Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Judul
Judul tugas khusus dalam kerja praktek ini adalah ​“​Pengaruh Lime
Saturation Factor (LSF) Terhadap Proses Pembakaran dan Kualitas Klinker”.

4.1.2 Latar Belakang Tugas Khusus


Pengendalian kualitas merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
suatu perusahaan agar kualitas produk terjamin. Semen yang diproduksi
merupakan campuran dari berbagai bahan tambang seperti: ​lime stone, shale
stone, silt stone, iron sand, gypsum dan bahan additive lainnya. Selanjutnya
bahan tersebut akan dip roses di dalam raw mill, di transfer menuju blending silo,
di arahkan ke kiln untuk mengalami kalsinasi dan terbentuklah klinker. Klinker
yang sesuai spesifikasi akan dip roses di semen mill.
Klinker merupakan bahan utama dalam pembuatan semen yang berupa
bahan padat yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam kiln membentuk
butiran-butiran atau nodul, biasanya diameter 3-25 mm. Objek klinker dipilih
karena produk klinker merupakan bahan utama dalam produk semen dimana
klinker yang sesuai spesifikasi akan menuju ​cement mill ​untuk diproses lebih
lanjut, sedangkan klinker yang ​out spec ​akan dimasukkan ke penampungan
sementara menunggu diolah dengan klinker yang baik dengan perbandingan
tertentu. Klinker yang berada diluar baku mutu (​out spec) ​akan menyebabkan
biaya produksi meningkat dan terjadi penumpukan material di gudang
sehingga akan menghambat proses produksi selanjutnya. Selain itu, klinker
yang ​out spec d​ apat meningkatkan beban kerja pekerja karena para pekerja harus
sering melakukan ​adjustment a​ gar hasil produksi sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan oleh perusahaan.

59
60

Berdasarkan latar belakang diatas maka tugas khusus ini akan mengkaji
tantang bagaimana kualitas klinker yang dihasilkan pada proses produksi di PT.
Lafarge Cement Indonesia, mengetahui parameter apa saja yang mempengaruhi
kualitas semen. Dalam laporan ini saya akan mengamati pengaruh LSF terhadap
kualitas semen.
Lime Saturation Factor ​adalah nilai yang menunjukkan perbandingan CaO
efektif terhadap CaO maksimum teoritis yang dapat mengikat senyawa oksida
SiO​2​, Al​2​O​3​, Fe​2​O​3​. Hal ini berkaitan dengan jumlah CaO bebas yang tidak terikat
dengan oksida yang lain. Nilai LSF yang umum adalah 0,92-0,98 atau 92-98 %.
Nilai LSF diatas 1 atau 100 % menunjukkan adanya CaO yang tidak berikatan
dengan oksida lain di dalam klinker.

4.1.3 Tujuan Tugas Khusus


Tujuan dari tugas khusus adalah mengetahui pengaruh LSF terhadap
proses pembakaran dan kualitas semen PCC

4.1.4 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan kegiatan kerja praktik dilaksanakan di PT. Lafarge Cement
Indonesia – Lhoknga, Aceh Besar selama 1 bulan, sejak tanggal 2 Juli 2018
sampai 3 Agustus 2018 di ​chemical laboratory section Quality pada ​Technical
Department​ PT. Lafarge Cement Indonesia.

4.1.5 Prosedur Pelaksanaan


Adapun prosedur pelaksanaan yang dilakukan dalam tugas khusus ini
yaitu:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di departeman ​Laboratory. Data-data yang
dikumpulkan berdasarkan variable yang dibutuhkan untuk tugas khusus yang
61

diambil. Data yang diambil yaitu hasil analisa LSF, ​free lime, ​C​3​S dan SHC dari
tanggal 1 juli 2018 sampai 21 juli 2018
b. Pengolahan data
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan
software Microsoft excel ​dan pembahasannya berdasarkan grafik yang di dapat.
c. Analisa Hasil
hasil yang diperoleh di tampilkan dalam bentuk grafik, dengan cara
membandingkan LSF pada kiln feed dengan FCaO klinker. Kemudian
membandingkan LSF dengan C​3​S dan FCaO dengan C​3​S.

4.2 Hasil
Adapun Hasil yang diperoleh dalam Tugas Khusus ini adalah:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
CLINKER
Date
c3s FCaO SEEC LSF
01-07-18 62.96 1.5 80 97.98
02-07-18 63.05 1.43 78 98.56
03-07-18 63.24 1.36 76 98.52
04-07-18 63.82 1.2 88.7 97.91
05-07-18 63.9 1.18 85.9 97.39
06-07-18 64.19 1.13 83.6 98.53
07-07-18 64.27 1.1 81.1 97.14
08-07-18 63.35 1.32 81 98.27
09-07-18 63.58 1.29 83 97.81
10-07-18 63.74 1.25 94 98.1
11-07-18 61.1 1.6 79 99.09
12-07-18
13-07-18
14-07-18
15-07-18 61.53 1.56 83 98.92
16-07-18 61.75 1.6 80 98.9
17-07-18 62.03 1.53 80 98.79
18-07-18 62.23 1.55 77 98.66
19-07-18 64.3 1.07 82.7 97.1
20-07-18 64.44 1.03 80 96.94
21-07-18 64.69 1 79 96.93
62

4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Perbandingan ​Lime Saturation Factor (​ LSF) dengan ​Free
Lime ​(FCaO)
Lime Saturation Factor a​ dalah nilai yang menunjukkan perbandingan CaO
efektif terhadap CaO maksimum teoritis yang dapat mengikat senyawa oksida
SiO​2​, Al​2​O​3​, Fe​2​O​3​. Hal ini berkaitan dengan jumlah CaO bebas yang tidak terikat
dengan oksida yang lain. Nilai LSF yang umum adalah 0,92-0,98 atau 92-98 %.
Grafik hubungan antara LSF dengan FCaO dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut
ini:

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara LSF dengan FCaO

Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat bahwa kenaikan FCaO tidak


stabil. Berdasarkan teori seharusnya semakin tinggi nilai LSF maka akan semakin
tinggi FCaO. LSF tinggi di sebabkan umpan masuk CaO yang besar. Semakin
banyak CaO yang di umpankan maka semakin besar nilai LSF. Berdasarkan
rumus LSF adalah perbandingan antara CaO dengan oksida (SiO​2​, Al​2​O​3​, Fe​2​O​3​)
semakin tinggi nilai CaO maka semakin tinggi pula nilai FCaO yang didapat, hal
ini dikarenakan kadar CaO yang digunakan di dalam raw mix berlebih dengan
63

kebutuhan untuk bereaksi terhadap senyawa oksida seperti SiO​2​, Al​2​O​3​, dan Fe​2​O​3
dalam ​raw mix. Namun dari grafik juga dapat dilihat adanya penurunan nilai,
fakta di lapangan menunjukkan bahwa yang mempngaruhi Tingginya nilai FCaO
bukan hanya LSF. Apabila nilai LSF klinker ​feed tinggi namun proses
pembakaran rendah maka FCaO akan rendah dan C​3​S yang terbentuk tinggi.
Namun jika LSF tinggi dan proses pembakaran tinggi maka FCaO yang diperoleh
semakin rendah. Jadi, apabila LSF tinggi dan pembakaran normal maka FCaO
yang diperoleh juga akan normal. Apabila CaO di dalam ​raw mix design ​tinggi
maka akan banyak terbentuk C​3​S dan kadar FCaO akan rendah. Karena CaO
berikatan dengan Si​2​O​3. Kadar
​ kapur bebas akan mengurangi kadar silica di dalam
semen. Kapur bebas mengurangi proporsi C​3​S dan meningkatkan proporsi C​2​S.
C3S jauh lebih reaktif daripada C2S dan merupakan penyumbang yang lebih
penting untuk kekuatan 28 hari. Apabila klinker mengandung banyak kadar kapur
bebas, maka klinker akan mudah digiling tetapi beton yang dihasilkan akan
kurang kuat.
Jika kadar CaO bebas tinggi maka reaksi hidrasi berlangsung kurang
sempurna sehingga pada saat air ditambahkan di dalam semen, CaO bebas akan
bereaksi dengan cepat pada volume akhir bila dibandingkan sebelum reaksi.
Pertambahan Volume ini disebut dengan ekspansi. Ekspansi ini dapat
menimbulkan ​crack (keretakan) pada semen. ​Free lime (​ F.CaO) merupakan
indikasi sampai dimana reaksi kalsinasi telah tercapai (Novita,2011).
Kapur bebas yang terdapat didalam semen adalah CaO yang tidak
berikatan dengan oksida lain, seperti SiO​2​, Al​2​O​3​, Fe​2​O​3​. Reaksi yang terjadi
adalah: CaO + H​2​O ​→​ Ca(OH)​2​.
Standar persentase kadar FCaO maksimal adalah 2,5 %. Jika semen
memiliki kadar CaO tinggi maka kualitas semen kurang baik. Karena semen akan
mudah berikatan dengan uap air untuk membentuk Ca(OH)​2​. Hal ini akan
menyebabkan kandungan kelembaban semen tinggi dan akan segera menggumpal.
64

Selain itu semen akan mudah mengalami pemuaian dan akan menyebabkan
keretakan apabila telah dicampurkan dengan air untuk digunakan.
Factor yang menyebabkan besar kecilnya ​free lime adalah tidak
sempurnanya pembakaran yang terjadi di dalam kiln. Reaksi-reaksi kimia yang
terjadi adalah:
CaCO​3 → CaO + CO​2
2CaO + SiO​2 → C​2​S
3CaO + SiO​2 → C​3​S
2CaO + Al​2​O​3 → C​3​A
$CaO + Al​2​O​3​ + Fe​2​O​3 → C​4​AF
CaO yang tidak berpasangan atau tidak berikatan dengan oksida lain
disebut dengan ​free lime.​ Terbentuknya ​free lime d​ apat disebabkan oleh partikel
kiln feed tidak cukup halus, pembakaran klinker kurang sempurna. Pembakaran
yang terlalu tinggi (​over burning)​ akan menyebabkan ​free lime rendah dan
sebaliknya apabila pembakaran rendah (​Low Burning)​ akan menyebabkan ​free
lime tinggi. ​Komposisi CaO dalam raw mix di dalam ​kiln feed ​juga menjadi salah
satu penyebab terbentuknya ​free lime​.
Apabila nilai LSF di dalam ​raw meal ​tinggi maka kadar umpan CaO harus
di turunkan atau kadar umpan dari slah satu oksida (SiO​2​, Al​2​O​3​, Fe​2​O​3​) harus
dinaikkan.
CaO bebas (​free lime​) sangat reaktif dengan air, sehingga selama proses
penggilingan maupun penyimpanan, CaO bebas yang ada akan mengikat air dari
udara.

4.3.2 ​ engan ​tricalsium silikat ​(C​3​S)


Hubungan Perbandingan ​Free Lime d
Tricalsium Silikat (​ C​3​S) adalah suatu senyawa yang dapat mengeras dalam
beberapa jam dan di sertai dengan pelepasan energy panas. Kuantitas senyawa
yang terbentuk selama proses pengikatan berlangsung mempengaruhi kekuatan
semen sampai 28 hari.
65

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara FCaO dengan C​3​S

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi C​3​S yang
terbentuk maka akan semakin rendah FCaO yang di dapat. FCaO rendah
menunjukkan bahwa CaO yang berikatan dengan oksida di dalam semen semakin
besar dengan kata lain CaO yang bereaksi atau berikatan dengan Si​2​O​3 semakin
besar dan menghasilkan 3CaO.Si​2​O​3 (C​
​ 3​S). C​3​S merupakan penyumbang utama

untuk kekuatan awal semen yaitu 28 hari. C​3​S yang tinggi menunjukkan bahwa
kuat tekan awal semen besar. Kadar FCaO yang rendah atau dibawah 1
mengakibatkan klinker susah digiling sehingga kebutuhan energy juga semakin
besar. Untuk kadar FCaO yang tinggi maka akan mengakibatkan klinker mudah di
giling sehingga kebutuhan energy rendah, namun kuat tekan yang dihasilkan juga
rendah sehingga apabila semen telah ditambahkan air akan mudah mengalami
keretakan. FCaO yang diizinkan dalam produksi semen adalah 1-2.5 % untuk
PCC dan 1-2 % untuk OPC.

4.2.1 Hubungan Perbandingan ​Lime Saturation Factor ​(LSF) dengan


tricalsium silikat ​(C​3​S)
66

Tricalsium Silikat (​ C​3​S) adalah suatu senyawa yang dapat mengeras dalam
beberapa jam dan di sertai dengan pelepasan energy panas. Kuantitas senyawa
yang terbentuk selama proses pengikatan berlangsung mempengaruhi kekuatan
semen sampai 28 hari. Semakin tinggi LSF maka semakin tinggi pula kandungan
C​3​S di dalam semen, karena proses pembakaran klinker tinggi dan kuat tekan awal
akan meningkat dan panas hidrasi juga meningkat.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara LSF dengan C​3​S

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi LSF maka semakin
tinggi C​3​S yang terbentuk. Hal ini dikarenakan banyak CaO yang berikatan
dengan Si​2​O​3​ sehingga C​3​S yang terbentuk juga rendah.
Proses pembakaran yang tinggi mengakibatkan tingginya kebutuhan
energy. Proses pembakaran di dalam kiln di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu,
% ​coal ​yang digunakan, jenis ​coal dan total produksi​. N
​ ilai kalor setiap bahan
bakar sangat mempengaruhi proses pembakaran. ​Moisture ​content bahan bakar
juga sebagai parameter penentu kondisi pembakaran. Bahan bakar dengan
moisture content yang tinnggi akan menghambat proses pembakaran. Apabila
LSF tinggi maka feed ke ​kiln akan di kurangi sehingga menimbulkan kebutuhan
konsumsi panas yang lebih besar.
67

Anda mungkin juga menyukai