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan terjun
184
membicarakan kehormatan mereka.” . Wallahul Musta’an.
Rasulullah telah mengatakan bahwa mencari-cari aib orang lain itu sama
dengan usaha untuk merusaknya/membinasakannya.
182
HR. Muslim
183
HR. Muslim dan yang lainnya
184
HR. Abu Daud ; dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5213
Sungguh, para shahabat dan salaf al-shalih adalah orang yang sangat
sayang kepada manusia sehingga berupaya menutupi segala aib dan
kesalahan; padahal diketahui mereka adalah pribadi-pribadi yang sangat
tegas dalam membasmi kemunkaran.
Rasulullah bersabda,
185
HR. Abu Daawud; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud,
3/199
186
HR. Abu Daawud : Shahih Sunan Abi Daawud, 3/199
187
HR. Bukhari
Luqman Al Hakim berkata, “Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang
melakukannya” .
Wallahu a’lam.
188
HR. Bukhari dan Muslim