Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

HIGHER ORDER THINKING SKILLS ( HOTS ) SISWA KELAS XI SMA


AL-MA’ARIF NU BONDER

oleh
Fawait Hadi
NIM 160108020

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
ANALISIS PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP
HIGHER ORDER THINKING SKILLS ( HOTS ) SISWA KELAS XI SMA
AL-MA’ARIF NU BONDER

Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan

oleh
Fawait Hadi
NIM 160108020

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangatlah pokok dalam kehidupan

sehari-hari karena, pendidikan sangatlah penting bagi kita semua, terlebih

kepada generasi muda bangsa ini. Pembelajaran merupakan suatu cara atau

proses membelajarkan kepada siswa yang dirancang, dilaksanakan, dan

dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan guna memberikan pemahaman kepada siswa dari yang

belum tau menjadi tau.

Fisika merupakan sebuah disiplin ilmu yang focus membahas

mengenai teori-teori dan rumus-rumus baik itu dalam dalam materi fisika

maupun kehidupan sehari-hari. Ilmu dasar, seperti misalnya fisika, adalah

sesuatu yang sangat penting untuk menunjang berbagai disiplin ilmu yang

lain. Oleh sebab itu baik dalam usaha kita menekuni bidang ilmu yang

bersifat ilmu murni maupun terapan, penguasaan ilmu dasar merupakan

sesuatu yang mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) teramat diperlukan oleh siswa

untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi suatu masalah dalam

pembelajaran. Hasil temuan menunjukkan bahwa masih banyak sekali

Siswa Kelas XI SMA AL-Ma’arif NU Bonder yang mengalami kesulitan

dalam memahami konsep fisika yang menurut mereka sangat rumit. Salah

satu model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa


atau HOTS melalui penyelesaian masalah yaitu Problem Based Learning

(PBL).

Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimental dengan Non

Equivalent Control Group Design. Dimana disisni terlebih dahulu guru

memberikan suatu permasalahan pada siswa sehingga, siswa akan

menganalisis masalah tersebut dan akan mempelajarinya dan akan

mendiskusikan dengan teman kelasnya sehingga siswa dapat belajar

memecahkan suatu masalahnya sendiri tanpa harus menunggu penjelasan

dari guru.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas XI SMA AL-

Ma’arif NU Bonder yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep

fisika yang menurut mereka sangat rumit. Maka dari itu kami bermaksud

untuk melalkukan penelitian mengenai ” Analisis Pengaruh Model Problem

Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa

Kelas XI SMA AL-Ma’arif NU Bonder ” Guna untuk meningkatkan

berfikir tingkat tinggi siswa di sekolah tersebut.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Higher

Order Thinking Skills siswa?

2. Bagaimana cara meningkatkan Higher Order Thinking Skills siswa?


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap

Higher Order Thinking Skills siswa.

2. Untuk mengetahui cara meningkatkan Higher Order Thinking Skills

siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Siswa

Melalui Model Problem Based Learning dapat meningkatkan Higher

Order Thinking Skills (HOTS) Siswa pada mata pelajaran Fisika.

2. Guru

Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan

metode ataupun model pembelajaran khususnya dalam pembelajaran

Fisika agar meningkatkan kualitas guru dalam mengajar.

3. Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi peneliti untuk

terus belajar dan menambah wawasan.

E. Definisi Operasional

1. Model PBL memiliki kelebihan, yaitu 1) kegiatan pemecahan masalah

peserta didik dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis, 2)

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan 3) siswa


memiliki peluang untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya

ke dunia nyata. Pembelajaran dengan model PBL diawali dengan sebuah

masalah yang menggunakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif

dan diakhiri dengan penyajian serta analisis kerja siswa. Peserta didik

dibiasakan menyelesaikan masalah, maka akan melatih kemampuan

berpikirnya.

2. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

adalah ketika peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah yang

belum pernah ditemui sebelumnya, disinilah proses berpikir tingkat

tinggi peserta didik akan terlatih HOTS sangat cocok diajarkan dengan

model PBL
BAB II

Kajian Pustaka dan Hipotesa Penilaian

A. Kajian Teori

Pembelajaran dengan model PBL diawali dengan sebuah

masalah yang menggunakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif

dan diakhiri dengan penyajian serta analisis kerja siswa siswa

dibiasakan menyelesaikan masalah, maka akan melatih kemampuan

berpikirnya (Suliyati, Mujasam, Yusuf, & Widyaningsih, 2018).

Model PBL memiliki kelebihan, yaitu 1) kegiatan pemecahan

masalah siswa dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis, 2)

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan 3) siswa

memiliki peluang untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya

ke dunia nyata (Wasonowati dkk., 2014).

Kemampuan tingkat tinggi merupakan kemampuan yang

penting untuk dimiliki oleh seorang siswa, terutama dalam bidang

pelajaran fisika. Dalam proses menyelesaikan masalah siswa dituntut

untuk dapat berpikir mendasar serta kreatif (Yuni Hajar dkk, 2018).

Menurut Widiawati & Joyoatmojo (2018) kemampuan berpikir

tingkat tinggi (high order thingking skill) adalah salah satu kemampuan

matematis seseorang yang menghubungkan pengetahuan dan

pengalamannya untuk dapat memecahkan suatu permasalahan secara

kreatif dan kritis secara mendalam (Yuni Hajar dkk, 2018).


Keterampilan berpikir pada ranah kognitif menurut Taksonomi

Bloom yang sudah direvisi terbagi menjadi enam tingkatan: mengingat

(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5), dan mengkreasikan (C6). Tiga level pertama terdiri

dari C1, C2, dan C3 yang merupakan tingkatan Lower Order Thinking

Skills (LOTS), sedangkan tiga level berikutnya terdiri dari C4, C5, dan

C6 yang merupakan tingkatan HOTS. Soal HOTS pada ranah kognitif

meliputi tingkatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

mengkreasi (C6). Jenis soal pre-test/post-test yang digunakan untuk

mengukur keterampilan HOTS siswa adalah soal essay yang berjumlah

6 butir. Soal HOTS perlu disusun dengan memperhatikan aspek kognitif

yang akan dicapai selama kegiatan pembelajaran. Soal essay digunakan

untuk mengukur keterampilan HOTS karena siswa (Mufron, Nur, dan

Yuanita, 2016)

Model PBL adalah cara membangun dan mengajar kursus

menggunakan masalah sebagai stimulus dan fokus untuk kegiatan siswa

(Boud & Feletti, 2013). Tahap model PBL terdiri atas 5 tahap, yaitu 1)

mengorientasikan siswa kepada masalah, 2) mengorganisasikan siswa

untuk belajar, 3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, 4)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2011).

Tahapan pada model PBL ini sesuai dengan teori

konstruktivisme, karena siswa dapat membangun ide, pemahaman dan


memberikan makna pada informasi dan peristiwa yang dialami

(Wasonowati, Redjeki, & Ariani, 2014).

B. Kerangka Berfikir

Keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:

menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical

thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).

Presseisen mengemukakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi

menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat

keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif( Costa, 1985). Ennis

membagi indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok

(Costa, 1985) yaitu; a) memberikan penjelasan sederhana, b)

membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d) membuat

penjelasan lebih lanjut, serta e) mengatur strategi dan taktik (Yuni Hajar

dkk, 2018)

Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan

berfikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif,

analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan

(Barratt, 2014). Berfikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang

mencoba mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mengenai

pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didefinisIkan dengan

jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti (Haig, 2014).

Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan

pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi,


dan mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti (Eggen, 2012:

261). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang memicu siswa

untuk berfikir tingkat tinggi menuntut penggunaan strategi

pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, sehingga siswa

memiliki kesempatan untuk mengamati, menanya, menalar, mencoba,

dan mengkomunikasikan (Yuni Hajar dkk, 2018).

Anda mungkin juga menyukai