Anda di halaman 1dari 17

JURNAL DAN STUDI KASUS

RUANG SERUNI RSUD. A. WAHAB SJARANIE SAMARINDA

Stase : Keperawatan Medikal Bedah


Pembimbing Klinik : Ns. Chrisyen Damanik S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh Kelompok 2:


Aji M Rifky Pratama S.Kep
Amir Ma’ruf S.Kep
Anastacia Yuliana Tali S.Kep
Argiriani S.Kep
Hamsiah S.Kep
Hardi Firmansyah S.Kep
Hayatunissa Nadiya Putri S.Kep
Mawaddatun Nisa S.Kep
Melliyana S.Kep
Ruyun Wardaniyati S.Kep
Salmiati S.Kep
Santi Wijaya S.Kep
Daniel Cahyono Siahaan S.Kep

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS
2019
BAB I
ANALISA JURNAL

Judul : PENGARUH AROMA TERAPI DAUN MINT DENGAN INHALASI


SEDERHANA TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA
PASIEN TUBERCULOSIS PARU

Tahun : 2015

Nama Author : Edy Siswantoro

Penerbit : Jurnal Keperawatan dan Kebidanan-Stikes Dian Husada Mojokerto

Tempat : Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto

Abstrak : Aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana dapat dijadikan sebagai
terapi nonfarmakologi untuk mengurangi gejala klinis dari tuberkulosis yaitu
sesak nafas di Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Desain penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel yang diambil sebanyak 16
responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dengan teknik sample random sampling. Instrumen yang
digunakan lembar observasi sesak nafas. Desain penelitian ini menggunakan
Pre Eksperimental dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design.
Sampel yang diambil sebanyak 16 responden dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan teknik simple
random sampling. Instrumen yang digunakan lembar observasi sesak nafas
(American Thoracic Society).

Kata Kunci : Aroma terapi daun mint, Inhalasi sederhana, Sesak nafas,
Tuberculosis Paru
No Komponen Isi Kritisi Sebaiknya PJ
1 Latar Tuberkulosis (TBC), Pada latar Dalam penulisan
Belakang penyakit paru-paru belakang abstrak sistematika
yang diakibatkan sudah terdapat penulisan abstrak
serangan bakteri introduction, latar belakang
Mycobacterium outcome hasil harus tidak
tuberculosis. Difusi penelitian, ada mencantumkan
oksigen akan metode penelitian, komponen, yaitu:
terganggu karena dan terdapat 1. Rekomendasi
adanya bintil-bintil pembahasan
atau peradangan mengenai saran.
pada dinding
alveolus. Jika bagian
paru-paru yang
diserang meluas, sel-
selnya mati dan
paru-paru mengecil.
Akibatnya napas
penderita terengah-
engah. Sesak nafas
gejala ini ditemukan
bila kerusakan
parenkim paru sudah
luas atau karena ada
hal-hal yang
menyertai seperti
efusi pleura dan
pneumothoraks.
Sesak nafas pada
penyakit TB paru
yang ringan (baru
kambuh) belum
dirasakan adanya
sesak nafas. Sesak
nafas akan
ditemukan pada
penyakit TB paru
yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya
sudah meliputi
setengah bagian
(Yessie & Andra,
2013).
2 Tujuan Penelitian ini Responden dalam Tujuan untuk
bertujuan untuk penelitian ini mengetahui
mengetahui adalah Semua pengaruh aroma
pengaruh aroma penderita terapi daun mint
terapi daun mint tuberculosis paru dengan inhalasi
dengan inhalasi yang mempunyai sederhana terhadap
sederhana terhadap gejala klinis sesak penurunan sesak
penurunan sesak nafas yang ada di nafas pada pasien
nafas pada pasien Puskesmas Sooko, tuberculosis paru
tuberculosis paru di Kecamatan di Puskesmas
Puskesmas Sooko- Sooko, Kabupaten Sooko-Mojokerto.
Mojokerto. Desain Mojokerto.
penelitian ini Jumlah populasi
menggunakan Pre dalam penelitian
Eksperimental ini sebanyak 17
dengan pendekatan orang. Setelah
Pretest-Posttest disesuaikan
Control Group dengan kriteria
Design penelitian,
didapatkan
populasi
terjangkau
berjumlah 16
orang. Sampel
penelitian adalah
16 orang yang
akan diteliti atau
jumlah
karakteristik yang
dimiliki oleh
populasi.
Kemudian dari 16
orang dibagi
menjadi 2 yaitu 8
responden sebagai
kelompok
perlakuan dan 8
responden sebagai
kelompok kontrol.
Tehnik
pengambilan
sampel penelitian
ini dilakukan
secara Simple
random sampling.
3 Manfaat Aroma terapi daun Dalam penelitian musik klasik
mint juga merupakan ini dari manfaat bermanfaat untuk
salah satu tindakan penelitian sudah membuat
mandiri perawat baik. seseorang
dalam manajemen menjadi rileks,
pernapasan pasien menimbulkan
yang sesak, berbagai rasa aman dan
penelitian sejahtera,
menunjukkan bahwa melepaskan rasa
aroma terapi yang gembira dan
efektif dalam sedih,
manajemen menurunkan
pernapasan yang tingkat
sesak pada pasien kecemasan
adalah daun mint. pasien pra
Hal ini dikarenakan operasi dan
Daun mint melepaskan rasa
mengandung sakit dan
menthol sehingga menurunkan
sering digunakan tingkat stress.
juga sebagai bahan
baku obat flu (Jefry,
2014). Aroma
menthol yang
terdapat pada daun
mint memiliki anti
inflamasi, sehingga
nantinya akan
membuka saluran
pernafasan. Selain
itu, daun mint juga
akan membantu
mengobati infeksi
akibat serangan
bakteri. Karena daun
mint memiliki sifat
anti bakteri. Daun
mint akan
melonggarkan
bronkus sehingga
akan melancarkan
pernafasan. Untuk
melegakan
pernafasan bisa
untuk menghirup
daun mint secara
langsung. Sedangkan
inhalasi sederhana
adalah menghirup
uap hangat dari air
mendidih telah
dicampur dengan
aroma terapi sebagai
penghangat.
4 Metode Penelitian ini Responden yang Penelitian
menggunakan digunakan dalam eksperimen
penelitian kuantitatif pengumpulan merupakan
dengan jenis data variabel bagian dari
penelitian pre dependen penelitian
eksperimen with pre- penurunan sesak kuantitatif dan
test dan post-test one nafas adalah kualitatif
group desaign, yang lembar meneliti
mana observasi observasi, alat pengaruh
dilakukan sebanyak ukur yang perlakuan
dua kali yaitu digunakan terhadap perilaku
sebelum dan sesudah adalah Skala yang timbul
intervensi. sesak nafas nafas sebagai akibat
American perlakuan.
Thoracic Society
(ATS).
Sedangkan
instrument
variabel
independen
menggunakan
SAK (satuan
acara kegiatan).
Dalam penelitian
ini akan
dianalisis
dengan
menggunakan
uji Wilcoxon
dalam melihat
pengaruh
sebelum dan
sesudah
perlakuan, untuk
menganalisis
pebedaan antara
kelompok
perlakuan dan
kontrol
menggunakan
uji Mann
Whitney U
sehingga akan
diketahui
pengaruh aroma
terapi daun mint
dengan inhalasi
sederhana pada
kelompok
perlakuan dan
kontrol terhadap
penurunan sesak
nafas pada
pasien
tuberculosis
paru.
BAB III
IMPLEMENTASI TINDAKAN

A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


1. Pengertian
Aroma terapi daun mint adalah suatu penyembuhan yang berasal dari alam dengan
menggunakan daun mint sebagai tambahan baku. Daun mint mengandung menthol
sehingga sering digunakan juga sebagai bahan baku obat flu (Jefry, 2014). Aroma
menthol yang terdapat pada daun mint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya
akan membuka saluran pernafasan. Selain itu, daun mint juga akan membantu
mengobati infeksi akibat serangan bakteri. Karena daun mint memiliki sifat anti
bakteri. Daun mint akan melonggarkan bronkus sehingga akan melancarkan
pernafasan. Untuk melegakan pernafasan bisa untuk menghirup daun mint secara
langsung. Sedangkan inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air
mendidih telah dicampur dengan aroma terapi sebagai penghangat, misalnya daun
mint. Terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan
sputum, menurunkan hipereaktivitas bronkus serta mengatasi infeksi. Penggunaan
terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruksi
kronis, tuberculosis (Rasmin dkk, 2012). Dalam penelitian ini teknik pemberian
aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana yang dilakukan selama 3x sehari
dalam waktu 15 menit saat sesak nafas ternyata juga sangat efektif untuk mengurangi
sesak nafas. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh lain
yang bisa mengurangi sesak nafas, misalnya pemberian oksigen masker dan inhalasi.
Dengan begitu aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana dapat menjadi
pengobatan alternative pada pasien tuberculosis paru yang mempunyai gejala klinis
sesak nafas. Upaya untuk mengurangi gejala klinis sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru selain menggunakan obat-obatan farmakologis dapat pula
menggunakan non farmakologis. Daun mint mempunyai kandungan minyak essensial
menthol yang dapat melonggarkan pernafasan. Penelitian menunjukkan bahwa
setelah diberikan aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana pada kelompok
eksperimen responden terlihat pernafasannya tidak tersengal-sengal, karena aroma
menthol yang terdapat pada daun mint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya
akan membuka saluran pernafasan. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan berupa pemberian aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana.
Sehingga pada kelompok eksperimen mengalami penurunan nilai skala sesak nafas
sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan nilai skala sesak
nafas.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MELAKSANAKAN


TERAPI
MUSIK KELASIK
STANDAR No dokumen No. referensi Halaman ½
PROSEDUR Tanggal terbit
OPRASIONAL 20 maret 2019
Aroma terapi daun mint suatu metode penyembuhan yang berasal dari
alam dengan mneggunakan daun mint sebagai tambahan baku. Daun
PENGERTIAN
mint mengandung menthol sehingga sering digunakan sebagai bahan
baku obat flu (Jefrt, 2014).
Terapi inhalasi ini bertujuan untuk mengatasi bronkospasme,
mengencerkan sputum, menurunkan hiperaktivitas bronkus serta
TUJUAN
mengatasi infeksi.

1. Pada pasien yang mengalami gangguan system pernapasan


KEBIJAKAN
2. Pada pasien yang mengalami kesulitn dalam bernafas

1. Persiapan alat
a. kom kecil
b. Air hangat
KEBIJAKAN c. Daun mint
2. Cara kerja
a. Cuci tangan (sesuai spo)
b. Identifikasi pasien (sesuai spo)
c. Jelaskan pada keluarga pasien tindakan yang akan
dilakukan
d. Siapkan alat-alats secara lengkap. Bawa alat-alat ke
samping tempat tidur pasien
e. Tutup pintu atau pasang sketsel/korden pada samping
tempat tidur pasien
f. Ataur posisi pasien seyaman mungkin
g. Masukan air hangat kedalam kom
h. Campurkan daun mint dnegan air hangat tersebut
i. Dekatkan air hangat yang telah dicampur dnegan daun
mint kepada pasien agar uap dari air hangat yang telah
dicampur dengan daun mint tersebut dapat dihirup oleh
pasien
j. Lakukan kegiatan tersebut selama 3 kali sehari dalam
waktu 15 menit
k. Rapikan pasien dan beresakn alat-alat
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan pemberian aroma terapi daun
mint dalam dokumentasi keperawatan (SOAP)

Observasi RR pasien setelah dilakukan pemberian aroma terapi daun


EVALUASI
mint
BAB IV
HASIL INTERVENSI

A. Sumber data, perlakuan dan sampel


Sumber data yang dipakai dalam intervensi ini ialah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan keluarga pasien. Untuk melihat adanya perubahan
atau tidak terhadap pola pernapasan yang ingin dilakukan tindakan pemberian aroma
terapi daun mint dan untuk perlakuan atau intervensi dilakukan di ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie dengan tujuan untuk mengurangi sesak pada pasien yang
dilakukan 3 kali dalam 24 jam pada 1 orang pasien.
1. Before
Sebagaimana terlihat pada data bahwa sebelum dilakukan pemberian aroma terapi
daun mint pola pernapasan pasien 26x/menit. Hal ini dikarenakan pasien mengalami
sesak.
2. After

3. Data subjektif dan objektif


Before After
1. Pasien Tn.S 1. Pasien Tn.s
a. Sebelum dilakukan pemberian a. Sesudah dilakukan pemberian
aroma terapi daun mint pemberian aroma terapi daun
(tanggal) mint (tanggal)
1) Data Subjektif : 1) Data Subjektif :
2) Data Objektif : 2) Data Objektif :

B. Implikasi Keperawatan
Implikasi keperawatan yang dapat diambil dari penelitian yaitu data dari penelitian ini
dapat menjadi dasar bagi keperawatan terutama untuk keperawatan medikal bedah, untuk
memberikan intervensi pada pasien sehingga diharapkan dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami sesak.
C. Kesulitan Dan Proses Intervensi

D. Saran melanjutkan penelitian


BAB V
ANALISA DATA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS PARU

No DATA PENUNJANG KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


1. Data subjektif : Klien Hambatan upaya pernapasan Pola nafas tidak efektif
mengatakan sesak nafas. (kelemahan otot pernapasan)

Data objektif : Pasien


terpasang kanul nasal 4
liter, pemberian nebulizer
3 kali sehari selama 10-15
menit,.
TTV
TD : 110/60 mmhg
RR : 26 x/MNT
N : 85 x/mnt
S : 36,5’C
2. Data subjektif : Klien Hambatan lingkungan ( mis. Suhu Gangguan pola tidur
mengatakan susah tidur, lingkungan, kebisingan, jadwal
karena lingkungan tidak pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
enak/tidak nyaman, dan
sering tebangun malam.

Data objektif : Klien


tampak lemas karena
kurang tidur.
3. Data subjektif : Klien Resiko cedera
mengatakan lemah pada
saat berdiri dan berjalan
Data objektif : klien
bedrest

NO SDKI SLKI SIKI


1 Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan napas
Definisi: inspirasi dan /atau Definisi: inspirasi Definisi:
ekspirasi yang tidak memberikan dan/atau ekspirasi yang mengidentifikasi dan
ventilasi yang adekuad. memberikan fentilisasi mengelola kepatenan
yang adekuad jalan napas
Penyebab: hambatan upaya napas
(mis. Kelemahan otot pernapasan) 1. Dyspnea (4) 1. Monitor pola
2. Penggunaan otot napas
Gejala dan Tanda Mayor: bantu napas (5) (frekuensi,
1. Dyspnea 3. Prekuensi napas kedalaman,
2. Penggunaan otot bantu (5) usaha napas)
pernapasan 4. Kapasitas vital (5) 2. Posisikan semi
3. Pola napas ubnormal (mis. 5. Ortopnea (4) fowler atau
Takipnea, hiperventilisasi) fowler
3. Monitor bunyi
napas tambahan
4. Anjurkan
asupan cairan
2000ml/hr
5. Berikan oksigen

2 Gangguan pola tidur Status kenyamanan Dukungan tidur


Definisi: gangguan kualitas dan Definisi: keseluruhan rasa Definisi: memfasilitasi
kuantitas waktu tidur akibat factor nyaman dan aman secara siklus tidur dan terjaga
eksternal. fisik, psikologis, spiritual, yang teratur.
sosial, budaya dan
Penyebab : hambatan lingkungan lingkungan. 1. Identifikasi pola
(suhu lingkungan, kebisingan, aktifitas dan
jadwal 1. Keluhan sulit tidur tidur
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) (5) 2. Identifikasi
2. Kebisingan (5) factor
Gejala dan tanda mayor: 3. Keluhan penggangu tidur
1. Mengeluh sulit tidur kepanasan (5) 3. Modifikasi
2. Mengeluh sering terjaga 4. Pola tidur (5) lingkungan
3. Mengeluh tidak puas tidur 5. Lelah (4) (mis. Suhu,
4. Mengeluh pola tidur kebisingan,
berubah tempat tidur)
5. Mengeluh istirahat tidak 4. Sesuaikan
cukup jadwal
pemberian obat
dan/atau
tindakan untuk
menunjang
siklus tidur –
terjaga
5. Lakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
6. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
7. Tetapkan jadwal
tidur rutin.

3 Resiko cedera Keseimbangan Manajemen


Definisi: resiko mengalami bahaya definisi: kemampuan keselamatan lingkungan
atau kerusakan fisik yang mempertahankan Definisi:
menyebabkan seseorang yang tidak equilibrium tubuh mengidentifikasi dan
lagi sepenuhnya sehat atau dalam mengelola lingkungan
kondisi baik. 1. Kemampuan fisik untuk
duduk tanpa meningkatkan
sandaran (4) keselamatan.
2. Kemampuan
bangkit dari posisi 1. Identifikasi
(3) kebutuhan
3. Keseimbangan saat keselamatan
berdiri (3) 2. Monitor
4. Keseimbangan saat perubahan status
berjalan (3) keselamatan
5. Tersandung (5) lingkungan
3. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bahaya dan
resiko
4. Sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan
5. Gunakan
perangkat
pelindung (mis.
Pagar)

Anda mungkin juga menyukai