Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 3 (Tingkat 1A)

 Anisah Melati Sukma


 Amelia Sabila
 M. Ibnu Nur Rochman
 Martha Pramita
 Popy Putri Senjaya
 Raihanah Balqis I

Tujuan : Mahasiswa dapat mengadaptasikan Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik pada

klien dengan Gangguan Penglihatan sesuai tahapan Asuhan Keperawatan.

SKENARIO KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


PENGLIHATAN

Kasus :

Seorang pria berusia 20 tahun, dengan gangguan penglihatan (buta sejak usia 5 tahu)
di rawat di ruang VIP RS Internasional Bandung. Saat pengkajian sore hari suhu tubuh
39.5°C, nadi 70 kali/menit dan tekanan darah 120/80mmHg. Pasien mengatakan perutnya
terasa perih, mual dan tidak nafsu makan. Pasien tidak mau makan jika diberi makan
makanan rumah sakit karena cair dan tidak berasa. Pasien mau makan makanan , namun
orang tua pasien menolak membelikannya karena dilarang oleh dokter, (menurut dokter jika
makan nasi dan yang pedas atau asam dapat menyebabkan proforasi (kebocoran usus)).

Naskah Skenario :
Pada suatu hari terdapat seorang pria berusia 20 tahun yang bernama Tn. D dengan
gangguan penglihatan (buta sejak usia 5 tahun) di rawat di ruang VIP RS Internasional
Bandung. Pasien mengatakan perutnya terasa perih, mual dan tidak nafsu makan. Pasien tidak
mau makan jika diberi makan makanan rumah sakit karena cair dan tidak berasa. Pasien mau
makan apabila makanan dibeli dari luar RS, namun orang tua pasien menolak
membelikannya karena dilarang oleh dokter, karena kalau makan makanan asam dan pedas
dikhawatirkan akan terjadi kebocoran usus.
Fase Pra-Interaksi
Mengenali dan menyiapkan diri serta perasaan untuk nanti saat melakukan interaksi secara
langsung kepada pasien.
Perawat : Pasien yang saya akan temui adalah seorang pria berusia 20 tahun bernama Tn.Dedi.
Masuk Rumah Sakit dengan keluhan perutnya terasa perih, mual, dan tidak nafsu
makan dan mengalami gangguan penglihatan sejak usia 5 tahun. Tujuan saya yaitu
akan memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu) secara
teratur setiap 12 jam dan harapan saya pasien dapat bekerja sama dengan baik agar
dapat ditentukan tindakan yang tepat. Saya telah mengetahui bagaimana tata cara
berkomunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguan bicara karena saya telah
belajar sewaktu saya menjadi mahasiswa di kampus saya yaitu Poltekkes Bandung.
Saya juga telah mengetahui cara pemeriksaan tanda-tanda vital dengan baik dan
benar. Saya sudah memiliki sikap empati terhadap pasien. Kelemahan yang saya
miliki, saya belum mahir mengaplikasikan tahapan komunikasi terapeutik yang
sistematis, saya terkadang ketus kepada pasien ketika saya merasa capek terhadap
pekerjaan saya. Cara saya mengatasi kendalaya itu saya akan lebih sering
berinteraksi dengan pasien. Saat ini saya sedang gugup karena ini merupakan
pengalaman pertama saya berhadapan dengan klien dengan gangguan bicara.
Untuk meredakan rasa gugup, saya akan minum dan jika saya merasa sangat gugup,
saya akan menarik napas panjang dengan hitungan 1 sampai 10 (relaksasi). Saya
akan masuk pada jam 15.00 WIB dan saya akan membutuhkan waktu sekitar 15
menit. Tempat di ruang Anyelir bed 2, saya akan melakukan pengkajian di ruang
rawat pasien dengan posisi pasien semi fowler, namun apabila tidak
memungkinkan pasien cukup tidur di ranjang saja.Selain itu dalam melakukan
tindakan ini saya membutuhkan alat yaitu Spigmamanometer, Stetoskop,
Thermometer, kertas dan pulpennya. Ayo Semangat Amel, Saya pasti bisa”

Perawat pun menuju ruang Anyelir.

Fase Orientasi
Terciptanya hubungan saling percaya antara pasien dan perawat
Waktu sudah menunjukkan pukul 015.00, perawat Amelia pun datang ke ruang perawatan
Tn. Dedi dan terdapat keluarga Tn. Dedi, dengan mengucapkan salam keluarganya dan tak
lupa diikuti dengan senyuman yang begitu manis perawat Amelia menyapa hangat pasien
dan keluarganya.
Perawat : “ Assalamu’alaikum”
Pasien : “ Waalaikumsalam”
Perawat : “ Apa benar ini dengan pasien bernama Kak Dedi?”
Pasien : “ Iya sus, benar”
Perawat : “ Ibu, Bapak, Kak Dedi, perkenalkan saya Suster Amelia, Kak Dedi bisa
panggil saya suster Amel saja. Saya yang bertuga di ruangan ini dari jam 8 pagi sampai jam 2
siang.
Pasien : “ Oh iya, sus.”
Perawat : “Ibu, Bapak, mohon maaf sebelumnya saya akan melakukan pemeriksaan
terhadap Kak Dedi, untuk Ibu dan Bapak bisa keluar dulu sebentar?”
Bapak Pasien : “ Bisa sus. Kalau begitu kami keluar dulu sus, mari.” (berjalan meninggalkan
ruangan)
Perawat : “ oh iya, Pak, Bu, mari.” (dengan tersenyum dan menganggukkan kepala)
Perawat : “ Kak Dedi tunggu sebentar ya saya tutup dulu tirainya.”
Pasien : “ iya sus silahkan”
(perawat menutup tirai)
Perawat : “Sebelumnya Kak Dedi senang dipanggil apa?”
Pasien : “Panggil Dedi saja sus jangan pakai kakak”
Perawat : “Oh baiklah, jadi Dedi, saya disini sebagai perawat yang akan merawat Dedi
pada pagi ini dan saya akan melakukan pemeriksaan keadaan umum terhadap Dedi dan Dedi
cukup menjawab pertanyaan dari saya ya, apabila Deldi tidak mengerti, bisa bertanya ya. Apa
boleh saya meminta waktu Dedi sekitar 10-15 menit untuk melakukan pemeriksaan ini”
Pasien : “Baik sus, boleh silahkan.”
Perawat : “ Oh iya, Dedi bisa menceritakan apa saja yang Deldi keluhkan kepada saya?
Saya akan menjaga kerahasiaan itu, namun apabila tenaga medis membutuhkannya maka
saya akan memberikan data tersebut kepadanya. Apa anda setuju?”
Pasien : “ Iya sus, setuju.”
Perawat : “ Apa Dedi sudah nyaman dengan posisi seperti ini?”
Pasien : “ Sudah sus.”
Perawat : “ Baik, bagaimana perasaan Dedi sekarang?.”
Pasien : “ Saya merasa perut saya perih sus, saya mual juga dan tidak mauk makan
makanan di rumah sakit.”
Perawat : “ Aduh, kenapa memangnya? (mendengarkan dengan seksama dan bersikap
terbuka)
Pasien : “ Makanan disini tidak enak sus, cair dan tidak berasa.”
Perawat : “ Oh seperti itu..”

Fase Kerja
Perawat : “ Dedi, tadi kan Dedi bilang keluhan utamanya perih di perut. Apakah ada
keluhan lain sebelumnya?”
Pasien : “ iya sus saya mual dan gak nafsu makan, apalagi makanan rumah sakit itu
hambar. Hanya itu saja sus.”
Perawat : “ oh mual dan tidak nafsu makan ya, tapi yang sering terasa perih di perut
atau rasa mualnya?”
Pasien : “ perih diperut sus, kalau mualnya bawaan dari perih.”
Perawat : “ oh, perih ya, kalau perihnya terasa saat sedang apa?”
Pasien : “ kalau saya telat makan sus soalnya saya akhir-akhir ini jarang makan
karena tidak nafsu.”
Perawat : “ oh begitu,Deldi supaya perutnya tidak perih dan tidak terasa mual coba
Dedi makan meskipun hanya sedikit juga, kalaupun tidak enak coba di syukuri aja ya, kita
harus ingat bawa banyak diluar sana yang kelaparan tidak mendapatkan makanan, dan supaya
Dedi juga cepat sembuh tidak apa-apa tidak habis yang penting perutnya terisi supaya tidak
perih ya.”
Pasien : “oh iya sus”
Perawat : “ Sekarang saya akan memberi makan Dedi ya, makanannya harus di makan
coba di tahan jangan sampai di muntahkan ya, biar cepat sembuh.”
Pasien : “ Iya baik sus.”
Perawat : “ Ayo Dedi di buka mulutnya ya, saya yang suapin.”
Pasien : “Iya suster, terimakasih.”
Perawat : (memberi makan pasien sedikit demi sedikit)
Pasien : “ Sus, udah ah saya kenyang.”
Perawat : “ Oh, yaudah tidak apa-apa yang penting sudah habis setengah porsi.
Dibiasakan ya Aldi harus makan apapun makanannya harus di syukuri ya. Coba ini minum
dulu”
Pasien : “ Iya sus siap.”
Perawat : “ Baik Dedi sekarang kita lanjutkan, saya akan melakukan pemeriksaan suhu
kepada Dedi. Dedi ini alat untuk mengukur suhunya (menuntun tangan pasien untuk
memegang termometer) namanya termometer.”
Pasien : “ Oh ini termometer.”
Perawat : “ Iya Dedi sekarang saya akan meletakannya di ketiak Dedi ya”
Pasien : “ Iya sus silahkan”
(perawat pun meletakkan thermometer di ketiak pasien)
Perawat : “Dedi ternyata demam suhunya 39.5°C, Dedi selanjutnya saya akan
melakukan pemeriksaan nadi dan respirasi pada Dedi, Dedi bias tolong letakkan tangannya
di dada”
Pasien : “Baik sus” (Dedi pun meletakkan tangannya di dada)
Perawat : “hasil pemeriksaan tadi nadi Dedi 70 kali/menit dan respirasi Dedi 20
kali/menit. Lalu bagaimana perasaan Dedi sekarang?.”
Pasien : “ perasaan saya sudah membaik sus”
Perawat : “Oh begitu ya, Dedi sekarang saya akan mengukur tekana darah Dedi ini alat
untuk mengukurnya suhunya (menuntun tangan pasien untuk memegang spigmamanometer
dan stetoskop) namanya spigmamanometer dan stetoskop.”
Pasien : “Oh ini sus”
Perawat : “Iya Dedi, sekarang saya akan memakaikan spigmamanometer ke lengan
tangan Dedi ya dan meletakkan stetoskop di bawah spigmamanometer”
Pasien : “Iya sus silahkan”
(perawat pun mengukur tekanan darah pasien)
Perawat : “ Dari hasil pemeriksaan tekanan darah Dedi normal yaitu 120/80mmHg.”
Pasien : “iya sus”

Fase Terminasi
Perawat : “ baik Dedi, sesuai dengan kontrak waktu yang telah di sepakati, sekarang
waktu pemeriksaannya sudah berakhir ya, bagaimana perasaan Dedi saat ini ?”
Pasien : “saya merasa lebih baik sus, perut saya sudah tidak terlalu perih karena
tindakan dari suster yang sudah membuat saya nyaman.”
perawat : “apakah Dedi bisa menceritakan kembali apa yang telah kita lakukan tadi ?”
Pasien : “tadi suster sudah mengurangi rasa perih, mual dan tidak nafsu makan saya,
suster juga telah memotivasi saya untuk selalu bersyukur dan tidak mengeluh dengan keadaan
sekarang, dan suster telah melakukan pemeriksaan suhu, nafas, nadi, dan tekanan darah pada
saya.”
Perawat : “ Bagus sekali Dedi ingat semuanya. Nanti apabila Dedi merasakan perih dan
mual kembali. Dedi bisa coba untuk makan sedikit demi sedikit ya agar perutnya terisi.”
Pasien : “iya sus baik.”
Perawat : “ Baiklah, karena waktu pemeriksaan sudah berakhir, kita cukupkan saja
pemeriksaan kali ini. Untuk pemeriksaan selanjutnya akan dilakukan pada pukul 20.00 nanti
dan tempatnya masih disini. Jika Dedi membutuhkan bantuan saya bisa panggil saya di ruang
perawat atau Dedi bisa menekan bel yang ada di samping tempat tidur Dedi. Kalau begitu
saya permisi dulu ya Dedi, terimakasih atas waktunya, Asalamu’alaikum.”
Pasien : “Iya sus, wa’alaikumsalam.”
(perawat meninggalkan ruangan pasien).

Anda mungkin juga menyukai