Anda di halaman 1dari 104

c

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


©2016

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ABU MUJAHID

Inspirasi Iman
Sepanjang Masa

Diterbitkan oleh :

Departemen Informasi dan Komunikasi


DPD Wahdah Islamiyah Gowa
Indonesia 92111

Inspirasi Iman Sepanjang Masa




___5
___12
___21
___27
___35
___41
___47
___54
___60
___66
___72
___78
___83
___89
___95
___102

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Anugerah lisan yang fasih terkadang membuat pemiliknya terbuai. Lisan


terus menari hingga kehilangan arah kesana-kemari. Bencana lisan pun
senantiasa mengancam bagi setiap mereka yang tidak mampu menjaganya
agar tetap di atas rambu- rambu syariat ilahi.

Terkadang kita merasa begitu nyaman mengayunkannya. Hingga tak terasa


membawa pemiliknya ke muara kebinasaannya. Padahal, menjaganya
adalah keniscayaan untuk meraih jaminan Rasulullah  akan surgaNya.

Ghibah dan menggunjing adalah salah satu produknya. Seharusnya, setiap


kita yang takut akan adzabNya dan meyakini bahwa Allah  adalah Maha
Melihat dan Mendengar seluruh tindak-tanduk kita, mampu menjaga
manajemen lisan, saat diam dan bicara.

Apalagi di zaman ini. Ketika berbagai media komunikasi, nyata dan maya,
begitu luas dan mudah. Ruang untuk mengungkapkan rasa menjadi bebas
tak terarah. Hingga, saudara seiman, kerabat, kaum muslimin dan bahkan
para pemimpin, pun tak luput menjadi sasaran panah.

Pengertian ghibah dapat diketahui dengan memperhatikan sebuah hadits


yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Hadits dari
Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda,

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


‫يل‬ ِ ِ َ ‫ال ِذ ْكرَك أَخ‬ ‫أَتَ ْد ُرو َن َما الْغِيبَةُ قَالُوا ه‬
َ ‫اك ِبَا يَكَْرهُ ق‬ َ ُ َ َ‫اَّللُ َوَر ُسولُوُ أ َْعلَ ُم ق‬
ُ ‫ال إِ ْن َكا َن فِ ِيو َما تَ ُق‬
‫ول فَ َق ْد ا ْغتَْبتَوُ َوإِ ْن‬ ِ ‫أَفَرأَيت إِ ْن َكا َن ِِف أ‬
ُ ُ‫َخي َما أَق‬
َ َ‫ول ق‬ َ َْ
ِ ِ
ُ‫َْ يَ ُك ْ فيو فَ َق ْد َ َ تهو‬
“Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-
Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan
tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan
kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu
kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau
bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan
kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah menuduhnya
1
yang bukan-bukan (fitnah).”

Imam an-Nawawi rahimahullah mendefinisikan ghibah dengan berkata,


”Ghibah adalah menyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik
berkaitan dengan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak,
harta, anak, istri, pembantu, gaya, ekspresi rasa senang, rasa duka dan
sebagainya yang berkaitan dengan dirinya, baik dengan kata-kata yang
2
gamblang, isyarat, maupun dengan isyarat.”

Aisyah radhiallahu anha berkata: “Aku menirukan gerakan seseorang di


hadapan Nabi. Maka Nabi  berkata, “Aku tidak suka menirukan gerakan
3
seseorang meski aku mendapatkan upah sekian dan sekian banyaknya.”

Di dalam Al Qur’anul Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang dan


mencela perbuatan ghibah, sebagaimana firman-Nya,

“Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah


sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya.
Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging

1
HR. Muslim Jilid 4, hal. 2001, no. 2589.
2
Al-Adzkar, hal. 288
3
Hadits shahih, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/269), lihat juga Shahihul
Jami’ (V/31)

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan
bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat dan Maha Pengasih.” (QS. Al Hujurat: 12).

Begitupula Rasulullah  melarang kita untuk mencemarkan kehormatan


seorang muslim dengan ghibah. Di dalam Kitab Shahih (Bukhari dan
Muslim) terdapat riwayat hadits dari Abu Bakrah yang menceritakan
bahwa Nabi  bersabda,

‫إِ هن ِد َماءَ ُك ْم َوأ َْم َوالَ ُك ْم َحَر ٌام َعلَْي ُك ْم َك ُحْرَم ِة يَ ْوِم ُك ْم َى َذا ِِف َش ْ ِرُك ْم َى َذا ِِف‬
‫َلَ ِد ُك ْم َى َذا‬
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga
kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana
kesucian hari kalian ini (hari tanggal 10), pada bulan kalian ini (Dzulhijjah)
dan di negeri kalian yang suci ini (Mina).”

Kota Mina adalah sama hukumnya dengan kota Mekkah sebagai tanah
suci.

Di dalam Sunan Tirmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadits dari


Ibnu ‘Umar, beliau berkata : Rasulullah  naik mimbar dan menyeru
dengan suara yang lantang ,

“Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya namun


iman itu belum meresap ke dalam hatinya janganlah kalian menyakiti
kaum muslimin. Dan janganlah melecehkan mereka. Dan janganlah
mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang
siapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim
maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang
siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan,
4
meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.”

Dalam hadits lainnya, Rasulullah  bersabda,

ِ ِ ِ
ُ‫ُك ُّلل الْ ُ ْ ل ِم َعلَ الْ ُ ْ لم َحَر ٌام َد ُموُ َو عْر ُوُ َو َمالُو‬
4
Hadits ini tercantum dalam Shahihul Musnad, 1/508

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Setiap muslim terhadap muslim lainnya diharamakan darahnya,
5
kehormatannya, dan juga hartanya.”

Hadits di atas menjelaskan tentang eratnya hubungan persaudaraan dan


kasih sayang sesama muslim. Bahwa setiap muslim diharamkan
menumpahkan darah (membunuh) dan merampas harta saudaranya
seiman. Demikian pula setiap muslim diharamkan melakukan perbuatan
yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau pun merusak kehormatan
saudaranya seiman.

Dari shahabat Anas bin Malik , bahwa Rasulullah  bersabda,

‫ورُى ْم‬
َ ‫ص ُد‬
ُ ‫وى ُ ْم َو‬
َ ‫اس َيَْ ُ ُشو َن ُو ُج‬ٍ َ‫ت َِق ْوٍم ََلُ ْم أَظْ َف ٌار ِم ْ ُُن‬ ُ ‫ِج ِِب َمَرْر‬َ ‫لَ ه ا ُعر‬
ِ ِ ِ ِ ِ
، ‫هاس‬ َ ُ‫ َى ُؤالَء الهذي َ يَأْ ُكلُو َن ُُل‬: ‫ال‬
ِ ‫وم الن‬ َ َ‫ ق‬، ‫يل‬ ُ ‫ َم ْ َى ُؤالَء يَا ج ْْب‬: ‫ت‬ ُ ‫ فَ ُقْل‬،
‫َويَ َق ُو َن ِِف أ َْعَرا ِ ِ ْم‬
“Ketika aku mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-
kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-
dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?”
Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan
6
daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.”

Dari shahabat Ibnu Umar , bahwa beliau  bersabda,

“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai
ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin,
janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari
aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim
niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari
7
aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.”

5
HR. Muslim no. 2564
6
HR. Abu Dawud no. 4878 dan lainnya
7
HR. At Tirmidzi dan lainnya

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dari shahabat Jabir bin Abdillah , beliau berkata, “Suatu ketika kami
pernah bersama Rasulullah  mencium bau bangkai yang busuk. Lalu
Rasulullah  berkata: ‘Apakah kalian tahu bau apa ini? (Ketahuilah) bau
8
busuk ini berasal dari orang-orang yang berbuat ghibah.”
Suatu hari Aisyah radhiyallahu’anha pernah berkata kepada Rasulullah 
tentang Shafiyyah radhiyallahu’anha bahwa dia adalah wanita yang
pendek. Maka beliau  bersabda,

ِ ِ ‫ت َكلِ ةً لَو م ِزج‬


ْ َ ُ ْ َ ِ ‫لََق ْد قُ ْل‬
ُ‫ت ِبَاء الْبَ ْح ِر لَ َ َز َجْتو‬
“Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau
9
seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut itu.”
Asy Syaikh Salim bin Ied Al Hilali berkata: “Dapat merubah rasa dan aroma
air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbutan ghibah. Hal ini
10
menunjukkan suatu peringatan keras dari perbuatan tersebut.”

Sekedar menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat


teguran keras dari Rasulullah , lalu bagaimana dengan menyebutkan
sesuatu yang lebih keji dari itu?

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, hal yang


seharusnya dilakukan seseorang yang mendengar seorang muslim
dipergunjingkan, maka hendaklah dia mencegah dan menghentikan
pembicaraan itu. Andaikan orang yang menggunjing itu tidak mau berhenti
setelah diingatkan dengan kata-kata, maka hendaklah diingatkan dengan
tangan. Seandainya orang yang mendengar ghibah tadi tidak mampu
mengingatkan dengan tangan maupun dengan lisan, maka hendaklah dia
meninggalkan tempat itu. Apabila dia mendengar gurunya, orang yang
berjasa kepada dirinya atau orang yang memiliki kelebihan dan keshalihan
dipergunjingkan maka hendaknya ada perhatian lebih terhadap apa yang
11
telah dijelaskan di atas.

Allah  berfirman,

8
HR. Ahmad 3/351
9
HR. Abu Dawud 4875 dan lainnya
10
Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 3/25
11
Al-Adzkar, hal 294

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Dan orang-orang yang beriman itu bila mendengar perkataan yang tidak
bermanfaat, mereka berpaling darinya, dan mereka berkata: “Bagi kami
amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, semoga kesejahteraan atas
dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (QS. Al-
Qashash: 55).
Telah datang riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah dan Abu Thalhah radhiyallahu
‘anhuma, mereka berkata bahwa Rasulullah  bersabda,

‫ص فِ ِيو‬ ِ ِ ُ َ‫ما ِم ام ِر ٍئ َيَْ ُذ ُل امرأً م لِ ا ِِف مو ِ ٍع تُْنت‬


ُ ‫ك فيو ُحْرَمتُوُ َويُْنتَ َق‬ َ ْ َ ً ْ ُ َْ ْ َ َ
ِ
ِ ِ ِ ‫ إِاله َخ َذلَوُ ه‬، ‫ِم ْ ِعْر ِ ِو‬
ُ‫اَّللُ ِِف َم ْو ٍ ُ ُّل فيو ُ ْ َرتَو‬
“Barang siapa yang tidak membela saudaranya sesama muslim pada saat
kehormatan dan harga dirinya dilecehkan, maka Allah pasti tidak akan
12
membelanya pada saat pertolongan Allah sangat diharapkan.”

Dari shahabat Abu Dzar , bahwa Rasulullah  bersabda,

‫م رد ع عرض أخيو رد هللا ع وج و النار يوم القيامة‬


“Barang siapa yang mencegah terbukanya aib saudaranya niscaya Allah
13
akan mencegah wajahnya dari api neraka pada hari kiamat nanti.”

Demikianlah semestinya, ia tidak ridha melihat saudaranya terjatuh dalam


kemaksiatan yaitu berbuat ghibah. Semestinya ia menasehatinya, bukan
justru ikut larut dalam perbuatan tersebut. Kalau sekiranya ia tidak mampu
menasehati atau mencegahnya dengan cara yang baik, maka hendaknya ia
pergi dan menghindar darinya

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa ghibah dibolehkan karena


adanya tujuan yang dibenarkan oleh syariat yang tidak mungkin tujuan itu

12
Hadits hasan, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/271 No.4884), Lihat juga
Shahih Jami’ush Shaghir (V/160)
13
HR. At Tirmidzi no. 1931 dan lainnya

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


tercapai kecuali dengan menempuh cara ini. Ghibah yang dibolehkan ini
14
ada enam sebab :

1. Mengadukan kezaliman orang kepada hakim, raja atau siapa saja yang
mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menolongnya. Seperti
dengan mengatakan: “Si Fulan menganiaya saya dengan cara demikian.”
2. Meminta bantuan orang demi mengubah kemungkaran dan
mengembalikan pelaku maksiat agar kembali kepada kebenaran. Seperti
dengan mengatakan: “Si Fulan telah melakukan demikian maka cegahlah
dia dari perbuatan itu!” atau ungkapan semisalnya.
3. Meminta fatwa. Seperti dengan mengatakan kepada seorang mufti (ahli
fatwa): “Ayahku menganiayaku.” atau “Saudaraku telah menzalimiku.”
Atau “Suamiku telah menzalimiku.” Meskipun tindakan yang lebih baik
dan berhati-hati ialah dengan mengatakan: “Bagaimana pendapat anda
terhadap orang yang melakukan perbuatan demikian dan demikian
(tanpa menyebut namanya)?”
4. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan sebagian orang dan
dalam rangka menasihati mereka. Seperti mencela para periwayat hadits
dan saksi, hal ini diperbolehkan berdasarkan kesepakatan kaum
muslimin, bahkan hukumnya wajib karena kebutuhan umat
terhadapnya.
5. Menyebutkan kejelekan pelaku maksiat yang berterang-terangan dalam
melakukan dosa atau bid’ahnya, seperti orang yang meminum khamr di
depan khalayak, merampas harta secara paksa dan sebagainya, dengan
syarat kejelekan yang disebutkan adalah yang terkait dengan
kemaksiatannya tersebut dan bukan yang lainnya.
6. Untuk memperkenalkan jati diri orang. Seperti contohnya apabila ada
orang yang lebih populer dengan julukan Al-A’raj (yang pincang), Al-
Ashamm (yang tuli), Al-A’ma (yang buta) dan lain sebagainya. Akan
tetapi hal ini diharamkan apabila diucapkan dalam konteks penghinaan
atau melecehkan. Seandainya ada ungkapan lain yang bisa dipakai untuk
15
memperkenalkannya maka itulah yang lebih utama .



14
Syarah Nawawi fi Shahih Muslim, XVI/142 dan Al-Adzkar, hal. 292
15
lihat Riyadhush Shalihin, dicetak bersama Syarah Syaikh Utsaimin, 4/98-99. penerbit
Darul Bashirah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Setiap keluarga muslim pasti mendambakan ketenteraman dan


ketenangan dalam rumah yang mereka huni. Setiap kita ingin agar rumah
kita sebagaimana ungkapan ”rumahku adalah surgaku”. Bukan karena
rumah itu mewah, namun karena semua merasa tentram ketika masuk dan
berada di dalamnya.

Lalu, bagaimana menjadikan rumah kita ibarat surga bagi penghuninya? Di


antara faktor yang sangat penting adalah menjauhkan dan membentengi
rumah dari setan. Mengapa? Ya, karena setan merupakan musuh anak
Adam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.”
(QS. Fathir: 6).

Di antara perkara yang bisa kita lakukan untuk membentengi rumah kita
dari setan adalah :

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Dianjurkan seseorang


mengucapkan bismillah dan banyak berzikir kepada Allah  serta
mengucapkan salam, sama saja apakah dalam rumah itu ada manusia atau
tidak, berdasarkan firman Allah ,

”Apabila kalian masuk ke rumah-rumah maka ucapkanlah salam (kepada


penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri-diri kalian sendiri,

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi lagi baik.” (QS. An-
16
Nur: 61)

Ahli tafsir berbeda pendapat tentang rumah yang dimaksudkan dalam ayat
17
di atas.

Ibnul ‘Arabi rahimahullahu menetapkan bahwa pendapat yang


menyatakan rumah secara umum merupakan pendapat yang shahih,
karena tidak ada dalil yang menunjukkan pengkhususan. Kalau rumah itu
adalah rumah orang lain, maka ia ucapkan salam dan meminta izin kepada
tuan rumah sebelum masuk ke dalamnya. Bila rumah itu kosong ia
ucapkan, “As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin” (Semoga
keselamatan untuk kami dan untuk para hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang shalih). Demikian kata Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Namun bila
dalam rumah itu ada keluarganya, anak-anaknya dan pembantunya, ia
ucapkan “Assalamu ‘alaikum.”

Ketika memberikan penjelasan terhadap surah Al-Kahfi ayat 39, Ibnul


‘Arabi rahimahullahu menyatakan dianjurkannya berzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala bila salah seorang dari kita masuk rumah atau masjid
dengan mengucapkan: “Masya Allah la quwwata illa billah.” Asyhab
berkata, “Al-Imam Malik rahimahullahu mengatakan, ‘Sepantasnya setiap
18
orang yang masuk ke rumahnya mengucapkan zikir ini’.”

Abu Umamah Al-Bahili , membawakan hadits dari Rasulullah ,

‫ ( ِمْن َ ا) َوَر ُج ٌل َد َخ َل َْيتَوُ ِ َ ٍَم فَ ُ َو‬:‫َ ِام ٌ َعلَ هللاِ َعهز َو َج هل‬ ‫َ ََةٌ ُكلُّل ُ ْم‬
‫هللاِ َعهز َو َج هل‬ َ‫َ ِام ٌ َعل‬
“Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada dalam jaminan Allah
, (di antaranya) seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan
19
salam maka ia berada dalam jaminan Allah .”
20
Makna jaminan Allah  adalah berada dalam penjagaan Allah .

16
Al-Adzkar, hal. 25
17
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 12/209
18
Ahkamul Qur’an, 3/1240
19
HR. Abu Dawud no. 2494
20
Al-Adzkar, hal. 26

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah  bersabda,

َ‫ ال‬:‫ال الشْهي َا ُن‬ َ َ‫إِذَا َد َخ َل الهر ُج ُل َْيتَوُ فَ َذ َكَر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو َو ِعْن َد َ َ ِام ِو ق‬
:‫ال الشْهي َا ُن‬َ َ‫ َوإِ َذا َد َخ َل فَلَ ْم يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو ق‬.َ‫ت لَ ُك ْم َوالَ َع َشاء‬ َ ‫َمبِْي‬
‫ت‬ َ َ‫ َوإِ َذا َْ يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد َ َ ِام ِو ق‬.‫ت‬
َ ‫ أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي‬:‫ال‬ َ ‫أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي‬
ُ َ‫َوالْ َ َشاء‬
”Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat
masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya, berkatalah setan,
“Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.”
Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika
masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.”
Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan,
21
“Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.”

Berzikir kepada Allah  akan mengusir setan dari rumah kita sehingga
setan tidak dapat menyertai kita saat makan dan tidur. Sementara, lalai
dari zikrullah akan memberikan kesempatan emas bagi setan karena ia
mendapati tempat menginap plus makan malamnya. Tentunya setan ini
tidak sendirian. Bersamanya ada kawan-kawannya, gerombolan setan,
karena setan mengucapkan ucapan demikian kepada teman-teman,
22
pembantu-pembantu, dan sahabatnya.

Al-Qur’anul Karim akan mengharumkan rumah seorang muslim dan akan


mengusir para setan. Abu Musa Al-Asy’ari  mengabarkan dari Nabi ,

21
HR. Muslim
22
Al-Minhaj, 11/191

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


. ٌ ِّ‫ ِرُْ َ ا َيِّ ٌ َو َ ْ ُ َ ا َي‬،‫َمَ ُل الْ ُ ْؤِم ِ اله ِذ ْي يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل ْااَتْ ُر هج ِة‬
.‫ الَ ِريْ َ ََلَا َو َ ْ ُ َ ا ُحْل ٌو‬،ِ‫َوَمَ ُل الْ ُ ْؤِم ِ اله ِذي الَ يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل الته ْ َرة‬
.‫ ِرُْ َ ا َيِّ ٌ َو َ ْ ُ َ ا ُمٌّرر‬،‫َوَمَ ُل الْ ُ نَافِ ِ اله ِذ ْي يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل الهرَْا َِة‬
‫س ََلَا ِريْ ٌ َو َ ْ ُ َ ا‬ ِ ْ ‫ومَل الْ نَافِ ِ اله ِذي الَ ي ْقرأُ الْ ُقر َن َك َ ِل‬
َ ‫ لَْي‬،‫اُلَْنظَلَة‬ َ ْ ََ ْ ُ ُ ََ
‫ُمٌّرر‬
artinya : “Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan seorang
mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada
baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik yang membaca Al-
Qur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya
pahit. Sementara orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti
23
buah hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.”

Membaca Al-Qur’an di rumah dengan penuh kekhusyukan menjadikan


para malaikat akan mendekat. Seperti kejadian yang pernah dialami
seorang sahabat Rasulullah  yang bernama Usaid ibnu Hudhair .

Suatu malam Usaid tengah membaca Al-Qur’an di tempat pengeringan


kurma miliknya. Tiba-tiba kudanya melompat. Ia membaca lagi, kudanya
melompat lagi. Ia terus melanjutkan bacaannya dan kudanya juga
melompat. Usaid berkata, “Aku pun khawatir bila sampai kuda itu
menginjak Yahya (putra Usaid) hingga aku bangkit menuju kuda tersebut.
Ternyata aku dapati di atas kepalaku ada semacam naungan. Di dalamnya
seperti lentera-lentera yang terus naik ke udara sampai aku tidak
melihatnya lagi (hilang dari pandanganku). Di pagi harinya aku menemui
Rasulullah  .” Usaid kemudian menceritakan apa yang dialaminya,
setelahnya Rasulullah  menjelaskan,

َ َ‫ت تَ ْ تَ ِ ُع ل‬ ِ َ ‫تِْل‬
‫ َما‬،‫هاس‬
ُ ‫ت يََر َاىا الن‬
ْ ‫َصبَ َح‬ َ ْ‫ َولَْو قَ َرأ‬،‫ك‬
ْ ‫ت َا‬ ْ َ ‫ك الْ َ َئ َكةُ َكا‬
‫تَ ْ تَِ ُ ِمْن ُ ْم‬

23
HR. Al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Seandainya
engkau terus membaca Al-Qur’an niscaya di pagi harinya manusia akan
24
dapat melihat naungan tersebut, tidak tertutup dari mereka. “

Bila engkau merasa di rumahmu demikian banyak masalah, tampak banyak


penyimpangan dan anggota-anggotanya saling berselisih, maka ketahuilah
setan hadir di rumahmu, maka bersungguh-sungguhlah mengusirnya.
Bagaimanakah cara mengusirnya? Rasulullah  memberikan jawabannya :

‫ َو َسنَ ُام الْ ُقْر ِن ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرةِ َوإِ هن الشْهي َا َن إِذَا ََِس َع‬،‫إِ هن لِ ُك ِّل َش ْي ٍء َسنَ ًاما‬
‫ت اله ِذي يُ ْقُرأُ فِْي ِو ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرة‬
ِ ‫سورَة الْب َقرةِ تُ ْقرأُ خرج ِم الْب ي‬
َْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ
“Sesungguhnya segala sesuatu ada puncaknya (punuknya) dan puncak dari
Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Sungguh setan bila mendengar
dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan keluar dari rumah yang di
25
dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.”

Abu Hurairah mengabarkan dari Rasulullah , beliau bersabda,

ُ‫ت اله ِذي تُ ْقَرأُ فِْي ِو ُس ْوَرة‬


ِ ‫ إِ هن الشهي َا َن ي ْن ِفر ِم الْب ي‬،‫الَ ََْت لُوا ي وتَ ُكم م َقاِر‬
َْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ُُ ْ َ
ِ‫الْبَ َقرة‬
َ
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan.
Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan
26
surah Al-Baqarah.”

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan bahwa Nabi  bersabda,

24
HR. Muslim no. 1895
25
HR. Al-Hakim, dihasankan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 588
26
HR. Muslim no. 1821

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ ‫اج لُوا ِم ص َتِ ُكم ِِف ي وتِ ُكم والَ تَت‬
‫هخ ُذ ْوَىا قُبُ ْوًرا‬ َ ْ ْ ُُ ْ َ ْ ْ َ ْ
“Jadikanlah bagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan
27
kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.”

Dalam syariat disebutkan pelarangan shalat di kuburan. Karenanya,


Rasulullah  melarang kita menjadikan rumah kita seperti kuburan,
dengan tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya. Beliau menghasung
kita agar memberi bagian shalat sunnah untuk dikerjakan di dalam rumah.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Rasulullah  memberikan


hasungan untuk mengerjakan shalat nafilah (sunnah) di rumah, karena hal
itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih menjaga dari perkara yang
dapat membatalkannya. Juga dengan mengerjakan shalat nafilah di rumah
akan memberi keberkahan bagi rumah tersebut. Akan turun rahmah di
dalamnya, demikian pula para malaikat. Sementara setan akan lari dari
28
rumah tersebut.”

Dalam hadits yang lain Rasulullah  memerintahkan,

َ‫ص َةِ الْ َ ْرِء ِِف َْيتِ ِو إِاله ال ه َة‬ ِ ِ ِ


َ ‫فَ َلَْي ُك ْم ال ه َة ِِف ُيُ ْوت ُك ْم فَِإ هن َخْي َر‬
َ‫الْ َ كْتُ ْوَة‬
“Seharusnya bagi kalian untuk mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian
karena sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya terkecuali shalat
29
wajib.”

Sebuah hadits dari sahabat yang mulia, Abu Malik Al-Asy’ari ,


mengingatkan kita bahwa nyanyian, musik berikut alatnya bukanlah
perkara yang terpuji, namun lebih dekat kepada azab. Abu Malik
berkata: Rasulullah  bersabda,

27
HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817
28
Al-Minhaj, 6/309
29
HR. Al-Bukhari no. 731 dan Muslim no. 1822

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


َ ‫اْلَ ْ َر َوالْ َ َا ِز‬
‫ َولَيَ ْن ِزلَ ه‬، ‫ف‬ ْ ‫اُلَِر َو‬
ْ ‫اُلَ ِر َير َو‬ ْ ‫لَيَ ُكوَ ه ِم ْ أُهم ِِت أَقْ َو ٌام يَ ْ تَ ِحلُّلو َن‬
- ‫ يَ ْ ِِن الْ َف ِق َري‬- ‫ يَأْتِي ِ ْم‬، ‫وح َعلَْي ِ ْم ِ َ ا ِر َح ٍة ََلُ ْم‬ ِ
ُ ‫أَقْ َو ٌام إ ََل َجْن َعلَ ٍم يَُر‬
ِ

َ ‫ َوَيَْ َ ُخ َخ ِري‬، ‫ض ُع الْ َلَ َم‬ ‫ فَيُبَ يِّتُ ُ ُم ه‬. ‫اج ٍة فَيَ ُقولُوا ْارِج ْع إِلَْي نَا َغ ًدا‬
َ َ‫اَّللُ َوي‬ َ َ‫ُل‬
ِ
‫قَِرَدةً َو َخنَا ِز َير إِ ََل يَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة‬
“Benar-benar akan ada sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan
zina, sutera, khamr, dan alat musik. Ada sekelompok orang yang tinggal di
lereng puncak gunung. Setiap sore seorang penggembala membawa
(memasukkan) hewan ternak mereka ke kandangnya. Ketika datang
kepada mereka seorang fakir untuk suatu kebutuhannya, berkatalah
mereka kepada si fakir, ‘Besok sajalah kamu kemari!’ Maka di malam
harinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala azab mereka dengan ditimpakannya
gunung tersebut kepada mereka atau diguncang dengan sekuat-kuatnya.
Sementara yang selamat dari mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala ubah
30
menjadi kera-kera dan babi-babi hingga hari kiamat.”

Bila sekiranya di rumah kita ada lonceng-lonceng yang digantung serupa


dengan naqus/lonceng gereja dalam hal suara ataupun model/bentuknya,
walaupun tujuan kita hanya sebagai hiasan, maka singkirkanlah. Karena
Nabi  bersabda dalam hadits yang disampaikan Abu Hurairah ,

ِ َ ‫اارس مز ِامري الشهي‬


‫ان‬
31
ُ َ َ ُ ََْ
“Lonceng itu adalah seruling setan.”

Masih dari Abu Hurairah , ia memberitakan sabda Rasulullah ,

‫س‬ ِ ِ
ٌ ‫الَ تَ ْ َح ُ الْ َ َئ َكةُ ُرفْ َقةً في َ ا َكْل ٌ َوالَ َجَر‬

30
HR. Al-Bukhari no. 5590
31
HR. Muslim no. 5514

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Para malaikat tidak akan menyertai perkumpulan/rombongan yang di
dalamnya ada anjing atau lonceng (yang biasa dikalungkan di leher hewan,
32
pen.).”

Para malaikat adalah tentara Ar-Rahman. Mereka selalu berada dalam


permusuhan dengan tentara setan. Maka, bila di suatu tempat tidak ada
tentara Ar-Rahman, siapa gerangan yang menguasai tempat tersebut?
Tentu para tentara setan.

Gambar dan patung yang dimaksudkan di sini adalah yang


berupa/berbentuk makhluk bernyawa (hewan dan manusia). Gambar dan
patung seperti ini harus disingkirkan dari rumah, terkecuali boneka untuk
33
mainan anak perempuan, demikian kata Al-Qadhi rahimahullahu. Namun
boneka ini tidak boleh dalam bentuk yang detail, sebagaimana jawaban
Fadhilatusy Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu
34
ketika ditanya tentang masalah ini.

Abu Hurairah  berkata dari Rasulullah ,

‫يل أ َْو تَ َ ا ِو ُير‬ِ ِِ ِ


ُ ‫الَ تَ ْد ُخ ُل الْ َ َئ َكةُ َْيتًا فيو ََا‬
“Para malaikat tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada
35
patung-patung atau gambar-gambar.”

Abu Thalhah  menyampaikan sabda Rasul yang mulia ,

ٌ‫ورة‬ ِِ ِ
َ‫ص‬ ُ َ‫الَ تَ ْد ُخ ُل الْ َ َئ َكةُ َْيتًا فيو َكْل ٌ َوال‬

32
HR. Muslim no. 5512
33
Al-Minhaj, 14/308
34
lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail Fadhilatusy Syaikh, no. 329, 2/227-278
35
HR. Muslim no. 5511

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Para malaikat tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada
36
anjing dan gambar.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,

Jibril berjanji kepada Rasulullah  untuk mendatangi beliau di suatu


waktu. Maka tibalah waktu tersebut namun ternyata Jibril tak kunjung
datang menemui beliau. Ketika itu di tangan beliau ada sebuah tongkat,
beliau melemparkan tongkat tersebut dari tangan beliau seraya berkata,
“Allah dan para utusannya tidak akan menyelisihi janjinya.” Beliau lalu
menoleh dan ternyata di bawah tempat tidur ada seekor anjing kecil.
Beliau berkata, “Ya Aisyah, kapan anjing itu masuk ke sini?” “Saya tidak
tahu,” jawab Aisyah. Beliau lalu menyuruh anjing itu dikeluarkan. Setelah
itu datang Jibril. Rasulullah  berkata, “Engkau berjanji kepadaku untuk
datang di waktu tadi, aku pun duduk menantimu namun ternyata engkau
tidak kunjung datang.” Jibril memberi alasan, “Anjing yang tadi berada
dalam rumahmu mencegahku untuk masuk karena sungguh kami tidak
akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada anjing dan tidak pula
37
masuk ke rumah yang ada gambar.”

Dengan demikian, haram bagi seorang muslim memelihara anjing tanpa


ada kebutuhan, terkecuali anjing untuk berburu, anjing penjaga kebun,
atau penjaga hewan ternak/peliharaan, sebagaimana pengecualian yang
disebutkan dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang akan
datang penyebutannya.

Barangsiapa memelihara anjing tanpa kebutuhan maka ia terkena ancaman


hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut ini. Rasulullah  bersabda,

‫ص ِم ْ َع َ لِ ِو ُك هل يَ ْوٍم قِ َري اَ ِن‬ ٍِ ِ


َ ‫َم ِ اقْ تَ َِن َكْلبًا إاله َكْل َ َماشيَة أ َْو َ ا ٍر َ َق‬
“Siapa yang memelihara anjing kecuali anjing penjaga ternak atau anjing
38
berburu berkurang dua qirath pahala amalannya setiap hari.”


36
HR. Al-Bukhari no. 3225 dan Muslim no. 5481
37
HR. Muslim no. 5478
38
HR. Al-Bukhari no. 5482 dan Muslim no. 3999

Inspirasi Iman Sepanjang Masa



 

Dunia ini fana. Manusia hidup di dunia sekejap saja. Toh, kehidupan dunia
yang hanya sementara ini nyatanya telah menjebak banyak manusia,
tenggelam mencari kesenangan yang seolah tidak ada habisnya. Setelah
terpenuhi satu keinginan, akan muncul keinginan yang lain, begitu
seterusnya. Hingga akhirnya, kehidupan akhirat yang kekal abadi pun
kemudian terlupakan. Segala cara akan ditempuh demi menggapai
keinginan akan kesenangan atas segala hal yang bersifat duniawi, tidak
peduli lagi baik-buruk, halal-haram, dosa dan neraka. Yang penting dapat
hidup senang bergelimang harta dan memiliki kedudukan dan tahta.
Apalagi saat ini, ketika harga terus melonjak naik, sementara lapangan
pekerjaan makin susah, “Jangankan mencari yang halal, mencari yang
haram saja susah, “ demikian kebanyakan orang sering mengeluh.

Seandainya manusia mengetahui betapa kehidupan akhirat itulah sebenar-


benar kehidupan, kehidupan yang tidak ada lagi kematian, tentu mereka
akan mengambil apa-apa yang ada dalam kehidupan dunia ini sedikit saja
dan seperlunya. Sayangnya, kesadaran akan hal ini tidak dimiliki semua
orang. Hingga mereka menjadi sedemikian rakus. Ibaratnya, seluruh isi
dunia ini pun masih kurang untuk memuaskan keserakahannya.

Kita tentu berlindung kepada Allah  dari sifat rakus dan selalu merasa
kurang ini, sehingga tidak terjerumus melakukan tindakan-tindakan yang
dilarang karena memperturutkan hasrat duniawi.

Padahal, jika kita ingin merenung, sesungguhnya antara harta dan


ketenangan hati, adalah dua hal yang berbeda, yang tak ada hubungannya.
Banyak orang berlimpah harta tapi tak mampu merasakan kebahagiaan
dan ketenangan. Ia mampu menyewa hotel dan membeli tempat tidur
yang mewah, namun tak bisa membeli rasa nyenyak. Sementara di saat

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


yang sama, banyak orang bisa bahagia dan tenang meskipun dengan harta
yang terbatas. Di jalan, banyak kita saksikan tukang becak bisa
mendengkur menikmati tidurnya, meski badannya tak cukup untuk duduk
di kendaraan sederhana itu.

Itulah keadaan kita dan itu nyata. Sedikit yang mau bersyukur. Telah
banyak diberi nikmat malah dikata masih sedikit dan kurang. Padahal
sebaik-baik hamba adalah yang mau bersyukur baik ketika diberi sedikit
atau pun banyak. Namun yang sedikit saja jarang kita mau syukuri, apalagi
yang banyak.

Allah Ta’ala berfirman, artinya : “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku


yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).

Syaikh Abu Bakr Al Jazairi berkata, “Ini adalah pengkabaran yang sesuai
kenyataan. Sungguh Maha Benar Allah. Sungguh yang benar-benar
mensyukuri nikmat Allah amatlah sedikit di setiap waktu dan tempat.
Kebanyakan berada dalam hati yang lalai, di sisi lain karena begitu jahil
terhadap Rabbnya.”

Merupakan sunnatullah bahwasanya Allah Ta’ala telah menentukan ujian


dan cobaan bagi para hambaNya. Mereka akan diuji dengan berbagai
macam ujian, baik dengan sesuatu yang disenangi oleh jiwa berupa
kemudahan dalam hidup atau kelapangan rizki, dan juga akan diuji dengan
perkara yang tidak mereka sukai, berupa kemiskinan, kesulitan, musibah
atau yang lainnya.

Allah Ta’ala berfirman, artinya : “Kami akan menguji kamu dengan


keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Abdullah ibnu ‘Abbas  mengatakan, “Maksudnya, Kami akan menguji


kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit,
kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, serta
39
petunjuk dan kesesatan.

39
Lihat Tafsir ath-Thabari, IX/26, no. 24588

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Inilah sunnatullah yang berlaku pada para hambaNya. Oleh karena itulah,
kita melihat manusia ini berbeda kondisi kehidupannya. Ada yang hidup
dengan harta yang melimpah, fasilitas dan kedudukan. Ada juga yang
ditakdirkan hidup sederhana lagi pas-pasan. Bahkan ada juga yang hidup
fakir miskin dan tidak punya apa-apa.

Segala nikmat yang Allah  berikan kepada kita adalah ujian bagi kita,
apakah kita akan menjadi hamba-Nya yang bersyukur ataukah menjadi
orang yang kufur. Sungguh benar apa yang diucapkan oleh Nabi
Sulaiman ‘alaihis salam tatkala mendapatkan nikmat, beliau
mengatakan : “Ini termasuk karunia dari Rabb-ku untuk mengujiku, apakah
aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha
Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40).

Syukur adalah akhlaq yang mulia, yang muncul karena kecintaan dan
keridha’an yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan
mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridha’an. Seseorang
yang diberikan nikmat oleh Allah  walaupun sedikit, tidak mungkin akan
bersyukur kalau tidak ada keridha’an. Orang yang mendapatkan
penghasilan yang sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang
pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridha’an. Demikian
pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan
terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridha’an.
Syukur itu, sebenarnya tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan
“alhamdulillah”. Namun hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati,
lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Qudamahrahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati,
40
lisan dan anggota badan.

Ibnu Qayyim rahimahullah melengkapi hakikat syukur tersebut dengan


menjelaskan bahwa syukur kepada Allah itu adalah tampaknya bekas
nikmat Allah pada lisan sang hamba dalam bentuk pujian dan

40
Lihat Minhajul Qasidin, hal. 305

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


pengakuan, di dalam hatinya dalam bentuk kesaksian dan rasa cinta, dan
41
pada anggota tubuhnya dalam bentuk patuh dan taat.
Beliau rahimahullah lebih lanjut juga menjelaskan bahwa syukur itu
mempunyai 5 (lima) pilar pokok yang apa bila salah satunya tidak
terpenuhi maka syukur menjadi batal dan dianggap belum bersyukur. Lima
pilar pokok itu adalah : (i) kepatuhan orang yang bersyukur kepada
Pemberi nikmat (yaitu Allah ); (ii) mencintaiNya; (iii) mengakui nikmat
dari-Nya; (iv) memuji-Nya atas nikmat-Nya; dan (v) tidak menggunakan
nikmat yang diberikan-Nya untuk sesuatu yang tidak Dia suka.

Makanya, Saudaraku :
1. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah  ketika ia
masih saja bermaksiat dan tidak patuh terhadap berbagai perintah
dan laranganNya;
2. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah  ketika ia
masih menjadikan cinta kepada makhluk di atas cinta kepadaNya;
3. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah  ketika ia
masih merasa bahwa nikmat-nikmat yang telah ia rasakan dan nikmati
adalah hasil usaha dan jerih payahnya sendiri. Sementara, keyakinan
bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah dan
bukan dari selain-Nya adalah wajib dan mutlak. Allah  berfirman,
artinya : “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-
lah (datangnya)…”(QS. An-Nahl: 53). Meskipun bisa jadi, kita
mendapatkan nikmat itu melalui teman, aktivitas jual beli, bekerja
atau yang lainnya, semuanya itu adalah hanyalah perantara untuk
mendapatkan nikmat. Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia
peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah hamba yang bersyukur.
Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari
Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia peroleh;
4. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah  ketika ia
masih kikir untuk selalu menyanjung dan memuji namaNya dalam
lisannya. Lisannya hendaknya senantiasa mengucapkan
kalimat thayyibbah sebagai bentuk pujian terhadap Allah Ta’ala.
Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang
bersyukur dengan lisannya. Allah  sangat senang apabila dipuji oleh
hamba-Nya. Allah  cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa
memuji Allah Ta’ala. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah
kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.(QS. Adh-Dhuha:

41
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Tahdzib Madarij al-Salikin oleh Abdul Mun`im al`Izzî, hal.
348

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


11). Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa
syukurnya dengan berdoa, maka ia telah bersyukur. Sebagaimana
sabda Rasulullah , “Barang siapa yang makan makanan kemudian
mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa
rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwah” (Segala puji bagi
Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku
tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang
42
telah lalu.” Terdapat pula dalam hadits riwayat Anas bin Malik ,
Nabi  bersabda, artinya : “Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka
kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah)
43
sesudah makan dan minum” . Bahkan, ketika tertimpa musibah atau
melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah
kita memuji Allah . Dari Aisyah radhiallahu anha, kebiasaan
Rasulullah  jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah
mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”.
Sedangkan jika beliau  menyaksikan hal-hal yang tidak
44
menyenangkan beliau mengucapkan“Alhamdulillah ‘ala kulli hal.”
5. Dan, tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika
ia dengan tenang dan nyaman, menggunakan berbagai karunia dan
nikmat Allah  kepadanya untuk bermaksit dan melanggar aturan-
aturanNya.Wallahul-musta’an. Sesungguhnya orang yang bersyukur
kepada Allah Ta’ala akan menggunakan nikmat Allah untuk beramal
shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Ia gunakan
matanya untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk berkata
kecuali yang baik, dan anggota badannya ia gunakan untuk beribadah
kepada Allah Ta’ala.

Allah  berfirman, artinya : “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat


kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS.
Al-Baqarah: 152)

Pada ayat tersebut Allah  memerintahkannya secara khusus.


Allah  berfirman yang artinya, “Maka bersyukurlah kepada-Ku.” Setelah
perintah bersyukur, Allah juga berfirman : “Dan janganlah kalian kufur”.
Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di sini adalah yang menjadi lawan dari

42
HR. Tirmidzi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
43
HR. Muslim
44
HR Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani menilai hadits ini hasan

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


kata syukur. Sehingga kufur di sini bermakna tindakan mengingkari nikmat
dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik. Dan bisa jadi
maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk
pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada
Allah, kemudian diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang
beraneka ragam jenisnya dari yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di
45
bawah-bawahnya.”

Olehnya, marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur


kepadaNya. Janganlah hidup ini kita penuhi dengan keluh kesah yang tidak
berkesudahan. Yakinlah, segala nikmat dan ujian adalah pilihan terbaik
Allah  untuk hambaNya. Syukuri apa yang ada. Masih banyak orang-
orang yang lebih susah dari kita. Semoga Allah  memberikan kita
kekuatan untuk selalu bersyukur kepadaNya. Wallahu a’lam.



45
Lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 74

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

“Mencuci mata” sudah menjadi kebiasaan banyak orang utamanya di


kalangan para muda.Nongkrong di pinggir jalan, menikmati pemandangan
alam yang indah dan penuh pesona adalah hal biasa. Apalagi, di zaman
yang serba canggih seperti sekarang, zaman gadgetdan smartphone, begitu
memanjakan kita untuk mengakses dunia maya yang penuh dengan warna,
tak terkecuali “alam indah” untuk “mencuci mata”. Yang menjadi
pertanyaan kemudian adalah alam apakah yang sedemikian indahnya
sehingga menjadikan orang-orang atau para muda begitu tertarik
dan kerasan untuk nongkrong dan memantau gadget hingga berjam-jam?
Ternyata alam tersebut adalah wanita, sumber fitnah bagi lelaki sejak
zaman dahulu. “Saya melihat karena kekaguman terhadap ciptaan Allah,
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”, seloroh mereka.

Benarkah pernyataan ini? Ini jelas adalah tipu daya dan racun syaitan yang
telah merasuk dalam jiwa. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami
akan mencoba memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan
hukum pandangan. Semoga Allah  memberikan taufiq-Nya.

Allah  berfirman, artinya : “Katakanlah kepada para lelaki yang beriman,


“Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka dan
memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka
perbuat”, dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, “Hendaknya
mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan
mereka…..Hingga firman Allah  di akhir ayat : “Dan bertaubatlah kalian
sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian
beruntung” (QS. An-Nuur 30-31).

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Ayat yang agung di atas mungkin sering terlewati begitu saja saat lisan kita
bergerak membaca kitabullah. Tidak hanya sekali atau dua kali. Namun
karena diri kita kosong dari penghayatan atau barangkali tidak paham
dengan maknanya, akhirnya kita pun belum mengamalkannya. Alhasil,
pandangan mata kita tidak terjaga. Kita pun membiarkannya liar
memandang apa saja yang dia inginkan tanpa ada rasa segan dan takut
kepada Sang Penguasa langit, bumi dan apa yang ada di antara
keduanya. Wallahul-musta’an.

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah, “Ayat ini merupakan dalil akan


wajibnya bertaubat karena tidak menundukan pandangan dan tidak
menjaga kemaluan. Menundukkan pandangan yaitu dengan menahan
pandangan dan tidak mengumbarnya. Karena tidak menundukkan
pandangan dan tidak menjaga kemaluan merupakan sebab kebinasaan dan
sebab kecelakaan dan timbulnya fitnah. Nabi  telah bersabda,
‫ت َ ْ ِدي فِْت نَةً أَ َ هر َعلَ الِّر َج ِال ِم َ النِّ َ ِاء‬
ُ ‫َما تَ َرْك‬
”Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum
46
pria daripada finah para wanita” .

Begitu juga sabda beliau ,


‫ت ِِف النِّ َ اء‬ ِ ِ ِ
ْ َ ‫َوإِ هن أَهوَل فْت نَة ِ َِِن إِ ْسَرائْي َل َكا‬
“Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah
47
fitnah wanita” .

Maka wajib atas kita untuk saling menasehati untuk bertaubat dan
hendaknya saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya apakah
seseorang di antara kita telah bertaubat ataukah masih senantiasa
tenggelam dalam dosa-dosanya, karena Allah mengarahkan perintah untuk
48
bertaubat kepada kita semua.”

Rasulullah  pernah berkata kepada Ali  ,

46
HR. Bukhari
47
HR. Muslim
48
Lihat Syarah Riyadhus Shalihin

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ ‫ك اا‬ ِ
ُ‫َخْي َرة‬ َ َ‫ت ل‬
ْ َ ‫ُوَل َولَْي‬ َ َ‫ فَِإهَا ل‬,‫يَا َعل ّيُ ! الَتُْتبِ ِع النهظَْرَة النهظَْرَة‬
َ ‫ك اا‬
“Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak
sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan
yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir
49
(pandangan yang kedua)” .

Salah seorang sahabat beliau , bernama Jarir bin Abdillah , pernah


berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah  tentang pandangan yang
tiba-tiba (tidak sengaja), maka beliau  memerintahan aku untuk
50
memalingkan pandanganku” .

Diceritakan juga dari Ibnu Abbas , bahwasanya “Rasulullah  pernah


membonceng Al-Fadl, lalu datang seorang wanita dari Khats’am. Al-Fadl
memandang kepada wanita tersebut –dalam riwayat yang lain, kecantikan
wanita itu menjadikan Al-Fadl kagum- dan wanita itu juga memandang
kepada Al-Fadl, maka Nabipun memalingkan wajah Al-Fadl ke arah lain
51
(sehingga tidak memandang wanita tersebut)…” .

Berdasarkan dalil al-Qur’an dan beberapa hadits di atas, jelaslah bahwa


perintah menjaga pandangan adalah wajib dan memandang wajah seorang
wanita (yang bukan mahram) hukumnya haram. Hal ini nampak dari
perintah Nabi  kepada para sahabatnya Ali dan Jarir radhiyallahu
anhuma. Begitu pula Nabi  memalingkan wajah Al-Fadl sehingga tidak lagi
52
memandang wajah wanita tersebut .

Keutaman Menjaga Pandangan

Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh


Allah  adalah akhlak yang mulia. Rasulullah  menjamin surga bagi
orang-orang yang mampu menjaga pandangannya. Beliau  bersabda,

49
HR. Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
50
HR. Muslim
51
HR. Bukhari
52
Lihat Adhwaa’ul Bayan, Tafsir Surat 24/31

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ
‫ َو إِ َذا‬,‫ب‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم فَ َ يَكْذ‬ َ ‫ إِ َذا َحد‬,‫ااَن ِهة‬
َ ‫هث أ‬ ْ ِ ‫ت أَ ْك ُف ْل لَ ُك ْم‬ ٍ ِ ِ ِ ‫اُ ْك ُفلُوا‬
,‫ َوُكف ُّْلوا أَيْ ِديَ ُك ْم‬,‫ غُض ُّْلوا أَْ َ َارُك ْم‬, ْ ِ‫ َو إِذَا َو َع َد فَ َ َيُْل‬, ْ ُ‫ْااُِ َ فَ َ ََي‬
‫اح َفظُْوا فُ ُرْو َج ُك ْم‬
ْ ‫َو‬
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga.
Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi
amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah
menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-
53
tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian” .

Berkata Imam Mujahid rahimahullah, “Menundukkan pandangan dari hal-


54
hal yang diharamkan oleh Allah menimbulkan kecintaan kepada Allah” .

Menjaga pandangan, memang sulit. Apalagi di zaman ini. Hal-hal yang


diharamkan untuk dipandang hampir ada di setiap tempat, di pasar, di
rumah sakit, bahkan di tempat-tempat ibadah. Bahkan, di dalam rumah
sekalipun, di tempat yang relatif aman dari dunia luar, juga tak luput dari
ancaman gambar-gambar tersebut. Hadirnya televisi, gadget, smatphone,
internet dan lainnya di dalam rumah adalah di antara jalur-
jalurnya. Wallahul Musta’an.

Betapa tidak, ketika para wanita tampil dengan menghiasi tubuhnya,


syaitan pun datang dengan keahliannya menjadikannya semakin indah
dipandang mata. Sementara secara asal, wanita memang adalah aurat
yang harus tersembunyi kecuali bagi orang-orang yang berhak.
Rasulullah  bersabda,

‫استَ ْشَرفَ َ ا الشْهي َا ُن‬


ْ ‫ت‬ْ ‫ااْرأَةُ َع ْوَرةٌ فَِإ َذا َخَر َج‬
َ
55
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya” .

53
HR. Thabrani. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
54
Lihat Majmu’ Al-Fatawa 15/396
55
HR. Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Berkata Al-Mubarakfuri, “(Maksudnya) Yaitu syaitan menghiasi wanita
56
pada pandangan para lelaki” . Tetapi, ketika kita mampu menjaga
pandangan di saat sulit, di situlah ganjaran pahalanya begitu
besar. Rasulullah  bersabda, ”Beribadah pada zaman yang sulit (terjadi
57
fitnah) bagaikan berhijrah kepada-Ku” .

Di antara penyebab terjangkitinya sebagian orang dengan penyakit ini,


bahkan menimpa para penuntut ilmu, adalah karena sebagian mereka
telah terperangkap bisikan dan rayuan syaitan bahwasanya memandang
wanita tidaklah mengapa jika tidak diiringi syahwat. Atau bisikan lainnya
bahwasanya hal ini adalah dosa dan tidak mengapa menyepelekannya.
Padahal ada sebuah kaidah penting dalam agama yang telah kita ketahui
bersama yaitu “Tidak lagi disebut dosa kecil jika (perbuatan maksiat itu)
dilakukan terus menerus”. Berkata Syaikh Abu Muhammad bin Abdissalam
tentang definisi “terus menerus”, “Yaitu dosa kecil itu ia lakukan berulang-
ulang sehingga ia merasakan sedikitnya kepeduliannya dengan agamanya,
yaitu ia merasakan bahwa ia telah melakukan dosa besar dengan dosa-
58
dosa kecil tersebut” .

Perintah Allah  secara khusus untuk bertaubat dari tidak menjaga


pandangan mata menunjukan bahwa hal ini bukanlah perkara yang sepele.
Pandangan mata merupakan awal dari berbagai macam malapetaka.
Barangsiapa yang semakin banyak memandang wanita yang bukan
mahramnya maka semakin dalam kecintaannya kepadanya hingga akhirnya
59
akan mengantarkannya kepada jurang kebinasaannya, Wal ‘iyadzu billah .

Yang sangat menyedihkan, masih saja ada di antara kita yang merasa
dirinya aman dari fitnah dengan terus mengumbar pandangannya. Hal ini
tidak lain kecuali karena dia telah terbiasa, sehingga kemaksiatan tersebut
terasa ringan di matanya. Dan ini merupakan ciri-ciri orang munafik.
Berkata Abdullah bin Mas’ud , “Seorang mu’min memandang dosa-
dosanya seperti gunung yang ia berada di bawah gunung tersebut, dia
takut (sewaktu-waktu) gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun

56
Lihat Tuhfatul Ahwadzi 4/2835
57
HR. Muslim
58
Lihat Al-Minhaj 2/87
59
Lihat Adhwaul Bayan, tafsir surat 24/31

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


seorang munafik memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang
60
terbang melewati hidungnya lalu dia pun mngusir lalat tersebut” .

Parahnya, mengumbar pandangan kepada yang tidak halal, merupakan


salah satu bagian zina yang diharamkan. Rasulullah  pernah bersabda,

ِ ْ َ‫ك َال ََمَالَةَ فَ ِزَا الْ َْي ن‬ ِ ِّ ْ ‫اَّللَ َكتَ َعلَ ا ْ ِ َد َم َحظهوُ ِم‬ ِ
‫ْي‬ َ ‫الزَا أ َْد َرَك ذَل‬ َ ‫إ هن ه‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ك أ َْو‬ َ ‫س ََهِن َوتَ ْشتَ ِ ي َوالْ َف ْر ُج يُ َ ّد ُق َذل‬
ُ ‫النهظَُر َوزَا اللّ َ ان النُّل ْ ُ َوالنه ْف‬
ِ
ُ‫يُ َك ّذ ُو‬
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya
dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Kedua mata zinanya
adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan
zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki
zinanya adalah berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal
61
tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya” .

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kebanyakannya maksiat itu masuk


kepada seorang hamba melalui empat pintu, yang keempat pintu tersebut
adalah kilasan pandangan, betikan di benak hati, ucapan dan tindakan.
Adapun pandangan maka dia adalah pembimbing (penunjuk jalan) bagi
syahwat dan utusan syahwat. Menjaga pandangan merupakan dasar untuk
menjaga kemaluan, barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka dia
telah mengantarkan dirinya terjebak dalam tempat-tempat kebinasaan.
Pandangan merupakan sumber munculnya kebanyakan malapetaka yang
menimpa manusia, karena pandangan melahirkan betikan hati kemudian
berlanjut betikan di benak hati menimbulkan pemikiran
(perenungan/lamunan) lalu pemikiran menimbulkan syahwat kemudian
syahwat melahirkan keinginan kemudian menguat kehendak tersebut
hingga menjadi ‘azam/tekad (keinginan yang sangat kuat) lalu timbullah
tindakan –dan pasti terjadi tindakan tersebut- yang tidak sesuatupun yang
mampu mencegahnya. Oleh karena itu dikatakan “kesabaran untuk
menundukan pandangan lebih mudah daripada kesabaran menahan
kepedihan yang akan timbul kelak akibat tidak menjaga pandangan”.

60
Shahihul Bukhari no. 6308
61
HR. Bukhari dan Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Beberapa kiat yang dapat diupayakan untuk menjaga pandangan dari hal-
hal yang diharamkan oleh Allah  :

Selalu mengingat bahwa Allah  senantiasa mengawasi perbuatan kita,


tatkala kita sendiri atau pun dalam ramai. Juga termasuk pengawasan oleh
para malaikatNya yang senantiasa mengawasi dan mencatat seluruh
perbuatan kita. Ingatlah selalu bahwa mata kita kelak akan menjadi saksi
atas perbuatannya pada hari kiamat. Begitu pula, bumi yang kita pijak
tatkala kita mengumbar pandangan, juga akan menjadi saksi.

Berupaya bersungguh-sungguh untuk membiasakan diri menjaga


pandangan. Dan barang siapa yang berusaha untuk bersabar maka
Allah  akan menjadikannya orang yang sabar. Jika jiwa telah terbiasa
menundukkan pandangan maka kelak akan menjadi mudah bagi kita.
Walaupun pada mulanya memang terasa sangat sulit, namun berusahalah!

Menjauhi tempat-tempat yang rawan timbulnya fitnah pandangan.


Demikian juga, hati-hati mendekati hal-hal yang merupakan sarana
mengumbar aurat wanita hanya karena alasan untuk mengikuti berita dan
mengikuti perkembangan informasi dunia.

Banyak membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah , karena dzikir


merupakan benteng dari gangguan syaitan. Biasakanlah dengan membaca
dzikir pagi dan petang demikian juga dengan dzikir-dzikir yang lain, terlebih
lagi di kala fitnah aurat wanita berada di hadapannya hingga kita bisa
menolak gangguan syaitan.

Jika belum menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya dalam pernikahan


terlalu banyak manfaat untuk membantu engkau menundukkan
pandangan. Jika telah menikah dan beristri, ingatlah bahwa menjaga
pandangan dari hal yang diharamkan menjadi sebab baginya untuk
menemukan kenikmatan pada apa yang telah dihalalkan Allah  baginya.

Ingatlah, pengorbanan kita dengan menahan mata dari memandang hal-


hal yang menawan namun diharamkan, akan diganti oleh Allah  dengan
yang lebih baik, bisa jadi berupa pahala yang besar di dunia atau bidadari
surga yang kecantikannya tak terbayangkan. Rasulullah  bersabda,

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ َ َ‫ك هللا ما ىو خري ل‬ ِ ِِ َ ِ‫إ‬
ُ‫ك مْنو‬ ٌ َ َ ُ َ ُ َ َ‫هك لَ ْ تَ َد َ َشْيًا هَّلل إاله أَْ َدل‬
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah
62
kecuali Allah akan menggantikan bagi engkau yang lebih baik darinya” .

Hendaknya kita selalu mengingat nikmat pandangan mata sebagai nikmat


yang luar biasa. Berkata Ibnul Jauzi rahimahullah, “Sesungguhnya matamu
adalah suatu nikmat yang Allah anugrahkan kepadamu, maka janganlah
engkau bermaksiat kepada Allah dengan karunia ini. Gunakanlah karunia
ini dengan menundukkannya dari hal-hal yang diharamkan, niscaya engkau
akan beruntung. Waspadalah! Jangan sampai hukuman Allah (karena
engkau tidak menjaga pandangan) menghilangkan karuniaNya tersebut.
Waktumu untuk berjihad dalam menundukkan pandanganmu terfokus
pada sesaat saja. Jika engkau mampu melakukannya (menjaga
pandanganmu di waktu yang sesaat tersebut) maka engkau akan meraih
kebaikan yang berlipat ganda dan engkau selamat dari keburukan yang
63
berkepanjangan” .




62
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
63
Lihat Dzammul Hawa hal.78

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Berkumpul bersama sanak keluarga tercinta dalam kehidupan dunia adalah


sebuah reuni yang akan selalu dirindukan oleh manusia. Tak terkecuali
Anda dan kami pastinya. Seorang suami akan merasa bahagia jika bisa
bertemu istri dan anak-anaknya. Begitu pula sebaliknya, seorang anak akan
merasa bahagia jika bisa bertemu dengan ibu-bapaknya. Dan tentunya,
kebahagiaan dalam kebersamaan ini diharapkan terjadi selamanya.
Bahkan, tidak hanya di dunia, tetapi juga berlanjut sampai di akhirat nanti.
Inilah reuni terindah di surga-Nya kelak. Bukan begitu?

Pertanyaannya, bisakah kita mewujudkan harapan ini? Kalau bisa,


bagaimanakah caranya?

***

Masuk surga adalah cita-cita dan harapan tertinggi setiap orang beriman.
Di sanalah semua kebahagiaan dan kenikmatan yang diinginkannya
tersedia. Tidak ada kenikmatan yang melebihi nikmat-nikmat di sana.
Karenanya, ia merasa ringan dan senang dalam mengemban perintah dan
menjauhi larangan dalam Islam. Allah  berfirman dalam sebuah hadits
qudsi, “Aku persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih, kenikmatan
yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga
64
dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia” .

Kebahagiaan di surga tentunya akan semakin sempurna, jika kelak seorang


mukmin dikumpulkan bersama keluarga besarnya dari kalangan bapak, ibu,
pasangan dan anak keturunan mereka. Bisakah seperti itu?

64
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dalam sebuah ayatNya yang mulia, Allah  berfirman, artinya : “Dan
orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan
(yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-
sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya
dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat
mereka dari semua pintu” (QS. Al-Ra’du: 22-23).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan penggalan ayat


; “yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang
yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak
cucunya”, maksudnya adalah “bahwa Allah  mengumpulkan mereka
bersama orang-orang yang mereka cintai di dalamnya (surga ‘Adn); yaitu
bapak-bapak, istri-istri, dan anak-anak mereka dari kalangan orang-orang
beriman yang berhak masuk Surga”.

Ayat ini dikuatkan ayat lain dari doa malaikat pemikul ‘arsy Allah  untuk
hamba-hamba beriman, agar kaum mukminin dimasukkan ke dalam surga
bersama orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, pasangan-pasangan
mereka, dan keturunan-keturunan mereka. Mereka berdoa (artinya) : “Ya
Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah
Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara
bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS.
Ghaafir: 8).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata


dalam Fatawa Nuur 'Alaa al-Darb, “Apabila seseorang masuk surga,
apakah ia akan berjumpa dengan kerabat-kerabatnya? Ya, ia akan
berjumpa dengan kerabat-kerabatnya dan orang-orang yang membuat
hatinya senang, berdasarkan firman Allah, “Dan di dalam surga itu
terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata
dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Al-Zukhruf: 71)”.

Dari beberapa ayat dan penjelasan dari penafsiran ulama di atas, telah
jelas bahwa seorang mukmin memiliki kesempatan untuk berkumpul
kembali dengan anggota keluarganya di surga kelak. Semoga kita bisa
meraihnya. Amin

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana jika derajat amalan seorang anak
dan orang tua tidak sama? Secara nalar, tentu saja derajat mereka di surga
akan berbeda. Bagaimana mereka bisa dikumpulkan di satu tempat yang
sama? Bisakah?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Imam Ibnu


Katsir rahimahullahmenjelaskan, “Supaya hati mereka bahagia karena
dapat berkumpul dengan mereka, diangkatlah derajat mereka yang lebih
rendah kepada derajat yang lebih tinggi sebagai pemberian dan kebaikan
dari Allah  , tanpa dikurangi derajat orang yang lebih tinggi”.

Beliau rahimahullah kemudian menyebutkan firman Allah  : “Dan orang-


orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami
tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya”(QS. At-Thuur: 21), lalu
mengatakan, “Maksudnya adalah bahwa (Kami) kumpulkan mereka semua
agar bahagia hati mereka dengan berkumpul di tempat yang bersebelahan,
yakni Kami (Allah) samakan (kumpulkan) setiap mereka di satu tempat,
supaya mereka bahagia. Kami tidak kurangi yang derajatnya tinggi sehingga
sama dengan yang derajatnya rendah, tetapi kami angkat yang amalnya
kurang lalu kami samakan ia dengan yang banyak amalnya, sebagai karunia
dan pemberian dari Kami”.

Ibnu Abbas  juga berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Sesungguhnya


Allah akan mengangkat (meninggikan derajat) anak-anak seorang mukmin
pada tingkatannya walau amal mereka ada di bawahnya supaya gembira
hatinya”.

Lajnah al-Daimah (Komite Fatwa Arab Saudi) berkaitan persoalan ini


menguatkan kesimpulan di atas dengan Fatwa Nomor 2/409 : “bahwa
Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwa dengan karunia, pemberian, dan
kemurahan-Nya, akan mempertemukan anak-anak keturunan kaum
mukminin dengan bapak-bapak mereka dalam satu tempat walau amal
mereka tidak mencapai derajat amal bapak-bapak mereka. Allah Azza wa
Jalla mengabarkan bahwa dengan karunia, pemberian, dan kemurahan-
Nya akan mempertemukan anak-anak keturunan kaum mukminin dengan
bapak-bapak mereka dalam satu tempat”.

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Jadi, dengan karunia Allah  , seseorang akan berkumpul bersama anak-
anaknya di satu manzilah (kedudukan) jika sebelumnya seorang anak
berada di bawah manzilah (tingkatan)-nya. Said bin Jubair  mengatakan,
“Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan
tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah
mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai
pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab
‘Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’
Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan
65
dengannya” .

Demikianlah karunia Allah  yang dilimpahkan kepada orang-orang


beriman, di mana karunia Surga kepada anak keturunan karena berkah dari
amal shalih orang tua mereka dan karunia yang Allah  berikan kepada
para orang tua disebabkan berkah keshalihan dan doa anak keturunan
mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu
Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda, artinya : “Sesungguhnya
seorang lelaki terangkat derajatnya di Surga,lalu ia berkata :
“Darimanakah ini kuperoleh?“ Dikatakan kepadanya : “Dari istigfar
66
anakmu untuk dirimu“ . Dan sabda Nabi  lainnya, artinya : “Apabila
seorang anak Adam mati, terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga
perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang
67
selalu mendoakannya” .

Perlu dicatat, bahwa yang membuat mereka berkumpul di surga bukan


semata karena nasabnya. Bukan itu. Tetapi, berkumpul di surga bisa
terwujud karena adanya iman dan amal shalih yang menjadikan mereka
masuk surga.

Jika kita kembali melihat beberapa firman Allah  yang mulia terkait hal
ini, maka setidaknya ada dua syarat agar kita bisa berkumpul bersama
dalam kebahagiaan di akhirat kelak, yaitu:

Pertama, firman Allah  dalam QS. At-Thuur: 21 ini memberikan


pemahaman, bahwa agar orang tua dan anak dapat berkumpul dalam

65
Tafsir Ibn Katsir, 4/73
66
HR. Ibnu Majah
67
HR. Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


kebahagiaan di Surga, maka syaratnya harus memiliki kesamaan visi dan
misi dalam keimanan. Jika salah satu dari anggota keluarga berbeda, maka
tempatnya akan berbeda pula dan tentunya tidak mungkin dapat
bertemu. Satu di surga dan yang lainnya di neraka. Na’udzubillah.

Kedua, agar bisa dipertemukan di Surga adalah adanya kesamaan dalam


beramal shalih. Hal ini sebagaimana tercermin dari doa para malaikat
kepada Allah  dalam QS. Ghaafir : 8. Berdasarkan ayat ini, kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa kesamaan amal shalih antara suami, istri
dan keturunannya menjadi modal utama untuk bisa bertemu di surga.
Seluruh anggota keluarga sama-sama menghidupkan semangat untuk terus
bermal shalih. Dan, tentunya amal shalih ini merupakan manifestasi atau
penterjemahan dari kesamaan visi dan misi keimanan.

Sehingga, jika kita ingin dan berharap agar kebahagiaan bersama berlanjut
sampai di akhirat kelak, maka salah satu caranya tiada lain berupaya
semaksimal mungkin untuk menjadikan diri sendiri dan anggota keluarga
memiliki iman dan amal shalih.

Kisah Nabi Nuh ‘alahissalam dan anaknya memberikan gambaran lebih


lanjut, bahwa ketidaksamaan visi iman dan amal shalih akan
mengakibatkan terputusnya hubungan keturunan. Nabi Nuh ‘alahissalam,
berusaha mendidik anaknya untuk beriman dan beramal shalih. Namun
anaknya durhaka dan memilih jalan lain. Saat banjir melanda, nabi Nuh
‘alahissalam bermunajat, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau
adalah Hakim yang seadil-adilnya" (QS. Hud : 45). Tetapi, apa jawaban
Allah ? Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah
termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya
(perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan" (QS. Hud : 46).

Karenanya, seorang mukmin haruslah berusaha untuk men-shalih-kan


orang-orang dekat dan dicintainya khususnya kepada isteri dan anak-
anaknya melalui nasihat, dakwah, mengajak kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Juga, seorang mukmin harus meminta kepada-Nya agar ia dikumpulkan
bersama ibu-bapaknya di dalam Jannah, memohon ampunan bagi
keduanya agar derajat mereka terangkat di Jannah.
Sungguh kebahagiaan yang sempurna, ketika kita dipertemukan dengan
isteri dalam rupa nan indah, dengan suami dalam wajah yang menawan,
dengan anak –anak yang menyejukkan pandangan, serta ibu-bapak dengan
cahaya indah di wajah mereka.

Ya Allah, kumpulkanlah kami di surga-Mu bersama orang-orang yang kami


cintai, dan lindungilah kami dari adzab neraka. Amin.

Wallahu a’lam.



Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Malaikat adalah salah satu makhluk Allah  yang memiliki kedudukan


sangat tinggi di sisi-Nya. Ia merupakan makhluk yang selalu menta’ati
Allah dalam setiap keadaan. Hal ini sebagaimana firman
Allah  dalam surah at-Tahrim ayat 6 (artinya) :“Tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Allah  juga mensifatkan malaikat sebagaimana dalam firmanNya (artinya)


: “Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang
dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu
yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak
memberikan syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah,
dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya (QS. Al-
Anbiya :26-28).

Di dalam al-Qur’an ada satu ayat yang sangat terkenal bahkan selalu dan
sering kita mendengarnya, khususnya pada saat kita menghadiri shalat
Jumat, yakni surah al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi :

“Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabiy, yaa ayyuhalladzina


aamanuu, shallu ‘alaihi wa shallimuu tasliimaa”

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk Nabi.


Wahai orang-orang yang berima, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Pernahkah kita bertanya, apa makna shalawat Allah  dan MalaikatNya?

Pertama, makna shalawat Allah  kepada hambanya, para ulama kita


telah mengungkapkan beberapa makna :

1. Pujian Allah  kepada para hamba di hadapan para malaikat. Makna ini
diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah rahimahullah sebagai penjelas makna
shalawat Allah kepada Nabi-Nya yang mulia, yaitu : “Shalawat Allah kepada
Nabi-Nya adalah sebuah pujian di hadapan para Malaikat.” (Kitab Shahih
Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna
‘alannabiy).

2. Penyucian Allah  kepada hamba-Nya. Imam ar-Raghib al-Ashfahani


rahimahullah berkata, ”Sebenarnya shalawat Allah kepada kaum muslimin
68
bermakna penyucian Allah kepada mereka” .

3. Kasih sayang Allah  kepada para hamba. Imam Abu ‘ubaid al-
rahimahullah berkata, ”Ia merupakan sebuah wujud kasih saying dari
Allah.”

4. Kemuliaan dari Allah  . Makna ini diungkapkan oleh Sufyan ats-


Tsauryrahimahullah.

5. Keberkahan dari Allah. Makna ini diungkapkan oleh Abu Ubaidah


69
rahimahullah .

Kedua, adapun makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah,
al-Hafiz Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,”Ada dua pendapat tentang
makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah, yakni :

1. Do’a Malaikat kepada mereka. Makna ini diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah
70
rahimahullah .

2. Permohonan ampunan yang mereka panjatkan kepada Allah  untuk


71
para hamba. Makna ini diungkapkan oleh Muqatil rahimahullah .

68
Lihat Kitab al-Mufradat fii Gharibil Qur’an
69
Dalam Zadul Masir
70
Kitab Shahih Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna
‘alannabiy
71
Dalam Zadul Masir

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Sedangkan lawan dari shalawat adalah laknat. Apa makna laknat Allah,
malaikat dan manusia?

Laknat maknanya adalah pengusiran karena kemurkaaan. Laknat Allah 


pada hari kiamat dalam bentuk siksaan, sedangkan di dunia dalam bentuk
terputusnya seorang hamba dari kasih sayang dan pertolongan-Nya,
sedangkan dari manusia dalam bentuk sebuah do’a agar orang yang
72
terlaknat tertimpa bencana .

Nah, dari beberapa penjelasan di atas, sebagai manusia yang cerdas,


tentulah kita sangat berharap dan ingin meraih doa dan shalawat dari Allah
dan malaikatNya.

Jika saja, seseorang dibolehkan untuk bertawassul kepada orang shalih


yang masih hidup untuk mendoakannya kepada Allah , karena
diharapkan bahwa kemungkinan terkabulnya doa tersebut lebih besar
(karena dia adalah orang yang shalih), maka bagaimana lagi jika yang
mendoakan kita adalah para malaikat Allah  ? Bukankah malaikat adalah
makhluk Allah  yang tidak pernah bermaksiat dan selalu taat kepadaNya?

Jauh sebelum kita lahir, Rasulullah  telah mengabarkan kepada kita, tips
dan trik meraih doa para malaikat tersebut. Tentu dengan harapan agar
kita lebih termotivasi dalam beramal shalih meskipun itu nampak kecil.
Dan yang pasti itu semua untuk kebaikan kita di dunia dan di akhirat.

Apa sajakah “tips dan trik” itu?

Berikut kami sampaikan satu per satu secara singkat :

Imam Ibnu Hibban rahimahullah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ,


bahwa Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan
suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan
bangun hingga malaikat berdoa `Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan
73
karena tidur dalam keadaan suci” .

72
Lihat al-Mufradat fii Gharibil Qur’an
73
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/37

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Ini nampak sepele. Namun ganjarannya begitu besar. Subhanallah.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ,bahwa


Rasulullah bersabda, “Tidaklah salah seorang di antara kalian  yang
duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali
para malaikat akan mendoakannya `Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah
74
sayangilah ia” .

Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin `Azib , bahwa
Rasulullah  bersabda , “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf- shaf
75
terdepan" .

(
)

Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, IbnuKhuzaimah, Ibnu Hibban dan Al
Hakim meriwayatkan dari Aisyahradhiallahu anha, bahwa Rasulullah 
bersabda (artinya) : "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu
76
bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf – shaf .

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah 


bersabda, “Jika seorang Imam membaca `ghairil maghdhuubi `alaihim
waladh dhaallin', maka ucapkanlah oleh kalian `aamiin', karena
barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia
77
akan diampuni dosanya yang masa lalu" .

74
Shahih Muslim no. 469
75
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130
76
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhibwat Tarhib I/272
77
Shahih Bukhari no. 782

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Saudaraku, jika kita pun terpaksa luput dari takbiratul imam, maka
upayakanlah untuk tidak lagi luput dari mengucapkan “Amin” bersama
para malaikat, mengingat keutamaannya yang agung.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah 


bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para
malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas
malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari
tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat `ashar
dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat `ashar) naik
(ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap
tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, Bagaimana kalian
meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, Kami datang sedangkan
mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan
mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari
78
kiamat” .

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Darda' radhiallahu anha,


bahwasannya Rasulullah  bersabda "Doa seorang muslim untuk
saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya
adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat
yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya
dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata `aamiin dan
79
engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan” .

Maka, pilihlah doa-doa yang terbaik untuk saudara kita yang lainnya,
karena itu pun akan kita peroleh.

Nah, sudahkah kita mendoakan saudara semuslim di negeri-negeri yang


saat ini mereka tertindas, di Suriah, Palestina, Myanmar dan tempat
lainnya? Jika belum, doakan mereka segera Saudaraku...

78
Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah
79
Shahih Muslim no. 2733

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa
Rasulullah  bersabda (artinya), "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya
seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah
satu diantara keduanya berkata, `Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang
yang berinfak'. Dan lainnya berkata, `Ya Allah, hancurkanlah harta orang
80
yang pelit” .

Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah
bin Umar , bahwa Rasulullah  bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para
81
malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur” .

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib , bahwa Rasulullah 
bersabda , "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali
Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam
82
kapan saja hingga shubuh” .

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily , bahwa


Rasulullah  bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahliibadah
bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian.
Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam
lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang
83
mengajarkan kebaikan kepada orang lain" .



80
Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010
81
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519
82
Al-Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih"
83
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Islam adalah agama yang mulia. Islam telah mengatur seluruh


permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat termasuk di
dalamnya permasalahan hutang-piutang.

Hutang-piutang adalah fenomena yang begitu luas di masyarakat.


Olehnya, kami menuliskannya untuk para pembaca sekalian.
Selamat membaca.

Hukum asal dari berhutang adalah boleh (jaa-iz). Allah  menyebutkan


sebagian adab berhutang di dalam Al-Qur’an. Allah  berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’amalah tidak secara
tunai (hutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian
menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282).

Rasulullah  juga pernah berhutang. Di akhir hayatnya, beliau  sempat


memiliki hutang kepada seorang Yahudi dan hutang tersebut dibayarkan
dengan baju besi yang digadaikan kepada orang tersebut. Hal ini
sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, dia berkata,
“Nabi  membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai,
84
kemudian beliau menggadaikan baju besinya” .

84
HR Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Akan tetapi, meskipun secara asal berhutang itu boleh, banyak kaum
muslimin yang menganggap remeh dan biasa-biasa saja. Mereka merasa
nyaman dengan hutang yang melilitnya. Bahkan, sebagian dari mereka di
dalam hidupnya tidak pernah lepas dari hutang. Sebelum lunas pinjaman
yang pertama, maka dia ingin berhutang lagi untuk yang kedua, ketiga dan
seterusnya.

Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan terus berlangsung.
Apalagi, hal ini ditambah dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang
disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaan-
perusahaan yang menganut sistem ribawi. Parahnya, tidak hanya orang-
orang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang-orang yang
sudah lama ngaji dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam
meramaikannya. Wallahul-musta’an.

Padahal, Rasulullah  justru sangat takut berhutang dan juga sangat takut
jika hal tersebut menjadi kebiasaannya. Diriwayatkan dari
Aisyah radhiallahu anha, bahwasanya dia mengabarkan, “Dahulu
Rasulullah  sering berdoa di dalam shalatnya, “Ya Allah, Sesungguhnya
aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah al-Masiih ad-Dajjaal
dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya
aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkandosa dan dari
berhutang“.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi  meminta perlindungan


kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa
akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan
85
mendatangkan kerugian di dunia” .

Perlu dipahami bahwa berhutang memang bukanlah suatu perbuatan


dosa. Bukan. Tetapi, seseorang yang terbiasa berhutang bisa
saja jatuh kepada perbuatan-perbuatan dosa yang diharamkan oleh
Allah . Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
‘Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah  bersabda, “Jika orang yang
berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan
86
mengingkari” .

85
Lihat Al-Fawaid, 57
86
HR. Bukhari dan Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Pada hadits di atas disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang
yaitu berdusta dan menyelisihi janji. Keduanya adalah dosa besar, bukan?
Realita yang ada adalah bukti. Orang yang berutang seringkali berdusta
ketika pihak kreditur ketika datang menagih, “Kapan akan kembalikan
utang?” “Besok, bulan depan, tahun depan dan seterusnya”, sebagai
jawaban. Padahal itu hanyalah dusta dan ia sendiri enggan
melunasinya. Wallahul-musta’an.

Mungkin di antara pembaca ada yang mengatakan, “Bukankan


Rasulullah  sendiri berhutang?” Ya, Rasulullah  sendiri juga pernah
berhutang. Itu pun karena sangat membutuhkannya. Coba kita perhatikan
dengan seksama hadits yang telah disebutkan. Bukankah yang dihutangi
oleh  adalah makanan? Jika benar-benar memiliki kebutuhan, maka hal
tersebut bukanlah sesuatu yang tercela.

Tetapi perlu diingat, Rasulullah  telah melakukan hal yang mulia ketika
beliau berhutang. Ini yang patut untuk diteladani. Apakah hal yang mulia
tersebut? Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan. Apabila
beliau  tidak mampu membayarnya, maka baju besi itulah yang menjadi
pembayarannya. Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika berhutang.
Kita harus memiliki jaminan dalam berhutang. Jaminan-jaminan tersebut
bisa berupa :

1. harta (uang) yang dimiliki, misalnya seseorang ingin membeli motor,


dia memiliki uang di simpanannya sebanyak Rp 15 juta. Kemudian
orang tersebut membeli motor dengan hutang seharga Rp 15 juta
kepada seseorang dengan batas waktu yang telah ditentukan. Hal
seperti ini tidak tercela, karena seandainya dia meninggal atau tidak
mampu melunasinya, maka dia memiliki jaminan harta yang ada di
simpanannya untuk melunasi hutang tersebut;
2. mengalihkan hutang (al-hawalah), misalnya si A memiliki piutang
(orang lain [si B] berhutang kepadanya) sebesar Rp 5 juta, kemudian
orang tersebut ingin berhutang kepada si C sebesar Rp 5 juta. Si A
mengatakan kepada si C, “Bagaimana menurutmu jika piutangku pada
si B menjadi jaminan hutang ini.” Kemudian si C pun menyetujuinya.
Maka hal tersebut juga tidak tercela dan pengalihan seperti ini
diperbolehkan di dalam Islam. Seandainya si A meninggal atau tidak

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


mampu melunasinya, maka hutang tersebut menjadi tanggung jawab
si B untuk membayarkannya kepada si C.
3. mencari penanggung jawab atas hutang yang dimiliki (al-kafaalah),
misalnya seseorang membutuhkan biaya yang besar secara mendadak
seperti : biaya operasi akibat kecelakaan atau penyakit. Orang
tersebut tidak memiliki uang atau harta sebagai jaminannya. Pihak
rumah sakit meminta orang tersebut mencari seorang penanggung
jawab (kaafil) atas hutangnya tersebut. Seandainya orang tersebut
kabur atau meninggal dunia, maka penanggung jawabnyalah yang
membayarkan hutangnya kepada rumah sakit.

Jika tidak memiliki jaminan-jaminan yang telah disebutkan di atas,


sebaiknya jangan membiasakan diri untuk berhutang. Mengapa? Karena
orang yang meninggal sedangkan dia memiliki tanggungan hutang, maka
dia akan mendapatkan banyak keburukan. Di antaranya :

1. Akan menyusahkannya di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar , Nabi 


bersabda,

َ‫س َه ِدينَ ٌار َوال‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ‫ات َو َعلَْيو دينَ ٌار أ َْو د ْرَى ٌم قُض َ م ْ َح َ نَاتو لَْي‬
َ ‫َم ْ َم‬
‫ِد ْرَى ٌم‬
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu
dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan
kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak
87
ada lagi dinar dan dirham” .
2. Jiwanya masih menggantung hingga hutangnya lunas. Dari Abu
Hurairah , Nabi  bersabda,

ِِ ِ
َ ‫س الْ ُ ْؤم ِ ُم َله َقةٌ ِ َديْنو َح هِت يُ ْق‬
ُ‫ض َعْنو‬ ُ ‫َ ْف‬

87
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga
88
dia melunasinya” .

Imam Al-Iraqiy rahimahullahmengatakan, “Urusannya masih


menggantung artinya tidak bisa kita katakan ia selamat ataukah
sengsara sampai dilihat hutangnya tersebut lunas ataukah
89
tidak” . Imam Asy-Syaukani rahimahullahberkata, “Hadits ini adalah
dorongan agar ahli waris segera melunasi hutang si mayit. Hadits ini
sebagai berita bagi mereka bahwa status orang yang berhutang masih
menggantung disebabkan oleh hutangnya sampai hutang tersebut
lunas. Ancaman dalam hadits ini ditujukan bagi orang yang memiliki
harta untuk melunasi hutangnya lantas ia tidak lunasi. Sedangkan
orang yang tidak memiliki harta dan sudah bertekad ingin melunasi
hutangnya, maka ia akan mendapat pertolongan Allah untuk
memutihkan hutangnya tadi sebagaimana hal ini diterangkan dalam
90
beberapa hadits” .
3. Diberi status sebagai pencuri jika berniat tidak ingin mengembalikan
hutang. Dari Shuhaib Al-Khair , Rasulullah  bersabda,

‫أَُّلَيَا َر ُج ٍل يَ َديه ُ َديْنًا َوُى َو ُْ ِ ٌع أَ ْن الَ يُ َوفِّيَوُ إِيهاهُ لَِق َ ه‬


‫اَّللَ َسا ِرقًا‬
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka
dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai
91
pencuri” . Imam Al-Munawi rahimahullah mengatakan, “Orang
seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan
92
diberi balasan sebagaimana mereka” .
4. Dosa-dosanya tidak akan diampuni sampai diselesaikan
permasalahannya dengan orang yang menghutanginya. Dari Abu
Qatadah , Rasulullah  bahwasanya seseorang bertanya beliau  ,
“Bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah
dosa-dosaku akan diampuni?” Beliau  pun menjawab : “Ya, dengan
syarat engkau sabar, mengharapkan ganjarannya, maju berperang
dan tidak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya

88
HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al-Albanirahimahullah mengatakan bahwa hadits ini
shahih
89
Tuhfatul Ahwadzi, 3/142
90
Nailul Authar, 6/114
91
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih
92
Faidul Qadir, 3/181

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


93
Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” . Hadits ini
menjelaskan bahwa ibadah apapun, bahkan yang paling afdhal seperti
jihad fisabilillah sekalipun, tidak bisa menggugurkan kewajiban untuk
memenuhi hak orang lain yaitu melunasi hutang. Rasulullah 
bersabda,

ِ ٍ ِ ِ ِ
َ ْ‫يُ ْغ َفُر لل هش يد ُك ُّلل ذَ ْ إاله الدهي‬
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali
94
hutang” .

Oleh karenanya, janganlah membiasakan diri untuk berhutang. Meskipun


kita tahu bahwa fasilitas dan kemudahan untuk itu cukup terbuka di zaman
ini dan kebanyakannya adalah riba. Ingatlah, sabda Rasulullah ,

ِ ِ ِ ِ ‫لَ ه‬
ُ‫ َوَكاتبَو‬، ُ‫ َو َشاى َده‬، ُ‫ َوُموكلَو‬، ‫اَّللُ ك َل الِّرَا‬ ََ
“Allah melaknat pemakan riba, yang memberi makan, saksi dan juru
95
tulisnya” .

Jika ingin berhutang, maka niatkanlah dengan hati yang jujur untuk segera
melunasi hutang tersebut pada waktu yang telah dijanjikan. Insyaa Allah,
Allah akan membantu pelunasannya. Rasulullah  bersabda,

‫يد إِتْ َفَ َ ا‬


ُ ‫َخ َذ يُِر‬ ُ ‫هاس يُِر‬
‫يد أ ََداءَ َىا أَ هدى ه‬
َ ‫ َوَم ْ أ‬، ُ‫اَّللُ َعْنو‬ ِ ‫َخ َذ أ َْم َو َال الن‬َ ‫َم ْ أ‬
ُ‫اَّلل‬
‫أَتْ لَ َفوُ ه‬
“Barang siapa meminjam harta manusia dan dia ingin membayarnya,
maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yang meminjamnya dan
dia tidak ingin membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta
96
tersebut darinya” . Dalam hadits lainnya, Rasulullah  juga bersabda,
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang

93
HR Muslim
94
HR. Muslim
95
HR. Ahmad. Syaikh Syu’aibrahimahullah mengatakan, “Shahih li ghairih”
96
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


(yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut
97
selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah” .

Jika telah sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka segeralah
membayar hutang tersebut dan jangan menunda-nundanya, terkecuali
pada saat itu kita tidak memiliki harta untuk membayarnya.
Rasulullah  bersabda,

ً‫ضاء‬
َ َ‫َح َ نُ ُك ْم ق‬
ْ ‫َخْي ُرُك ْم أ‬
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik
98
dalam membayar hutang” .

Orang yang memiliki harta untuk membayar hutangnya, tetapi dia sengaja
memperlambat pembayarannya, maka dianggap sebagai suatu kezhaliman.
Rasulullah  bersabda,
‫ِن ظُْل ٌم‬ِ
ِّ َ‫َم ْ ُل الْغ‬
“Memperlambat pembayaran hutang untuk orang yang mampu
99
membayarnya adalah kezaliman” .

Jika benar-benar tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah
ditentukan, segeralah meminta maaf kepada orang yang menghutangi dan
minta tenggang waktu untuk membayarnya. Bagi yang menghutangi,
hendaknya memberi tengang waktu tambahan. Allah  berfirman, artinya
: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 280).

Wallahu a’lam.



97
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih
98
HR. Bukhari
99
HR. Bukhari dan Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Memiliki rumah indah dan nyaman adalah keinginan setiap manusia. Di


dunia ini, memiliki rumah yang indah, luas, megah dan nyaman adalah
perkara yang tidak setiap orang mampu mewujudkannya. Ia harus
memeras keringat lebih dahulu untuk mencari uang, karena harganya yang
mahal.

Namun, syukurlah, rumah di akhirat yaitu di surga kelak bisa dibangun


tanpa harus membayar mahal sebagaimana di dunia. Yang diperlukan
adalah kekuatan untuk beramal shalih dan menahan hawa nafsu. Dan yang
pasti, rumah di surga jauh lebih indah dan nyaman yang tidak pernah
terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan tidak dapat digambarkan
oleh pikiran kita.

Rasulullah  telah mengabarkan kepada umatnya tentang amalan-amalan


yang apabila dilakukan oleh manusia, maka Allah akan membangunkan
sebuah rumah untuknya di surga.

Apa sajakah itu?

Membangun masjid atau membantu dalam pembangunan masjid adalah


cara untuk membangun rumah di surga. Rasulullah  bersabda (artinya) :
“Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya
sebesar sangkar burung atau lebih kecil dari itu, Allah akan bangunkan
100
untuknya sebuah rumah di surga” .

100
HR. Ibnu majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Menjaga atau istiqamah dalam mengerjakan amalan sunnah, yaitu Shalat
Dhuha dan Shalat Sunnah Qabliyah (sebelum) Dhuhur masing-masing
sebanyak 4 raka’at, akan menjadi sebab dibangunankannya rumah di surga
bagi pelakunya. Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa yang shalat dluha
empat raka’at dan qobliyah dzuhur empat raka’at, akan dibangunkan
101
untuknya sebuah rumah di surga” .

Hal ini mungkin diremehkan oleh sebagian kaum muslimin. Namun, masya
Allah ganjaran yang disiapkan sangat besar. Berdasarkan sabda
Rasulullah , “Barangsiapa yang shalat (rawatib) sehari semalam 12
102
raka’at, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga” .

Shalat 12 raka’at itu adalah 2 raka’at qabliyah shubuh, 4 sebelum dzuhur


dan 2 setelahnya, 2 setelah maghrib, dan 2 setelah ‘isya sebagaimana yang
disebutkan dalam riwayat imam At-Tirmidzi.

Pernahkah kita melakukannya dengan sengaja untuk mendapat ganjaran


ini? Jika belum, simaklah sabda Nabi kita yang mulia Muhammad ,
“Barangsiapa yang membaca “Qulhuwallahu ahad” sepuluh kali, Allah
103
akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga” .

Bagaimana seorang meninggalkan kesempatan ini, padahal hanya butuh 3


menit saja?

Nah, terkhusus kepada para pelaku pasar, pedagang, makelar, dan pembeli
yang hendak memasuki pasar untuk melakukan bisnisnya, penting untuk

101
HR. Ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam silsilah
shahihah no 2346
102
HR. Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dari Ummu Habibah
103
HR. Ahmad dari Mu’adz bin Anas, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
dalam shahih Jami’ no 6472

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


membaca hadits dari Rasulullah  berikut, “Siapa yang masuk pasar lalu
mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahulmulku
walahulhamdu yuhyii wayumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu biyadihil
khoir wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir.” Allah akan menuliskan untuknya
sejuta kebaikan, menghapus darinya sejuta keurukan, mengangkat
untuknya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya sebuah rumah di
104
surga” .

Ketika kita tertimpa musibah, maka hal dianjurkan oleh kita adalah
melakukan Istirja’ yaitu ucapan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”,
sebagaimana firman Allah , “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” [QS. Al-Baqarah :
155-156].

Namun, tahukah kita bahwa setelah itu kita pun dianjurkan untuk memuji
Allah (mengucapkan “Alhamdulillah”)?

Jika belum tahu, simaklah hadits Rasulullah  berikut,

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada


malaikatNya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hambaku?” Mereka
berkata, “Benar.” Allah berfirman, “kalian telah mencabut nyawa buah
hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang
diucapkan oleh hambaku?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan
mengucapkan istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).” Allah
berfirman, “Bangunkan rumah untuk hambaku di surga, dan namai ia
105
rumah pujian” .

104
HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu majah, dan Al-Hakim dari Ibnu Umar. Dihasankan oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah
105
HR. At-Tirmidzi dari Abu musa Al-Asy’ari. Dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani rahimahullah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Hal ini adalah perkara yang agung dan tinggi kedudukannnya dalam din
yang mulia ini. Betapa tidak, akhlak menjadi barometer tingkat
kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah  bersabda, “Orang mukmin
106
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” .

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Agama ini seluruhnya adalah


akhlak, barangsiapa yang memperbaiki akhlaknya maka baik pula
107
agamanya” .

Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Barangsiapa yang jelek akhlaknya


108
maka jelak pula agamanya” .

Rasul kita yang mulia , menjamin rumah di surga tertinggi bagi yang
berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah , “Aku menjamin dengan
rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan pertengkaran
walaupun ia dipihak yang benar. Aku menjamin dengan rumah di tengah
surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun untuk ketika
bercanda. Aku menjamin dengan rumah di surga yang paling tinggi bagi
109
orang yang baik akhlaknya” .

Rasulullah  bersabda , “Aku menjamin orang yang beriman kepadaku,


masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di
tengah surga, dan surga yang paling tinggi. Aku menjamin orang yang
beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir
surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang
melakukan itu, ia tidak membiarkan satupun kebaikan, dan lari dari semua
110
keburukan, ia meninggal, di mana saja Dia kehendaki untuk meninggal” .

106
HR. Abu Dawud 4682. Tirmidzi 1162, Ahmad 2/472 Lihat As-Shahihah 284
107
Madarijus Salikin 2/320
108
Adab Syar’iyah 2/191
109
HR. Abu Dawud dari Abu Umamah. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
110
HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Rasulullah  bersabda, “Siapa yang ke masjid waktu subuh atau malam
hari, maka Allah menyiapkan baginya tempat tinggal di surga setiap kali ia
111
berangkat” .

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan: “makna tekstual dari


hadits ini menunjukkan bahwa orang yang pergi ke masjid pagi-pagi atau
sore hari, baik berangkat pagi-pagi untuk shalat atau menuntut ilmu atau
selainnya dari kebaikan, maka Allah  akan menetapkan untuknya tempat
112
tinggal di surga .

Menyambung dan Menutup Celah Dalam Shaf Shalat

Rasulullah  pernah bersabda, “Siapa yang menutup sela-sela barisan


dalam shalat, maka Allah bangunkan rumah di surga dan angkat
113
derajatnya” .

Berdasarkan sabda Rasulullah , “Siapa yang mengunjungi orang sakit


atau saudaranya seiman (seagama Islam), maka ia diseru oleh orang
(malaikat): ‘Engkau adalah orang baik dan baik pula perjalananmu dan
114
Allah telah menyiapkan bagimu rumah di surga’” .

Di atas telah kita sebutkan amalan-amalan untuk membangun rumah di


surga. Namun, sebuah rumah tentu butuh kamar-kamar dan kebun
sehingga menjadi lebih sejuk dan nikmat dipandang mata.

Adapun untuk membuat kamar-kamar yang istimewa,


Rasulullah , “Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang luarnya
tampak dari dalam, dan dalamnya tampak dari luar.” Abu Musa Al Asy’ari
berkata, “Untuk siapa ia wahai Rasulullah?” Beliau  bersabda, “Untuk

111
HR. Bukhari dan Muslim
112
Syarah Riyadhush Shalihin, 3:202
113
HR. al-Muhaamili dalam amaalinya dan dishahihkan al-Albani rahimahullah
114
HR. At-Tirmizi dan dishahihkan Al-Albani rahimahullah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


orang yang baik ucapannya, memberi makan dan shalat di waktu
115
malam.”

Adapun untuk menanam pohon di surga, ia adalah dzikir kepada Allah 


sebagaimana dalam hadits (artinya) : “Aku bertemu dengan Ibrahim di
malam isra mi’raj. Ia berkata kepadaku, “Hai Muhammad, sampaikan
salamku untuk umatmu dan kabarkan kepada mereka bahwa surga itu
tanahnya baik, airnya tawar, dan kini tanahnya masih kosong, dan
tanamannya adalah subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallahu,
116
wallahu akbar.”

Akhirnya, rumah itu kini mempunyai kamar-kamar yang istimewa, dan


kebun-kebun dengan pohon-pohonnya yang indah. Untuk inilah kita
berlomba-lomba, wahai Saudaraku.

Wallahu Ta’ala A’lam.



115
HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
116
HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Seringkali kita menerima pertanyaan dari sanak saudara terkait


mimpi buruk yang dialami saat tidur.

Pada kesempatan ini, kami akan membawakan sebuah


pembahasan berkaitan hal tersebut. Pembahasan mengenai tips
dan nasehat agar tidur menjadi tenang, tidak diganggu setan dan
tentunya berpahala, insya Allah.

Sebelumnya, kita perlu memahami bahwa semua kondisi tidak


nyaman, tidak enak yang dialami setiap muslim, sejatinya bisa
menjadi sumber pahala baginya. Dengan syarat, dia berusaha untuk
bersabar dan mengharap pahala dari Allah  dengan musibah itu.
Termasuk ketika Anda tidak nyaman pada saat istirahat, baik
karena gangguan makhluk halus maupun makhluk ‘kasar’.

Jadikan pengalaman pahit Anda dalam hidup ini sebagai sumber


pahala. hadirkan perasaan mengharap pahala dari Allah Ta’ala.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa


Nabi  bersabda, “Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap
muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, ganggung orang
lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab
117
pengampunan dosa-dosanya” .

Terkait aktivitas tidur, sekuat apapun manusia, dia menjadi sangat


lemah ketika tidur. Orang yang tidur lelap, bisa menjadi sasaran
bagi makhluk jahat di sekitarnya. Jika dia bisa merasa aman dari
gangguan manusia, tidak ada jaminan aman dari gangguan makhluk
yang tidak nampak. Itulah jin yang jahat atau setan. Jika mereka
tidak mengganggu Anda di alam nyata, bisa jadi mereka akan
mengganggu Anda di dalam tidur atau alam mimpi.

Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam
118
: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah” .

Jika gangguan dari luar, Anda bisa meminta bantuan orang lain
untuk mengusirnya. Tapi ini tidak berlaku ketika dalam mimpi.
Anda tidak mungkin memanggil teman, suami, atau istri Anda
untuk mengusir setan yang mengganggu Anda dalam dunia mimpi.

Karena itulah, orang yang tidur tanpa berdzikir terlebih dahulu,


akan menjadi penyesalan baginya.

Dalam al-Adzkar, Imam an-Nawawi rahimahullah membuat judul


bab : “Bab Makruh Tidur tanpa Berdzikir kepada Allah (sebelum
119
tidur)” .

Selanjutnya, Imam an-Nawawi rahimhullah menyebutkan hadits :


Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda, “Siapa yang tidur,
sementara tidak berdzikir ketika hendak tidur, akan menjadi
120
penyesalan baginya di hadapan Allah” .

117
HR. Bukhari 5641
118
HR. Bukhari dan Muslim
119
al-Adzkar, Hal. 95
120
HR. Abu Daud 4856 dan dishahihkan al-Albani

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ,
dinyatakan, “Apabila manusia berbaring di pembaringannya (akan
tidur), malaikat dan setan segera menghampirinya. Malaikat
membisikkan, “Akhiri (malam-mu) dengan kebaikan”, sedangkan
setan membisikan, “Akhiri (malam-mu) dengan keburukan”.
Apabila dia berdzikir menyebut nama Allah kemudian tidur, maka
121
malaikat melindungi dia di malam itu” .

Di saat Anda tidur, Anda sangat butuh pertolongan dan


pengamanan dari Allah . Untuk mendapatkan jaminan keamanan
ini, Rasulullah  mengajarkan kepada kita berbagai doa dan dzikir
sebelum tidur. Anda bisa rutinkan sunnah ini, setiap kali Anda
hendak tidur :

Yang dimaksud di sini adalah dengan membaca beberapa surah


dalam al-Qur’an yang memang dicontohkan dan diajarkan oleh
Rasulullah  untuk dibaca sebelum tidur.

Yaitu dengan mengumpulkan dua tapak tangan dan membaca surat


Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, kemudian ditiupkan ke dua tangan,
lalu diusapkan ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau, sambil
berbaring. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan tiga
122
kali .

 .

Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah ,


beliau mengatakan, “Apabila Rasulullah  hendak tidur, beliau
membaca :

BISMIKA ALLAHUMMA AMUUTU WA AHYAA

121
HR. Ibnu Hibban 5533, Hakim dalam al-Mustadrak 1969 dan beliau shahihkan,
kemudian disepakati oleh Adz-Dzahabi
122
HR. Bukhari 9/62 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/1723

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


123
“Dengan Nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup” .

Orang yang sedang tidur, sejatinya adalah orang yang sedang


Allah  wafatkan. Allah  berfirman, “Allah mewafatkan jiwa
(orang) ketika matinya dan (mewafatkan) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya (sehingga tidak bangun dari tidurnya) dan
Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.”
(QS. Az-Zumar: 42)

Bacalah ayat kursi sebelum Anda tidur. Jika Anda belum hafal, bisa buka
surat Al-Baqarah ayat: 255. Bacaan ini sebelum tidur memiliki keutamaan
yang besar.

Hadits dari Abu Hurairah , bahwa beliau pernah ditugasi Rasulullah 


untuk menjaga zakat Ramadhan. Malam harinya datang seorang pencuri
dan mengambil makanan. Dia langsung ditangkap oleh Abu Hurairah .
“Akan aku laporkan kamu ke Rasulullah  .” Orang inipun memelas. Minta
dilepaskan karena dia sangat membutuhkan dan punya tanggungan
keluarga. Dilepaslah pencuri ini. Siang harinya Nabi  bertanya kepada Abu
Hurairah  tentang kejadian semalam. Setelah diberi laporan, Nabi 
bersabda, “Dia dusta, dia akan kembali lagi.” Benar, di malam kedua dia
datang lagi. Ditangkap Abu Hurairah , dan memelas, kemudian beliau
lepas. Malam ketiga dia datang lagi. Kali ini tidak ada ampun. Orang inipun
minta dilepaskan. “Lepaskan aku, nanti aku ajari bacaan yang bermanfaat
untukmu.” Dia mengatakan : “Jika kamu hendak tidur, bacalah ayat kursi
sampai selesai satu ayat. Maka akan ada penjaga dari Allah untukmu, dan
setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.” Maka Nabi  bersabda,
124
“Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“ .

Nabi  bersabda, “Apabila kamu masuk ke tempat tidurmu, maka bacalah


ayat Kursi 'Allahu La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum', sehingga habis ayat
ini. Maka sesungguhnya, akan sentiasa ada penjaga dari Allah untuk kamu
125
dan syaitan tidak akan dapat mendekati kamu sehingga pagi" .

123
HR. Bukhari 6324
124
HR. Bukhari
125
HR Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dari Abu Mas’ud Al-Badri , Nabi  bersabda, “Dua ayat di akhir surat Al-
Baqarah, siapa yang membacanya di suatu malam, itu sudah cukup
126
baginya” .

Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, mulai : AAMANARRASULU BIMA


UNZILA ILAIHI... sampai selesai. Tepatnya surat Al-Baqarah ayat 285 dan
286.

Makna “dua ayat ini cukup bagi pembacanya” : dua ayat ini akan
menjaganya dari segala keburukan, dan melindunginya dari segala yang
dibenci. Ada sebagian ulama yang mengatakan; dua ayat ini menjadi sebab
baginya untuk bangun malam. Sehingga dia bisa mudah melakukan
127
tahajud .

Dari al-Barra’ bin Azib , bahwa Rasulullah  bersabda kepada beliau,


“Jika kamu hendak tidur, berwudhulah seperti wudhu ketika shalat.
Kemudian berbaringlah miring ke kanan dan ucapkan :

ALLAHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA, WA WAJJAHTU WAJHII ILAIKA, WA


FAWWAD-TU AMRII ILAIKA, WA ALJA’-TU DZAHRII ILAIKA, RAGHBATAN WA
RAHBATAN ILAIKA. LA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA.
AAMAN-TU BI KITAABIKAL-LA-DZII ANZALTA WA BI NABIYYIKAL-LA-DZII
ARSALTA

(Ya Allah, aku pasrahkan jiwaku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku


kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, akku sAndarkan diriku
kepada-Mu, karena mengahrapkan pahala-Mu dan takut adzab-Mu, tiada
tempat bersAndar dan menyelamatkan diri dari hukuman-Mu kecuali
berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau
turunkan, dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utu)

126
HR. Bukhari 4008 dan Muslim 807
127
Keterangan DR. Dib Bagha dalam Ta’liq Shahih Bukhari, 5/84

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Jika kamu meninggal maka kamu mati dia atas fitrah, dan jika bangun pagi
maka kamu mendapatkan pahala. Jadikanlah bacaan ini yang terakhir
128
kamu ucapkan” .

Inilah beberapa tips dan nasehat agar tidur Anda tidak diganggu setan,
insya Allah. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.



128
HR. Bukhari 6311 dan Muslim 2710

Inspirasi Iman Sepanjang Masa



 

Setiap kita pasti tahu bahwa sedekah adalah salah satu amalan mulia dan
agung dalam agama kita. Banyak keutamaan sedekah yang disebutkan oleh
Allah  dan RasulNya . Di antaranya dapat menghapuskan dosa,
menambah rezeki, obat dari penyakit, menghalangi bala’ atau musibah dan
lainnya.

Bagi orang yang dikarunia oleh Allah  harta yang berlimpah tentu
bersedekah itu tidaklah sulit, bahkan terkadang semudah mengedipkan
mata. Namun bagi orang yang ditaqdirkan Allah  tidak memilki banyak
harta, maka umumnya bersedekah mungkin menjadi hal yang sulit.

Islam sebagai agama ilahiyah sungguh telah memberikan solusi. Islam


memang demikian. Bila ada syari'at yang hanya mampu dikerjakan oleh
orang-orang tertentu, maka Islam akan membuka “ladang” lain bagi orang-
orang yang tidak mampu. Islam memberikan solusi bagaimana cara
bersedekah tanpa uang atau harta. Yaitu dengan melakukan beberapa
amalan yang keutamaannya dapat bernilai sedekah bagi para pelakunya.
Tetapi ingat, bukan berarti solusi ini hanya boleh diamalkan oleh mereka
yang sedikit harta, bukan itu. Bahkan orang kaya pun boleh melakukannya.

Nah, jika seperti itu, berarti orang kaya akan selalu lebih utama karena
mereka dapat bersedekah sekaligus melakukan berbagai amalan yang
dapat bernilai sedekah? Ya, itulah keutamaan yang diberikan
Allah  kepada sebagian hambaNya, tentu dengan hikmahNya yang agung.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  bahwa orang-orang fakir kaum


Muhajirin mendatangi Nabi  lalu berkata: “Orang-orang yang kaya telah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


pergi dengan membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal.”
Beliau  bertanya (artinya) :“Apa itu?” Mereka menjawab : “Mereka shalat
seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa, mereka bisa
bersedekah sedang kami tidak bisa, dan mereka memerdekakan hamba
sahaya sedang kami tidak bisa.” Maka Rasulullah  bersabda, ”Maukah
kalian kuajari sesuatu yang dapat menyusul orang yang telah mendahului
kalian itu, kalian juga bisa mendahului orang-orang setelah kalian, dan
tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada kalian kecuali orang yang
melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Mau, wahai
Rasulullah!” Beliau  bersabda, “Hendaklah kalian mengucapkan tasbih
(subhanallah), takbir (Allahu akbar), dan tahmid (alhamdulillah) di akhir
setiap shalat (fardhu) sebanyak 33 kali.” Abu Shalih (perawi hadits ini)
berkata : “Maka orang-orang fakir kaum Muhajirin itu pun kembali
menemui Rasulullah  lalu berkata : “Saudara kami yang kaya telah
mendengar apa yang kami kerjakan, lalu mereka pun mengerjakan hal yang
sama.” Maka Rasulullah  bersabda (artinya) : “Itulah karunia Allah yang
129
diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki” .

Berikut ini beberapa amalan yang dapat dinilai Allah  sama dengan
sedekah.

130
Rasulullah  bersabda, “Setiap kebaikan adalah sedekah” .

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata : “Maksudnya, setiap kebaikan itu


131
memiliki hukum yang sama dengan sedekah dalam hal pahala” .

Maka, setiap kebaikan yang mampu kita lakukan, lakukanlah. Bagaimana


jika tidak mampu melakukan semuanya? Cukup dengan diam dengan tidak
memberikan gangguan kepada yang lainnya, maka itu juga bernilai
sedekah.

Dari Abu Dzar  , ia bertanya : “Wahai Rasulullah! Amalan apakah yang


paling utama?” Beliau  menjawab: “‘Iman dan jihad di jalan Allah.” Aku
bertanya : “Memerdekakan budak apakah yang paling baik?”
Beliau  menjawab : “Memerdekakan budak yang paling bernilai menurut

129
HR. Bukhari
130
HR. Muslim
131
Syarah Shahih Muslim (VII/91)

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


pemiliknya dan paling mahal harganya.” Aku bertanya : “Jika aku tidak
dapat melakukannya?” Beliau menjawab : “Engkau membantu orang
yang terampil dan berbuat untuk orang yang tidak terampil.” Aku bertanya
: “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika aku tidak dapat
mengerjakan sebagian pekerjaan?” Beliau  menjawab : “Engkau
132
menahan keburukanmu dari manusia, karena itu adalah sedekah” .

133
Rasulullah  bersabda, “Dan kalimat thayyibah adalah sedekah.”

Yang dimaksud kalimat thayyibah adalah ucapan yang menyenangkan


perasaan seseorang dimana ucapan itu mubah atau mengandung
134
ketaatan.

Rasulullah  bersabda, artinya : “Senyummu kepada saudaramu adalah


sedekah, engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari
kemungkaran adalah sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di
tempat ia tersesat adalah sedekah, engkau menuntun/menunjuki orang
yang lemah penglihatannya adalah sedekah, engkau menyingkirkan batu,
duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, dan engkau menuangkan air
135
dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah” .

Rasulullah  bersabda, artinya : “Tidaklah seorang muslim menanam


tanaman, kecuali apa yang termakan darinya bernilai sedekah baginya.
Apa yang tercuri darinya bernilai sedekah baginya. Apa yang dimakan
hewan-hewan buas darinya bernilai sedekah baginya. Apa yang dimakan
burung darinya bernilai sedekah baginya. Dan tidaklah seseorang yang
mengurangi dan mengambil dari tanaman itu kecuali bernilai sedekah
136
baginya (sampai hari qiyamah tiba)” .

132
HR. Bukhari, Muslim dan lainnya
133
HR. Bukhari dan Muslim
134
Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Al-Nawawi 7/103
135
HR. Bukhari dan lainnya
136
Ash-Shahihah no. 8

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Rasulullah bersabda, artinya : “Sesungguhnya memberi pinjaman (hutang)
137
itu menempati kedudukan setengah sedekah” .

Memberi tempo kepada orang yang belum mampu melunasi hutangnya,


juga merupakan bentuk sedekah. Rasulullah  bersabda, artinya :
“Barangsiapa memberi tempo kepada orang yang belum mampu melunasi
hutangnya, maka ia setiap harinya seperti bersedekah sejumlah barang
138
yang ia hutangkan.”

Rasulullah juga bersabda, artinya : “Barangsiapa memberi tempo kepada


orang yang belum mampu melunasi hutangnya, maka ia setiap harinya
seperti bersedekah sejumlah barang yang ia hutangkan, sampai hutang itu
lunas. Jika tiba waktu pelunasan, ia memberi tempo lagi (karena orang
yang berhutang belum mampu melunasinya–pen), maka setiap harinya ia
seperti bersedekah sejumlah dua kali lipat jumlah barang yang ia
139
hutangkan.”

Rasulullah  bersabda, artinya : “Jika seorang suami memberi nafkah


kepada keluarganya dalam keadaan mengharapkan pahala dari Allah,
140
maka itu sedekah baginya.”

Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang suami diberi pahala atas


nafkahnya kepada istrinya jika ia mengharapkan pahalanya dari Allah  ,
sebagaimana terdapat dalam hadits Sa’d bin Abi Waqqash  bahwa
Nabi  bersabda, artinya :“Dan tidaklah engkau berinfak dengan satu infak
karena mengharapkan wajah Allah dengannya, melainkan engkau diberi
pahala dengannya hingga sesuap makanan yang engkau angkat ke mulut
141
istrimu.”

Ada seseorang melihat orang lain menginfaqkan hartanya untuk ketaatan


kepada Allah. Lalu ia berkata, “Andai aku punya harta, aku pasti

137
Shahih: Ash-Shahihah no. 1553; Shahih Al-Jami’ no. 6080
138
Musnad Ahmad no. 21986. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1/221
139
Musnad Ahmad 5/360. Ash-Shahihah no. 86
140
HR. Bukhari dan Muslim
141
HR. Bukhari dan Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.” Rasulullah  berkata,
mengomentari kejadian itu,“(Seandainya) ia (jujur) dengan niatnya itu,
142
maka pahala keduanya sama.”

Berhubungan Dengan Isteri

Rasulullah  bersabda, artinya : “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.”


Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat pahala
dengan menggauli isteri kita?.” Rasulullah  menjawab (artinya) :
“Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan
berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal,
143
kalian akan berpahala.”

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Di dalam hadits ini ada dalil
bahwasanya perkara yang mubah dapat menjadi ketaatan dengan niat
yang benar. Jima’ (bersetubuh) bisa menjadi ibadah apabila ia niatkan
untuk memenuhi hak istrinya, bergaul dengan cara yang baik yang
diperintahkan Allah Azza wa Jalla atau untuk menjaga dirinya dan istrinya
agar tidak terjatuh kepada perbuatan yang haram, atau memikirkan
(mengkhayal) hal yang haram, atau berkeinginan untuk itu, atau yang
lainnya”144.

Rasulullah  besabda, artinya : ”Tidaklah sesorang berniat untuk


melakukan shalat malam, lalu ia tertidur, kecuali akan dicatat (oleh Allah –
pen) baginya pahala shalatnya (meskipun ia tidak shalat lail) dan tidurnya
145
dicatat sebagai sedekah.”

Nabi  besabda, artinya : “Barangsiapa mendatangi tempat tidur dalam


keadaan berniat untuk bangun karena hendak melaksanakan shslat lail,
tapi ternyata ia ketiduran sampai pagi,maka ditulis baginya pahala shalat
yang telah ia niatkan dan tidurnya merupakan sedekah dari Allah untuk
146
dirinya.”

142
MusnadAhmad 4/230-231; Sunan At-Tirmidzi no. 2325; dan lainnya
143
HR. Bukhari dan lainnya
144
Syarah Shahih Muslim (VII/92)
145
Shahih: Irwa` Al-Ghalil 2/204-205;Shahih Al-Jami' no. 5567; Shahih Sunan An-Nasa`i
1/387
146
Shahih: Irwa` Al-Ghalil no. 454; Shahih Sunan An-Nasa`i 1/386

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dari Abu Sa'id Al-Khudri , dia bercerita, “Sesungguhnya
Rasulullah  melihat ada seorang pria shalat sendirian. Maka
beliau  berkata, “Hendaklah ada seseorang yang bersedekah kepada
147
orang ini, (dengan cara) shalat bersamanya.”

Hal ini hukumnya tidak terlarang. Shalat kedua bagi orang ini (yang
menemani) teranggap shalat nafilah/sunnah. Dan bagi yang
terlambat (yang ditemani) tetap terhitung sebagai shalat fardhu baginya.

Rasulullah  bersabda, artinya : ”Setiap salah seorang di antara kamu


memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah;
setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah
(ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha
illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah
sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah,
148
semua itu cukup tergantikan dengan dua raka’at dhuha.”

Rasulullah  bersabda, artinya : “Dahak yang ada dalam masjid yang Anda
pendam ke dalam tanah, sesuatu (penghalang/bahaya) yang kalian
149
singkirkan dari jalanan, bernilai sedekah.”

Perlu dipahami bahwa masjid saat ini tidak lagi beralaskan tanah tetapi
lantai. Maka yang kita lakukan adalah menghilangkannya, misalnya dengan
mengepelnya atau yang lainnya. Dan ini masih bernilai sedekah, karena
tujuannya adalah menghilangkan kotoran yang ada di dalam masjid.
Wallahu A’lam.



147
Shahih: Sunan Abu Dawud no. 574
148
HR.Muslim, hadits no. 720
149
Musnad Ahmad 5/354. Shahih Sunan Abu Dawud 3/984; Irwa` Al-Ghalil 2/213

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Dosa, setiap kita pasti tak lepas darinya. Demikianlah sunnatullah bagi
manusia sebagai hamba yang tidak pernah luput dari kekurangan. Namun,
hendaknya kita tidak berkecil hati. Bukankah Allah Yang Maha Pemurah
dan Penyayang menyediakan ampunan dan penghapusan kesalahan
kepada hambaNya di setiap saat?

Meskipun demikian, kenyataan menyedihkan hari ini adalah para hamba


yang hina dan lemah justru meremehkan dosa kepada Penciptanya.
Mereka lupa bahwa dosa dan kemaksiatanya dapat mengundang murka
Sang Maha Kuat .

Sebagai seorang mu’min yang bersaudara di atas tali keimanan, patutlah


kiranya bagi kita untuk saling mengingatkan agar segera menjauhi dosa
dan kemaksiatan, serta tidak meremehkannya.

Dahulu, Rasulullah  telah mewanti – wanti kepada umatnya akan dosa


yang dianggap remeh. Beliau  menyebutnya sebagai muhqirat adz-
dzunub. Tahukah Anda apa itu muhqirat adz-dzunub?

Imam Ahmad dalam Musnadnya menyebutkan satu riwayat dari hadits


Sahal bin Sa'ad , ia berkata : Rasulullah  bersabda, “Jauhilah oleh kalian
muhqirat adz-dzunub. Sesungguhnya perumpamaan muhqirat adz-dzunub
itu seperti suatu kaum yang singgah di satu lembah, lalu satu orang datang
membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lainnya juga demikian
sampai mereka mengumpulkan banyak kayu bakar yang bisa

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


mematangkan roti mereka. Sesungguhnya muhqirat adz-dzunub itu, kapan
150
pelakunya dibalas maka akan menghancurkannya."

Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah  bersabda, artinya : “Jauhilah


oleh kalian muhqirat adz-dzunub, karena ia akan berhimpun pada
151
seseorang, sehingga akan membinasakannya.”

Sungguh benarlah, ucapan sahabat yang mulia Anas bin Malik  dahulu :
“Kalian sekarang melakukan perbuatan dosa yang di mata kalian perbuatan
itu lebih tipis daripada rambut (sangat remeh). Padahal dulu di masa
Rasulullah  kami menganggapnya termasuk perkara yang akan
152
membinasakan” . Itu beliau ucapkan dahulu di zaman beliau hidup.
Bagaimana jika beliau hidup di zaman ini dan menyaksikan apa yang
terjadi?

Telah kita maklumi bersama bahwa dosa kepada Allah  terbagi menjadi
dua :kabair (dosa - dosa besar) dan shaghair (dosa - dosa kecil).

Meskipun demikian, sebagian ulama tidak melihat adanya pembagian


seperti ini. Mereka menganggap bahwa seluruh kemaksiatan dan
penyelewangan dari jalan Allah adalah dosa besar karena merupakan
keberanian dan kelancangan dihadapan Allah. Mereka mengatakan
demikian karena melihat betapa besarnya hak Allah atas hamba-hamba-
Nya.

Namun pendapat yang kedua ini lemah. Sebab Allah  sendiri telah
membagi dosa dalam dua bagian, sebagaimana dalam firmanNya, artinya :
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” (QS. An-Nisa’: 31).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah  bersabda, artinya : “Maukah kalian


kuberitahukan dosa yang paling besar?’ (pertanyaan ini diulang oleh beliau
sampai tiga kali). Para shahabat menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah!’

150
(HR. Ahmad dan dishahihkan Albani di dalam kitab Silsilah al-Ahadits al-Shahihah,
no. 389
151
HR. Ahmad dan lainnya. Lihat Silsilah ash-Shahihah, no. 389
152
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Maka, beliau bersabda, artinya : “Syirik kepada Allah, durhaka kepada
kedua orang tua,(kemudian beliau duduk yang sebelumnya
bersandaran), kemudian beliau berkata : “hindarilah ucapan dusta”.
Perawi berkata : Beliau mengulang-ngulangnya sampai kami berkata (di
153
dalam hati), ‘Semoga beliau diam.’

Dalil - dalil di atas dapat menjelaskan kepada kita bahwa dosa itu ada yang
besar dan ada pula yang kecil.

Banyak ulama yang menjelaskan mengenai batasan dan kriteria dosa besar.
Namun di antara pendapat yang ada, pendapat yang paling bagus dan kami
pilih dalam hal ini adalah apa yang dikatakan oleh Imam Adz-
Dzahabi rahimahullah di dalam mukaddimah kitabnya Al-Kabair, di mana
beliau berkata :

“Pendapat yang lebih terarah yang tegak di atas dalil adalah bahwa
barangsiapa yang melakukan sesuatu perbuatan dosa yang ada had-nya
(hukuman khusus) di dunia karena dosanya itu, seperti pembunuhan, zina,
pencurian, ataupun perbuatan lainnya yang mendapat janji adzab di
akhirat kelak atau akan mendapat kemurkaan, atau ancaman, atau dilaknat
pelakunya melalui lisan Muhammad , maka perbuatan tersebut
dikategorikan sebagai dosa besar.

Sebagian ulama menambahkan, yaitu perbuatan yang Nabi  meniadakan


iman dari pelakunya, atau Nabi  mengataan “bukan golongan kami” atau
Nabi berlepas diri dari pelakunya.

Di antara contohnya, Nabi  bersabda, “Orang yang melakukan namimah


154
(adu domba) itu tidak akan masuk surga” .

Nabi  bersabda, artinya : “Barang siapa yang menghunuskan pedang


155
kepada kami, kaum muslimin, maka dia bukan golongan kami” .

Nabi  bersabda, artinya : “Siapa yang menipu kami maka dia bukan
156
golongan kami” .

153
HR. Bukhari dan Muslim
154
HR Bukhari dan Muslim
155
HR. Bukhari dan Muslim
156
HR Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Contohnya juga, memakan harta anak yatim. Sebagaimana firman Allah ,
artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan
mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. An-
Nisa’:10).

Dan contoh – contoh lainnya sesuai kriteria di atas, sebagaimana yang


banyak terdapat dalam al-Qur’an dan hadits yang shahih.

Sehingga, jika Anda mendapatkan atau mendengarkan dalil berisi dosa


sesuai kriteria tersebut, maka waspadalah! Sungguh ia adalah dosa besar di
sisi Rabb kita .

Wahai saudaraku, ketika engkau hendak melakukan dosa, janganlah


melihat kepada kecilnya dosa. Namun lihatlah, kepada siapa engkau
berbuat dosa? Patutkah bagi seseorang yang diciptakan dan diberi oleh
Allah  nikmat yang lengkap dan cukup, lantas melanggar laranganNya?!
Ingatlah bahwa Dia adalah Sang Pencipta, Penguasa alam semesta ini,
Pemilik kerajaan langit dan bumi, Pemilik hari pembalasan dan sangat
mampu melakukan apa saja kepada para hamba dan ciptaanNya!

Ketahuilah, sebuah dosa yang mungkin kita anggap kecil ternyata dapat
berubah menjadi dosa besar, apabila :

Diriwayatkan bahwa sahabat yang mulia Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma


mengatakan,

ِ َ‫االستِ ْغ َفا ِر وال‬


ِ
‫صَرا ِر‬
ْ ‫صغْي َرَة َم َع ا ِا‬
َ َ ْ ‫الَ َكبِْي َرَة َم َع‬
“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun
157
pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus”.

157
HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Oleh karenanya, jika seorang hamba menganggap besar suatu dosa, maka
dosa itu akan kecil di sisi Allah. Sedangkan jika seorang hamba
mengganggap kecil (remeh) suatu dosa, maka dosa itu akan dianggap besar
di sisi Allah.

Ibnu Mas’ud  mengatakan,

“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di


sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya.
Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat
dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang
hidungnya.”

3.

Rasulullah  bersabda, “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang


melakukan jahr (muhajirin). Di antara bentuk melakukan jahr adalah
seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –
padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku
semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah
telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang
158
membuka ‘aibnya yang telah Allah tutup “ .

Nabi  bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu


diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa
semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya
159
sedikitpun” .

Sehingga bagi seorang alim yang menjadi panutan lainnya, hendaknya ia :


[1] meninggalkan dosa dan [2] menyembunyikan dosa jika ia terlanjur
melakukannya.

158
HR. Bukhari dan Muslim
159
HR.Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Sebagaimana dosa seorang alim bisa berlipat-lipat jika ada yang mengikuti
melakukan dosa tersebut, maka begitu pula dengan kebaikan yang ia
lakukan. Jika kebaikan tersebut diikuti orang lain, maka pahala akan
semakin berlipat untuknya.

Akhirnya, janganlah kita meremehkan dosa dan maksiat kepada Allah .


Selalulahmerasa takut akan balasan dan adzab yang akan diturunkannya
dengan sekejap mata. Kalaupun telah tergelincir ke dalamnya, segeralah
bertaubat dan menutupinya dengan kebaikan, agar hati dapat bersih
kembali dari titik-titik noda.

Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya jika seorang hamba berbuat


kesalahan/dosa dititikkan pada hatinya satu titik hitam. Namun bila ia
menarik diri/berhenti dari dosa tersebut, beristighfar dan bertaubat,
dibersihkan hatinya dari titik hitam itu. Akan tetapi bila tidak bertaubat
dan kembali berbuat dosa maka bertambah titik hitam tersebut, hingga
mendominasi hatinya. Itulah ar-ran (tutupan) yang Allah  sebutkan di
dalam ayat : ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu
160
mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ (QS. Al-Muthaffifin : 14)”

Kita berlindung kepada Allah  dari tertutupnya hati karena dosa dan
maksiat. Wallahu a’lam.



160
HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan Syaikh Al-Albani rahimahullah

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu. Sebagaimana orang miskin
diuji, orang kayapun demikian. Sebagaimana rakyat jelata hidup di atas
ujian, para penguasa juga diuji. Bahkan bisa jadi ujian yang dirasakan oleh
para penguasa dan orang-orang kaya lebih berat daripada ujian yang
dirasakan oleh orang-orang miskin dan rakyat jelata. Begitu pula,
sebagaimana seorang awam diuji, seorang ‘alim pun akan diuji. Masing-
masing tidak lepas dari ujian kehidupan.

Intinya setiap yang bernyawa pasti diuji sebelum maut menjemputnya.


Siapapun juga orangnya. Entah diuji dengan kesulitan atau diuji dengan
kelapangan, kemudian ia akan dikembalikan kepada Allah  untuk
dimintai pertanggungjawaban terhadap sikap ia menghadapi ujian
tersebut. Allah  berfirman,

‫اْلَِْري فِْت نَةً َوإِلَْي نَا تُ ْر َج ُو َن‬ ِ ‫س َذائَِقةُ الْ و‬


ْ ‫ت َوَْب لُوُك ْم ِال هشِّر َو‬ َْ ٍ ‫ُك ُّلل َ ْف‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan" (QS. Al-Anbiyaa' : 35).

Memang dunia ini adalah medan ujian. Kehidupan ini ada medan
perjuangan. Allah  berfirman, “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun" (QS. Al-Mulk : 1-2).

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Jika saja orang kafir tidak selamat dari ujian kehidupan, maka apatah lagi
seorang yang beriman kepada Allah , pasti akan menghadapi ujian. Allah
 berfirman,

‫هاس أَ ْن يُْت َرُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا َمنها َوُى ْم ال يُ ْفتَ نُو َن‬ ِ ‫أ‬
ُ ‫َح َ الن‬
َ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-'Ankabuut :
2).

Ingatlah, besarnya ujian sekadar dengan tingkat keimanan. Semakin tinggi


iman seseorang maka semakin tinggi kadar ujian yang akan ia hadapi. Nabi
 bersabda,

ِ ‫ يُْبتَ لَ الهر ُجل َعلَ َح‬، ‫ ُه اا َْمَل فَ ْاا َْمَل‬، ‫هاس َ َء ااَْبِيَاء‬
َ ُ ُ ُ ُ ً ِ ‫َش ُّلد الن‬ َ‫أ‬
َ‫صْلبًا ا ْشتَ هد َ َُاهُ َوإِ ْن َكا َن ِ ِْف ِديْنِ ِو ِرقهةٌ اُْتُلِ َي َعل‬ ِ
َ ُ‫ فَِإ ْن َكا َن ديْنُو‬، ‫ديْنو‬
ِِ ِ
‫ض َما َعلَْي ِو‬ ِ ‫ فَ َ ا يَْب َر ُح الْبَ َءُ ِالْ َْب ِد َح هِت يَْت رَكوُ َيَْ ِشي َعلَ ْاا َْر‬،‫َح َ ِ ِديْنِ ِو‬
ُ
ٌ‫َخ ِ ْيَة‬
“Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang
paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika
agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah
maka ia diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa
seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi
161
tanpa ada sebuah dosapun" .

Apa yang menimpa Anda hari ini, sungguh itupun telah menimpa orang –
orang shalih dan beriman terdahulu. Sebut saja, Rasulullah  ,para nabi,
para sahabat Rasulullah  , para ulama dan lainnya.

161
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Imam Asy-Syafii rahimahullah berkata, “Cobaan zaman banyak tidak habis-
habisnya, dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti
sesekalinya hari raya”.

Pertama : Yakinlah bahwa selain Andapun juga diuji. Ada yang diuji dengan
kemiskinan. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Ada
yang diuji dengan orangtua yang tidak mau taat. Ada yang diuji dengan
pengkhiatan sahabat. Sungguh, terlalu banyak model ujian yang menimpa
manusia. Maka poisis Anda adalah sebagaimana manusia-manusia yang
lain yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam.

Kedua : Sabarlah dengan ujian yang sedang Anda hadapi. Alhamdulillah


Anda masih bisa memikulnya. Bisa jadi jika Anda diuji dengan ujian yang
lain maka Anda tidak akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa
tidaklah Allah  menguji kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh
seorang hamba.

Allah  berfirman-Nya, “… dan orang-orang yang sabar dalam


kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang
yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177).

Ibnul Qayyim rahimahullah, mengutarakan bahwa ayat yang seperti ini


banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Sehingga keberadaan sabar dalam
menghadapi ujian dan cobaan dari Allah adalah benar-benar menjadi
162
barometer keimanan dan ketakwaan kepada Allah  .

Ketiga : Terkadang syaitan membisikkan kepada Anda bahwa ujian yang


Anda hadapi sangatlah berat dan tidak mungkin untuk Anda pikul. Maka
ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan ujian
yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang Anda hadapi.

Keempat : Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran maka akan


menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat??

162
Kitab Madarijus Salikin 2/152

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada
orang yang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada mereka.
Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya , ”Kecuali orang-orang yang
sabar (terhadap ujian), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu
peroleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Hud: 11).

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : “Rasulullah  bersabda,


artinya : “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim,
melainkan Allah  telah menghapus dengan musibah itu dosanya.
163
Meskipun musibah itu adalah duri yang menusuk dirinya.”

Kelima : Bahkan bisa jadi Allah  menghendaki Anda untuk meraih


sebuah tempat yang tinggi di surga yang tidak mungkin Anda peroleh
dengan hanya sekedar amalan-amalan shalih Anda. Amalan shalih Anda
tidak cukup untuk menaikan Anda ke tempat tinggi tersebut. Anda tidak
akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan
menjalani ujian-ujian yang tidak henti-hentinya untuk mengangkat derajat
Anda.

Allah  berfirman, “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat


yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka
disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya” (QS.
Al-Furqaan: 75).

Keenam : Ingatlah, dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya


kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha
Kuasa.Terkadang kita baru mengenal yang namanya khusyu' dalam shalat.
Kita baru bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata. Kita
baru bisa merasakan nikmatnya ibadah. Kita baru merasakan ketinggian
tawakkal kepada Allah  . Tatkala ujian datang, tatkala musibah menerpa.

Ketujuh : Ingatlah, dengan ujian atau musibah yang menimpa kita


terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita. Karena tatkala kita rajin
beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan terkadang timbul ujub
dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat dan selalu beruntung.
Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan
Allah  kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba
dengan musibah. Bahkan perkaranya justru sebaliknya. Nabi  bersabda,

163
HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ ِ
َ ‫إ هن هللاَ إذَا أ‬
‫َح ه قَ ْوًما ا ْتَ َ ُى ْم‬
164
“Jika Allah mencintai sebuah kaum maka Allah akan menguji mereka”

Kedelapan : Berprasangka baiklah kepada Allah  , yakinlah bahwa dibalik


ujian dan musibah yang menimpamu ada kebaikan dan hikmah. Justru jika
ujian tersebut tidak datang dan jika musibah tersebut tidak menimpamu
bisa jadi kondisi yang datang kemudian adalah lebih buruk. Allah 
berfirman, “Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik
bagi kalian”(QS. Al-Baqarah : 216).

Kesembilan : Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut
bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah  berfirman, “Maka
mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisaa : 19).

Kesepuluh : Ingatlah, bahwasanya hidup di dunia tidak ada istrirahat total.


Kegembiraaan total, kecuali di akhirat kelak. Selama Anda masih hidup di
dunia maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang. Bersabarlah,
tegarlah, demi meraih ketentaraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga.
Seorang awam biasa berkata, “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji,
kalau tidak mau diuji, ya, jangan hidup di dunia!”.Mungkin benar juga apa
kata mereka.

Akhirnya, banyaknya ujian yang menimpa orang-orang besar, justru


memperkuat rasa tawakal dan kerelaan mereka kepada keputusan
Allah . Di situlah tampak kadar kekuatan iman seseorang bukan hanya
dalam raka’at-raka’at pendek saja. Hasan al-
Bashri rahimahullah berkata : “Pada saat manusia sama-sama sehat,
mereka sejajar dalam iman, namun tatkala bencana menimpa,
tersingkaplah siapa yang benar-benar kokoh iman-Nya.” Wallahu a’lam.


164
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 146

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Saat ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rezeki,
entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Ditambah
lagi dengan berbagai problem kehidupan dan tuntutannya. Sehingga tak
jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan
menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai.Bermunculanlah
para koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok,
penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggalkan
ibadah kepada Allah  untuk mendapatkan secuil uang atau alasan
kebutuhan hidup.

Inilah fenomena “hilangnya kunci rezeki” di mata mereka. Mereka lupa


bahwa Allah  telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab
yang dapat mendatangkan rezeki dengan penjelasan yang amat gamblang.
Dia telah menunjukkan kunci – kunci dari pintu rezeki tersebut. Dia pula
menjanjikan keluasan rezeki yang tidak disangka-sangka kepada siapa saja
yang menempuhnya.

Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan beberapa hal yang
dapat ditempuh agar rezeki halal dari Sang Pemberi dapat diraih, pintu
rezeki dari atas langit terbuka, tentu dengan penuh harap dan keyakinan,
hanya Dialah yang mencurahkan rezeki kepada hamba – hamba yang Ia
kehendaki.



Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rezeki dan
menjadikannya terus bertambah. Allah  berfirman, artinya
: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada
disangka-sangkanya” (QS. At-Thalaq : 2-3).

Imam Ibnu Katsir ‫ رحمه هللا‬berkata tentang firman Allah  di atas, "Yaitu
barang siapa yang bertakwa kepada Allah  dalam segala yang
diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah  akan
memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan
memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan
yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."

Termasuk sebab yang mendatangkan rezeki adalah istighfar dan taubat,


sebagaimana firman Allah  yang mengisahkan tentang Nabi
Nuh Alaihissalam, artinya : “Maka aku katakan kepada mereka :
"Mohonlah ampun (istighfar) kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh : 10-12).

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-


Bashri ‫رحمه هللا‬, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu
ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab,
"Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah
kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab,
"Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya
yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada
Allah."

Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan


berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar
beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku,
sesungguhnya Allah  telah berfirman di dalam surat Nuh (seperti
tersebut diatas).

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu
berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya
saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih
senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang
diharapkan.

Allah  berfirman, artinya : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada


Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. ath-Thalaq :
3).

Nabi  telah bersabda, artinya : "Seandainya kalian mau bertawakkal


kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan
memberikan rezeki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rezeki,
pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan
165
kenyang" .

Hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh Imam Ibnu


Rajab ‫رحمه هللا‬, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada
Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan
menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat,
menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah  serta merealisasikan
keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada
yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.

Dari Abu Hurairah berkata, "Aku mendengar


Rasulullah bersabda,artinya : "Siapa yang senang untuk dilapangkan
rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung
166
silaturrahim." .

Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda, artinya : "Ketahuilah orang yang


ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung
hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim
menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan
167
memperpanjang umur” .

165
HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani
166
HR. Bukhari
167
HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Allah  berfirman, artinya : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan,
maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-
baiknya." (QS. Saba’ : 39).

Ibnu Katsir ‫ رحمه هللا‬berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal
yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah)
akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan
balasan di akhirat kelak."

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah  bersabda,


Allah  berfirman, artinya :"Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku
168
akan berinfak kepadamu." .

Berdasarkan pada hadits Nabi  dari Ibnu Mas’ud dia berkata,


Rasulullah bersabda, artinya : "Ikutilah haji dengan umrah karena
sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa
sebagaimana pandai besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak,
dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi
dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani).

Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah,
dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut
dengan melakukan ibadah haji.

Nabi  telah menjelaskan bahwa Allah  akan memberikan rezeki dan


pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada
orang-orang lemah, beliau  bersabda, artinya : "Tidaklah kalian semua
diberi pertolongan dan diberikan rezeki melainkan karena orang-orang
169
lemah di antara kalian" .

168
HR. Muslim
169
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Dhu’afa” (orang - orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam,
ada fuqara’, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar,
hamba sahaya dan lain sebagainya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah , dari Nabi  bersabda,


"Allah  berfirman, artinya : "Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah
engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan
kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak
melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan
Aku tidak menanggung kefakiranmu."

Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta
tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan
raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu" hanya kepada Allah , merasa
sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa
dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit
dan Bumi.

Allah  berfirman, artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian


di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-
hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).

Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah : Jika kalian itu miskin
maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah
mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan
boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal
‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang
bujang sudah berkecukupan dan kaya?

Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud  berkata, “Carilah kaya (hidup


berkecukupan) dengan menikah”. Lihatlah pemahaman cemerlang dari
seorang Ibnu Mas’ud karena yakin akan janji Allah  .

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin
Malik bahwasanya ia berkata: "Dahulu ada dua orang saudara pada masa
Rasulullah . Salah seorang daripadanya mendatangi Nabi  dan
(saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu
kepada Nabi , maka beliau  bersabda : “Mudah-mudahan engkau diberi
rezeki dengan sebab dia."

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi  menjelaskan kepada orang yang
mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya dalam menuntut ilmu
agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan
(bekerja), bahwa ia tidak semestinya mengungkit-ungkit nafkahnya kepada
saudaranya, dengan anggapan bahwa rezeki itu datang karena dia
bekerja. Padahal ia tidak tahu bahwasanya Allah  membukakan pintu
rezeki untuknya karena sebab nafkah yang ia berikan kepada suadaranya
yang menuntut ilmu agama secara sepenuhnya.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rezeki yang lain, seperti : hijrah, jihad,
bersyukur, serta istiqamah, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih
rinci dalam lembar yang terbatas ini. Semoga Allah  memberikan
taufiq dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

Wallahu a’lam.



Inspirasi Iman Sepanjang Masa



 

Setiap kita pasti menginginkan kiranya Allah  menganugerahkan anak –


anak yang shalih. Anak – anak yang bertakwa, mampu berbakti kepada
rabbnya, rasulnya, agama dan orangtua.

Namun, sudahkah kita berupaya maksimal untuk itu? Sudahkah kita


membentuk keshalihan dalam pribadi sebagai orangtua atau calon
orangtua (bagi yang belum dan akan menjadi orangtua)? Tahukah kita
bahwa harapan dan cita - cita besar itu sangat ditentukan oleh keadaan
dan kualitas kita sebagai orangtua ? Alangkah ironi, ketika kita berharap
anak menjadi shalih dan bertakwa, sedangkan kita sendiri berkubang
dalam maksiat dan dosa.

Dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an dan sunnah nabawiyyah, ternyata


keshalihan dan kebaikan orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan dan kebaikan anak – anak mereka, di dunia bahkan di
akhirat. Demikian pula amal buruk dan dosa-dosa besar yang dilakukan
oleh kedua orang tua memiliki dampak negatif terhadap pendidikan anak.

Mengapa demikian? Pertama, ketika si anak membuka matanya di muka


bumi ini, yang pertama kali ia lihat adalah ayah dan bundanya. Manakala ia
melihat orangtuanya berhias akhlak mulia serta tekun beribadah, niscaya
itulah yang akan terekam dengan kuat di benaknya. Dan insya Allah itupun
juga yang akan ia praktekkan dalam kesehariannya. Pepatah mengatakan:
“buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Betapa banyak ketakwaan
pada diri anak disebabkan ia mengikuti ketakwaan kedua orangtuanya atau
salah seorang dari mereka. Ingat karakter dasar manusia, terutama anak
kecil, yang suka meniru!

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Kedua, karena keberkahan amal-amal shalih tersebut dan pahala yang
Allah limpahkan kepada pelakunya. Demikian pula akibat buruk yang
ditimbulkan oleh perbuatan-perbuatan jelek dan balasan dari Allah serta
hukumanNya yang ditimpakan kepada pelakunya. Bisa jadi bentuk balasan
dan pahala Allah atau hukuman dan azabnya menimpa anak-anak.

Untuk yang pertama dalam bentuk Allah memperbaiki anak-anak itu,


menjaga dan melindungi mereka, melapangkan rizki dan keselamatan
kepada mereka, sedangkan yang kedua atau dalam bentuk penyimpangan
dan pembelotan anak-anak itu dari jalan kebenaran, turunnya bencana,
wabah dan penyakit, atau berbagai macam problematika hidup yang
menimpa mereka.

Dalam sebuah kisah, ketika Nabi Musa dan Khidhir


‘alaihimassalam melewati sebuah negeri, keduanya meminta makanan dan
memohon jamuan sebagaimana layaknya seorang tamu kepada penduduk
negeri tersebut, akan tetapi mereka semua menolaknya, lalu keduanya
menemukan sebuah rumah yang hampir roboh tiangnya, lalu Khidhir
‘alaihissalam menegakkannya kembali, setelah itu Nabi
Musa alaihissalam berkata, “... Jika engkau mau, niscaya engkau
mengambil upah untuk itu..” (QS. al-Kahfi : 77).

Dan jawaban Khidhir kepada Musa adalah, “Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang
yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya" (QS. al-Kahfi: 82).

Dalam menafsirkan firman Allah  “dan kedua orang tuanya adalah orang
shalih”, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Ayat di atas menjadi dalil
bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia
dan akhirat berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka
terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan
berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-
170
Sunnah” .

170
Tafsîr Ibnu Katsir, 5/ 141

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Allah  telah memerintahkan kepada kedua orang tua yang khawatir
terhadap masa depan anak-anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih,
beramar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam amal ketaatan lainnya,
sehingga dengan amalan-amalan itu Allah akan menjaga anak cucunya.
Allah berfirman, artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS.
an-Nisaa : 9).

Syaikh Siddiq Hasan Khan rahimahullah berkata : “Sesungguhnya Allah


mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin, meskipun amalan mereka
di bawahnya, agar orang tuanya tenang dan bahagia, dengan syarat
mereka dalam keadaan beriman dan telah berumur baligh bukan masih
kecil.Meskipun anak-anak yang belum baligh tetap dipertemukan dengan
171
orang tua mereka” .

Dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas , berkata : “Allah Azza wa Jalla
mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya,
meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang
tuanya tenang dan bahagia.

Allah  berfirman, artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan yang


anak keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, akan
Kami pertemukan anak keturunan mereka itu dengan mereka dan Kami
tidak mengurangi pahala amalan mereka sedikit pun. Setiap orang terikat
dengan apa yang diusahakannya” (QS. Ath-Thur: 21).

Dalam firman-Nya ini Allah  mengabarkan tentang keutamaan-Nya,


kedermawananNya, anugerahNya, kelembutanNya terhadap makhluk-
makhlukNya serta kebaikanNya, bahwa orang-orang yang beriman apabila
anak keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan, maka Allah 
akan mempertemukan anak keturunan itu dengan ayah mereka yang
shalih, walaupun amalan anak keturunan itu tidak bisa menyamai amalan
ayah mereka, untuk menyenangkan hati ayah mereka dengan adanya anak
keturunan itu di sisinya. Maka Allah  menghimpun mereka dalam bentuk
yang paling baik, dengan mengangkat derajat orang yang kurang sempurna

171
Lihat Tafsîr Fathul-Bayan, Siddiq Hasan Khan, 6/434

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


amalannya di sisi orang yang sempurna amalannya, tanpa mengurangi
172
pahala amalan dan derajat orang yang sempurna amalannya tersebut .

Ibnu Syahin meriwayatkan, bahwasanya Haritsah bin Nu`man  datang


kepada Nabi  namun ia sedang berbicara dengan seseorang hingga ia
duduk tidak mengucapkan salam, maka Jibril Alaihissallam berkata :
“Ketahuilah bila orang ini mengucapkan salam, maka aku akan
menjawabnya?” Nabi  berkata kepada Jibril: “Kamu kenal dengan orang
ini?” Jibril Alaihissallam menjawab: “Ya, ia termasuk delapan puluh orang
yang sabar pada waktu perang Hunain yang telah dijamin rizki oleh Allah
173
bersama anak-anak mereka nanti di surga” .

Diriwayatkan dari sebagian salaf bahwa dia berkata kepada anaknya,


“Wahai anakku, sungguh aku akan menambah shalat (sunnah) yang aku
lakukan untuk kebaikanmu.” Sebagian ulama berkata, “Maknanya adalah
aku akan memperbanyak melakukan shalat dan memperbanyak berdo’a
untukmu di dalam shalat tersebut.”

Oleh karena itu wahai para orangtua (dan juga calon orangtua),
bertaqwalah kepada Allah .

Bersihkanlah makanan, minuman, dan pakaian kalian wahai para orang


tua, Anda mengangkat kedua tangan kepada Allah, berdoa kepadaNya
dengan tangan dan jiwa yang bersih lagi suci, sehingga Allah mengabulkan
permohonan kalian demi anak-anak kalian, “... Sesungguhnya Allah hanya
menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Maidah : 27).

Wahai para ayah! Layakkah Anda mengangkat kedua tangan kepada


Allah ,sedangkan kedua tangan itu berlumuran darah orang-orang yang
tidak bersalah, kotor karena memukul, melakukan kezhaliman dan menipu
manusia? Pantaskah bagi Anda berdo’a kepada Allah  demi kebaikan
anak-anak dengan mengangkat kedua tangan seperti itu?!

Pantaskah Anda memohon kepada Rabb Anda dengan mulut-mulut yang


kotor dengan memakan harta-harta yang haram, kebohongan, namimah,
ghibah, merusak kehormatan orang lain, dan mencaci maki bahkan penuh
dengan kesyirikan atau menuduh seorang wanita yang terjaga lagi tidak
tahu-menahu dengan perbuatan keji?

172
Tafsir Ibnu Katsir, 7/332
173
HR. Thabrani dalam al-Kaba`ir 3/227/(3225), dan lainnya

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Apakah Anda meyakini bahwa doa yang Anda panjatkan akan terkabul
sedangkan makanan Anda haram, pakaian Anda haram dan Anda pun
tumbuh dari sesuatu yang haram?! Merupakan kewajiban atas kalian para
orang tua untuk menumbuhkan ketakwaan kepada Allah dan banyak
melakukan kebaikan sehingga Allah  menerima segala permohonan
yang kalian panjatkan untuk anak-anak kalian.

Rasulullah  bersabda, artinya : “Seseorang melakukan perjalanan,


rambutnya acak-acakan, badannya penuh dengan debu, dia mengangkat
kedua tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Ya Rabb! Ya Rabb!’ Sedangkan
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia
tumbuh dengan barang yang haram, maka bagaimana mungkin
174
permohonannya dikabulkan” .

Ketahuilah, jika kedua orang tua membaca al-Qur-an, khususnya surat al-
Baqarah dan al-Mu’awwidzatain an-Naas dan al-Falaq dan yang
semisalnya, maka para Malaikat akan turun kepadanya untuk
mendengarkan al-Qur-an, sedangkan setan akan lari, dan tidak diragukan
bahwa turunnya para Malaikat disertai dengan turunnya ketenangan dan
rahmat, semua ini tentu saja memiliki pengaruh yang sangat nyata
terhadap kebaikan dan keselamatan anak-anak.
Sebaliknya jika para orang tua meninggalkan al-Qur-an dan lalai dengan
tidak berdzikir kepada Allah, maka syaitan akan turun dan menyerang
rumah-rumah yang kosong dari dzikir kepada Allah.

Setan akan menyerang rumah-rumah yang penuh dengan suara musik yang
berisik, alat-alat musik yang tidak berguna dan gambar-gambar yang
diharamkan. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Kondisi tersebut akan mendorong mereka
untuk melakukan kemaksiatan dan mengajak mereka untuk berbuat
kerusakan. Maka jangan remehkan dampak keshalihan diri terhadap
keshalihan anak.

Akhirnya, kita memohon kiranya Allah  senantiasa memberikan


taufiqNya kepada kita sekalian sehingga mampu mewujudkan keshalihan
dan ketaqwaan, demi cita – cita anugerah anak yang shalih.

174
HR. Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Semoga Allah kelak mengumpulkan kita di surgaNya bersama para nabi,
para syuhada, orang – orang shalih dan keluarga yang kita sayangi.
Sebagaimana doa para malaikat yang memikul ‘Arsy dan para malaikat
yang di sekeliling ‘Arsy bagi orang-orang yang beriman, “Ya Tuhan kami,
dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan
kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak
mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka
semua.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana “ (QS. Al-Mu’min/Ghafir : 8).

Wallahu a’lam.

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


 

Anugerah lisan yang fasih terkadang membuat pemiliknya terbuai. Lisan


terus menari hingga kehilangan arah. Bencana lisan pun senantiasa
mengancam, utamanya bagi setiap kita yang tidak mampu menjaganya
agar tetap di atas rambu- rambu syariat.

Terkadang kita merasa begitu nyaman mengayunkannya. Hingga tak terasa


membawa pemiliknya ke muara kebinasaan. Padahal, menjaganya adalah
keniscayaan untuk meraih jaminan Rasulullah akan surgaNya.

Membuka aib dan kekurangan orang lain adalah salah satu produk dari
permainan lisan yang tidak terarah. Seharusnya, setiap kita yang takut akan
adzabNya dan meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Melihat
dan Mendengar seluruh tindak-tanduk kita, mampu menjaga manajemen
lisan, saat diam dan bicara.

Edisi kali ini akan membahas bagaimana manajemen lisan terhadap aib dan
kekurangan orang lain dalam tinjauan syariat Islam. Selamat membaca.

Sungguh, perilaku mengungkap aib dan kekurangan orang lain, lahir dari
prasangka – prasangka yang tidak berdasar. Padahal Allah Subhanahu Wa
Ta'ala telah melarang untuk banyak berprasangka, sebagaimana
firmanNya,

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


‫ض الظه ِّ إِ ٌْ َوال ََتَ ه ُ وا‬ ِ ِ ِ ‫يا أَيُّل ا اله ِذي منُوا‬
َ ْ َ ‫اجتَنبُوا َك ًريا م َ الظه ِّ إِ هن‬ ْ َ َ َ َ
ِِ ِ
ُ‫َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل َُلْ َم أَخيو َمْيتًا فَ َك ِرْىتُ ُ وه‬
َ ‫ضا أَ ُ ُّل أ‬
ً ْ َ ‫ض ُك ْم‬
ُ ْ َ ْ َ‫َوال يَ ْغت‬
ِ ‫اَّلل تَ هو‬
‫يم‬
ٌ ‫اب َرح‬ٌ َ‫اَّللَ إِ هن ه‬‫َواته ُقوا ه‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus) dan janganlah sebahagian
kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” *QS. Al-
Hujuraat : 12].

Larangan yang ada dalam ayat di atas juga dikatakan oleh Nabi ,
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah  , dari Nabi  , beliau bersabda,
“Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk), karena prasangka
(buruk) itu adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling
mencari-cari kejelekan (tahassus), saling memata-matai (tajassus), saling
hasad, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian, wahai
175
hamba-hamba Allah, orang-orang yang bersaudara” .

Mencari-cari aib seorang muslim tanpa alasan yang syar’iy adalah ciri-ciri
orang munafik. Dari Ibnu ‘Umar  , ia berkata, Rasulullah  naik di atas
mimbar lalu menyeru dengan suara yang kencang dan bersabda, “Wahai
sekalian orang yang telah berislam dengan lisannya namun belum masuk
keimanan dalam hatinya. Janganlah kalian mengganggu kaum muslimin,
jangan mencelanya, dan jangan mencari-cari aib mereka. Karena
sesungguhnya barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama
muslim, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang
Allah cari-cari aibnya, niscaya akan disingkap aibnya itu meskipun di
rumahnya sendiri”. Naafi’ berkata : Pada suatu hari Ibnu ‘Umar
memandang Ka’bah, lalu berkata : “Alangkah agung engkau dan alangkah

175
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


agung kehormatanmu (wahai Ka’bah). Namun, kehormatan seorang
176
muslim lebih agung di sisi Allah daripada engkau” .

Perkataan beliau ,“siapa saja yang telah beriman dengan lisannya namun
belum masuk iman itu ke dalam hatinya” menunjukkan siapa saja yang
mengghibah dan mencari-cari aib saudaranya yang muslim, maka imannya
itu kurang, terjangkit sebagian virus nifak dan iman belum masuk ke dalam
hatinya sebagaimana orang-orang munafik.

Selain itu, salah satu ciri-ciri orang munafik adalah melampaui batas ketika
berselisih, sebagaimana riwayat :

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi  bersada, “Ada
empat hal yang bila ada pada diri seseorang maka dia adalah seorang
munafiq - atau - barangsiapa yang memiliki empat tabiat tersebut, maka ia
mempunyai tabiat munafik, hingga ia meninggalkannya. Yaitu : jika
berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan
177
mengkhianati, dan jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir” .

Makna sabda beliau , “Jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir’
; yaitu bila ia berselisih dengan orang lain, maka ia akan melakukan segala
jalan yang tidak disyari’atkan, termasuk melakukan tipu daya dan berbagai
perkataan bathil lainnya kepada/tentang lawannya.

Ini dalam perselisihan, lantas bagaimana jika mencari-cari aib itu menjadi
kebiasaan kita dalam setiap pembicaraan ? Tidakkah kita takut Allah
Subhanahu Wa Ta'ala akan menyingkap aib-aib kita di mata dan telinga
manusia? Bahkan di hari kiamat kelak ? Wallahul Musta’an.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

ِ ‫احشةُ ِِف اله ِذي منوا ََلم ع َذ‬ ِ ِ ِ


‫يم ِِف‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ َُ َ َ ِ ‫يع الْ َف‬ ِ
َ ‫إ هن الهذي َ ُ بُّلو َن أَ ْن تَش‬
ِ
ِ‫ااخرة‬ ‫ُّل‬
َ ‫الد ْيَا َو‬
176
HR. Tirmidzi; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy, 2/391,
Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1420 H
177
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat
keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhir” [QS. An-Nuur : 19].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Bagi siapa saja yang mendengar sesuatu
dari perkataan yang buruk, lalu dengan pikirannya tergambar sesuatu yang
akan diucapkannya; maka janganlah ia bergegas memperbanyak dan
178
menyiarkannya” .

Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah


menyebarkan perbuatan keji seorang mukmin yang berusaha menutupi aib
yang ada pada dirinya tersebut, atau menuduh seorang mukmin dengan
179
satu kekejian yang ia berlepas diri darinya (tidak melakukannya)” .

Diriwayatkan dari ‘Aliy bin Abi Thalib radhiallahu anhu, ia berkata : “Orang
yang mengatakan kekejian dan orang yang menyebarkannya; dalam dosa
180
adalah sama” .

Nabi  bersabda, “Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-


orang terang-terangan melakukan dosa. Dan sesungguhnya diantara
terang-terangan (melakukan dosa) adalah seorang hamba yang
melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya
kemudian di waktu pagi dia berkata : 'Wahai Fulan, semalam aku telah
melakukan ini dan itu’, padahal pada malam harinya (dosanya) telah
ditutupi oleh Rabb-nya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah
ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah
181
ditutupi oleh Allah” .

Bahkan, perintah menutupi kesalahan ini bukan hanya untuk menutupi


kesalahan orang lain, tapi juga menutupi kesalahan diri sendiri.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud , ia berkata : Seorang laki-laki


datang menemui Nabi  dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku telah menggauli seorang wanita di pelosok Madinah dan aku telah
melakukan segala sesuatu kecuali jima’. Maka, aku datang menyerahkan

178
Tafsir Ibni Katsir, 6/29
179
Jaami’ul-‘Ulum wal-Hikam, hadits no. 36; tahqiq : Dr. Maahir Yasin Al-Fakhl
180
HR. Bukhari dalamAl-Adabul-Mufrad no. 234
181
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


diriku untuk dihukum sesukamu”. Ketika mendengar hal itu, ‘Umar berkata
: “Sungguh Allah telah menutupinya seandainya engkau menutupi
kesalahanmu itu”. (Ibnu Mas’ud berkata) Nabi  tidak menjawab
182
sedikitpun .

Rasulullah  tidak mengingkari apa yang dikatakan ‘Umar bin Al-


Khaththaab  agar orang tersebut menutupi kesalahannya sehingga tidak
meneruskan perkaranya.

JANJI YANG PASTI

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan janji akan menutupi aib-aib


kita kelak di hari kiamat jika kita menutupi aib-aib saudara kita di dunia.

Rasulullah  bersabda,
‫يامة‬ ِ ِ
َ ‫َم ْ َستَ َر ُم ْ ل ً ا َستَ َرهُ هللاُ يَ ْوَم الْق‬
“Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah
183
akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” .

Di sisi lain, Allah  juga akan menyiapkan adzab yang pedih bagi mereka
yang senang mengumbar aib saudaranya.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik  dia
berkata: Rasulullah  bersabda: “Ketika aku diangkat (mi’raj) ke langit,
aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku
itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu
bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka itu
adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan terjun
184
membicarakan kehormatan mereka.” . Wallahul Musta’an.

Rasulullah  telah mengatakan bahwa mencari-cari aib orang lain itu sama
dengan usaha untuk merusaknya/membinasakannya.

182
HR. Muslim
183
HR. Muslim dan yang lainnya
184
HR. Abu Daud ; dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5213

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


Dari Mu’awiyyah radhiallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Sungguh jika kalian
berusaha mencari-cari kesalahan manusia, maka sesungguhnya kalian
telah merusak/membinasakan mereka atau hampir-hampir saja kalian
185
merusak/membinasakan mereka” .

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda :“Sesungguhnya seorang


amir jika ia mencari-cari hal-hal yang mencurigakan (kekeliruan)
186
rakyatnya, maka ia telah merusak mereka” .

Sungguh, para shahabat dan salaf al-shalih adalah orang yang sangat
sayang kepada manusia sehingga berupaya menutupi segala aib dan
kesalahan; padahal diketahui mereka adalah pribadi-pribadi yang sangat
tegas dalam membasmi kemunkaran.

Diriwayatkan bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Utbah berkata : Aku mendengar


‘Umar bin Al-Khaththaab  berkata : “Dahulu orang-orang melakukan
dosa, akan disingkap kesalahannya itu dengan perantaraan wahyu. Akan
tetapi saat ini, wahyu telah terputus. Maka, kami hanya menghukum kalian
terhadap apa-apa yang nampak dari amal-amal kalian. Barangsiapa yang
menampakkan kebaikan, kami akan mempercayainya, dan kami tidak akan
mengusik segala yang tersembunyi darinya. Allah lah yang akan menghisab
apa-apa yang tersembunyi darinya. Namun barangsiapa yang
menampakkan kejahatan, maka kami tidak akan mempercayainya
meskipun ia berkata : ‘Sesungguhnya apa yang ia inginkan dalam hatinya
187
adalah kebaikan” .

Terakhir, sepatutnya seorang mukmin, hendaknya berkata tentang sesuatu


yang mengandung kemanfaatan. Seandainya itu tidak sanggup, hendaklah
ia diam.

Rasulullah  bersabda,

185
HR. Abu Daawud; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud,
3/199
186
HR. Abu Daawud : Shahih Sunan Abi Daawud, 3/199
187
HR. Bukhari

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


ِ ِ ِ ِ‫م َكا َن ي ْؤِم ِ ه‬
ْ ُ ْ َ‫اَّلل َوالْيَ ْوم ْااخ ِر فَ ْليَ ُق ْل َخْي ًرا أ َْو لي‬
‫ت‬ ُ ُ َْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
188
bicara yang baik (bermanfaat) atau diam”.

Luqman Al Hakim berkata, “Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang
melakukannya” .

Wallahu a’lam.

188
HR. Bukhari dan Muslim

Inspirasi Iman Sepanjang Masa


‫‪Beberapa contoh kalimat-kalimat pembuka dalam sebuah kultum,‬‬
‫‪ceramah atau khutbah :‬‬

‫‪Contoh pertama :‬‬


‫اُلَ ْ َدِ هللِ َُْن َ ُدهُ َوَ ْ تَ ِْي نُوُ َوَ ْ تَ ْغ ِفُرهُ َوَ ُ ْوذُ ِاهللِ ِم ْ ُشُرْوِر أَْ ُف ِ نَا‬ ‫إِ ّن ْ‬
‫ِ‬ ‫ضل لَو وم ي ْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ي لَوُ‬ ‫ضل ْل فَ َ َىاد َ‬ ‫َو َسيَّات أ َْع َ النَا َم ْ يَ ْ ده هللاُ فَ َ ُم ّ ُ َ َ ْ ُ‬
‫أَ ْش َ ُد أَ ْن الَ إِلوَ إِالّ هللاُ َوأَ ْش َ ُد أَ ّن َُمَ ّ ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُوُ‬
‫يَاأَيّ َ ا الّ َذيْ َ َمنُ ْوا اتّ ُقوا هللاَ َح ّ تُ َقاتِِو َوالَ َُْوتُ ّ إِالّ َوأَْتُ ْم ُم ْ لِ ُ ْو َن‬
‫اح َدةٍ َو َخلَ َ ِمْن َ ا‬ ‫سوِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اس اتّ ُق ْوا َرّ ُك ُم الّذي َخلَ َق ُك ْم م ْ َ ْف ٍ َ‬ ‫يَاأَيّ َ ا النَ ُ‬
‫ث ِمْن ُ َ ا ِر َجاالً َكِْي ًرا َوِ َ اءً َواتّ ُقوا هللاَ الَ ِذي تَ َ اءَلُْو َن ِِو‬ ‫َزْو َج َ ا َوَ ّ‬
‫َواْا َْر َحامَ إِ ّن هللاَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِْيبًا‬
‫يَاأَيّ َ ا الّ ِذيْ َ َمنُ ْوا اتّ ُقوا هللاَ َوقُ ْولُْوا قَ ْوالً َس ِديْ ًدا يُ ْ لِ ْ لَ ُك ْم أ َْع َ الَ ُك ْم‬
‫َويَ ْغ ِفْرلَ ُك ْم ذُ ُ ْوَ ُك ْم َوَم ْ يُ ِ ِع هللاَ َوَر ُس ْولَوُ فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوًزا َع ِظْي ً ا‪،‬‬
‫أ َّما َ ْ ُد‬

‫‪Inspirasi Iman Sepanjang Masa‬‬


‫صلّ هللا َعلَْي ِو‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫فَِأ ّن أَص َد َق ْ ِ ِ ِ‬
‫ى َُمَ ّ د َ‬ ‫اب هللا‪َ ،‬و َخْي َر ا َْلَْدى َى ْد ُ‬ ‫اُلَديْث كتَ ُ‬ ‫ْ‬
‫َو َسلّ َم‪َ ،‬و َشّر اْا ُُم ْوِر َُْم َد َاتُ َ ا‪َ ،‬وُك ّل َُْم َد ٍَة ِ ْد َعةٌ َوُك ّل ِ ْد َع ٍة َ َلَةً‪َ ،‬وُك ّل‬
‫َ َلَِة ِِف النّا ِر‪.‬‬
‫‪Contoh kedua :‬‬
‫الدي ِ ُكلِّ ِو َولَ ْو َك ِرَه‬
‫اُل ِ لِيظْ ِ ره علَ ِّ‬ ‫ِ‬ ‫ْ ِِ ِ‬
‫اُلَ ْ ُد َّّلل الهذ ْي أ َْر َس َل َر ُسولَوُ ِا َْلَُدى َودي ِ َْ ّ ُ َُ َ‬
‫يك لَوُ َوأَ ْش َ ُد أَ هن َُمَ ه ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُسولُوُ‬ ‫الْ ُ ْش ِرُكو َن أَ ْش َ ُد أَ ْن َال إِلَوَ إِهال ه‬
‫اَّللُ َو ْح َدهُ َال َش ِر َ‬
‫اَلله هم ص ِل وسلِّم علَ َبِيِنَا َُم ه ٍد وعلَ لِِو و ِ ِ‬
‫ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ‬
‫ْي أَهما َ ْ ُد‬ ‫ََ‬ ‫ُ َ ّ َ َ ْ َ ّ َ ََ‬
‫‪Contoh ketiga :‬‬
‫اُل د هلل عل إح ا و و الشكر لو عل توفيقو و امتنا و أش د أن ال إلو إال هللا‬
‫وحده ال شريك لو ت ظي ا لشأ و و أش د أن َم دا عبده ورسولو الداعي إَل‬
‫ر وا و‪ .‬الل م ف ل و سلم عل ىذا النيب الكرمي و عل لو و أصحا و و م تب م‬
‫إح ان إَل يوم الدي ‪.‬أما د‬

‫‪Contoh keempat :‬‬


‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ ِ‬
‫ْي َوال ه َةُ َوال ه َ ُم َعلَ أَ ْشَرف اْاَْبِيَاء َوالْ ُ ْر َسل ْ َ‬
‫ْي‬ ‫ب الْ َالَ ْ َ‬‫اُلَ ْ ُدِ هلل َر ِّ‬
‫وعلَ اَلِِو و ِ ِ‬
‫ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ‬
‫ْي أَهما َ ْ ُد‬ ‫ََ‬ ‫ََ‬
‫‪Contoh kelima :‬‬
‫ان َواْ ِا ْس َِم‪َ .‬وُ َلِّ ْي َوُ َ لِّ ُم َعلَ َخ ِْري‬ ‫ِنِ ِة اْ ِاَْيَ ِ‬
‫َْ‬ ‫اُلَ ْ ُدِ هللِ اله ِذ ْي أَْ َ َ نَا‬
‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫اْاََ ِام َسيِّ ِد َا َُمَ ه ٍد َو َعلَ‬
‫ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ‬
‫ْي أَهما َ ْ ُد‬ ‫اَلو َو َ‬

‫‪Inspirasi Iman Sepanjang Masa‬‬


‫‪Beberapa contoh kalimat-kalimat penutup dalam sebuah kultum, ceramah‬‬
‫‪atau khutbah :‬‬

‫‪Contoh pertama :‬‬


‫سبحا َك الله هم وِ ِد َك أَ ْش د أَ ْن الَ إِلو إِاله أَْت أ ِ‬
‫ب إِلَْي َ‬
‫ك‬ ‫َستَ ْغفُرَك َوأَتُ ْو ُ‬
‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َُ‬ ‫ُْ َ َ ُ َ َ ْ‬
‫‪Contoh kedua :‬‬
‫استَ ْغ ِفُروا هللاَ اِهوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر الهرِحْي ُم‬
‫ول قَ ْو ِ َى َذا َو ْ‬
‫أَقُ ُ‬

‫‪Contoh ketiga :‬‬


‫ارك هللا ولكم ِف القر ن ال ظيم و ال نة و ف ِن و إياكم ِبا فيو م اايات و‬
‫الذكر و اُلك ة و تقبل مِن و منكم ت وتو إ و ىو ال يع ال ليم و استغفروه إ و ىو‬
‫الغفور الرحيم‬

‫لَع ٱ ۡب ُسم ۡب َٰح ِّ َٰح ‪َٰ ١٨١‬حو ۡب َٰح‬


‫َٰح َٰح َٰح ٌ َٰح َٰح‬
‫‪Contoh keempat :‬‬
‫َّز‬ ‫ُس َٰح‬ ‫َٰح‬ ‫ۡب‬ ‫َٰح َٰح َٰح‬ ‫ُس ۡب َٰح َٰح‬
‫ٱ ۡبم ُس ِّّلِلِّ‬ ‫ب ٱ ِّ َّز ِّ ع َّزما يَٰح ِّصفون ‪ ١٨٠‬و لم‬‫ربِّك ر ِّ‬
‫َٰحم َٰح‬ ‫َٰح ۡب َٰح‬
‫ِّ‬ ‫ب ٱ‬ ‫ر ِّ‬
‫)‪(QS. As-Saffat : 180-182‬‬

‫‪Inspirasi Iman Sepanjang Masa‬‬

Anda mungkin juga menyukai