Injeksi Kimia
Injeksi Kimia
Gambar 3.38.
Perbandingan pH Secara Umum yang Digunakan Pada Injeksi Alkaline7)
Kriteria injeksi alkaline yang penting dalam pemakaian metoda EOR, adalah tentang
kecocokan dengan reservoirnya, seperti yang terlihat pada Tabel III-3.
Tabel III-3 menunjukkan bahwa masing-masing metoda mempunyai batas-batas optimum
sendiri. Kelebihan injeksi alkaline dalam menutupi kebutuhan injeksi lainnya sehubungan dengan
permasalahan teknis, adalah karena injeksi alkaline baik pada kondisi :
Gravity dari menengah sampai tinggi (13 - 35°API).
Viskositas tinggi (sampai 200 cp).
Salinitas cukup tinggi (sampai 20000 ppm).
Tabel III_3
Kriteria Pemilihan Untuk Metode EOR
20)
Chemical Flooding Gas Injection Thermal Injection
Screening Parameter Unit Hydro In Situ Microba
Surfactant Polymer Alkaline CO2 Steam
carbon Combustion
o
Oil Gravity API 25 25 <30 35 25 10 to 34 10 to 35 15
In Situ Oil Viscosity, Cp <40 <100 <200 <10 <15 200-1000 200-1000
Depth, D Feet <9.000 <9.000 2000-5000 2000 3000 11.500 8000
Pay Zone Thickness, h Feet 10 20 20
o
Reservoir Temperatur,TR F <200 <200 <200 <140
Porosity, Fraction >0.20 >0.20 >0.20 0.20 0.20
Permeability Average, k Md 40 20 20 250 35 150
Transmisibility, kh/ md.ft/cp 5 5
Reservoir Pressure, PR Psi MMP 1500 2000 3000
WW or OW Pref WW Pref WW WW or WW or WW or OW WW or OW WW or OW
Wettability
OW OW
Minimum Oil Content at
Start of Process, So x o Fraction 0.10 0.08
Salinity of Formation
Brine, TDS ppm <100.000 <100.000 <100.000
Rock Type sandstone sandstone sandstone sandstone sandstone sandstone sandstone sandstone
Or Or Or Or Or Or
Carbonat Carbonat Carbonat Carbonat Carbonat Carbonat
A. Konsentrasi NaOH
Reisberg dan Doscher mengamati tegangan antarmuka antara air-minyak pada minyak
California dan didapatkan bahwa pada range pH tertentu tegangan antarmuka akan minimum.
Pengamatan yang sama pada minyak Tia Juana, De Ferrer mengemukakan bahwa tegangan
antarmuka akan minimum pada harga konsentrasi kritis tertentu. Kedua hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tegangan antar muka akan minimum pada range pH dan konsentrasi NaOH
tertentu.
Konsentrasi yang tepat pada injeksi alkaline ini dikemukakan oleh Subkow, dimana agar
didapat emulsi minyak dalam air pada proses emulsifikasi di formasi, konsentrasi NaOH harus
cukup, karena konsentrasi NaOH yang berlebihan akan menyebabkan emulsifikasi yang sebaliknya
(air dan minyak) atau tidak terjadi emulsi sama sekali.
B. Karakteristik Reservoir
Perolehan minyak pada injeksi alkaline tergantung kepada interaksi antara bahan kimia yang
ditambahkan dengan fluida reservoir. Bahan kimia ini penting untuk bertahan cukup lama supaya
dapat kontak sebanyak-banyaknya dengan fluida reservoir. Hal-hal yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan pengaruh karakteristik reservoir ini adalah :
1. Struktur dan Geologi Reservoir
Kaitannya dengan efisiensi pendesakan injeksi alkaline, hal-hal yang perlu dihindari adalah :
Reservoir dengan sesar dan rekahan yang memungkinkan terjadinya distribusi minyak
yang tidak merata.
Ketebalan total reservoir yang jauh lebih besar dari ketebalan minyak.
Luas zona minyak yang kecil atau zona minyak yang tipis di atas aquifer yang tebal.
Reservoir dengan tingkat perlapisan yang tinggi.
Heterogenitas batuan yang tinggi dan perkembangan porositas serta permeabilitas yang
rendah.
2. Kedalaman dan Temperatur
Semakin dalam dan semakin tinggi temperatur reservoir, maka konsumsi alkalinenya akan
semakin besar.
C. Luas Permukaan
Minyak yang tersisa setelah injeksi alkaline pada matrik oil-wet adalah berbentuk film.
Ketebalan film ini tergantung pada kualitas pendesakan emulsinya, minyak yang tersisa akan lebih
besar bila luas permukaan batuan semakin besar. Injeksi alkaline dengan demikian akan tidak
efektif pada batuan yang mempunyai luas permukaan yang besar seperti batu lempung dan silt.
1. Komposisi Minyak
Beberapa hasil pengamatan yang penting sehubungan dengan komposisi minyak serta
pengaruhnya terhadap mekanisme injeksi alkaline dapat dilihat pada Tabel III-4
Tabel III-4
Famili Hidrokarbon yang Penting
Pada Mekanisme injeksi Alkaline20)
B. Emulsifikasi
Konsentrasi NaOH, pH dan salinitas yang optimum serta konsentrasi asam pada minyak di
reservoir yang mencukupi akan menyebabkan terjadinya emulsifikasi di formasi. Hasil penelitian
laboratorium menunjukkan bahwa dengan menginjeksikan emulsi minyak dalam air (water in oil
emulsion) hasilnya akan lebih baik dibanding injeksi dengan air. Peningkatan perolehan minyak
yang sama dapat terjadi jika emulsi tersebut dapat dibangkitkan di formasi.
Dua sistem pengaliran emulsi, yaitu emulsifikasi entrainment (emulsifikasi dan penderetan)
serta emulsifikasi entrapment (emulsifikasi dan penjebakan). Emulsifikasi entrainment yaitu bila
emulsi yang terjadi akibat reaksi NaOH dengan minyak di reservoir, kemudian emulsi tersebut
masuk ke dalam air injeksi dan mengalir bersamanya sebagai minyak-minyak yang halus. Alkaline
mempunyai sifat dapat mencegah minyak menempel pada permukaan pasir. Kondisi tersebut
diperlukan selama penderetan kontinyu terjadi untuk mempertahankan tegangan antarmuka yang
rendah saat campuran bergerak melewati reservoir.
Emulsifikasi entrapment yaitu bila emulsi tersebut selama proses pengalirannya ada
sebagaian yang terperangkap kembali sehingga sedikit menghambat bergeraknya air injeksi, dan
mobility air injeksi menjadi berkurang, maka akan memperbaiki efisiensi penyapuan vertikal dan
horisontal. Keuntungan lain pada emulsifikasi ini adalah sifat pergerakan front-nya :
1. Bersamaan dengan terjadinya perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil wet, di
dekat front bagian belakang yang mengandung sedikit emulsi akan terbentuk film
(lamella).
2. Terbentuknya lamella akan menghambat aliran injeksi pada pori-pori, mengakibatkan
gradien tekanan yang besar di belakang front.
3. Pada saat lamella melalui kerongkongan pori, ia akan pecah, menjadikan gradien saturasi
yang tajam di daerah front.
C. Perubahan Kebasahan
Tenaga kapiler cenderung untuk menahan minyak pada media berpori. Hal ini dapat
dikurangi, dihilangkan atau diubah dengan mekanisme perubahan kebasahan. Dua kemungkinan
pada injeksi alkaline menyebabkan terjadinya perubahan kebasahan, yaitu perubahan kebasahan
dari water-wet menjadi oil-wet dan sebaliknya.
1. Perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil-wet
Mekanisme yang terjadi pada perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil-wet, sebagai
berikut :
a. Saat konsentrasi zat perubah kebasahan naik, batuan water-wet berubah jadi oil-wet,
akibatnya tenaga kapiler akan mendorong minyak pada kerongkongan pori yang lebih
sempit.
b. Saat yang bersamaan zat perubah itu akan menurunkan tegangan antarmuka, akibatnya
minyak akan pecah dan menjalar sepanjang kerongkongan pori.
c. Bila zat perubah kebasahan tersebut turun, batuan mulai berubah lagi menuju water-wet
sehingga mengakibatkan minyak menjadi retak-retak sepanjang kerongkongan pori.
d. Bila batuan tadi sudah menjadi water-wet kembali, maka minyak yang retak-retak akan
pecah dan lepas dari batuan, kemudian mengalir melalui kerongkongan pori bersama air
injeksi.
Gambar 3.39.
Rumus Dasar Acrylamide21)
Bila dikombinasi secara kimiawi untuk membentuk polymer, maka strukturnya adalah :
Gambar 3.40.
Rumus Dasar Polymer Secara Kimiawi21)
Polyacrylamide relatif lebih tahan terhadap serangan bakteri, zat ini efektif bila digunakan
pada reservoir yang mempunyai salinitas 1%. Pada reservoir dengan harga salinitas yang tinggi,
polyacrylamide akan kehilangan kemampuan untuk mengentalkan air. Polyacrylamide atau
"biopolymer", dibuat dari proses fermentasi dengan menggunakan bakteri. Salah satu bakteri yang
digunakan adalah Xanthomonas campestris atau biasa disebut "Xantan gum".
Polysacharide lebih tahan terhadap shear degradation dan salinitas dibandingkan dengan
polyacrylamide, sehingga banyak digunakan pada reservoir dengan salinitas sedang. Polysacharide
yang telah terlarut ini akan digunakan untuk mengontrol mobilitas (mobility control agent), maka
polymer tersebut harus dijaga dari serangan bakteri, yaitu dengan memakai biocedes dan oxygen
scavegers secara tepat. Kebanyakan bakteri aerobic yang menyerang xantan adalah dari jenis
pseudomand, dimana mikroba ini selain menurunkan kualitas polymer juga memproduksi sel-sel
dengan diameter 1 micron dan panjang 4 micron. Sel-sel ini lebih besar dari polymer dan dapat
menyumbat formasi (formation plugging) pada sumur injeksi.
Injeksi polymer pada dasarnya adalah merupakan injeksi air yang disempurnakan, untuk
memperbaiki sifat fluida pendesak dengan harapan perolehan minyaknya akan lebih besar.
Kegagalan injeksi air tidak semua dapat ditanggulangi dengan injeksi polymer. Bila penyebabnya
adalah perbandingan mobilitas yang kurang menguntungkan dan heterogenitas batuannya, maka
injeksi polymer akan dapat menanggulanginya.
Penggunaan polymer dapat mengurangi pengaruh yang kurang baik dari variasi
permeabilitas den fracture, sehingga dapat memperbaiki effisiensi penyapuan vertikal (effisiensi
invasi) maupun effisiensi penyapuan berpola. Satu syarat lain yang harus dipenuhi agar injeksi
polimer dapat berhasil, yaitu kondisi reservoir yang sesuai.
Beberapa panduan yang digunakan untuk memilih reservoir yang akan dilakukan injeksi
polymer antara lain :
1. Perbandingan mobilitas antara 2 sampai 20 dan terdapat variasi distribusi permeabilitas
yang cukup besar.
2. Memiliki permeabilitas dan viscositas minyak yang cukup tinggi.
3. Temperatur reservoir kurang dari 250 – 300 0F.
4. Saturasi minyak bergerak harus cukup tinggi.
5. Reservoir dengan daya dorong air yang produksi air awalnya kecil atau tidak ada sama
sekali.
B. Rheologi
Larutan polimer yang terdiri atas molekul-molekul raksasa merupakan fluida non
Newtonion, sehingga kelakuan alirannya terlalu kompleks untuk dinyatakan dalam satu parameter,
yaitu viskositas. Rheologi larutan meliputi :
Viscoelastisitas dan relaxation time
Aliran laminer
Mengalir dengan arus longitudinal
Penurunan permeabililtas dikenal faktor resistensi (R) yang mengukur pengurangan
mobilitas. Harga R dipengaruhi oleh konsentrasi polimer. Secara matematis R dinyatakan sebagai
berikut :
w k w / w
R
p k p / p .................................................................................... (3-13)
C. Ukuran Polimer
Ukuran polimer dapat ditentukan secara matematis atau melakukan percobaan. Flory (1953)
merumuskan untuk polimer non-ionik :
1
r 2 8(W ) 2 ..................................................................................... (3-14)
Gambar 3.43.
Diagram Sistem Manifold Distribusi Injeksi Fluida21)
Fluida yang diinjeksikan jika dalam beberapa kasus adalah air atau slug tercampur (miscible
slug), throttling valve sederhana dapat untuk mengatur aliran fluida. Sejumlah sumur jika menerima
fluida dari satu pompa dalam jumlah besar, alat-alat pengontrol tersebut menjadi tidak stabil karena
seluruh sistem saling berhubungan. Perubahan sedikit saja dari alat throttling (katup penyumbat)
pada satu sumur menyebabkan perubahan aliran di semua sumur yang lain karena laju alir total
tetap konstan. Sistem ini tetap bekerja jika cukup monitoring terhadap laju injeksi pada masing-
masing sumur.
Injeksi polimer polycrylamide memerlukan larutan khusus dalam masalah pengontrolan laju
injeksi. Polimer-polimer tersebut rentan terhadap penurunan shear pada saat melewati throttling
valve. Cara yang umumya digunakan untuk mengontrol rate (kecepatan) adalah penempatan tubing
panjang dengan diameter relatif kecil. Polimer-polimer sedikit sensitif terhadap viscous shear
daripada viscoelastic shear di dalam pipa orifice atau peralatan yang serupa, tubing-tubing tersebut
menyempurnakan sasaran (tujuan) kontrol aliran tanpa menurunkan kualitas polimer.
Diameter tubing dihitung berdasarkan shear rate untuk laju alir yang diinginkan, sedangkan
panjang coil (tubing) dihitung berdasarkan tekanan yang harus dihilangkan sebelum memasukkan
wellhead.
A. Klasifikasi Surfactant
Surfactant dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Anion
1.1. Garam-Asam Carboxylic
a. Garam sodium dan potasium dari asam lemak rantai lurus (soaps).
b. Garam sodium dan potasium dari asam lemak minyak kelapa.
c. Garam sodium dan potasium dari asam minyak tall.
d. Garam amine.
e. Acylated polypeptides.
1.2. Garam Asam Sulfonat
a. Linear alkyl benzen sulfonat (LAS).
b. Hygher alkyl benzen sulfonat.
c. Benzen, toluen, xylen dan cumenesulfonat.
d. Lignusulfonat.
e. Petroleum sulfonat
f. N-acyl-n-alkyltaurates.
g. Parafin sulfonat (SAS). Secondary n-alkyltaurates.
h. Alfa olefin sulfonat (AOS).
i. Ester sulfosuccinate.
j. Alkyl napthalen sulfonat.
k. Isethionates.
l. Garam ester dari phosporic dan polyphosporic.
m. Perfluorinated anion.
2. Kation
a. Amine rantai panjang dan garam-garamnya.
b. Diamines dan polyamines dan garam-garamnya.
c. Garam Quartenary Ammonium.
d. Polyoxythelenated Amine rantai panjang.
e. Quarternized Polyoxythelenated rantai panjang.
f. Amine Oxides.
3. Nonion
a. Polyoxythelenated Alkylphenols, alkylphenol ethoxylates.
b. Polyoxythelenated rantai lurus alkohol, alkohol ethoxylates.
c. Polyoxythelenated mercaptans
d. Rantai panjang asam Ester Carboxylic.
e. Alakanolamine kondensat, Alkanolamides.
f. Tertiery Acetylenic Glicol.
4. Amphoterik
Surfactant jenis ini mengandung dua atau lebih aspek jenis lain. Contoh : amphoterik
mungkin mengandung anion group dan non polar group. Surfactant jenis ini tidak pernah digunakan
dalam perolehan minyak. Termasuk dalam surfactant ini adalah jenis-jenis aminocarboxylic.
B. Kuantitas Surfactant
Kuantitas surfaktan adalah penentuan volume surfaktan yang dibutuhkan dalam pendesakan
agar residual oil yang tertinggal dapat didesak dengan cara menurunkan tegangan permukaan. Slug
surfaktan yang digunakan jangan terlalu banyak karena tidak ekonomis dan sebaliknya jangan
terlalu sedikit karena mengakibatkan permukaan minyak tak semuanya dilalui.
Penentuan slug surfaktan ini dapat dilakukan di laboratorium atau dengan cara lain seperti
yang telah dikemukakan oleh Taylor dan dikembangkan oleh Aris. Cara ini menunjukkan hubungan
antara jarak yang ditempuh dengan konsentrasi larutan surfaktan, yaitu :
c 2c
k .............................................................................................. (3-16)
t x 2
Keterangan :
C = konsentrasi, fraksi volume surfaktan.
T = waktu pendesakan, detik.
k = koefisien dispersi, cm2/dt.
x = jarak, cm.
Core yang diinjeksi dengan surfaktan kemudian dicatat seberapa jauh jarak yang ditempuh
surfaktan, dimulai dari titik injeksi sampai injeksi mencapai 10% dan 90% pore volume.
Solusi dari Persamaan (3-16) adalah sebagai berikut :
x1
C 0.5 1 erf ................................................................... (3-17)
2 KT
Keterangan :
1 X X 10
K 90 ............................................................................ (3-18)
t 3.625
X90 dan X10 adalah jarak yang ditempuh surfaktan bertepatan dengan injeksi surfaktan
mencapai 90 dan 10 % pore volume dari titik injeksi. Volume surfaktan untuk aplikasi lapangan
yang diperlukan dapat ditentukan dari :
Vsf C x Vp ...................................................................................... (3-19)
Keterangan :
Vsf = volume surfaktan yang diperlukan, %PV.
C = fraksi volume surfaktan yang diperlukan.
Vp = volume pori-pori total resrvoir, satuan volume.
Penentuan volume slut surfaktan dari pengalaman di lapangan dengan cara diatas akan
mendapatkan hasil optimum sekitar 5 sampai 10 pore volume.
C. Kualitas Surfactant
Kualitas surfaktan adalah efektivitas kerja dari surfaktan untuk menurunkan tegangan
permukaan antara air-minyak, sehingga residual oil yang tertinggal dapat didesak dan
diproduksikan.
Surfaktan didefinisikan sebagai molekul yang mencari tempat diantara dua cairan yang tak
dapat bercampur dan mempunyai kemampuan untuk mengubah kondisi.
Bahan utama dari surfaktan ini adalah Petroleum Sulfonate, dimana zat ini dihasilkan dari
sulfonatisasi minyak mentah (distilasi minyak). Petroleum sulfonate mempunyai daya afinitas
terhadap air dan minyak. Molekul ini mempunyai dua bagian, satu bagian larut dalam minyak dan
satu bagian lainnya larut dalam air. Surfaktan yang mempunyai daya afinitas kuat terhadap minyak
disebut oil-soluble (mahagoni) dan yang kuat terhadap air disebut water soluble (green acid).
Rumus kimia dari sulfonate adalah R-SO3H, dimana R adalah gugusan atom-atom aromatik.
Kualitas surfaktan ditentukan dari parameter berat ekuivalennya, semakin besar berat ekuivalen
surfaktan yang digunakan, maka efektivitas kerja untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-
air semakin baik dan begitu sebaliknya.
Penggunaan surfaktan dengan konsentrasi yang terlalu tinggi tidak saja mengakibatkan
absorbsi, tapi juga menjadi tidak ekonomis. Perolehan kelarutan yang baik dalam minyak atau air
dan tak terlalu terpengaruh oleh absorbsi batuan reservoir serta tahan terhadap kontaminasi garam-
garam formasi dan pengaruh mineral-mineral clay, maka perlu ditentukan berat ekuivalennya yang
optimum.
Kerakteristik dari petroleum sulfonate yang merupakan bahan dasar surfaktan adalah seperti
yang terdapat pada Tabel III-5. Bila akan menggunakan surfaktan dengan berat ekuivalen yang
dikehendaki, maka tinggal mencampur dua atau beberapa jenis surfaktan tersebut.
Zat tambahan (additive) dalam slug surfaktan biasa digunakan "Cosurfaktant", sebab zat ini
mempunyai banyak fungsi dalam pendesakan ini, antara lain mengatur viskositas yang cocok untuk
mengontrol mobilitas. Beberapa jenis alkohol yang digunakan sebagai cosurfaktan adalah :
Cosurfaktan : 2-propanol, 1-pentanol, p-pentanol, 1-hexanol, 2-hexanol.
Tabel III-5
Bahan Dasar Injeksi Surfactant17)
E. Sistem Pencampuran
Pencampuran komponen-komponen menjadi slug surfactant memerlukan sistem penanganan
yang tepat, antara lain harus memakai water treatment dan sistem pencampuran slug surfactant.
Fasilitas water treatment diperlukan untuk menghilangkan kation-kation yang merugikan seperti
Ca2+, Mg2+ dan ion besi dengan ion-ion natrium dari pelembut air (water softener).
Gambar 3.45.
Diagram Sistem Pencampuran Slug Surfactant21)
Filtrasi diperlukan slug yang umumnya memanas sebelum dipompa melewati filter.
Beberapa maksud dengan memanaskan lebih dahulu yaitu : menstabilkan slug, memperbaiki
penyaringan yang menyebabkan turunnya viskositas slug dan mengurangi kemungkinan
terendapkannya parafin di dalam sumur injeksi. Cosurfactant yang hampir selalu alkoho setelah
filtrasi l, terukur di dalam slug. Cosurfactant menaikkan kesetabilan micellar dan secara serempak
merubah viskositas untuk memenuhi kebutuhan mobilitas di dalam reservoir. Slug tersebut biasanya
ditempatkan di dalam tangki penyimpanan preinjection sebelum diijeksikan di dalam sumur.
Sebuah pompa positive displacement digunakan untuk mengnjeksikan slug pada laju alir seperti
sebelumnya.