Anda di halaman 1dari 48

Keluarga

Hanny Kusumaningtyas:
S A H A B AT Anugerah Sunyi yang
Menginspirasi

EDISI 11 l TAHUN KEEMPAT l MEI 2019

Atalia
Ridwan Kamil

Ancaman
Harus Dimulai dari
Ibu dan Bapaknya

di Balik

Media
ABK
Menjadikan
Mandiri melalui
Sekolah Inklusi

Kebahagiaan Gardini

Sosial
yang Tak Terperi
SCAN DISINI DAPATKAN
INFORMASINYA

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud Sahabat Keluarga #keluargahebat #keluargaterlibat


SALAM REDAKSI

Gernas Baku,
Tumbuhkan
Minat Baca
dan Pererat
Orangtua-Anak

G
erakan orangtua mem­ Utara, dan Papua yang difasilitasi oleh
bacakan buku (Gernas Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indo­
Baku) kembali digelar. nesia (IGTKI) dan Himpunan Pendidik Tujuan utama
Gernas Baku meru­ dan Tenaga Kependidikan Pendidikan pelaksanaan
pakan kolaborasi antara Anak Usia Dini (Himpaudi).
pemerintah dengan pe­ Pada hari itu juga dilaksanakan se­ Gernas Baku adalah
giat peduli pendidikan anak usia dini cara serentak Gernas Baku di semua menumbuhkan minat
(PAUD), perguruan tinggi, dan dunia satuan pendidikan di seluruh provinsi
usaha dalam rangka meningkat­ kan yang dimulai pada pukul 07.00 sampai baca sejak usia dini.
partisipasi keluarga dan lembaga dengan selesai pada pukul 12.00 waktu
PAUD untuk menumbuhkan budaya setempat. Di semua satuan pendidikan
membaca. digelar acara yang sama, yakni oran­
Gernah Baku mendukung inisiatif gtua membacakan buku untuk anak­
dan peran keluarga dalam meningkat­ -anak dan melakukan kegiatan yang
kan minat baca anak melalui pembia­ terinspirasi dari buku yang dibacakan,
saan di rumah, di satuan PAUD, dan seperti menggambar, kolase, melukis
di masyarakat. Karena itu, yang ter­ dengan jari, dan kegiatan lainnya.
libat dalam kegiatan ini adalah guru Seperti halnya tahun 2018 lalu,
di sekolah, orangtua di rumah, dan akan diadakan lomba penyelengga­
masyarakat. raan Gernas Baku 2019 terbaik. Peserta
Gernas Baku 2019 dimulai pada Ma­ lomba, yakni satuan pendidikan di se­
ret sebagai bulan persiapan sosialisasi. luruh wilayah, mengirimkan foto-foto
Lantas April sebagai lanjutan sosialisa­ dokumentasi atau video berupa kegia­
si dan parenting, dan Mei-Juni sebagai tan-kegiatan sejak persiapan sosialisa­
lanjutan kegiatan parenting. Juli meru­ si, parenting, dan kegiatan puncak 27
pakan puncak kegiatan Gernas Baku Juli 2019.
yang tepatnya akan digelar pada 27 Tujuan utama pelaksanaan Gernas
Juli. Baku adalah menumbuhkan minat
Pada puncak kegiatan, akan dia­ baca sejak usia dini. Hal itu dimulai
dakan perbincangan jarak jauh (tele- dari inisiatif orangtua membacakan
conference) antara Menteri Pendidikan buku untuk anak-anak yang diharap­
dan Kebudayaan dengan enam provin­ kan akan juga berdampak pada erat­
si, yakni Aceh, Jawa Timur, Kalimantan nya hubungan sosial dan emosi antara
Utara, Nusa Tenggara Barat, Maluku orangtua dan anak.

SAHABAT KELUARGA 3
SAPA REDAKSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

Upaya Melindungi SUSUNAN REDAKSI

Anak dari Ancaman PEMBINA


Ir Harris Iskandar, Ph.D.

Media Sosial
Direktur Jenderal PAUD dan DIKMAS
harris.iskandar@kemdikbud.go.id

PENANGGUNG JAWAB
Dr.Sukiman, M.Pd.

U
Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga
ntuk yang kesekian kali, Majalah sukiman@kemdikbud.go.id
Sahabat Keluarga mengupas
dampak penggunaan media PENGARAH
Dr. E. Dede Suryaman, M. Pd.
sosial bagi kesehatan fisik dan dede.suryaman@kemdikbud.go.id
psikis anak-anak dan remaja. Hal
Dra. Nike Kusumahani, M. Pd.
ini tak lepas dari kian maraknya nike.kusumahani@kemdikbud.go.id
berbagai fenomena yang membuat miris terkait Nanik Suwaryani, Ph.D.
karakter negatif bahkan penyimpangan yang suwaryani@kemdikbud.go.id.
dilakukan anak-anak dan remaja sebagai akibat Drs. A. Hendra Sudjana, M. Ed.
penggunaan internet, terutama media sosial yang hendra.sudjana@kemdikbud.go.id.
tidak terkontrol. Untuk itu, perlu dikupas upaya
yang harus dilakukan berbagai pihak untuk PEMIMPIN REDAKSI
Edy, SS.,
menyelamatkan anak dan generasi muda dari edy.bindikel@kemdikbud.go.id
dampak negatif peng­gunaan media sosial.
Seperti edisi sebelumnya, juga ditampilkan SEKRETARIS REDAKSI
beberapa keluarga yang memiliki daya juang Dina Kartika Putri
yang tinggi untuk mengasuh dan mendidik anak-
PENULIS NASKAH
anak­nya dengan berbagai tantangan. Antara
Drs. Yanuar Jatnika
lain kami tampilkan keluarga Benny Wijaya
dari Madura, Keluarga Hanny dari Jakarta, dan EDITOR
keluarga Soedjatmiko dari Serpong. HN Purwanto
Edisi ini merupakaan yang pertama di tahun
2019 serta merupakan tahun keempat sejak terbit DESAIN dan TATA LETAK
Dhoni Nurcahyo
pertama kali tahun 2016. Berbagai dinamika
dalam pengelolaan majalah Sahabat Keluarga FOTOGRAFER
ini kerap menuntut tim Redaksi berpikir keras Fuji Rachman Nugroho
untuk memberikan yang terbaik dan bermanfaat
bagi pembaca. Harus diakui, masih banyak RISET
Anton Wiratama
kekurangan dan kelemahan dari majalah ini yang
menuntut perbaikan terus menerus, baik dari sisi SEKRETARIAT
konten maupun layout. Meitina Ventini, SE., Diah Kas Budiarti, SS.,
Meski masih terdapat beberapa kekurangan Memet Casmat, MT.
dan kelemahannya, kami berharap Majalah
PENERBIT
Sahabat Keluarga ini bisa menjadi inspirasi bagi Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga
siapapun untuk membantu tumbuh kembang Direktorat Jenderal PAUD dan DIKMAS
dan melindungi serta menyelamatkan anak-anak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dari berbagai dampak negatif dari ling­kungan.
Semoga.
ALAMAT REDAKSI
Kompleks Kemdikbud, Gedung C. Lt. 13
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan
Jakarta Pusat, 10270
Telp. 021-5737930
Email : sahabatkeluarga@kemdikbud.go.id
http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

SAHABAT KELUARGA 4
daftar isi

6 Ancaman di Balik Media Sosial:


Penyimpangan Seksual pada
Anak
10 Tayangan Televisi Harus Diatur
12 Tiada Figur Ayah, Anak
Berpotensi Berperilaku LGBT
14 Soedjatmiko-Rhodia: Demi
Putrinya yang Ber-IQ 72
18 Kebahagiaan Gardini Oktari
yang Tak Terperi
20 Hanny Kusumaningtyas:
Anugerah Sunyi yang
Menginspirasi
24 Putri Trisnawinny Santoso:
Setelah Ingin Bunuh Diri
26 Benny Wijaya-Siti Aminah:
Dalam Keterbatasan Antar
Anak Kuliah S3 hingga
Amerika
28 Dodik Pranata Wijaya: Orangtua
Contoh Terbaik
30 Menjadikan ABK Mandiri
melalui Sekolah Inklusi
34 Plus-minus Sekolah Inklusi
36 Dinas Pendidikan Kutai
Kartanegara
Gelar ToT Parenting
38 Sekar: Membangun Peradaban
Bangsa Melalui Keluarga
40 Atalia Ridwan Kamil: Harus
Dimulai dari Ibu dan Bapaknya
42 Sinergi itu Penting
43 Bersama Hadapi Tantangan
44 Kualitas ASN Perlu
Ditingkatkan
45 Butuh Keteladanan untuk
Mencegah Korupsi

SAHABAT KELUARGA 5
SAJIAN UTAMA

Ancaman di Balik
Media Sosial:

PENYIMPANGAN
SEKSUAL
PADA ANAK Kemudahan interaksi yang diberikan media sosial
telah berkembang begitu jauh. Salah satunya menjadi
sarana penyebaran konten pornografi yang berpotensi
menimbulkan penyimpangan seksual pada anak.

SAHABAT KELUARGA 6
K
ehadiran internet bagai mawan, mengatakan, kementeriannya
pisau bermata dua. Di terus melakukan upaya sosialisasi dan
satu sisi bisa berdampak edukasi terhadap para orangtua terkait
positif, yakni semakin aksesibilitas pornografi oleh anak.
cepatnya informasi ”Kita ingin melakukan upaya
dan pengetahuan bisa pre­ventif terhadap pornografi. Per­
diperoleh. Sehingga pada ujungnya soalannya, kita tak bisa mendeteksi ke­
terjadinya peningkatan wawasan dan tika anak itu terpapar pornografi. Ber­
pengetahuan. Namun, di sisi lain inter­ beda dengan narkoba, kita bisa lihat,”
net bisa berdampak negatif, yakni mu­ kata Dermawan.
dahnya mengakses pornografi, paham Menurut Dermawan seharusnya
kekerasan, radikalisme, dan berbagai saat anak bermain game online melalui
informasi menyesatkan lainnya, yakni telepon pintar dan menonton televisi,
hoax. utamanya televisi kabel, orang­tua ha­
Salah satu produk turunan dari inter­ rus mengawasi atau mendampinginya
net yang paling mudah diakses adalah secara ketat.
media sosial. Melalui media komunika­ Dari sekali terpapar pornografi
si interaktif yang simpel ini, pengguna yang diakses, anak kemudian pena­
dapat berdialog secara maya dan ber­ saran dan akan mengulang 20-30 kali
tukar berbagai informasi. Salah satunya hingga teradiksi. ”Timbul keinginan
informasi negatif, seperti pornografi. untuk melihat terus dan akhirnya
Plt. Asisten Deputi Bidang Perlin­ mencontoh,” ungkap Dermawan.
dungan Anak dalam Situasi Darurat
dan Pornografi Kementerian Pember­ Gerakan Bersama
dayaan Perempuan dan Perlindungan Euis Sunarti, Guru Besar Ketahanan ”Mereka terkendala
Anak (PPPA) Dermawan, mengun­ dan Pemberdayaan Keluarga di Fakul­
gkapkan, pada tahun 2018, kemente­ tas Ekologi Manusia Institut Pertanian ketersediaan waktu
riannya memperoleh laporan 2.536 Bogor menilai, fungsi keluarga saat
kasus paparan pornografi dan dam­ ini lebih didominasi fungsi ekonomi,
untuk berkomunikasi
paknya sekitar 25 ribu anak/bulan yakni ibu dan ayah mencari nafkah. dengan anak-anaknya.
mengakses pornografi. Sehingga fungsi keluarga yang lainnya,
Sedangkan soal pornografi melalui seperti mengasuh, menanamkan ni­ Kalaupun tahu,
media sosial, Direktur Jenderal Aplika­ lai-nilai agama dan moral pada anak, mereka tidak tahu
si Informatika Kementerian Komu­ menjadi berkurang. Jadi, ada ketidak­
nikasi dan Informasi (Kemenkominfo) tahanan atau ketidakseimbangan ke­ kemana berkonsultasi
Samuel Abrijani Pangerapan, men­ luarga dan ketidaktersediaan hukum
gaku telah banyak menerima aduan untuk melindungi keluarga bila ada persoalan
dari masyarakat terkait konten porno­ ”Mereka terkendala ketersediaan dengan perilaku anak-
grafi di media sosial. Tahun 2017 lalu, waktu untuk berkomunikasi dengan
Kemenkominfo menerima sekitar 780 anak-anaknya. Kalaupun tahu, mereka anaknya.”
laporan terkait dengan konten porno­ tidak tahu kemana berkonsultasi bila
grafi di media sosial. ada persoalan dengan perilaku anak- Euis Sunarti, Guru Besar Ketahanan
Pada tahun yang sama, situs Ke­ anak­nya,” katanya. dan Pemberdayaan Keluarga di
menkominfo merilis daftar beberapa Euis mencontohkan, ketika organi­ Fakultas Ekologi Manusia Institut
media sosial yang banyak memuat sasi yang ia bina, yakni Perkumpulan Pertanian Bogor
konten pornografi. Menyusul berbagai Pegiat Keluarga (GiGa) melakukan so­
laporan itu, semua platform media so­ sialisasi di tengah masyarakat. ”Saya
sial menyediakan fitur yang secara oto­ tunjukkan data dan fakta, masyarakat
matis memblokir konten-konten yang langsung bertanya, apa yang harus
memuat informasi berbau pornografi. saya lakukan? Ini bukti mereka tidak
”Konten-konten negatif ini tumbuh tahu persoalan, atau tahu tapi tidak
setiap hari. Kami mencari dan masya­ paham mesti konsultasi ke mana,” ka­
rakat juga melaporkan. Sama-sama tanya.
FOTO: FUJI NUGROHO

berupaya,” kata Samuel. Artinya, lanjut Euis, perlu ada so­


Plt. Asisten Deputi Bidang Perlin­ sialisasi yang masif, sistimatis dan
dungan Anak dalam Situasi Darurat dan terstruktur untuk menggugah para
Pornografi Kementerian Pemberdayaan keluarga tentang bahaya terpaparnya
Perempuan dan Perlindungan Anak Der­ anak-anak oleh perilaku LGBT. ”Perlu
SAHABAT KELUARGA 7
ada pihak yang jadi pemimpin dalam bahaya pornografi dan LGBT. ”Misal­
sosialisasi ini dan yang paling tepat itu nya Direktorat Pembinaan Pendidikan
pemerintah,” katanya. Keluarga, BKKBN dan Kementerian
”Buat materi Dalam menghadapi persoalan ini, PPPA harus memiliki tujuan yang jelas
sosialisasi secara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan dengan cara-cara yang intensif, masif,
orangtua perlu melakukan gerakan dan konsisten,” tegas Euis.
holistik dan membuat secara intensif, masif, dan konsisten Dari sisi masyarakat, Euis mengu­
untuk melindungi anak-anak dari pa­ sulkan pemberdayaan warga untuk
suatu jaringan layanan paran pornografi di media sosial. Pa­ menjadi pelaku sosialisasi bahaya por­
yang lengkap akan jadi salnya, dampak pornografi terhadap nografi dan perilaku LGBT terhadap
anak-anak tidak sekadar munculnya keluarga. Salah satunya melalui ibu-ibu
media bagi masyarakat tindak pornoaksi, seperti pelecehan yang aktif di kegiatan PKK yang saat ini
untuk berkonsultasi seksual, hamil di luar nikah, dan seje­ sudah masuk sampai ke tingkat kelu­
nisnya. Tapi juga berpotensi muncul­ rahan. Bahkan kader-kadernya yang
terkait perilaku anak- nya perilaku lesbian, gay, biseksual, mewakili rukun-rukun warga, termasuk
dan transgender (LGBT). kader posyandu. Di Jawa Barat ada kader
anaknya.” Euis memperoleh pengakuan seo­ Motekar (motivator ketahanan keluarga).
rang remaja yang awalnya kecanduan ”Buat materi sosialisasi secara ho­
pornografi. Pada perkembangannya listik dan membuat suatu jaringan
dia menjadi lelaki suka lelaki (LSK) layanan yang lengkap akan jadi media
atau gay. bagi masyarakat untuk berkonsultasi
”Selama nonton film-film porno, ia terkait perilaku anak-anaknya,” pa­
dapat pengetahuan bahwa bila berhu­ par Euis. Soal kompetensi kader, Euis
bungan dengan wanita ada kemung­ meyakini bisa ditingkatkan dengan
kinan hamil. Karena itu juga diberi pelatihan secara gradual dan tentunya
masukkan teman-temannya, akhirnya dengan dana yang memadai.
berhubungan sesama untuk menghin­ Euis juga mengapresiasi upaya
dari kehamilan,” ungkap Euis. Kemenkominfo yang menerbitkan
Menurut Euis, di internet banyak panduan ”Internet Sehat”. Serta mem­
ditemukan panduang melakukan hu­ blokir situs-situs terkait pornografi dan
bungan sesama jenis. Panduan ini lan­ LGBT.
tas dibagikan lewat media sosial. Pihak lain yang perlu terlibat, kata
Euis, adalah LSM-LSM atau organi­
Pemberdayaan Masyarakat sasi-organisasi masyarakat. ”Jangan
Pemerintah punya tanggung jawab berharap pada perguruan tinggi, sebab
mengedukasi masyarakat tentang per­ punya keterbatasan sumber daya,” tan­
lindungan terhadap anak-anak dari dasnya. Yanuar Jatnika

FOTO: FUJI NUGROHO

SAHABAT KELUARGA 8
Negeri Tidak salah kalau Indonesia disebut negara mobile internet. Dunia
maya telah diakses oleh lebih dari 100 juta warga. Penduduk Indonesia
pada 2017 menjapai 262 juta jiwa, 150 juta diantaranya telah terhubung

Mobile
dengan internet. Sementara 142,8 juta atau 95%-nya mengakses
melalui ponsel.
GSMA memperkirakan di tahun 2025 akan ada 410 juta ponsel di

Internet Indonesia yang terhubung dengan internet.* Angka ini berada di bawah
China dan India yang diprediksi akan menembus 1,4 dan 1,2 miliar
pada tahun tersebut. Dari angka-angka ini bisa kita prediksikan berapa
banyak media sosial yang akan digunakan.
*The mobile economy 2019, GSMA intelligence

US
346 CINA
1.458

INDIA
1.171

INDONESIA
BRAZIL 410
204

5 Negara dengan Telepon Pintarnya


Terkoneksi Internet, 2025 (juta) Sumber: eMarketer

98,2%
Telepon Pintar BENTUK
KONTEN SERING 79,4%

6,9%
Laptop Pribadi
DIBAGIKAN DI
MEDIA SOSIAL 66,7%

56,2%

1,5% 94,4%
PC di Kantor
MILENNIAL
INFOGRAFIS: DHONI NURCAHYO

1,4%
PC di Rumah 20,4%
27,9%

Telah mengakses internet


0,8%
10,4%
5,6%

Lainnya
KOMIK ANIMASI MUSIK INFOGRAFIS VIDEO TULISAN FOTO

SAHABAT KELUARGA 9
SAJIAN UTAMA

Tayangan Televisi
Harus Diatur

SAHABAT KELUARGA 10
R
ektor Institut Pertanian Bo­ Senada dikatakan Yulina Eva Ria­
gor (IPB) Arif Satria, menilai ni, anggota Tim Peneliti pada Pusat
platform yang paling bertang­ Dukungan Keluarga dan Parenting
gung jawab atas pornografi pada Universitas Queensland, Brisba­
adalah media televisi. Pasalnya, tidak ne, Australia. Menurut wanita yang
semua anak punya gawai, tapi semua kini juga mengajar di Fakultas Ekologi
punya akses terhadap televisi. Ketika Manusia Jurusan Ilmu Keluarga dan
orangtuanya belum pulang dari kan­ Konsumen, IPB, di beberapa negara,
tor, anaknya bebas nonton televisi. pemerintah memberlakukan aturan
”Perlu ada regulasi tentang pem­ penyiaran televisi.
batasan film-film atau sinetron, pada ”Misalnya di Australia, siaran tele­
jam-jam tertentu. Contohnya di Je­ visi sejak pagi sampai sore hanya diisi
”Perlu ada regulasi pang, sinetron itu hanya bisa tayang siaran-siaran untuk para ibu, seperti
di atas jam 9 malam. Dari pagi sampai pengasuhan, memasak, interior, hi­
tentang pembatasan malam itu isinya berita, informasi, buran-hiburan ringan, talkshow, reality
film-film atau sinetron, pengetahuan dan hiburan non sine­ show, dan sebagainya. Materi dewasa
tron,” ungkap Arif. hanya boleh disiarkan malam hari,”
pada jam-jam Tak hanya itu, Arif mengingatkan, katanya.
keberadaan media sosial itu sudah Bahkan Australia memiliki acara
tertentu. Contohnya keniscayaan. Semua anak sudah bisa khusus untuk anak-anak, yakni ABC
di Jepang, sinetron mengakses internet, termasuk me­ For Kids yang tayang sejak pagi hingga
dia sosial dengan mudah dan bisa tak sore. ”Di Australia itu siang hari di te­
itu hanya bisa tayang terkontrol orangtua. levisi tidak ada tayangan sinetron atau
Karena itu yang harus dilakukan film,” tambah Eva.
di atas jam 9 malam. adalah upaya memberikan perlindung­ Sedang untuk gawai, di Australia
Dari pagi sampai an terhadap anak-anak yang oleh Arif awalnya untuk memperkenalkan me­
disebut parental control. ”Masalahnya, tode belajar interaktif. Harapannya
malam itu isinya memang ada orangtua yang mem­ dapat memacu kemampuan literasi
berita, informasi, batasi anaknya bermedia sosial tapi anak menjadi lebih baik. Seperti con­
lebih banyak sebetulnya yang tidak tohnya, penggunaan e-book, aplikasi
pengetahuan dan melakukannya. Seperti di desa atau phonetic, reading bee, dan lain-lainnya
bahkan di kota besar yang orang­ pada proses belajar anak.
hiburan non sinetron.” tuanya, kedua-duanya sibuk bekerja, Akan tetapi, saat ini orangtua
pergi pagi pulang malam, komunikasi banyak yang kurang paham tentang
Arif Satria, dengan anak sangat kurang dan kemu­ apa, mengapa dan bagaimana mem­
Rektor Institut Pertanian Bogor dian tidak terkontrol,” tandasnya. fungsikan gawai untuk anak secara
bijak. Bahkan banyak orangtua yang
merasa ’terbantu’ gawai karena dapat
’mendiamkan’ anak pada saat dibu­
tuhkan. ”Tanpa orangtua sadari, me­
reka sendirilah yang sudah mengajari
dan membuat anak mereka kecanduan
internet dengan sikap permisifnya,” je­
las Eva.
Melihat fenomena ini dan men­
gukur banyaknya dampak negatif
gawai pada anak di bawah usia 16
tahun, akhirnya banyak ahli yang
sangat tidak menganjurkan anak di­
beri akses pada gawai tanpa pengawa­
san orangtua sama sekali. Bahkan di
Taiwan, pemerintahnya sudah mem­
berlakukan denda tinggi bagi orangtua
yang memberikan gawai pada anak
usia di bawah 2 tahun.
”Saat ini Australian Council on Chil­
dren dan media mendesak pemerin­
FOTO: FUJI NUGROHO

FOTO: FUJI NUGROHO

tah untuk memberlakukan peraturan


melarang keras orangtua memberikan
gadget dan sejenisnya pada anak di
bawah usia 10 tahun,” papar Eva.
Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 11
SAJIAN UTAMA

Tiada Figur Ayah,


Anak Berpotensi
Berperilaku LGBT

P
erilaku menyimpang beru­
pa LGBT (lesbian, gay, bi­
seksual, dan transgender)
lebih disebabkan oleh pola
pengasuhan, budaya, pen­
garuh lingkungan, dan gaya hidup. ”Ti­
dak ada riset yang menyebutkan LGBT
karena faktor genetik. Kalaupun ada,

SAHABAT KELUARGA 12
jumlahnya sedikit sekali,” ungkap Jovi­ pang itu? Menurut Jovita, ayah perlu
ta Maria Ferliana, M.Psi. dalam semi­ menampilkan peran yang seharusnya
nar parenting beberapa waktu lalu. dilakukan lelaki. Misalnya, mengajak
Psikolog dari Universitas Kristen anak mengotak-ngatik motor atau mo­
Krida Wacana Jakarta Barat ini menga­ bil, memperbaiki genteng, mengajak
takan, salah satu penyebab timbulnya bermain dengan permainan laki-laki,
perilaku menyimpang berupa LGBT dan lain sebagainya.  
adalah ketiadaan peran atau figur ayah Seorang ayah juga harus berperan
di mata anak-anak. Terutama pada membimbing anak laki-laki untuk punya
anak-anak usia dini. prinsip dan pendirian serta memberi
”Secara fisik ayahnya ada, tapi ti­ contoh dan menunjukkan, bagaimana
dak menampilkan peran sebagai ayah seharusnya laki-laki berperilaku. 
yang seharusnya. Seperti memimpin,
menentukan aturan dalam keluarga, Salah Pengasuhan
membimbing anak-anaknya dan me­ Perilaku LGBT juga bisa disebabkan
ngendalikan istrinya,” terang Jovita. oleh salah pengasuhan. Misalnya
Menurut Jovita, ketiadaan peran orang­ tua, terutama ibunya, saat ha­
ayah itu bisa disebabkan beberapa mil, terlalu berharap mempunyai
hal, seperti menganggur, gaji istrinya anak perempuan, namun ternyata ke­
jauh lebih besar atau karena karak­ mudian dia dikarunia anak laki-laki.
ternya yang permisif alias tidak pe­ Akibatnya, bayi yang terlahir laki-laki
duli. ”Contoh, istrinya sibuk bekerja itu didandani dan diberi aksesori pe­
mencari uang, sementara suami di rempuan. ”Ini banyak terjadi. Di ruang
rumah, mencuci piring, memasak dan konsultasi saya juga pernah beberapa
melakukan aneka pekerjaan domestik kali menghadapi kasus seperti itu,”
lainnya,” katanya. ung­kap Jovita.
”Dahulu peran ayah dan ibu itu je­ Contoh perlakuan salah lain, ung­
las dan tegas. Ayah mencari nafkah kap Jovita, ibu kerap meminta anak ”Setiap hari di
dan ibu di rumah untuk memasak, lelakinya menemani ke salon. Tak
mencuci dan lain sebagainya, sehingga sekadar menemani, si anak juga diajak hadapkan dengan
figur ayah tegas dan jelas. Sekarang ini lulur, creambath, dan aneka layanan perilaku perempuan,
peran itu rancu,” tandas Jovita. salon yang semestinya untuk perem­
Bagi anak perempuan, dominannya puan. ”Mungkin maksudnya agar anak berbicara gaya
peran ibu dan tiadanya figur ayah, di­ laki-lakinya itu bersih, sehat kulitnya,
tambah tidak adanya pendidikan soal cakep, dan sebagainya. Namun akibat­
perempuan, ada
peran gender di usia dini, membuat nya, si anak jadi terbiasa diperlakukan ibunya, ada kakak
anak rentan lebih tertarik pada sesa­ sebagai perempuan dan berlanjut saat
ma perempuan. Dia juga mengabaikan dewasa,” katanya. atau adiknya yang
keberadaan laki-laki dalam kehidupan­ Lingkungan pergaulan juga menye­ semuanya perempuan,
nya, termasuk dalam orientasi seksual­ babkan terjadi fenomena penyim­
nya di masa dewasa. pangan perilaku berupa LGBT. Anak sementara  figur
Sementara bagi anak laki-laki, ke­ laki-laki yang tumbuh di tengah sau­
tiadaan figur ayah dan dominannya dara-saudaranya yang semua perem­ ayahnya nyaris tak
peran ibu, ditambah permisifnya ayah, puan, rentan berperilaku sebagai pe­ ada, ya akhirnya ia
membuat si anak laki-laki kekurangan rempuan. Apalagi bila peran ayahnya
ajaran soal bagaimana menjadi lelaki kurang kuat. terbawa gaya-gaya
sejati. Seperti memiliki prinsip hidup, ”Setiap hari di hadapkan dengan pe­
mempunyai kekuatan, dan mampu rilaku perempuan, berbicara gaya pe­
keperempuanan.”
mengendalikan lingkungan. rempuan, ada ibunya, ada kakak atau Jovita Maria Ferliana,
”Anak-anak, terutama usia 0-3 adiknya yang semuanya perempuan, Psikolog Universitas Kristen Krida
tahun, akan merekam, mengamati dan sementara  figur ayahnya nyaris tak Wacana
mengobservasi apa yang dilakukan ada, ya akhirnya ia terbawa gaya-gaya
ayah dan ibunya yang akhirnya dalam keperempuanan,” kata Jovita.
perkembangannya menjadi model da­ Agar anak terhindar dari perilaku
lam berperilaku. Yang terjadi, dia tak menyimpang LGBT, Jovita mengin­
punya model yang tegas soal bagaima­ gatkan para orangtua untuk membe­
na menjadi lelaki,” jelas Jovita. rikan bimbingan soal peran gender,
Saat memasuki lingkungan pergaul­ moralitas, pendidikan seks sejak dini,
an, anak lelaki dengan ketidaktegasan memberikan pemahaman soal konsep
figur ayah itu akan mudah terbawa diri, dan mendorong anak punya rasa
FOTO: FUJI NUGROHO

arus pergaulan. Salah satu adalah ter­ percaya diri. ”Intinya, peran orangtua
bawa arus perilaku menyimpang se­ harus kuat dalam kehidupan anak,
perti LGBT. jangan dikalahkan oleh pengaruh ling­
Lantas bagaimana cara menghin­ kungan pergaulan si anak,” tutupnya. 
dari tumbuhnya perilaku menyim­ Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 13
ORANGTUA HEBAT

Soedjatmiko-Rhodia

DEMI
PUTRINYA
YANG
BER-IQ

72
Gaya bicaranya penuh antusias
dengan artikulasi jelas. Setiap materi
pembicaraan disampaikan secara
gamblang dan detail dengan gaya
mendongeng, ekspresif, bahkan
teatrikal. Semua anggota tubuh ikut
bergerak, menguatkan apa yang
diucapkan.

SAHABAT KELUARGA 14
I
tulah Gardini Oktari. Gadis 30
tahun yang berprofesi sebagai
terapis untuk anak bayi berke­
butuhan khusus di Permata
Kids Center, Rumah Sakit Per­
mata Pamulang, Kota Tange­
rang Selatan. Ia juga kerap menjadi na­
rasumber di berbagai diskusi, seminar,
talkshow di radio dan kegiatan lainnya
tentang anak berkebutuhan khusus.
Siapapun yang baru mengenalnya
mungkin tiada menyangka bahwa Gar­
dini mempunyai keterbatasan intelek­
tual. Ia memiliki IQ (intelligence quo-
tient) hanya sekitar 72!
Dalam literatur psikologi, orang
dengan IQ 70-79 tergolong anak yang
berpikir lambat atau slow learner. Mam­
pu menempuh pendidikan di sekolah
umum, tapi perlu perjuangan yang
super keras untuk bisa setara dengan
yang normal.
Dengan kondisi seperti itu, perem­
puan yang akrab disapa Gardi ini pun
harus berjuang keras untuk dapat me­
nempuh jenjang pendidikan. Pendi­
dikan formal di sekolah umum hanya
dijalani kurang dari satu bulan saat ke­
las satu sekolah dasar di Al Azhar Bumi
Serpong Damai. Selebihnya, ia harus
menjalani pendidikan di Sekolah Luar
Biasa Budi Waluyo di kawasan Kemang
di kelas slow learner atau pelajar de­
ngan kelambatan berpikir sampai lu­
FOTO-FOTO: DHONI NURCAHYO

lus SMA.
”Di sekolah itu ada dua kelas, yakni
kelas untuk anak dengan IQ di bawah
70 dan kelas untuk slow learner dengan
IQ antara 70-90,” ungkap ibundanya,
Rhodia (59) saat ditemui Tim Sahabat
Keluarga di rumahnya di Bumi Serpong
Damai, Tangerang, akhir April lalu.
SAHABAT KELUARGA 15
Dengan kerja keras dan pendam­
pingan kedua orangtuanya serta kerja­
sama dengan pihak guru serta terapis,
Gardini bahkan mampu melanjutkan
pendidikan tinggi di Universitas Al
Azhar Indonesia (UAI) di Fakultas
Psikologi dan Pendidikan Program Stu­
di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
tahun 2007. Ia meraih gelar sarjana
pada tahun 2014.
Tingkat IQ Gardini diketahui saat
berusia tiga tahun. Berawal dari ke­
curigaan Rhodia dan suami, Soe­djat­
miko (66), karena sampai usia tiga
tahun putrinya sama sekali belum bisa
bicara, bahkan sampai saat mau ma­
suk sekolah dasar.
”Baru bisa bicara sepotong-sepo­
tong dengan kosa kata terbatas saat
kelas empat. Terus meningkat sampai
puncaknya atau setara dengan orang
yang normal pada saat memasuki SMP
dan SMA,” tutur dokter yang bekerja di
Rumah Sakit Permata Pamulang, Kota
Tangerang Selatan ini.

Tak Memaksakan
Lantas, bagaimana cara Rhodia dan
Soedjatmiko mendampingi Gardi­
ni menempuh pendidikan? Menurut
Soedjatmiko, prinsip utamanya adalah
mengarahkan dan mengoptimalkan
apa yang anak bisa melakukannya dan
membuatnya happy serta tidak me­
maksakan apapun yang anak tidak bisa dikit, berulang-ulang dan lebih baik
dan tidak membuatnya happy. lagi dengan contoh,” jelas Soedjat­
”Kalau kita paksa Gardi mem­ miko.
pelajari sesuatu yang tidak bisa di­ Merangsang Gardi ’kecil’ untuk ber­
lakukannya dan ia tidak sukai, ia akan bicara tentang apa saja yang dilihatnya
stres. Orangtua juga stres, begitu juga adalah cara yang dilakukan Soedjat­
dengan gurunya. Jadi kita biarkan saja miko dan Rhodia agar kemampuan
Gardi menekuni apa yang ia mampu berbicaranya normal seperti layaknya
dan mengabaikan apa yang ia tidak orang lain. ”Setiap objek di sekeli­
mampu,” terang guru besar Fakul­ ling, baik di rumah, di jalan atau di
tas Kedokteran Universitas Indonesia mana saja, selalu kami tanyakan dan
dan mantan Kepala Divisi Tumbuh dibicarakan dengan Gardini,” ungkap
Kembang Pediatri Sosial Rumah Sakit Soedjat­miko.
Umum Pusat (RSUP) dr Cipto Mangun­ Begitu juga dengan latihan mem­
kusumo ini. baca, dilakukan setiap saat ada waktu
Sebetulnya prinsip itu juga diber­ luang. Juga harus bertahap dengan
lakukan sama terhadap anak sulung­ ”Cara belajar Gardi itu memilih buku yang gambarnya banyak
nya, Heltara Ramandika (33) dan anak dan besar dengan tulisan sedikit dan
bungsunya, Hatara Tri Rama (25). Na­ sepotong-sepotong, huruf besar.
mun lebih ditekankan pada Gardini. ”Cara belajar Gardi itu sepotong-se­
Pasalnya, Heltara dan Hatara memiliki
tidak bisa sekaligus potong, tidak bisa sekaligus panjang
IQ yang normal bahkan cenderung panjang dan banyak. dan banyak. Yang sepotong-sepotong
FOTO-FOTO: DHONI NURCAHYO

di atas rata-rata, sedang Gardini se­ itu juga harus diulangi minimal tiga
baliknya memiliki keterbatasan, yakni Yang sepotong- kali,” ungkap Rhodia.
hanya memiliki IQ 72. sepotong itu juga harus Untuk itu Rhodia rajin berdiskusi
Sejak usia dini, Gardini lemah dengan guru pengajar Gardini di SLB
dalam kemampuan matematika. Me­ diulangi minimal tiga Budi Waluyo. Termasuk bekerjasama
morinya pun lemah sehingga lambat dengan terapis di Yayasan Pembinaan
dalam memahami komunikasi verbal
kali.” Anak Cacat (YPAC) DKI Jakarta melalui
yang panjang-panjang. ”Kalau kita in­ terapi okupasi, yakni terapi bagi orang
Rhodia Soedjatmiko dengan kondisi fisik dan mental terten­
gin agar Gardi paham apa yang kita
omongkan, harus sedikit demi se­ tu agar bisa hidup mandiri.

SAHABAT KELUARGA 16
Adapun Soedjatmiko menyadari bisa ditingkatkan atau ditambah. Kare­
bahwa Gardini perlu penanganan khu­ na itu, konsep yang diterapkan adalah
sus. Maka ia yang saat itu masih ber­ tidak memaksakan yang tidak mampu
status dokter umum mengambil spe­ dilakukan.
sialis dokter anak dengan kekhusus­an ”Kalau dipaksakan, semua frustra­
di tumbuh kembang anak. Termasuk si, anaknya, gurunya, dan orangtua
mendalami ilmu psikologi dengan frustasi,” ungkapnya.
kekhususan di psikologi perkembang­ ”Yang tidak bisa sudah biarkan. Se­
an anak. baliknya yang ia bisa terus kita kem­
Rhodia juga selalu mengikuti bangkan kita optimalkan. Kalau yang
perkembangan Gardini di sekolah ia bisa kita kembangkan, anaknya
melalui buku penghubung. Dalam senang, gurunya senang, orangtua se­
buku penghubung itu tercatat setiap nang, itu prinsipnya,” lanjut anggota
perkembangan anak di rumah yang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
harus diketahui guru dan sebaliknya DKI Jakarta ini.
perkembangan anak di sekolah yang Mendorong Gardi untuk lancar
harus diketahui guru. berbicara tidak hanya saat masih ke­
”Saya kebetulan Ketua POMG (Per­ cil. Saat remaja, setiap kesempatan di
satuan Orangtua Murid dan Guru, rumah atau dimana saja, Rhodia dan
red.). Secara periodik seminggu sekali
”Yang tidak bisa sudah Soedjatmiko selalu memberinya ke­
pasti ke sekolah, berkumpul dengan biarkan. Sebaliknya sempatan untuk bicara.
ibu-ibu untuk membicarakan perkem­ Rhodia juga bersepakat dengan
bangan anak dan membicarakan de­ yang ia bisa terus kita guru agar selalu memberi kesempatan
ngan guru,” papar Rhodia. kembangkan, kita pada Gardi untuk pidato di depan ke­
Rhodia juga selalu memanfaatkan las. Begitu pula kalau ada upacara atau
waktu luang untuk terus mengulang optimalkan. Kalau kegiatan lain, selalu diminta bicara
materi belajar Gardi. ”Dalam perjalan­ mewakili murid murid.
an di mobil sekitar 1 sampai 1,5 jam, di yang ia bisa kita Dengan cara itu, saat ini Gardi
ruang praktik dokter kalau nggak ada kembangkan, anaknya mampu berbicara di depan umum
pasien, dan tentunya di rumah. Gardi dengan jelas, menguasai materi, dan
masuk sekolah jam 7 pagi, kita sudah senang, gurunya penuh semangat. Ia juga memilik hu­
nongkrong di depan sekolah sejak bungan personal yang bagus dengan
pukul 6 untuk belajar sebelum masuk
senang, orangtua teman-temannya serta mudah diatur
kelas,” ceritanya. senang, itu prinsipnya.” dan mudah menyesuaikan.
”Kemampuan berbicara bagus tapi
Bicara dan Bicara Soedjatmiko kemampuan menerima pesan, apalagi
Menurut Soedjatmiko, IQ Gardi tidak yang panjang-panjang, agak susah di­
perbaiki. Begitu pula kemampuan ma­
tematika dan memori. Sudahlah kita
ikhlaskan,” tutur Soedjatmiko.
Meski Gardi sudah mampu berbi­
cara panjang, tapi sistematikanya agak
berantakan dan terkadang melebar ke­
mana-mana atau tidak fokus. ”Kita bisa
mengerti, tapi harus paham arah bica­
ranya. Harus mengambil kesimpulan
sendiri,” ungkap Soedjatmiko.
Di balik kekurangannya, Gardini
punya ketertarikan pada dunia mena­
ri. Karena itu, saat masih sekolah Rho­
dia dan Soedjatmiko memasukkannya
pada kursus menari. Hasilnya, ia kerap
jadi andalan sekolahnya untuk mena­
ri saat ada kegiatan atau kedatangan
tamu. Berbagai piala dari lomba me­
nari juga nampak terpampang di suatu
sudut di rumahnya.
Rhodia dan Soedjatmiko bersyukur
upaya yang dilakukannya untuk Gardi
menunjukkan hasil luar biasa. Mereka
berharap kepada orangtua lain yang
memiliki anak ’istimewa’ untuk tak
pernah putus asa mendampingi dan
mengembangkan bakat yang dimi­
likinya.
Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 17
Kebahagiaan
Gardini Oktari Menyadari memiliki kekurangan menjadi modal bagi
yang Gardini Oktari untuk merencanakan kehidupan sesuai
profil dirinya. Ia tak terbebani menceritakan siapa dirinya
Tak Terperi dan apa kekurangannya.

”S FOTO-FOTO: DHONI NURCAHYO


aya ingat dulu waktu kecil, lah dalam hal IQ. Sementara ayahnya,
waktu belajar nulis, ng- Soedjatmiko, membiarkan saja proses
gak bisa seperti anak-anak berlalu secara natural, tidak pernah
yang lain. Masih belum turun tangan membantu.
paham bentuk huruf. Misalnya bikin Baru menjelang detik-detik pe­
huruf O itu besar sekali,” ujar Gardini ngumum­an, Soedjatmiko menghubun­
Oktari sambil tertawa polos. gi panitia penerimaan. Dari mereka,
Gadis yang akrab disapa Gardi ter­ ia mengetahui, hasil tes Gardi rendah
sebut juga dengan tetap polos bercerita namun masih berpeluang dan dinilai
bagaimana mendaftar kuliah di Fakul­ mampu mengikuti perkuliahan. ”Ya
tas Psikologi dan Pendidikan Univer­ akhirnya Gardi diterima dengan catat­
sitas Al Azhar Indonesia (UAI). Untuk an sebagai cadangan,” ungkapnya.
bisa diterima, ia harus melewati Tes Gardi dengan semangat menceri­
Potensi Akademik berupa wawancara. takan bagaimana ia menjalani perku­
Menyadari siapa dirinya, Gardi liahan dan ia menjalin hubungan den­
sempat khawatir si pewawancara me­ gan teman-temannya. Ia mengakui,
ngetahui bahwa dirinya punya masa­ dirinya itu sangat text book. Ketika

SAHABAT KELUARGA 18
Gardini dan piala-
piala yang berhasil
diraihnya dalam
berbagai perlombaan.

benarnya saya berusaha menutupi


kekurangan saya dengan belajar le­
bih intensif agar orang lain tidak me­ ”Sebenarnya saya
rasakannya. Tidak merugikan orang berusaha menutupi
lain,” ujar Gardi sambil tertawa.
Gardi mencontohkan, bila teman­ kekurangan saya
-temannya datang satu jam sebelum
perkuliahan atau ujian, maka ia da­ dengan belajar lebih
tang sekitar 2-3 jam sebelumnya. Ia gu­ intensif agar orang lain
nakan waktunya untuk belajar dulu di
perpustakaan. Tujuannya, agar ia bisa tidak merasakannya.
setara dengan teman-temannya dalam
penguasaan materi.
Tidak merugikan orang
Semua itu dilakukan Gardi agar lain.”
tidak terlihat berbeda dengan orang
lain. Karena itu, ia harus melakukan
sesuatu agar hasilnya minimal sama.
”Cara lain, kalau saya merasa tidak pa nyogok, tanpa dipercepat. Natural
bisa melakukan sesuatu seperti yang saja,” ujarnya sambil tersenyum.
dilakukan teman-teman lainnya, maka Ada satu kenangan yang selalu
saya harus bisa kompensasikan de­ diingat Gardi dari dosen pembimbing
ngan kemampuan yang lain agar orang skripsinya, Masni Erika Firmiana. Do­
lain tidak merasa saya tidak bisa apa-a­ sen tersebut mengatakan, Gardini itu
pa. Jadi melengkapi,” tutur Gardi. memang berbeda dengan mahasiswa
Namun, Gardi juga sering men­ lain dari sisi IQ, namun memiliki se­
gakui di depan teman-temannya akan mangat dan motivasi untuk maju. Dan
kekurangannya dan minta maaf kalau di balik itu, dipastikan ada orangtua
hasilnya tidak sesuai yang mereka ha­ dan keluarga yang mendukungnya se­
rapkan. ”Kekurangan saya itu, tahu cara luar biasa.
apa yang harus dibicarakan dan dije­ ”IQ bukan satu satunya faktor yang
laskan tapi saya tidak mampu men­ menentukan keberhasilan pendidikan
menjawab dan menjelaskan sesuatu, deskripsikan dengan kata-kata yang tinggi seseorang. Gardi mebuktikan
musti persis dengan apa yang ada di bisa dipahami orang lain,” jelasnya. itu. Dukungan yang tepat dari berba­
buku. Gardi bersyukur dapat lulus dari gai pihak: orangtua, sekolah termasuk
Ia sempat tersenyum saat dinilai UAI walaupun nilainya tidak bagus dan kurikulum, lingkungan sekitar si anak,
teman-temannya sebagai mahasiswa agak lama, yakni tujuh tahun. ”Sudah turut menentukan,” demikian kata
dengan etos belajar yang tinggi. ”Se­ bisa lulus saja sudah sujud syukur, tan­ Masni.
Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 19
ORANGTUA HEBAT

Hanny Kusumaningtyas

ANUGERAH
SUNYI YANG
MENGINSPIRASI
Awalnya tidak bisa
menerima kenyataan
putrinya lahir dalam
keadaan tunarungu.
Namun akhirnya Hanny
Kusumaningtyas bangga
dan menganggap
kehadirannya sebagai
anugerah.
FOTO: FUJI NUGROHO

SAHABAT KELUARGA 20
S
elama kehamilan hingga
lahirnya Putri Sampaghi­
ta Trisnawinny Santoso
yang kini berusia 28 tahun,
Hanny Kusumaningtyas tak
menemukan kejanggalan.
Hanya saja ketika kehamilannya me­
masuki usia dua bulan, ia sempat men­
galami sakit panas tinggi.
”Waktu itu saya sakit dan dirawat di
rumah sakit. Saya minta tes urine ka­
rena saya merasa ini bukan sakit biasa
dan benar ternyata dari hasil tes uri­
ne menyatakan saya hamil. Sebelum
tahu itu, dokter sudah terlanjur mem­
berikan antibiotik dosis tinggi. Tapi
setelah tahu positif hamil, saya nggak
minum lagi,” tuturnya.
Ternyata, dalam pemeriksaan lan­
jutan dokter memvonis Hanny terkena
toksoplasma. ”Dokter tanya ke saya,
mau diaborsi atau dipertahankan
bayinya? Ya saya bilang pertahankan,”
ujarnya dengan pandangan mene­
rawang.
Begitu Hanny dinyatakan sembuh,
dua pekan kemudian gantian sua­
minya, Erwin Santoso Sunarya jatuh
sakit. Selama enam hari panas tinggi.
Sayangnya Erwin tidak mau ke ru­
mah sakit. Ketika kondisinya tak kun­
jung membaik, Hanny melarikannya
ke rumah sakit. Yang mengiris hati,
suaminya langsung koma.
”Ternyata suami saya kena Fulmi­
nant Hepatitis A. Itu penyakit langka,
dari 1000 orang hanya 1 yang kena,”
ujar Hanny.
Tuhan ternyata berkehendak lain.
”Setelah enam hari dirawat, ia mening­
gal,” kenangnya sambil menitikkan air
mata.
Sedih, depresi, hingga nyaris kehi­
langan semangat hidup dirasakan be­
tul oleh Hanny. Bahkan saat suaminya
akan dimakamkan, ia hampir ikut ma­
suk ke dalam makam. Namun ditahan
sanak keluarga.
SAHABAT KELUARGA 21
Saat itu benar-benar menjadi ma­
sa-masa paling berat dalam hidup
Hanny. Mengalami depresi berat ketika
sedang mengandung Putri.
Hingga akhirnya Putri lahir pada 16
Januari 1991. Dengan kondisi Hanny
seperti itu, dokter betul-betul menjaga
dan memeriksa kondisi bayinya. Dok­
ter tak menemukan kelainan apapun.
Namun kenyataan baru terungkap
ketika perayaan ulang tahun perta­
ma Putri yang akrab disapa Thie itu.
Hanny diberitahu oleh ayah sambung
Putri bahwa ada kejanggalan.
”Papanya justru yang kasih tahu
saya, sepertinya Putri tidak dengar.
Saat semua orang bernyanyi lagu ulang
tahun sambil tepuk tangan, ia diam
saja. Contoh lain, ada benda jatuh ia
tidak respons, tidak nengok kalau ada
suara,” ungkap Hanny.
Hanny dan suami lantas meme­
riksakan ke dokter spesialis THT. Ha­
silnya sungguh membuat mereka tak
mampu menerimanya, Putri menyan­
dang tunarungu.
Saat itu Hanny menangis seken­
cang-kencangnya. ”Saya belum bisa
terima. Ya Allah, dosa besar apa lagi
sampai saya dikasih seperti ini lagi.”

Sekolah Umum
Vonis dokter ini tak kalah beratnya di­
banding saat kehilangan suami berte­
patan mengandung Putri. Namun kali
ini Hanny tidak ingin berlama-lama la­
rut dalam kesedihan. Ia menyadari ada
bocah perempuan yang butuh dukung­

FOTO: DHONI NURCAHYO


an besar dari ibunya. Juga kakak kan­
dung Putri, Putra Perdana Kusuma (35)
yang kala itu masih kecil.
”Saya langsung cari tahu harus ba­
gaimana, lalu saya masukkan Putri ke
Taman Latihan Bermain Santi Rama di
usia 2 tahun. Perjuangan sekali karena
rumah kami di Ranco (Cijantung) dan
tiap pagi harus ke Santi Rama di Salem­
ba (Jakarta Pusat), lalu saya ke kantor.
Begitu terus hingga usia Putri 7 tahun,” ”Kuncinya saat itu, kalau kebanyakan orang
tutur Hanny.
Selepas dari situ, Hanny mema­ mungkin malu dan justru memilih anaknya diam
sukkan Putri ke sekolah dasar umum
bukan sekolah khusus. Ia begitu yakin
saja di rumah atau diumpetin, saya sebaliknya.
dengan kemampuan putrinya yang Saya malah ajak dia kemana-mana seperti
bisa dengan cepat menangkap pelajar­
an. ke mal. Kalau ada yang ajak bicara saya akui
”Kuncinya saat itu, kalau ke­ dan beri tahu ke mereka kalau Putri tidak bisa
banyakan orang mungkin malu dan
justru memilih anaknya diam saja dengar. Jadi ini bisa bikin Putri pede.”
FOTO: FUJI NUGROHO

di rumah atau diumpetin, saya se­


baliknya. Saya malah ajak dia kemana­
-mana seperti ke mal. Kalau ada yang
ajak bicara saya akui dan beri tahu ke
mereka kalau Putri tidak bisa dengar.
Jadi ini bisa bikin Putri pede,” ungkap
Hanny.
SAHABAT KELUARGA 22
Untuk sekolah Putri, Hanny memi­ bisa bersosialisasi dengan anak-a­ ”Itu pertama kalinya saya ’pisah’
lih SD Yasporbi. Namun tidak semu­ nak normal. Dari segi pelajaran juga dengan Putri. Saya tidak bisa mene­
dah yang dibayangkan, ia sempat men­ lebih luas dan banyak dibandingkan ngoknya setiap hari, hanya seminggu
dapat penolakan dari pihak sekolah sekolah khusus,” tegas wanita yang sekali. Doa saya tidak pernah putus.
dengan alasan sekolah belum siap me­ pernah bekerja di Kedutaan Besar Tapi lama-lama saya sadar semakin
nerima murid berkebutuhan khusus. Kanada di Indonesia. khawatir malah akan bikin saya stres.
Dengan segala usaha dan penjelas­ Akhirnya saya yakin Tuhan yang akan
an akhirnya Putri diterima. Namun Tuhan yang Menjaga menjaga dia,” tutur Hanny.
dengan syarat, apabila tidak bisa SMA Perguruan Cikini menjadi pilih­ Meski rasa khawatir seorang ibu
meng­ikuti pelajaran maka terpaksa ia an. Putri merasa nyaman dengan te­ memang tidak akan pernah hilang.
dikeluarkan dari sekolah tersebut. man-temannya. Yang paling utama, ia Hingga akhirnya Putri menemukan jo­
”Sempat ketar-ketir juga sih, tapi tidak lagi mengalami perundungan. doh dan menikah dengan Terry Eduard
alhamdulillah ternyata bisa melewati Bahkan ia aktif mengikuti kegiatan pada 2017.
sampai kelas 6,” ujar Hanny lega. non-akademik, yaitu menari. ”Awal Putri nikah saya belum bisa
Perjuangan belum berhenti, babak ”Dia ikut Tari Saman dan pernah melepas Putri tapi karena saya lihat
baru dimulai saat Putri masuk SMP. ikut pentas di depan Megawati. Saya Terry ini baik banget, tulus jadi saya
Kali ini lagi-lagi sekolah umum dipilih salut sebab dia tidak mendengar tapi akhirnya bisa merasa lebih tenang.
Hanny. Ternyata masalah baru terjadi, lihat gerak temannya, mengikuti dan Semua Terry yang bantu, dan saya
Putri mengalami bullying berat selama terus begitu sampai bisa. Dia juga tan­ meyakini diri sendiri bahwa Terry
tiga tahun sekolah di sana. ding dan lomba kemana saja. Saya an­ baik,” kata Hanny.
”Putri stres karena bullying sampai tar dia kemana saja sebagai dukungan
mau bunuh diri. Sempat tidak mau terbesar saya,” ujar Hanny bangga. Hanya Ingin Putri Maju
cerita tapi akhirnya mau terbuka. Lalu Setelah lulus SMA, Putri tidak lang­ Rentetan perjuangan membesarkan
saya mencoba mencari cara, salah sung melanjutkan kuliah. Ia memilih anak berkebutuhan khusus telah diala­
satunya menemui temannya pelaku bekerja dengan alasan ingin mencari mi Hanny. Sejak Putri masih kecil, ia
bullying. Saya bicara dan beri penger­ uang sendiri supaya tidak merepotkan mencurahkan seluruh waktu dan hi­
tian,” ungkap Hanny. orangtua. dup untuknya.
Entah karena trauma perundungan ”Saya ikuti maunya. Ternyata ti­ Tak ayal, kakak dan adik Putri sem­
atau alasan lain, begitu lulus SMP, Pu­ dak semudah itu cari kerjaan, saya pat merasa kurang diperhatikan sang
tri ingin bersekolah SMA khusus untuk diamkan dan berlagak nggak peduli. mama.
anak berkebutuhan khusus. Namun Sampai akhirnya setelah enam bulan Untuk itu Hanny berusaha sekuat
Hanny tak mengabulkannya. Ia ingin ia menyerah dan bilang ke saya mau tenaga untuk bisa memberi perhatian
anaknya harus bersekolah di sekolah kuliah,” ungkap Hanny. untuk kedua putranya, Putra Perdama
umum, berkumpul dan belajar bersa­ Putri melanjutkan kuliah di Bina Kusuma (35) dan Rendy Gustavionno
ma anak-anak normal. Nusantara jurusan Desain Komunikasi Surya (19).
”Kalau dimasukkan ke sekolah Visual (DKV). Sempat tinggal di asrama Kepada ketiga anaknya Hanny me­
khusus bukan malah memotivasi. kampus, ia kemudian pindah ke tem­ nerapkan perlakuan yang sama. ”Saya
Sedangkan di sekolah umum Putri pat kos. selalu menganggap Putri anak normal,
biasa saja ngobrol, dan kumpul. Ter­
masuk kalau saudara datang saya se­
lalu ingatkan ngomongnya biasa saja,”
terangnya.
Meski begitu, Hanny selalu dibayangi
rasa takut meski tak pernah ditunjukkan
kepada siapapun. ”Selalu terpikir, ini
anak perempuan nantinya bagaima­
na. Tapi saya pikir-pikir lagi, kalau saya
berpikir hal yang rumit malah akan jadi
beban. Saya harus ubah mindset, harus
positive thinking,” tegasnya.
Hasilnya, kini Hanny amat bangga
kepada Putri yang mampu melampaui
keterbatasan dirinya. Apalagi memiliki
hati yang begitu mulia, peduli dengan
siapa saja. Itu yang membuatnya mera­
sa lega dan tak henti bersyukur.
Sepanjang waktu Hanny terus men­
dukung Putri secara moril maupun
spiritual. Saat putrinya berkeluh ke­
sah, ia selalu memotivasi dengan kata,
pasti bisa.
Tampaknya ucapan tersebut seakan
menjadi ’mantera’ bagi Putri hingga ia
mampu berdiri dan menjadi sosok ins­
piratif seperti saat ini.
Lusi Maghriefie

SAHABAT KELUARGA 23
Putri Trisnawinny Santoso

SETELAH INGIN
BUNUH DIRI
FOTO-FOTO: FUJI NUGROHO
T
unarungu yang disandangnya Kecewa, namun tidak putus asa.
tak membuat Putri Sampaghi­ Putri bertekad memperjuangkan nasib
ta Trisnawinny Santoso tidak dan memberdayakan sesama penya­n­
menghalangi langkahnya un­ dang tunarungu. Pada 2 Agustus 2016,
tuk maju. Termasuk berjuang meno­ dibantu sahabat orangtuanya, ia men­
long sesama penyandang tunarungu dirikan yayasan sosial penyandang
untuk mendapatkan kesetaraan di ber­ tunarungu, Sampaghita Foundation.
bagai bidang. Mengusung slogan Talent, Tuli, Teram­
Berawal dari kekecewaan Putri lan­ pil.
taran ditolak bekerja di ratusan peru­ Sebenarnya ini bukan kegiatan so­
sahaan yang telah ia lamar. ”Waktu sial pertama Putri. Saat masih kuliah,
itu kami buat lamaran bersama-sama, ia mengumpulkan sejumlah anak-anak
saya bantu Putri, lalu kita kirim. Total jalanan yang putus sekolah untuk dia­
ada 500 perusahaan. Tapi tidak ada sa­ jari membaca.
tupun yang memberi kesempatan ka­ Melalui yayasan ini, Putri membe­
rena alasan Putri menderita tuli,” sesal rikan pelatihan keterampilan penyan­
Hanny, ibunda Putri. dang tunarungu. Menurutnya, teram­
SAHABAT KELUARGA 24
pil pada suatu bidang sangat penting bahasa isyarat. ”KopTul berdiri untuk tiap tingkatannya. Tim pengajar baha­
sebagai modal di dunia kerja, baik menjembatani antara teman dengar sa isyarat didatangkan dari Pusat Baha­
sebagai pekerja maupun usaha. Mulai dengan teman tuli melalui komunikasi sa Isyarat Indonesia (Puspisindo).
dari membuat gelang hingga saat ini dengan bahasa isyarat,” jelas Putri. ”Kami berharap siapa saja bisa be­
dilatih untuk menjahit. Untuk itu, di lantai atas kedai Kop­ lajar dan tahu tentang bahasa isyarat.
Pengalaman hidupnya juga mem­ Tul terdapat rumah belajar yang ber­ Tujuannya agar bahasa isyarat bisa
buat Putri bertekad membantu fungsi sebagai sarana mempelajari lebih diterima masyarakat umum dan
penyandang tunarungu agar lebih bahasa isyarat terbuka untuk umum membantu dalam kehidupan sehari­
maju dan mendapat kesetaraan. Tak dan berlangsung selama 3 bulan untuk -hari. Misalnya seorang dokter harus
hanya dalam dunia kerja tapi juga da­ bisa bahasa isyarat, jadi begitu ada
lam kehidupan sehari-hari. pasien penderita tuli, ia tahu bagaima­
Selain Yayasan untuk penyandang na berkomunikasi,” ungkap wanita
tuli, Putri yang sejak kecil gemar ber­ kelahir­an Jakarta, 16 Januari 1991 itu.
jualan juga membuka usaha berupa ”Kami berharap siapa
kedai kopi yang diberi nama Kopi Tuli saja bisa belajar dan Buku Dilempar
atau KopTul. Kali ini ia bersama dua Melihat sosok Putri yang tangguh
temannya yang juga menyandang tu­ tahu tentang bahasa memperjuangkan kesetaraan sesama
narungu, Adhika Prakoso dan Erwin penyandang tunarungu dan mengins­
Syah Putra. isyarat. Tujuannya pirasi banyak orang, ternyata ada ceri­
Mereka mempekerjakan teman­ agar bahasa isyarat ta haru yang mewarnai perjalanannya.
-teman tuli, mulai dari barista hingga Ia mengenang pengalamannya di awal
kasir. ”Memang sekarang ada banyak bisa lebih diterima SD, kesulitan di pelajaran menulis
kedai kopi tapi umurnya tidak lama. lantaran sang guru memberinya tugas
Kenapa? Karena dalam usaha dibu­
masyarakat umum menulis dengan metode dikte.
tuhkan identitas dan KopTul memiliki dan membantu dalam Alhasil Putri mendapat nilai 0 saat
itu,” jelas Putri melalui sang suami, itu dan guru pun memarahinya hing­
Terry Eduard. kehidupan sehari-hari. ga melempar buku Putri. ”Saya sem­
Kedai KopTul tidak hanya tempat pat menangis dan berpikir gimana
untuk sekadar ngopi dan ngemil, me­ caranya beradaptasi. Pada waktu pe­
lainkan sebagai wadah untuk belajar lajaran dikte itu, guru bilang padahal
sudah didikte kenapa tidak bisa juga.
Saya dikasih nilai 0 dan buku dilem­
par. Saya coba menjelaskan kalau saya
belum terbiasa, karena saya baru bera­
daptasi,” kenangnya.
Bersyukur akhirnya Putri bisa me­
lewati masa-masa itu dan berhasil
menyelesaikan dan melanjutkan ke
SMP. Ternyata ia mendapat tantangan
berbeda dan bahkan membuatnya in­
gin bunuh diri.
Kala itu Putri begitu depresi dan ti­
dak kuat lagi menghadapi perundung­
an yang dilakukan teman-teman di
sekolah. ”Saya di-bully habis-habisan
sama teman satu sekolah. Ini bukan
pertama kali sebenarnya, waktu
SD pernah di-bully tapi ringanlah.
Sedang­kan saat SMP berat banget,” ke­
nang Putri.
Beruntung akhirnya Putri bisa
melewati masa-masa kelam itu. Ia
bersyukur, dukungan serta doa dari
orangtua menjadi hal terbesar dalam
hidupnya, hingga mampu menja­
Putri dan karyawan di Kopi dikannya seperti saat ini.
Tuli. Mereka berkomunikasi Bagi Putri, peran orangtua sangat
menggunakan bahasa isyarat penting. Sejak kecil sang mama se­
untuk melayani pengunjung. lalu memberi perhatian lebih untuk
dirinya. Yang paling utama adalah ia
tidak pernah merasa diperlakukan ber­
beda, tetap sama layaknya anak nor­
mal. ”Dukungan orangtua dan suami
membuat saya tetap berpikir positif,
tidak putus asa, dan tetap berjuang,”
tegasnya. Lusi Maghriefie

SAHABAT KELUARGA 25
ORANGTUA HEBAT

Benny Wijaya-Siti Aminah

DALAM
KETERBATASAN
ANTAR ANAK KULIAH
S3 HINGGA AMERIKA
Kondisi ekonomi serba kekurangan tak menghalangi Benny
Wijaya dan Siti Aminah untuk membekali anak-anaknya
pendidikan terbaik. Anaknya kini tengah menempuh pendidikan
S2, bahkan si sulung S3 di Amerika Serikat.

B
enny Wijaya (50) yang sangat sederhana. Ruang tamu
hanyalah lulusan seko­ merangkap teras di beranda rumah.
lah dasar di Banjar Masuk ke dalam rumah hanya beru­
Baru, Kalimantan Sela­ pa ruang kotak seluas sekitar 3x2. ”Di
tan. Saat ini ia bekerja ruang inilah kami tidur dempetan dan
sebagai sopir truk yang melakukan semua aktivitas keluarga,”
meng­ angkut pasir dari Pasuruan ke tutur Benny.
Sampang, Madura. Dari usaha warung nasi itu, Ami­
Setiap kali mengangkut pasir sela­ nah mampu menambah pendapatan
ma dua sampai tiga hari, Benny mem­ keluarga sekitar Rp100 sampai Rp200
bawa pulang penghasilan hanya Rp100 ribu setiap hari. ”Bisa dapat Rp300 ribu
sampai Rp200 ribu. Ituun tidak setiap kalau ada pesanan katering,” katanya.
hari ia mendapat order mengangkut Dalam kondisi seperti itu, Benny
pasir. Bahkan di saat kemarau, Benny dan Aminah mampu membiayai pen­
lebih banyak di rumah. didikan anak-anaknya. Anak perta­
Lain lagi dengan istrinya, Siti Ami­ manya, Dodik Pranata Wijaya (27), bisa
nah (45). Wanita kelahiran Situbondo, kuliah S1 di Fakultas Hukum Univer­
Jawa Timur, itu, hanya sempat me­nge­ sitas Trunojoyo Madura (UTM) tahun
nyam pendidikan sampai kelas dua 2014 melalui beasiswa Bidikmisi. Ia
sekolah dasar. lantas kembali meraih S2 dari Michi­
Untuk membantu ekonomi keluar­ gan State University College of Law,
ga, Aminah membuka warung nasi Amerika Serikat pada pertengahan
sederhana di depan rumah yang ia 2018 lalu melalui beasiswa LPDP.
kontrak di Desa Ketapang Daya, Keca­ Bahkan kini melanjutkan S3 di George­
matan Ketapang, Kabupaten Sampang, town University, Amerika Serikat.
Madura. Sedangkan anak kedua, Novi In­
Dengan tiga anaknya, Benny dan dah Permata Sari (23), kuliah S1 juga
Aminah menempati rumah kontrakan melalui beasiswa Bidikmisi di Fakul­

SAHABAT KELUARGA 26
hal itu dilakukan karena khawatir de­
ngan pergaulan anak-anak muda di
Madura yang sudah banyak terlibat
kasus narkoba, tawuran, dan perilaku
negatif  lainnya.
Benny dan Aminah juga mene­
gakkan kedisplinan yang ketat, baik
dalam hal belajar maupun pergaulan.
Anak-anaknya diingatkan untuk tidak
sembarangan memilih teman serta
selalu disiplin dalam mengelola wak­
tu antara waktu belajar, istirahat, dan
bermain.
Bila ada di rumah, setiap malam
Benny selalu mengumpulkan anak­
-anaknya untuk diberi nasihat. ”Saya
selalu mengingatkan anak-anak, kalau
mau membahagiakan orangtua, harus
benar-benar sekolah, sungguh-sung­
guh belajar. Saya terapkan kedisiplin­
an dan membatasi pergaulan, walau­
pun juga memberi kebebasan pada
anak-anak untuk menentukan langkah
hidupnya,” katanya.
Didikan Benny dan Aminah mem­
buahkan hasil. Dodik punya prestasi
cemerlang sejak SD. Saat masuk SMP
sampai SMA selalu dapat beasiswa.
Aminah mengenang, saat SMP Do­
dik mendapat beasiswa Rp380 ribu
perbulan. Namun tidak semua uang
tersebut digunakan untuk keperluan
sekolah saja. Sebagian digunakan un­
tuk modal warung.
Dengan bantuan modal dari Dodik
itulah Aminah secara perlahan me­
nambah modal warung. Semula hanya
jualan dengan satu meja lantas mem­
bangun warung sederhana.
”Waktu itu saya hanya punya modal
Rp60 ribu. Namun karena saya dinilai
jujur, dipercaya penjual di pasar boleh
mengambil sayuran untuk dibayar be­
FOTO: DOK. PRIBADI soknya sehingga bisa jualan. Setelah
dibantu Dodik, alhamdulillah saya bisa
menambah modal,” kenang Aminah.

tas Teknologi Industri Pertanian UTM anak saya tolong diikutsertakan,” ung­ Doa Tengah Malam
tahun 2018. Kini sedang melanjutkan kapnya. Ada satu hal yang pantang diucapkan
S2 di program studi Ilmu dan Teknologi Aminah juga selalu minta nomor Aminah pada anak-anaknya. Setiap
Pangan Universitas Gadjahmada, juga telepon dan alamat gurunya untuk anak-anaknya butuh uang untuk ke­
melalui beasiswa LPDP. Anak bungsu, memantau kegiatan yang dilakukan perluan sekolah, ia pantang menga­
Andika Ramadhani Wijaya (11), masih anaknya di sekolah. Bukan hanya saat takan tidak punya uang. Aminah selalu
duduk di kelas 5 sekolah dasar. anak duduk di bangku SD, tapi sampai menyanggupinya namun minta waktu
saat anak sudah di SMP dan SMA. sekitar satu minggu.
Komunikasi Intensif ”Sebelum punya handphone, saya ”Nak, nunggu satu minggu lagi ya.
Apa kiatnya? Benny dan Aminah selalu sengaja jalan kaki ke rumah gurunya Hasilnya selalu saja ada rezeki dari
bekerja keras dan putus berdoa. untuk memastikan keberadaan anak­ Allah. Kadang-kadang ada orang pe­
Aminah juga selalu menjaga ko­ -anak yang katanya waktu itu sedang san katering, warung agak ramai, ada
munikasi dengan guru anak-anaknya. kerja kelompok,” terang Aminah. membantu merias pengantin, dan
”Saya sering sengaja ketemu guru Lain lagi dengan Benny. Saat-saat lain-lainnya. Itu yang membuat saya
anak-anak untuk memantau perkem­ dalam perjalanan di truk mengantar semangat menguliahkan anak,” tutur
bangan anak. Kalau nilai kurang saya muatan pasir yang bisa berhari-hari, Aminah.
minta nasihat apa yang harus saya ia rajin menelepon keluarga. Terutama Saat Dodik diterima kuliah di Fakul­
lakukan sebagai orangtua. Saya juga anak-anaknya untuk memastikan apa tas Hukum Universitas Trunojoyo Ma­
minta kalau ada kegiatan di sekolah, yang dilakukan mereka. Menurutnya, dura (UTM), Benny dan Aminah tak
SAHABAT KELUARGA 27
punya uang sepeserpun untuk mem­
bayar biaya masuk. Aminah pun men­ Dodik Pranata Wijaya
gadu ke guru Dodik ketika SMA.
Atas saran guru anaknya, Aminah
meminta keringanan pada pihak UTM.
Beruntung, biaya uang gedung sebesar
ORANGTUA
Rp600 ribu itu bisa dicicil.
Aminah menyisihkan uang hasil
dari warung Rp5 ribu perhari hingga
terkumpul sampai Rp400 ribu. Masih
CONTOH TERBAIK
D
kurang Rp200 ribu, ia cari pinjaman odik Pranata Wijaya sangat
sana sini. beruntung. Lulusan master
”Setiap malam saya bangun dan hukum dari Michigan State
berdoa sama Allah. Mudah-mudahan University College of Law,
anak kami jadi anak yang sukses, Amerika Serikat, ini, sejak kecil menyak­
punya ilmu yang bermanfaat. Allah itu sikan kerja keras kedua oran­ g­
tuanya.
tidak tidur, besok-besoknya, warung Ayah dan ibunya menghidupi Dodik dan
agak ramai dari biasanya sehingga saya dua adiknya di tengah keterbatasan eko­
bisa bayar uang gedung,” ujar Aminah nomi. Di tengah keterbatasan itu, kedua
penuh syukur. orangtuanya punya tekad kuat untuk
Berdoa setiap malam menjadi cara membiayai pendidikan anak-anaknya,
Aminah agar anak-anaknya bisa seko­ bagaimanapun caranya.
lah. Ia pun selalu puasa di hari Jumat, ”Ayah dan ibu saya adalah contoh
pada hari kelahiran Dodik. terbaik tentang bagaimana bekerja ke­
Doa Aminah dikabulkan. Akhirnya ras, banting tulang untuk membiayai
semester tiga, Dodik dapat beasiswa keluarga. Saya ingin membalas kerja Benny Wijaya-Siti Aminah
Bidikmisi dari Kementerian Pendi­ keras kedua orangtua saya itu dengan
dikan dan Kebudayaan. prestasi. Saya ingin kedua orangtua
Niat dan semangat Aminah juga saya tersenyum bangga dan menyak­ Novi juga bangga, walau hidup su­
didukung Dodik. Selain semangat be­ sikan bahwa kerja keras mereka tidak lit dan harus kerja keras, orangtuanya
lajar yang tinggi dan berprestasi, ia sia-sia,” tutur Dodik. selalu mendukung cita-cita anak-a­
selalu mencari ridho ibunya. Dodik Semasa kecil, Dodik dan orang­ naknya. ”Tak hanya mendukung tapi
sering mencuci kaki ibunya setiap se­ tuanya tinggal di Situbondo. Lantas juga mengusahakannya, walaupun be­
lesai salat. pindah ke Bondowoso, pernah sekitar lum tentu berhasil,” tambahnya.
Seperti saat kuliah di UTM yang ber­ delapan bulan di Banjar Baru sebelum Novi bercerita, setiap ia dan
lokasi di Bangkalan, sekitar satu jam akhirnya pindah ke Madura. Pindah kakaknya, Dodik, membutuhkan uang
perjalanan dari rumah. Setiap akan rumah sekitar tujuh kali itu dilakukan untuk biaya sekolah, ibu dan bapaknya
ujian, Dodik selalu menyempatkan diri dalam upaya orangtuanya mencari tak pernah mengatakan tidak punya
pulang dan mencuci kaki ibunya. kehidupan yang lebih baik. uang. Hanya minta waktu untuk men­
Begitu juga saat tes untuk mempe­ Dodik pun merasakan pahitnya gusahakannya. ”Alhamdulillah, apa
roleh beasiswa LPDP ke luar negeri di kehidupan masa kecil. Seperti saat ma­ yang diperlukan anaknya selalu saja
Surabaya. Dodik yang saat itu sedang sih duduk di Bangku taman kanak-ka­ ada rezekinya. Entah dari bapak atau
mengikuti kursus Bahasa Inggris di nak di Bondowoso ikut ibunya jualan ibu,” katanya.
Kampung Inggris di Pare, Kediri, Jawa bawang dan saat duduk di bangku SD Ada kesan mendalam bagi Novi.
Timur, sengaja pulang ke Ketapang un­ jualan gambar. Kedua orangtuanya sering menga­
tuk hanya mencuci kaki ibunya. ”Kepahitan masa kecil saya itu dan jak ngobrol ketiga anaknya. Ibu atau
”Sambil nangis, saat Dodik mencuci menyaksikan  kerja keras orangtua bapaknya selalu mengatakan, ”Nak,
kaki saya, saya ucapkan: Ambil air ini membuat saya memaknai hidup untuk ibu dan bapak tidak punya harta un­
nak, mudah-mudahan nggak kesulitan. kerja keras, berprestasi dan bagaimana tuk kami wariskan kelak di masa tua­
Saya sering nangis kalau malam. Ter­ membahagiakan orangtua,” kata Dodik. mu. Tapi ibu dan bapak akan terus
nyata benar, Allah itu maha menden­ Keinginan untuk membahagiakan berusaha, walau kepala menjadi kaki
gar doa kita,” kata Aminah. orangtua juga diungkapkan Novi Indah dan kaki menjadi kepala untuk mem­
Hasilnya, Dodik lolos tes dan ke­ Permata Sari, adik Dodik. Gadis kelahir­ perjuangkan kamu tetap menuntut
mudian berangkat ke Amerika Serikat an tahun 1995 itu mengaku sangat ban­ ilmu. Karena kamu lahir dari seo­
untuk mengikuti program S2 bidang gga dengan perjuangan orangtuanya. rang bapak yang sekolah dasar pun
hukum di Michigan State University Ia mencontohkan ibunya yang hampir tidak lulus. Ibumu bahkan tidak men­
College of Law, Amerika Serikat pada setiap malam menangis sambil berdoa genal bagaimana bentuk bangku seko­
tahun 2015 lalu dan lulus pada per­ meminta pada Allah agar anak-anaknya lah. Perjuangan ibu dan bapak agar
tengahan tahun 2018. bisa bersekolah setinggi-tingginya. kamu dapat mengenyam pendidikan
”Saya masih nggak percaya Dodik ”Saya sering terbangun tengah ma­ hingga paling tinggi, adalah satu-sa­
bisa sampai ke Amerika. Kok bisa, saya lam dan melihat ibu menangis sam­ tunya warisan terbaik yang bisa kami
yang hanya sopir truk, buta huruf, eko­ bil berdoa. Itu memotivasi saya untuk wariskan padamu.”
nomi terbatas, punya anak bisa kuliah berhasil dan berprestasi. Saya ingin ”Bila ingat nasihat itu, saya selalu
S2 di Amerika. Antara percaya dan ng- membalas apa yang dilakukan orang­ nangis dan kian memotivasi saya un­
gak percaya,” tutur Benny. tua itu dengan membahagiakannya,” tuk terus beprestasi agar orangtua saya
Yanuar Jatnika kata Novi. bahagia,” tutup Novi. Yanuar Jatnika
SAHABAT KELUARGA 28
APRESIASI
ORANGTUA HEBAT

SCAN DISINI DAPATKAN


INFORMASINYA

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud Sahabat Keluarga #keluargahebat #keluargaterlibat


PARENTING

MENJADIKAN ABK
MANDIRI MELALUI
SEKOLAH INKLUSI
Ada beragam kelebihan yang diperoleh dari
sekolah inklusi. Namun juga ada banyak syarat
FOTO: FUJI NUGROHO

dan konskuensi bagi siswa, baik yang normal


maupun berkebutuhan khusus.

SAHABAT KELUARGA 30
U
mumnya yang dikate­
gorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus
(ABK) adalah penyan­
dang tunanetra, tuna­
rungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan bela­
jar, gangguan perilaku, anak berbakat,
dan anak dengan gangguan kesehatan.
Namun ada juga yang memasukkan
anak yang memiliki emosi tidak stabil,
mudah marah, dan slow learning seba­
gai bagiannya.
Demikian disampaikan Ida Farida,
Kepala Sekolah Dasar Islam Plus Bai­
tul Maal, Tangerang yang juga meru­
pakan sekolah inklusi. Menurutnya,
ABK adalah anak yang istimewa dan
memiliki bakat tersendiri. Oleh karena
itu sekolahnya ingin membantu men­
didik anak-anak berkebutuhan khusus
sekaligus mengasah bakat mereka un­
tuk menjadi pribadi yang mandiri.
Demi mewujudkan komitmen ter­
sebut, sekolah mengubah proses pene­
rimaan siswa baru. Tidak lagi melalui
tes baca, tulis, hitung (calistung), me­
lainkan terbuka untuk siapa saja.
Agar kegiatan belajar-mengajar ber­
langsung secara baik, siswa ABK men­
dapat pendampingan dari guru yang
disediakan khusus. Meski begitu, ada
kemungkinan guru pendamping akan
berhenti pada usia tertentu.
”Kami fokus pada bina diri. Sebab
kunci utama dari pendidikan inklusi

SAHABAT KELUARGA 31
adalah kemandirian, yaitu menyiapkan lam hal indikator. Anak reguler men­
anak untuk bisa mandiri,” jelas Ida. dapat materi soal yang berbeda dengan
Sebagai contoh ada satu murid yang ABK.
dari kelas 1 SD mengalami slow learning
dan harus mendapat pendampingan. Stimulasi Bakat
Seiring berjalan waktu anak tersebut ABK juga perlu diberi pendidikan khu­
mengalami kemajuan dan akhirnya ti­ sus sebab diyakini mereka memiliki
dak lagi didampingi guru khusus. potensi dan kecerdasan istimewa. Un­
”Target kami kelas 3 semester 1 su­ tuk itu perlu stimulasi agar potensi ABK
dah selesai shadow-nya (pendamping­ dapat berkembang secara optimal sehin­
an, red). Namun meski lepas tetap di­ gga menjadikannya sebagai pribadi yang
pantau terus, kecuali untuk anak autis berilmu, kreatif, dan mandiri.
harus didampingi sampai selesai,” te­ Kuncinya adalah berusaha mengi­
rang Ida. dentifikasi bakat dan potensi yang dimi­
Selain kemandirian, poin lainnya liki ABK. Jika sudah diketahui, orang­tua
yang menjadi program khusus untuk selayaknya terus menstimulasi dan
ABK adalah komunikasi. Termasuk di mendukung bakat yang dimiliki.
dalamnya bahasa, serta stimulasi mo­ Menurut Koordinator Inklusi Seko­
torik kasar. lah Dasar Islam Plus Baitul Maal Istia
Sementara dalam akademik, ABK Rini, pihaknya berupaya menemukan
dan anak reguler mempunyai tang­ bakat murid ABK dengan cara terus
gung jawab yang sama. Yaitu wajib memberikan stimulasi. Misalnya den­
mencapai target nilai yang telah diten­ gan menyediakan fasilitas untuk mela­
tukan. ”Tapi karena kemampuan anak­ tih life skills.
-anak berbeda jadi indikatornya pun ”Semua guru, termasuk wali ke­
disesuaikan,” jelas Istia Rini, Koordina­ las dan guru pendamping, selalu ber­
tor Inklusi SDI Plus Baitul Maal. diskusi terkait bagaimana cara mene­
Sebagai contoh, anak reguler mau­ mukan bakat siswa-siswi ABK. Sebab
pun anak inklusi memiliki target harus kebanyakan minat dan bakatnya baru
memenuhi KKM 80. Perbedaannya da­ ketahuan saat di sekolah,” ungkap Istia.
SAHABAT KELUARGA 32
Untuk menemukan bakat anak,
sekolah menyediakan fasilitas khusus
seperti perlengkapan untuk cooking
class hingga fashion design. ”Semua
dilakukan untuk menstimulasi mo­
torik siswa. Kadang kami bantu me­
nemukannya dengan melihat dahulu
kondisi anak,” ungkap Isti.
Apabila pihak sekolah telah me­
nemukan minat dan bakat siswa ABK
maka akan disampaikan kepada oran­
gtua masing-masing. Kemudian mem­
beri pekerjaan rumah (PR) ke orangtua
sebagai bentuk dukungan terhadap
anak. ”Kami meminta orangtua untuk
menstimulasi motorik anak mereka
yang berkebutuhan khusus dengan
mengikutkan kegiatan olahraga, seper­
ti renang,” ungkap Istia.

Wajib Sosialisasi
Demi mencegah hal-hal yang tidak
diharapkan, sekolah wajib membe­
Ida Farida
ritahu dan menjelaskan arti inklusi
kepada orangtua siswa secara umum.
FOTO-FOTO: FUJI NUGROHO

Baik orangtua siswa ABK maupun yang


regular. kebutuhan seperti apa yang diper­
”Saat penerimaan murid baru kami lukan, termasuk penentuan pendam­
adakan kegiatan parenting. Di situ kita ping,” terang Ida.
sampaikan pada orangtua murid ten­ Meski telah dijelaskan di awal, ma­
tang sekolah inklusi. Jadi mereka su­ sih ada orangtua siswa yang complain di
dah ada gambaran mengenai sekolah tengah perjalanan proses belajar me­
kami,” ungkap Kepala Sekolah SDI Plus ngajar. Sampai-sampai orangtua ter­
Baitul Maal Ida Farida. sebut merasa menyesal memasukkan
Para calon siswa lantas menjalani anaknya ke sekolah inklusi dan ingin
observasi bersama tim inklusi yang te­ mengundurkan diri.
lah dibentuk sekolah. Begitu hasil ob­ Padahal ABK memiliki guru pen­
servasi keluar dilanjutkan ke psikolog damping di samping guru kelas yang
jika ada hal yang mengarah pada ciri­ mengajarkan mata pelajaran. Perban­
-ciri anak berkebutuhan khusus. dingannya satu siswa penyandang
”Karena untuk mendapat kesim­ autisme mendapat pendamping satu
pulan apakah seorang anak ABK atau guru. Sedang penyandang slow learner
bukan, itu bukan dari kami tapi dari perbandingannya 1 guru mendam­
tim ahli. Dari situ kita bisa tentukan ping­i 3-4 siswa. Lusi Maghriefie

SAHABAT KELUARGA 33
PLUS-
MINUS
SEKOLAH
INKLUSI

S
ekolah inklusi menurut Stain­ Sedangkan untuk anak-anak regu­
back dan Stainback (1990) adalah ler, hal ini bisa memupuk rasa simpati
sekolah yang mengakomodasi dan empati sejak dini.

FOTO: FUJI NUGROHO


semua anak di kelas yang sama. Meski begitu, pada praktiknya se­
Sekolah menyediakan program pendi­ kolah inklusi memiliki kelebihan dan
dikan yang layak, menantang, tetapi se­ kekurangan. Rosana Dewi Yunita,
suai kemampuan dan kebutuhan setiap psikolog dari Schema Psikologi, menya­
anak, maupun bantuan dan dukungan takan, nilai positif sekolah inklusi, yaitu
yang dapat diberikan oleh para guru ABK memiliki kesempatan bergabung
agar anak-anak berhasil. dan bersosialisasi dengan anak lainnya Rosana Dewi Yunita
Lebih dari itu, sekolah inklusi juga yang normal. Selain itu, ABK memiliki
merupakan tempat bagi setiap anak model yang dapat dijadikan contoh un­
untuk dapat diterima, menjadi bagian tuk membantu dalam menye­ suaikan
dari kelas tersebut. Saling membantu diri dalam lingkungan sosial.
dengan guru dan teman sebayanya, Untuk anak reguler, memiliki
maupun anggota masyarakat lain agar kesempatan dapat lebih memahami
kebutuhan individualnya dapat terpe­ perbedaan individu di sekitarnya dan
nuhi. dapat ditumbuhkan sikap pemaham­

Testimoni Rahmawati Rachman, Orangtua Anak Reguler

A
nak saya pernah mengalami hal ku­ Meski begitu saya tidak menganggap ABK
rang menyenangkan dari ABK di kelas­ harus dihindari atau ditakutkan.
nya. Pernah anak saya mau dipukul. Saya selalu mengingatkan anak-anak
Saat itu guru pendamping untuk ABK sedang untuk tidak menjauhi ABK. Harus mengan­
keluar kelas. ggapnya sebagai teman, sama seperti yang
Demi menghindari agar tidak terulang, lain. Harus diajak bergaul dan bermain.
saya menyampaikan kejadian tersebut ke Tapi saya juga berpesan tetap harus melihat
sekolah. Kemudian sekolah merespons den­ kira-kira anak ini mood-nya gimana. Kalau lagi
gan cara memperketat pengawasan terhadap keliatan baik ya diajak main bareng.
ABK yang dimaksud. Sejak saat itu anak saya Berdasarkan pengalaman saya, biasanya
tidak lagi mengeluhkan hal serupa. anak berkebutuhan khusus ini akan marah
Sebagai orangtua, saya memiliki atau bisa jadi mengamuk saat merasa tidak
kekhawatiran tersendiri mengingat tingkat nyaman dan terganggu. Jadi saya mewanti­
emosional anak-anak baik ABK maupun -wanti kepada anak-anak untuk tidak meng­
anak reguler masih belum bisa terkendali. gangu teman.

SAHABAT KELUARGA 34
Testimoni
Yunizar Heniwaty, Orangtua Anak Reguler
Tips untuk orangtua anak reguler:

S
• Memberikan pengertian tentang ABK, termasuk angat setuju dengan adanya sekolah
ciri-ciri dan penyebab mereka memiliki inklusi sebab bisa membantu anak
keterbatasan (penjelasan disesuaikan tingkat berkebutuhan khusus untuk men­
perkembangan anak). dapat pendidikan yang setara dengan
• Memberikan pemahaman sisi mana mereka anak reguler. Untuk masukan, adanya
dapat membantu. alur komunikasi yang jelas antara seko­
• Memberikan contoh sikap empati dan lah, pihak terapis, dan orangtua murid.
mendukung terhadap teman ABK. Diharapkan sekolah inklusi bisa
memfasilitasi antara orangtua dengan
Tips untuk orangtua ABK: beberapa klinik terapi (tidak hanya
• Hal utama adalah kesiapan mental orangtua. satu). Sehingga orangtua ABK bisa me­
Adanya penerimaan tentang konsisi anak nemukan mana yang benar-benar cocok
yang berbeda, memberi kesempatan yang dengan anaknya.
sama seperti pada umumnya terutama tetap
memberikan kesempatan, dan bimbingan untuk
melakukan interaksi sosial. Shinta, Orangtua ABK
• Kenali perkembangannya, bisa dengan bantuan
ahli.

S
• Mampu mengidentifikasi hambatan yang aya merasa terbantu sebab seko­
dimiliki untuk membantu memahami dan lah inklusi menjadikan ABK tidak
mengoptimalkan potensinya. Termasuk merasa bahwa mereka ’berbeda’
mengidentifikasi dan memahami bakat dan dengan anak lain. Selain itu, ABK bisa
potensi yang dominan pada anak untuk bisa mendapatkan hak yang sama dalam
dikembangkan. Diharapkan potensi tersebut bidang pendidikan serta mampu men­
dapat menjadi bekal anak untuk hidup mandiri gembangkan kemampuan yang dimiliki.
di masa datang. Selain itu, sekolah inklusi bisa menga­
• Manajemen waktu bagi orangtua, juga untuk diri jarkan anak reguler untuk bersikap
mereka sendiri agar bisa rileks, tidak berlebihan empati terhadap ABK.
mengkhawatirkan kondisi anak, dan tidak Saran saya:
memberikan tuntutan di luar batas kemampuan 1. Karena guru pendamping sangat
anak. penting perannya dalam sekolah
inklusi jadi sebaiknya mereka harus
siap dan sesuai baik secara pendi­
dikan maupun mental.
2. Semua kebutuhan dan fasilitas ABK
an­. Dapat juga terbiasa dengan berba­ bisa terpenuhi sehingga program-pro­
gai kondisi yang berbeda. gram yang dibuat bisa terlaksana.
Di sisi lain sekolah inklusi juga 3. Komunikasi antara sekolah dengan
bisa menyebabkan perkembangan pihak orangtua lebih diutamakan
ABK menjadi kurang optimal apabila untuk kelancaran kegiatan belajar.
sekolah belum siap menyelenggarakan
pendidikan inklusi karena keterbatas­
an sumber daya pendidikannya. Rachma Aprilia, Orangtua ABK
Sebagai sekolah yang mengga­

S
bungkan antara anak berkebutuhan aya berusaha open kepada orangtua
khusus dengan anak reguler pastinya murid lain. Saya beritahu kepada
mengalami banyak kendala dalam hal mereka seperti apa keadaan dan
adaptasi. Untuk itu Ita menyarankan, kondisi anak saya.
pihak sekolah bersama semua orang­ Sebagai orangtua, saya memahami
tua siswa harus paham betul kondi­ kondisi anak saya. Pernah suatu hari
sinya sehingga bisa membantu mem­ mendapat laporan dari sekolah bahwa
beri pengertian kepada anak mereka anak saya marah pada temannya. Di
masing-masing. lain hari dia menabrak rak kaca sekolah
Ita berharap ABK bisa diterima de­ hingga pecah, dan beberapa kejadian
ngan baik oleh masyarakat umum. Pene­ lainnya.
rimaan tersebut harus dengan tindakan Yang penting saya tahu apa yang terja­
nyata, seperti adanya kesempatan untuk di, dan kalaupun itu melibatkan anak lain
ABK dalam berbagai hal, dan penye­ saya langsung hubungi orangtua anak
diaan fasilitas umum yang membantu itu untuk meminta maaf langsung. Oleh
akses mereka dalam beraktivitas. karena itu saya selalu pesan ke sekolah
Lusi Maghriefie untuk melaporkan apa saja yang terjadi.
SAHABAT KELUARGA 35
PEMDA PEDULI

Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara


Gelar ToT Parenting

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki strategi berbeda


demi menyukseskan program parenting di sekolah. Yaitu menggelar
Training of Trainer (ToT). Mengapa program ini dipilih?

U
paya yang dilakukan Dinas kesimpulan awal untuk menyiapkan ”Hari kedua itu khusus simulasi, jadi
Pendidikan Kabupaten Ku­ fasilitator-fasilitator agar kelas paren- masing peserta melakukan presentasi
tai Kartanegara dalam men­ ting bisa berjalan,” katanya. yang lantas dinilai narasumber, die­
gajak orangtua terlibat di Dalam kelas ToT tersebut hadir valuasi dan diperbaiki,” jelas Lucy.
sekolah anak-anaknya layak diapresia­ narasumber dari akademisi, pejabat Menurut Lucy, usai dari ToT para
si. Berupa Training of trainer (ToT) atau daerah yang punya perhatian pada orangtua itu segera dipersiapkan men­
pelatihan bagi para pelatih untuk para pendidikan keluarga, dan psikolog. jadi narasumber pada kelas parenting
orangtua sebagai narasumber paren­ Kelas itu berlangsung dua hari. Hari di sekolah anaknya masing-masing.
ting di sekolahnya masing-masing. pertama diberi paparan pentingnya ”Rencananya dua kali setahun, yakni
ToT itu dilaksanakan pada Oktober pendidikan keluarga dan berbagai ke­ di tiga bulan pertama semester per­
2018 lalu dengan peserta 10 orangtua bijakan, baik pusat maupun daerah. tama dan tiga bulan ter­akhir semes­
di satuan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan Kelompok Belajar. ”Itu
proyek pertama juga sebagai pilot
proyek yang diharapkan akan terus
berkesinambungan setiap tahun,” te­
rang Kepala Seksi Peserta Didik dan
Pembangunan Karakter PAUD dan
PNFI Dinas Pendidikan dan Kebu­
dayaan Kabubaten Kutai Kartanegara
Lucy Yulidasari, beberapa waktu lalu.
ToT ini salah satu proyek peru­
bahan yang digagas Lucy. Awalnya,
ia membuat pohon masalah dengan
mengidentifikasi dan menganalisa
kenapa banyak terjadi kasus yang
melibatkan peserta didik di jenjang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
”Pertanyaan awalnya adalah apakah
orangtua tidak paham, tidak terlibat,
atau apa?,” katanya.
Hasil analisa Lucy setelah berbin­
cang-bincang dengan guru, kepala
sekolah, orangtua, dan beberapa pihak
lainnya, ternyata kelas parenting dan
kelas inspirasi belum berjalan secara
maksimal. ”Dari situ saya mengambil

SAHABAT KELUARGA 36
Aktifitas yang
dilakukan oleh
siswa dan orangtua
yang di bina oleh
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan
Kabubaten Kutai
Kartanegara.

FOTO: DOK. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUBATEN KUTAI KARTANEGARA

ter kedua. Namun tahun 2018 lalu dikan keluarga yang belum tersentuh
baru dilaksanakan satu kali, karena dibanding dua program lainnya, yakni
proyeknya baru dimulai pertengahan pertemuan orangtua/wali murid de­
tahun,” katanya. ngan guru serta program pentas seni
Anggaran kelas parenting itu berasal akhir tahun. ”Paguyuban kelas kita
dari dana BOS dan BOP yang memang sudah terbentuk dengan kerjasama ko­
ada item untuk pelaksanaan kelas pa­ mite sekolah, bahkan ada beberapam
renting. ”Anggarannya masih terbatas, PKBM juga membentuk paguyuban
jadi setiap tahunnya kami baru bisa orangtua,” katanya.
merekrut 10 orang calon narasumber,” Program lainnya adalah mela­ ku­
kata Lucy. kan pendampingan terhadap keluar­
ga dan menjalin kerjasama dengan
Rencana Strategis stakeholder yang ada seperti Dinas
Lucy mengaku tak menyangka respons ”Tahun 2020, Pemberdayaan Perempuan dan Per­
dari orangtua sangat tinggi. Ia menyim­ lindungan Anak, Dinas Sosial, bahkan
pulkan, sebenarnya banyak orangtua insyaAllah, pendidikan Dewan Riset Daerah.
yang peduli pada pembentukan ka­ keluarga akan masuk ”Tahun 2020, insyaAllah, pendi­
rakter anak-anaknya, tapi tidak tahu dikan keluarga akan masuk ke Ren­
caranya dan tidak tahu mesti kemana ke Rencana Strategis cana Strategis Daerah. Jadi akan ada
menyalurkan kepeduliannya itu. anggaran untuk melaksanakan pendi­
Pemikiran sederhana itu ternyata
Daerah. Jadi akan dikan keluarga dengan lebih leluasa,”
disambut antusias banyak orangtua, ada anggaran untuk jelas Lucy.
bahkan banyak yang menunggu gilir­ Untuk kelas inspirasi, lanjutnya,
an untuk ikut ToT tersebut. ”Sisi lain, melaksanakan masih banyak satuan pendidikan
kalau kita mengundang narasumber pendidikan keluarga yang salah pemahaman. ”Mesti me­
dari luar untuk kelas parenting, kan nya­makan mindset. Mereka kira harus
musti diberi honor. Padahal tidak se­ dengan lebih leluasa.” mengambil tokoh atau model yang
mua orangtua iklas memberikan sum­ sudah punya nama atau yang sudah
bangan. Tapi kalau gratis mereka mau Lucy Yulidasari, terkenal, padahal sebenarnya tidak,
meluangkan waktu untuk datang,” je­ Kepala Seksi Peserta Didik dan dari orangtua sendiri kan bisa. Itu yang
las Lucy. Pembangunan Karakter PAUD dan PNFI belum dipahami secara benar oleh sa­
Kelas parenting dan kelas inspirasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tuan pendidikan,” tutupnya.
memang menjadi dua program pendi­ Kabubaten Kutai Kartanegara Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 37
KOMUNITAS

Sekar

MEMBANGUN
PERADABAN BANGSA
MELALUI KELUARGA

D
Sekolah Keluarga Empat Pilar i sebuah rumah makan Para ibu muda itu merupakan pe­
(SEKAR) meyakini masa depan di kawasan Jalan Pan­ serta dari Sekolah Keluarga Indonesia
du Raya, Tegal Gundil, (SKI), salah satu program yang dikem­
peradaban berada dalam Bogor Utara, pada per­ bangkan Sekolah Keluarga Empat Pi­
keluarga. Untuk itu SEKAR tengahan April lalu, lar (SEKAR). Kegiatan ini merupakan
terlibat aktif dalam membantu sekitar 50 orang ibu sebuah upaya pemberdayaan keluar­
muda nampak asyik namun serius ga berbasis komunitas yang dipimpin
menyelesaikan persoalan mendengarkan paparan Anggia Chri­ Ang­gia dan tiga rekannya, yakni Eka
keluarga. santi. Psikolog dari biro konsultasi Ratnawati, Hanni Fajar Rusli, dan Ra­
psikologi Westaria itu mengulas stra­ fika Nur Zakiyah.
tegi orangtua mengembangkan anak Sejak berdiri sekitar dua tahun
sesuai fitrah kepribadiannya. lalu, SEKAR telah menggelar berbagai
SAHABAT KELUARGA 38
kegiatan parenting, baik secara offline ”Karena itu program kami ini si­
maupun online. Secara offline, SEKAR fatnya holistik-integratif. Tentunya
telah berkiprah memberdayakan ke­ harapan kami, semua unsur dalam ke­
luarga melalui berbagai pelatihan pa­ luarga, yakni ayah, ibu dan anak-anak,
renting di seputar Jabodetabek dan semua berubah,” tambah konsultan
beberapa wilayah di Indonesia. psikologi di Rumah Sosial Perlindun­
”Ada beberapa kelas parenting yang gan Anak (RSPA) Kementerian Sosial
kami gelar sebulan sekali, tiga bulan ini.
sekali, atau yang sifatnya insidentil Bila untuk orangtua ada program
atau terkait momentum tertentu. Se­ parenting, maka untuk anak-anak usia
perti beberapa waktu lalu merebak ka­ antara 2-7 tahun, SEKAR menggelar
sus paedofil, karena itu kita menggelar program Ameng Bareng. Ameng sendiri

Mengadopsi
parenting tentang bagaimana orangtua artinya bermain dalam bahasa Sunda.
dan guru menjadi konselor atau terapis Dalam Ameng Bareng ini, ada kegiatan
bagi korban paedofil,” terang Anggia. story telling, bermain peran, membuat
Namun dari semua program itu,
yang diutamakan adalah kelas reguler.
prakarya, dan sebagainya yang sesuai
dunia anak.
4 Pilar
Salah satunya SKI yang dirancang se­
bagai kelas parenting selama 10 bulan
”Tujuannya untuk mengembang­
kan keterampilan motorik anak, baik
Pendidikan
atau sepuluh pertemuan.
Dengan membayar sekitar Rp250
motorik kasar maupun halus, men­
gembangkan kecerdasan berbahasa UNESCO
ribu perbulan atau per sekali perte­ dan kemampuan intelektual,” papar
muan, peserta didorong untuk aktif dan Anggia.
konsistensi mengikuti 10 pertemuan Dalam berbagai programnya, SEKAR
itu. Bahkan ada tugas yang dibawa pu­ Lebih Tenang mengadopsi empat pilar pendidikan
lang ke rumah untuk dikerjakan bersa­ Salah seorang anggota SEKAR, Maha­ yang direkomendasikan UNESCO.
ma, antara ibu, ayah, dan anak. rini, mengatakan, banyak manfaat Empat pilar itu adalah:
Ada juga kelas parenting yang sifat­ yang ia peroleh selama mengikuti
nya hanya sekali dengan biaya Rp150 berbagai pelatihan di SEKAR. Warga Learning to know
ribu. Kegiatan seperti ini biasanya di­ Cibinong, Kabupaten Bogor ini, se­ Belajar mencari tahu, yakni mencari
gelar di luar Jabodetabek dan diadakan dang mengasuh empat keponakan. tahu tentang diri sendiri, tentang
sesuai permintaan atau diundang Tiga di antaranya itu merupakan karakter anak dan mencari tahu
pihak lain. anak korban perceraian orangtuanya bagaimana menangani anak yang
Sebenarnya SEKAR memiliki pro­ akibat kekerasan dalam rumah tang­ berbeda karakter dan kepribadian.
gram Bhakti SEKAR, yakni bersedia ga (KDRT). Menurut Anggia, salah satu kegagalan
menjadi narasumber di berbagai fo­ ”Saya mengalami kesulitan untuk seseorang dalam hubungan dengan
rum atau diskusi parenting tanpa dita­ menghadapi tiga orang keponakan itu. suami, anak, atau orang lain adalah
rik bayaran. ”Hanya mohon ganti uang Sedangkan keponakan yang satunya karena tidak mengenal diri sendiri,
transportasi dan konsumsi saja,” kata lagi ingin jadi atlet tapi prestasi seko­ tidak mengenal siapa pasangan
Anggia. lahnya kurang bagus. Saya ingin tahu hidupnya dan tidak kenal seperti apa
Sedangkan secara online, yakni me­ bagaimana caranya,” kata Maharini. karakter anak.
lalui grup WhatsApp, SEKAR mengge­ Setelah mengikuti sekitar lebih dari
lar KOPI (Kelas Online Parenting) me­ empat program SEKAR, Maharini me­ Learning to do
lalui kegiatan Kulwap (kuliah melalui rasa lebih tenang dan tahu cara men­ Setelah tahu, langsung
WhatsApp). ”Pesertanya saat ini sudah ghadapi keponakan-keponakannya. melaksanakannya atau
sekitar 10 ribu dari seluruh wilayah ”Salah satunya, saya jadi lebih tahu mempraktikkannya di rumah.
Indonesia. Bahkan dari luar negeri, se­ apa itu kepribadian dengan karakter. Melakukan dari diri sendiri, dari hal
perti Turki, Belanda, India, dan bebe­ Jenis-jenis kepribadian dan cara men­ yang kecil dan sedini mungkin.
rapa negara lainnya,” ungkap Anggia. ghadapinya,” terangnya.
Sebagai contoh Maharini menyebut Learning to be
Memberikan Solusi anak dengan kepribadian melankolis. Menjadi kebiasaan. Setelah tahu,
SEKAR dibentuk sebagai upaya mem­ Anak ini suka kerapian, terencana, mempraktikkannya setiap hari,
bangun peradaban bangsa. Hal itu teratur dan melakukan sesuatu den­ sehingga menjadi kebiasaan yang
dilakukan dengan memberikan solu­ gan melihat hal-hal yang kecil. Cara dilakukans secara konsisten.
si atas berbagai permasalahan sosial menghadapinya tidak bisa disamakan
terkait keluarga, seperti kenakalan dengan anak yang punya kepribadian Learning to live together
remaja, minimnya peran orangtua da­ kholeris yang suka mengatur, suka pe­ Belajar hidup bersama dengan
lam pengasuhan anak, dan sebagainya. tualangan, tegas, tidak mudah menga­ lingkungan sekitar, baik di keluarga
Sasaran utama SEKAR adalah keluar­ lah. maupun di tetangga.
ga keseluruhan, dari mulai ibunya, ”Saya biasanya suka marah melihat Yanuar Jatnika
ayahnya, anak-anaknya, baik anak anak yang karakternya tidak sesuai
yang masih usia dini maupun anak dengan yang saya mau, sekarang sa­
yang sudah remaja, bahkan ada pro­ dar ini anak kepribadiannya seperti itu
gram untuk yang mau menikah atau dan saya tahu cara mengatasinya,” ka­
program pra nikah. tanya. Yanuar Jatnika
SAHABAT KELUARGA 39
APA DAN SIAPA?

Ridwan Kamil
Atalia

HARUS
DIMULAI
DARI FOTO: IG EM
MERILKAHN

IBU DAN
BAPAKNYA
SAHABAT KELUARGA 40
Khawatir anak Anda kecanduan gawai? Strategi yang dijalankan atau maca dina digital library (memba­
Atalia Ridwan Kamil bisa Anda coba sebagai solusi. ca melalui perpustakaan digital). Ke­
dua program itu dicanangkan dalam
upaya membina kebiasaan membaca
di kalangan masyarakat Jawa Barat.
”Karena dibiasakan membaca sejak
kecil, hingga dewasa anak-anak tetap
terbiasa membaca meski melalui me­
dianya yang berbeda, yakni digital,”
lanjut Atalia.
Berbagai keteladanan dan pembia­
saan baik di keluarga dalam membaca

D
itu membuat Atalia pada tahun 2018
i tengah kekhawatiran lalu dikukuhkan sebagai Bunda Lite­
banyak orangtua atas rasi Jawa Barat selain sebagai Bunda
kecanduan anak-anak PAUD dan Ketua Tim Penggerak PKK.
pada gadget, apa yang
dilakukan Gubernur Terapkan Demokrasi
Jawa Barat Ridwan Pemberian keteladanan dan mencip­
Kamil dan istrinya, Atalia Praratya, takan pembiasan baik di keluarga oleh
mung­ kin bisa jadi solusi. Pasangan Atalia dan Kang Emil dibarengi dengan
suami istri yang dikaruniai dua anak menerapkan pola asuh demokratis.
ini selalu berupaya hadir untuk mem­ Mereka memberi peluang pada anak-a­
berikan keteladanan dalam pembia­ naknya untuk menyampaikan aspirasi,
saan baik terhadap dua orang anaknya. harapan, dan keinginannya.
Ditemui saat acara Sosialisasi dan ”Kita ajak mereka berdiskusi. Kita
Harmonisasi Bunda PAUD 2019 di berikan gambaran mengenai aspi­
Jakarta, awal April lalu, Atalia men­ rasi mereka, kita arahkan tanpa me­
gaku pernah punya kekhawatiran lepaskan proses pertumbuhannya,”
anak-anaknya kecanduan gawai (ga­ ungkap wanita yang oleh Kang Emil
dget), utamanya kecanduan games dan ”Sejak PAUD sampai selalui dipanggil ”Si Cinta” ini.
media sosial. Sebabnya, anak sulung­ SMP, kedua anak saya Atalia mencontohkan Emmiril
nya, Emmiril Khan Mumtaz, piawai yang saat ini kuliah semester empat
bermain semua jenis games, bahkan dimasukan ke sekolah di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgan­
pernah dapat julukan record breaker.
Untuk itu, Atalia dan suami ber­ yang berbasis agama. tara Institut Teknologi Bandung (ITB).
”Waktu dulu ia memilih jurusan itu,
sepakat, saat berkesempatan kumpul Kami juga usahakan kami tanyakan, diskusikan, dan kami
sekeluarga, semuanya melepaskan beri gambaran mengenai jurusan itu.
gawai dan memperkuat komunikasi selalu salat berjamaah Jangan sampai menyalahkan orangtua
personal.
”Kami berikan keteladanan, saat bila semua ngumpul di ketika jurusan yang dipilihnya itu tidak
sesuai yang dibayangkan,” jelas Atalia.
berkumpul, kami lepaskan hape rumah.” Atalia dan suami juga memberi
sehing­ ga anak-anak juga melakukan kebebasan pada anak-anaknya untuk
hal yang sama. Children see children do. menyalurkan hobi. Emmiril mahir
Agar anak-anak tidak kecanduan gadget memainkan alat musik saxophone dan
harus dimulai dari ibu dan bapaknya,” sering pentas.
kata wanita kelahiran 20 November ”Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Di atas semua itu, tegas Atalia, pen­
1973 ini. Kamil, red) itu senang membaca. Kami didikan agama menjadi yang utama.
Seiring dengan itu, Atalia dan sua­ hobi sekali ke toko buku. Kami punya ”Sejak PAUD sampai SMP, kedua anak
mi juga melakukan pembiasaan yang perpustakaan di rumah. Kebiasaan saya dimasukan ke sekolah yang ber­
baik di rumah melalui kegiatan mem­ ayahnya membaca buku ini alhamdu­ basis agama. Kami juga usahakan se­
baca. Sejak menikah tahun 1996 lalu, lillah diikuti anak-anak sampai seka­ lalu salat berjamaah bila semua ngum­
mereka selalu membiasakaan mem­ rang saat sudah dewasa. Baik memba­ pul di rumah,” terangnya.
baca buku, majalah atau surat kabar ca buku konvensional maupun melalui Atalia percaya, bila pemahaman
FOTO: FUJI NUGROHO

di depan anak-anaknya. Anak-anaknya buku digital di gadget,” kata Atalia. agama diterapkan sejak dini, sesibuk
sejak kecil juga selalu diajak bermain Atalia bersyukur, sebagai Guber­ apapun dan berada di tengah godaan
ke perpustakaan, toko buku, dan ke nur Jawa Barat, pada akhir tahun lalu, lingkungan, anak-anak akan pulang
tempat-tempat permainan yang mem­ suaminya meluncurkan program Kole- dan berkumpul bersama ayah bun­
punyai nilai edukasi. cer (Kotak Literasi Cerdas) dan Candil danya. Yanuar Jatnika
SAHABAT KELUARGA 41
RUANG KELUARGA

Sedangkan untuk wilayah barat, yakni


Sumatera, dilaksanakan di Palembang
pada 26 Februari-1 Maret. Terakhir un­
tuk wilayah Jawa, Kalimantan, Bali,
NTT, dan NTB diadakan di Yogyakarta
pada 12-15 Maret.
Selain penandatanganan akad ban­
tuan, pada kegiatan itu juga ditan­
datangani pakta integritas dan pem­
bekalan terkait pengawasan anggaran
dari Inspektorat Jenderal Kemdikbud
dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Serta pemaparan kebijakan dan
program pendidikan keluarga.
Direktur Jenderal PAUD dan Dik­
mas Harris Iskandar mengatakan,

FOTO-FOTO: DHONI NURCAHYO


agar program-program pemerintah
bisa terlaksana dan menghasilkan se­
suai target, penting dilakukan koor­
dinasi dan sinergi antara pemerintah
pusat dan daerah di seluruh Indone­
sia. Artinya, antara pusat dan daerah
ada kesepakat­ an mengenai tanggung
jawab masing-masing.
”Jadi akan jelas siapa mengerjakan
apa. Sehingga tidak akan ada saling

Sinergi itu
M
engawali tahun 2019, lempar tanggung jawab,” kata Harris.
Direktorat Pembinaan Wartanto, Sekretaris Ditjen PAUD

Penting
Pendidikan Keluarga Ke­ dan Dikmas, memperkuat pernyataan
menterian Pendidikan Harris tersebut. ”Ada target-target yang
dan Kebudayaan Republik Indonesia harus dilaporkan sebab kita belum
menyalurkan 17 jenis bantuan peme­ memiliki data yang riil betul. Sebulan
rintah sebesar Rp69,5 miliar pada 514 lagi semua kepala bidang yang hadir
kabupaten/kota di 34 provinsi. Di anta­ di rakor ini akan diundang untuk me­
ranya bantuan Kelompok Kerja Pendi­ laporkan apa target dan capaian yang
dikan Keluarga (Pokja Dikkel), bantuan hendak dituju sehingga akan terjadi si­
Pokja 100 Hari Pertama Kehidupan, nergi betul, apa yang harus dilakukan
bantuan upaya pencegahan stunting, pusat dan apa yang harus dilakukan
dan bantuan pencegahan tindak pida­ daerah,” paparnya.
na perdagangan orang (TPPO). Salah satu bentuk nyata sinergi itu
Akad bantuan itu dilakukan dalam ditunjukkan dalam struktur keanggo­
kegiatan Rapat Koordinasi Pelaksa­ taan di Kelompok Kerja Pendidikan
naan Kebijakan dan Program Ditjen Keluarga (Pokja Dikkel). Melibatkan
PAUD dan Dikmas Tahun 2019 dan di­ lintas bidang pada Dinas Pendidikan,
lakukan secara bergilir di tiga wilayah. yakni antara bidang pendidikan formal
Untuk wilayah timur, yakni Sulawesi, dan nonformal.
Maluku, dan Papua, akad bantuan di­ ”Pembinaan pelaksanaan pendi­
gelar di Makassar pada 19-22 Februari. dikan keluarga di satuan pendidikan
itu perlu dikoordinasikan dan disi­
nergikan lintas bidang agar hasilnya
maksimal,” kata Warisno, Kepala Sub
Program dan Evaluasi Direktorat Pem­
”Jadi akan jelas siapa binaan Pendidikan keluarga saat itu.
mengerjakan apa. Sedangkan Direktur Pembinaan
Pendidikan Keluarga Sukiman me­
Sehingga tidak akan nekankan pentingnya sinergi. Karena
sebelumnya, pusat hanya berkoordina­
ada saling lempar si dengan pemerintah provinsi, seka­
tanggung jawab.” rang langsung dengan 514 pemerintah
kabupaten dan kota sehingga rentang
Harris Iskandar, kendalinya lebih luas.
Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 42
Bersama Hadapi Tantangan

P
emerintah, sekolah, dan rus bersama-sama bertanggung­ jawab
masyarakat, termasuk orang­ dalam membiayai pendidikan yang
tua peserta didik, harus ber­ ”Hanya satu kali berkualitas, yakni pendidikan yang
sama-sama menghadapi tan­ terjadi dalam sejarah menciptakan peserta didik yang ber­
tangan di dunia pendidikan dalam prestasi dan berkarakter.
menghadapi satu abad Indonesia pada Indonesia. Bonus Direktur Pembinaan Pendidikan
tahun 2045 mendatang. Beberapa tan­ Keluarga Sukiman, mengatakan, pem­
tangan itu dikemukakan Direktur Jen­ demografi ini kalau biayaan pendidikan tersebut telah
deral Pendidikan Anak Usia Dini dan tidak dimanfaatkan dicantumkan pada Peraturan Peme­
Pendidikan Masyarakat (PAUD dan rintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang
Dikmas) Kementerian Pendidikan dan akan jadi beban.” Pendanaan Pendidikan.
Kebudayaan Harris Iskandar. ”PP tersebut selanjutnya diperkuat
Tantangan itu,antara lain, Indonesia dengan terbitnya Peraturan Menteri
menghadapi bonus demografi, yakni kehilangan 11 persen Groos Domestic Pendidikan dan Kebudayaan (Permen­
besarnya populasi masyarakat usia pro­ Product (GDP). ”Lembaga PAUD harus dikbud) Nomor 75 Tahun 2016 Tentang
duktif. Menurut Badan Pusat Statistik tahu masalah ini dan bagaimana so­ Komite Sekolah dan terakhir melalui Per­
(BPS), pada rentang waktu 2020-2030 lusinya. Begitu pula keluarga yang da­ mendikbud  Nomor 30 Tahun 2017 Ten­
mendatang, jumlah usia angkatan kerja lam hal ini orangtua juga harus tahu tang Pelibatan Keluarga Pada Penyeleng­
atau usia produktif (usia 15-64 tahun) di keadaan ini dan tahu solusinya. Salah garaan Pendidikan,” kata Sukiman.
Indonesia akan mencapai sekitar 70 per­ satunya adalah memenuhi nutrisi dan Menurut Sukiman, penggalangan
sen, atau sekitar 180 juta orang. menjaga kesehatan anak,” tegasnya. dana dari masyarakat yang salah sa­
”Hanya satu kali terjadi dalam se­ Tantangan berikutnya yang harus tunya dari orangtua peserta didik itu
jarah Indonesia. Bonus demografi ini dihadapi keluarga adalah kemajuan diperlukan karena bantuan dari peme­
kalau tidak dimanfaatkan akan jadi be­ sains dan teknologi, khususnya tek­ rintah tidak memadai untuk menun­
ban,” ungkap Harris. nologi informasi (TI). Kemajuan TI jang proses pembelajaran. Bantuan
Salah satu tantangan dalam men­ saat ini mempengaruhi seluruh aspek pemerintah itu seperti  Bantuan Ope­
ghadapi bonus demografi itu, kata kehiduan manusia. Salah satunya, kata rasional Sekolah (BOS) untuk pendi­
Harris, adalah fenomena stunting atau Harris, akan banyak jenis pekerjaan dikan dasar dan menengah serta me­
kekerdilan, yaitu kondisi gizi buruk yang hilang digantikan robot. Namun lalui Bantuan Operasional Pendidikan
yang dialami bayi usia di bawah lima akan juga muncul pekerjaan baru jenis (BOP) untuk pendidikan anak usia dini.
tahun. Satu dari tiga anak Indoneia hybrid yang belum ada aturannya. Se­ ”BOS dan BOP itu targetnya hanya
mengalaminya. perti layanan transportasi online, toko untuk pelayanan minimal, tapi  untuk
Saat ini, Indonesia berada pada urut­ online, dan sejenisnya. meningkatkan mutu pembelajaran ha­
an 64 dari 65 negara yang mengalami rus ada partisipasi dari semua pihak,
stunting. Kalau tidak diatasi, kata Har­ Bersama Biayai Pendidikan antara lain masyarakat yang salah
ris, bayi akan tumbuh tidak optimal. Menghadapi berbagai tantangan itu, satuya orangtua peserta didik,” tegas
Menurut Harris, akibat fenomena pemerintah, sekolah, dan masyarakat, Sukiman.
stunting ini membuat Indonesia akan termasuk orangtua peserta didik ha­ Memet Casmat/Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 43
RUANG KELUARGA

Kualitas ASN Perlu Ditingkatkan

S
etuju atau tidak setuju, ren­ • Sebanyak 42 persen birokrat tidak
dahnya kualitas aparatur sipil dapat diandalkan dalam menyele­
negara (ASN) menjadi salah saikan pekerjaan
satu pemicu terjadinya korupsi • Sebanyak 31 persen birokrat beker­
dan suap dari masyarakat atau pihak ja seenaknya
swasta. Hal itu dikatakan Inspektur
I pada Inspektorat Jendral Kemen­ Karena itu, dalam upaya pengawa­
dikbud Sutoyo. san terhadap penggunaan anggaran
Sutoyo mengatakan, hal itu men­ itu dan mewujudkan Zona Integritas
gacu pada hasil survei yang dilakukan Wilayah Bebas Korupsi di Kemente­
Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada rian Pendidikan dan Kebudayaan, kata
tahun 2018 lalu yang menunjukkan: Sutoyo, Inspektorat Jenderal Kemen­
• Sebanyak 58 persen birokrat sete­ terian Pendidikan dan Kebudayaan
ngah hati dalam menjalankan tu­ mengusulkan lima poin perbaikan
gas untuk membantu pebisnis; pengawasan pengelolaan anggaran.
• Sebanyak 50 persen birokrat tidak Meliputi:  
responsif dalam bekerja memban­ • Penyempurnaan definisi kerja
tu pebisnis • Penguatan sistem monitoring dan
• Sebanyak 50 persen birokrat tidak evaluasi melalui sinergi antara
menguasai pekerjaan supervisi (pengawasan), coaching
• Sebanyak 49 persen birokrat hanya (pembinaan), dan mentoring (mem­
mau bekerja jika diberi uang/ha­ bagi pengetahuan dan pengalam­
diah an)
• Sebanyak 42 persen birokrat tidak • Peningkatan kualitas evaluasi in­ “Setuju atau tidak
dibekali peralatan kerja yang me­ ternal
madai • Penerapan zona integritas setuju, rendahnya
kualitas aparatur sipil
negara (ASN) menjadi
salah satu pemicu
terjadinya korupsi dan
suap dari masyarakat
atau pihak swasta.”
Sutoyo,
Inspektur I Inspektorat Jendral Kemendikbud

• Sharing vision atau berbagi pe­


mahaman tentang tujuan pendi­
dikan ke seluruh pegawai secara
berjenjang
Menurut Sutoyo, usulan perbaikan
itu penting mengingat besarnya ang­
garan yang harus dipertanggung­
jawabkan Ditjen PAUD dan Dikmas,
yaitu sebanyak Rp8,44 triliun yang
terdiri atas anggaran yang dikelola
Kemendikbud sendiri senilai Rp1,81
triliun dan transfer ke daerah yang
berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) se­
jumlah Rp6,63 triliun.
Yanuar Jatnika

SAHABAT KELUARGA 44
FOTO-FOTO: DHONI NURCAHYO
Butuh Keteladanan untuk
Mencegah Korupsi

K
eteladanan sangat penting tegas menolak gratifikasi, menindak yang
dalam upaya menciptakan tidak berintegritas seperti yang mencon­
anak-anak dan generasi muda tek dan segala macam,” terangnya.
yang antikorupsi. Utamanya Lebih lanjut Giri menyatakan, pen­
dari orangtua, para guru, masyarakat, cegahan korupsi di lingkungan seko­
dan pemerintah, terutama di lingkun­ lah bisa dilakukan melalui kurikulum
gan dinas pendidikan. pembelajaran atau kegiatan ekstra
Hal itu disampaikan Direktur Pen­ kurikuler. ”Bisa dilakukan dengan se­
didikan dan Pelayanan Masyarakat gala pendekatan, dengan cara yang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) unik dan sesuai dengan dunia mereka
Giri Supradiono saat hadir sebagai na­ sehingga akan lebih mudah mengin­
rasumber Panel II dalam Rapat Koor­ ternalisasi nilai-nilai,” jelasnya.
dinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Hal itu penting mengingat saat ini
Program Direktorat Jenderal PAUD dan pelaku korupsi berusia muda makin
Dikmas Tahun 2019 Regional 1 Makas­ ”Karena pendidikan banyak. Tak hanya itu, kepala dae­
sar, Rabu (20/2). ”Karena pendidikan rah yang terjerat korupsi juga sangat
yang paling manjur adalah melalui ke­ yang paling manjur banyak. ”22 dari 34 provinsi ditangani
teladanan,” tandasnya. adalah melalui KPK,” ungkap Giri.
Karena itu, menurut Giri, KPK terus Karena itulah, pencegahan korupsi
mendorong satuan pendidikan membe­ keteladanan.” melalui pendidikan makin mendesak
rikan contoh atau keteladanan melalui dilakukan. Apalagi penindakan ke­
terciptanya tata kelola yang bersih dan Giri Supradiono, ras terhadap pelaku korupsi, seperti
berintegritas. ”Anak-anak belajar dari Direktur Pendidikan dan Pelayanan hukum­ an mati di Tiongkok ternyata
ling­
kungan, bagaimana sekolah secara Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi tidak terlalu efektif. Hanik Purwanto

SAHABAT KELUARGA 45
Sahabat Keluarga
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Republik Indonesia

LOMBA

JURNALIST K
PENDIDIKAN KELUARGA
2 0 1 9
1. Tema Lomba 3. Prosedur
Tema yang diangkat dalam lomba ini adalah “Budaya Literasi Prosedur seleksi diatur sebagai berikut:
Keluarga (BuLiKe)”. Karya jurnalistik yang ditulis bisa disesuaikan 1. Untuk mengikuti Lomba Jurnalistik Pendidikan Keluarga
dengan peringatan hari besar tertentu yang terkait dengan keluarga Tahun 2019, peserta harus melakukan registrasi melalui laman
dan literasi, misalnya Hari Pendidikan Nasional, Hari Keluarga resmi Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga (https://
Nasional, Hari Anak Nasional, Hari Aksara Internasional, dan sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/) pada kanal Lomba Pendidikan
peringatan hari lainnya yang relevan. Keluarga sejak tanggal 15 April s.d 30 September 2019;
2. Tulisan diterbitkan di media massa cetak (koran, tabloid, majalah)
2. Ketentuan Lomba atau media daring pada periode 15 April s.d 30 September 2019;
a. Lomba dibagi menjadi 2 kategori, yakni Feature dan Opini; 3. Nominasi pemenang akan diumumkan pada tanggal 25 Oktober
b. Kategori Feature diperuntukkan bagi jurnalis; 2019 dan dapat dilihat melalui laman resmi Direktorat Pembinaan
c. Kategori Opini dapat diikuti oleh jurnalis dan masyarakat umum; Pendidikan Keluarga (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/);
d. Tulisan harus sesuai dengan tema dan telah dipublikasikan di 4. Hadiah akan diberikan pada kegiatan Apresiasi Pendidikan
media yang terverifikasi dewan pers (https://dewanpers.or.id/ Keluarga pada bulan November 2019.
data/perusahaanpers);
e. Peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) naskah utama untuk 4. Penentuan Pemenang
diikutsertakan dalam lomba; Karya penulisan jurnalistik yang memenuhi persyaratan dan
f. Peserta dapat menyertakan naskah lainnya yang relevan sebagai penilaian maka juri dan panitia akan menentukan pemenang lomba
penilaian portofolio yang telah dipublikasikan selama tahun dengan urutan juara 1, 2, dan 3 serta juara harapan 1 s.d. 7.
2019.
g. Tulisan yang diikutsertakan dalam lomba bersifat aktual, 4. Penghargaan
bernilai, inovatif, kekinian, tidak mengandung unsur SARA dan Pemenang lomba jurnalistik akan mendapatkan plakat, seritifikat,
pornografi; serta uang tunai dengan total hadiah sebesar Rp107.000.000,-
h. Tulisan yang diikutsertakan dalam lomba belum pernah dan dengan rincian sebagai berikut:
tidak sedang diikutsertakan dalam lomba sejenis; Kategori FEATURE
i. Tulisan bersifat orisinal, tidak melanggar hak kekayaan Pemenang I : Rp15.000.000,-
intelektual pihak manapun; Pemenang II : Rp12.000.000,-
j. Tulisan yang diikutkan pada lomba menjadi milik Kementerian Pemenang III : Rp10.000.000,-
Pendidikan dan Kebudayaan; Pemenang Harapan
: 7 orang @Rp5.000.000,-
k. Peserta tidak dipungut biaya dalam mengikuti lomba ini; Kategori OPINI
l. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibebaskan dari Pemenang I : Rp15.000.000,-
tuntutan pihak ketiga dan konsekuensi hukum atas tulisan yang Pemenang II : Rp12.000.000,-
dikirimkan peserta; Pemenang III : Rp10.000.000,-
m. Keputusan Dewan Juri bersifat mengikat dan tidak dapat Pemenang Harapan : 7 orang @Rp5.000.000,-
diganggu gugat.
n. Lomba tidak dapat diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Catatan: Pajak hadiah ditanggung pemenang sesuai dengan
Kemendikbud; peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o. Panjang tulisan minimal 750 kata;
Info selengkapnya di https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
p. Lomba tidak dapat diikuti oleh Aparatur Sipil Negara (ASN)
Kemendikbud;
q. Peserta yang mengikuti perlombaan ini dianggap setuju
dengan semua syarat dan ketentuan. Apabila di kemudian hari DIAH
ditemukan pelanggaran terhadap syarat dan ketentuan di atas, TOTAL HA R
SEB E SA

Rp107
maka dewan juri berhak melakukan diskualifikasi.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

JUTA
Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Komplek Kemendikbud, Gedung C Lantai 13 Telp. (021) 5737930
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat, 10270

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud Sahabat Keluarga #keluargahebat #keluargaterlibat


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia LOMBA

VL A NK E LUA R G A
G
PE N D I D I K 1 9
2 0
Literasi
s
“Kreativita a Milenial” TOTAL HA
DIAH
i Er
Keluarga d SE B ESA R

Rp52
1. Tema Lomba JUTA
Lomba Vlog Pendidikan Keluarga Tahun 2019 bertema “Kreativitas
Literasi Keluarga di Era Milenial”

2. Ketentuan Lomba
a. Lomba Vlog dapat diikuti oleh masyarakat umum. 3. Penentuan Pemenang
b. Peserta lomba bisa perorangan atau tim. Prosedur seleksi diatur sebagai berikut:
c. Peserta boleh mengirimkan maksimal 1 (satu) karya video. 1. Untuk mengikuti Vlog Pendidikan Keluarga Tahun 2019,
d. Durasi Vlog maksimal 5 menit. peserta harus melakukan registrasi melalui laman resmi
e. Vlog yang diikutsertakan dalam lomba harus relevan dengan tema. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga (https://
f. Vlog yang diikutsertakan dalam lomba bersifat aktual, bernilai, sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/) pada kanal Lomba
inovatif, kekinian, tidak mengandung unsur SARA dan pornografi Pendidikan Keluarga sejak tanggal 15 April s.d 30
serta merupakan karya asli yang bukan plagiat. September 2019;
g. Vlog yang diikutsertakan dalam lomba tidak sedang diikutsertakan 2. Vlog diunggah di youtube pada periode 15 April s.d 30
dalam lomba sejenis. September 2019;
h. Video bersifat orisinal, tidak melanggar hak kekayaan intelektual 3. Nominasi pemenang akan diumumkan pada tanggal
pihak manapun, dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. 25 Oktober 2019 dan dapat dilihat melalui laman resmi
Apabila vlog menggunakan karya musik yang ada hak ciptanya, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga
peserta harus melampirkan izin dari pemilik hak tersebut) (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/);
i. Peserta mengunggah karya melalui Youtube dengan judul 4. Hadiah akan diberikan pada kegiatan Apresiasi
(#literasikeluarga-Judul vlog) dan mencantumkan link chanel Pendidikan Keluarga pada bulan November 2019.
youtube Sahabat Keluarga (Sahabat Keluarga ) dan link laman
Sahabat Keluarga (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/) di
deskripsi video.
4. Penghargaan
j. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berhak menggunakan Pemenang lomba vlog akan mendapatkan plakat,
seluruh karya video yang diikutkan pada lomba sebagai bahan seritifikat serta uang tunai dengan total hadiah sebesar
sosialisasi pendidikan keluarga. Rp52.000.000,- dengan rincian sebagai berikut:
k. Peserta tidak dipungut biaya dalam mengikuti lomba ini. 1. Pemenang I : Rp 10.000.000,-
l. Peserta yang mengikuti perlombaan ini dianggap setuju dengan 2. Pemenang II : Rp 8.000.000,-
semua syarat dan ketentuan. Apabila dikemudian hari ditemukan
3. Pemenang III : Rp 6.000.000,-
pelanggaran terhadap syarat dan ketentuan di atas, maka dewan
4. Pemenang Harapan : 7 orang @Rp4.000.000,-
juri berhak melakukan diskualifikasi.
m. Kemendikbud dibebaskan dari tuntutan pihak ketiga dan
konsekuensi hukum atas vlog yang dikirimkan peserta. Catatan: Pajak hadiah ditanggung pemenang sesuai dengan
n. Keputusan Dewan Juri bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu peraturan perundang-undangan yang berlaku.
gugat.
o. Lomba tidak dapat diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kemendikbud. Info selengkapnya di https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

Sahabat Keluarga
Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Komplek Kemendikbud, Gedung C Lantai 13 Telp. (021) 5737930
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat, 10270

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud Sahabat Keluarga #keluargahebat #keluargaterlibat


Sahabat Keluarga
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia

LOMBA 2019

BL G
PENDIDIKAN KELUARGA
1. Tema Lomba 5. Prosedur
Lomba Blog Pendidikan Keluarga Tahun 2019 ini bertema Lomba penulisan blog ini mengikuti prosedur sebagai berikut:
“Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam 1. Untuk mengikuti Lomba Blog Pendidikan Keluarga Tahun
Membudayakan Literasi”. 2019, peserta harus melakukan registrasi melalui laman resmi
Pembinaan Pendidikan Keluarga (https://sahabatkeluarga.
2. Bentuk Lomba kemdikbud.go.id/) pada kanal Lomba Pendidikan Keluarga
Lomba ini berbentuk penulisan naskah blog berbentuk opini, sejak tanggal 15 April s.d 30 September 2019;
pemikiran, atau pengalaman sesuai dengan tema lomba. 2. Tulisan sudah di publikasikan di blog milik sendiri selama 15
April s.d 30 September 2019;
3. Sasaran Peserta 3. Nominasi pemenang akan diumumkan pada tanggal 25
Peserta lomba penulisan naskah blog ini dapat diikuti oleh Oktober 2019 dan dapat dilihat melalui laman resmi
masyarakat luas tingkat nasional diikuti dari 34 provinsi di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga
Indonesia. (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/);
4. Hadiah akan diberikan pada kegiatan Apresiasi Pendidikan
4. Persyaratan Peserta Keluarga pada bulan November 2019.
Persyaratan peserta pemilihan lomba penulisan blog pendidikan 6. Penentuan Pemenang
keluarga tingkat nasional terdiri dari persyaratan administratif Karya penulisan blog yang memenuhi persyaratan dan penilaian
peserta dan persyaratan penulisan blog. maka juri dan panitia akan menentukan pemenang lomba dengan
a. Persyaratan administratif peserta yakni sebagai berikut. urutan juara 1, 2, dan 3 serta juara harapan 1 s.d. 7.
1) diikuti masyarakat umum.
2) hanya boleh mengirimkan 1 (satu) naskah blog. 7. Penghargaan
3) Peserta tidak dipungut biaya. Pemenang lomba penulisan blog tahun 2019 akan mendapatkan
4) Bukan pegawai Kemendikbud. hadiah sebagai bentuk penghargaan berupa trophy, seritifikat serta
5) Memiliki profil blogger yang jelas dan lengkap, bukan uang pembinaan dengan total hadiah sebesar Rp. 46.000.000,-.
anonim. Adapun rincian penghargaan bagi pemenang ditentukan sebagai
6) peserta memposting tulisan sejak tanggal 15 April 2019. berikut.
7) Blog peserta telah aktif minimal sejak tanggal 15 April 1. Pemenang I : Rp. 7.000.000,-
2018 yang ditandai dengan adanya berbagai tulisan 2. Pemenang II : Rp. 6.000.000,-
sebagai bukti aktivitas penulisan secara aktif. 3. Pemenang III : Rp. 5.000.000,-
a. Persyaratan Penulisan Naskah Blog 4. Pemenang Harapan : 7 orang @Rp. 4.000.000,-
1) relevan dengan tema.
2) bersifat aktual, kreatif, inovatif, kekinian. Catatan: Pajak hadiah ditanggung pemenang sesuai dengan
3) tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) karya asli yang bukan hasil plagiat.
5) menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Info selengkapnya di
6) belum pernah dan tidak sedang diikutsertakan dalam https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
lomba sejenis.
7) mencantumkan tanda tagar (hashtag) #SahabatKeluarga
dan #LiterasiKeluarga.
DIAH
TOTAL HA R
SEB E SA

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga


Rp46
JUTA
Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Komplek Kemendikbud, Gedung C Lantai 13 Telp. (021) 5737930
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat, 10270

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud Sahabat Keluarga #keluargahebat #keluargaterlibat

Anda mungkin juga menyukai