Disusun oleh:
Tika Ulfa Mayu NIM. 19709251006
Hanif Fauziyatun NIM. 19709251013
B. PEMBAHASAN
1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Higher Order Thinking Skills bisa diartikan sebagai kemampuan berpikir
tingkat tinggi. HOTS awalnya dikenal dari konsep Benjamin S. Bloom dkk
dalam buku berjudul Taxonomi of Educational Objectives: The Classification
of Educational Goals pada tahun 1956 atau yang lebih dikenal dengan
sebutan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam ranah
kognitif, kerangka pikir karya Benjamin Bloom dkk. berisikan enam kategori
pokok dengan urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi, yakni: pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman
(comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis (analysis); (5)
sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Namun, kerangka berfikir
ini kemudian direvisi oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl.
(2001:66-88) menjadi mengingat (remember), memahami/mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan menciptakan (create).
Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills,
sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Sehingga
kemampuan analisis, evaluasi, dan menciptakan merupakan dasar dari
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Menurut Krathwohl (2002) dalam A
revision of Bloom’s Taxonomy, menyatakan bahwa indikator untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis (C4)
yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan
menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep
secara utuh, mengevaluasi (C5) yaitu kemampua menetapkan derajat sesuatu
berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu, dan mencipta (C6) yaitu
kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh
dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil.
C. SIMPULAN
Dalam menyelesaikan soal tipe HOTS, kebanyakan peserta didik megalami
kesulitan dalam mentransformasi soal ke dalam bentuk matematika, pemahaman
butir soal serta memilih rumus atau cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peserta didik yang tidak terbiasa
menghadapi soal-soal tipe HOTS dan cara mengajar guru yang masih kurang
dalam menekankan pemahaman istilah-istilah dalam matematika.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kemampuan HOTS peserta
didik dapat dilakukan melalui penggunaan metode pembelajaran dan media
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah
metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Metode pembelajaran ini
dapat membantu peserta didik mengatur pikiran dalam pemecahan masalah dan
pemerolehan keterampilan yang praktis dalam matematika serta memiliki peran
lebih baik dalam mentransfer pengetahuan dan menggunakannya dalam berbagai
macam situasi. Selain metode pembelajaran, media pembelajaran yang dapat
digunakan adalah Permainan Kartu Soal dalam Pembelajaran PBL serta
perangkat pembelajaran bangun ruang sisi datar yang terdiri dari silabus, RPP,
dan LKS yang valid, praktis, dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------------------------------------2019.Laporan Hasil Sekolah Ujian
Nasional SMA/MA tahun pelajaran 2018/2019 Diakses 1 Oktober 2019
(https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!sma!daya_serap!99&99&99
9!a&03&T&T&1&!1!&)
Abdullah, A. H., Abidin, N. L. Z., & Ali, M. (2015). Analysis of students’ errors in
solving Higher Order Thinking Skills (HOTS) problems for the topic of fraction.
Asian Social Science, 11(21), 133–142. https://doi.org/10.5539/ass.v11n21p133
Ajai, J. T., Imoko, B. I., & Emmanuel, I. O. (2013). Comparison of the Learning
Effectiveness of Problem-Based Learning ( PBL ) and Conventional Method of
Teaching Algebra ., 4(1), 131–136.
Ariandari, W. P. (2015). Mengintegrasikan Higher Order Thinking dalam
Pembelajaran Creative Problem Solving. Seminar Nasional Matematika Dan
Pendidikan Matematika Uny 2015, 489–496.
Barrett, T. (2010). The problem-based learning process as finding and being in flow.
Innovations in Education and Teaching International, 47(2), 165–174.
https://doi.org/10.1080/14703291003718901
Hadi, S., Retnawati, H., Munadi, S., Apino, E., & Wulandari, N. F. (2018). The
difficulties of high school students in solving higher-order thinking skills
problems. Problems of Education in the 21st Century, 76(4), 520–532.
Riadi, A., & Retnawati, H. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan HOTS pada Kompetensi Bangun Ruang Sisi Datar Developing
Learning Kit to Improve HOTS for Flat Side of Space Competence, 9, 126–135.
Singh, P., Rahman, A. A., & Hoon, T. S. (2010). The Newman procedure for
analyzing Primary Four pupils errors on written mathematical tasks: A
Malaysian perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 8, 264–271.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12.036
Suwarsi, Mukti, Z., & Prabowo, A. (2018). Meningkatkan Keterampilan HOTS Siswa
melalui Permainan Kartu Soal dalam Pembelajaran PBL. Prisma. Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 1, 248–255. Diambil dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19612/9514