100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
825 tayangan2 halaman
Paragraf di atas membahas tujuan berbusana menurut Islam. Ada beberapa tujuan berbusana menurut Islam yaitu untuk menutup aurat, menambah keindahan, menjaga dari cuaca, dan untuk tuntutan agama. Selain itu, paragraf tersebut juga membahas perbedaan pandangan tentang pakaian islami antara masyarakat Indonesia, Arab, dan kelompok yang menganut paham tekstualis. Tujuan berbusana sebenarnya dalam Islam adalah untuk
Paragraf di atas membahas tujuan berbusana menurut Islam. Ada beberapa tujuan berbusana menurut Islam yaitu untuk menutup aurat, menambah keindahan, menjaga dari cuaca, dan untuk tuntutan agama. Selain itu, paragraf tersebut juga membahas perbedaan pandangan tentang pakaian islami antara masyarakat Indonesia, Arab, dan kelompok yang menganut paham tekstualis. Tujuan berbusana sebenarnya dalam Islam adalah untuk
Paragraf di atas membahas tujuan berbusana menurut Islam. Ada beberapa tujuan berbusana menurut Islam yaitu untuk menutup aurat, menambah keindahan, menjaga dari cuaca, dan untuk tuntutan agama. Selain itu, paragraf tersebut juga membahas perbedaan pandangan tentang pakaian islami antara masyarakat Indonesia, Arab, dan kelompok yang menganut paham tekstualis. Tujuan berbusana sebenarnya dalam Islam adalah untuk
Jenis dan model pakaian yang bermacam-macam memiliki tujuan dan
fungsi-fungsi tertentu, baik sebagai adat kebiasaan, maupun berdasarkan falsafah hidup yang dianutnya. Fungsi busana bagi manusia, antara lain: 1) untuk menutup aurat, 2) menambah keindahan dan penampilan dirinya, 3) menjaga dirinya dari cuaca lingkungannya dan atau untuk berperang, 4) untuk tujuan tertentu sebagai pembeda dengan kelompok lainnya, 5) untuk tuntutan pengamalan ajaran agama yang dianutnya. (Mustafa, 2013). Begitu pula pada kelompok umat Islam sendiri, akhlak berbusana dalam kehidupan masyarakat muslim secara simbolisme seringkali terjadi perbedaan yang cukup mencolok antara seorang atau kelompok muslim dengan muslim yang lainnya. Perbedaan yang signifikan tersebut terutama dipengaruhi oleh suatu kondisi latar belakang budaya masyarakat muslim yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Misalnya, pada Umat Muslim Indonesia terutama suku Jawa dan Madura, memiliki anggapan bahwa baju koko, sarung dan peci (kopiah) adalah pakaian islami. Sehingga, pada acara-acara ritual peribadatan atau acara yang bernuansa Islami akan terasa semakin khidmat jika semua jama’ahnya menggunakan pakaian atau atribut busana tersebut. Begitu pula sebaliknya acara tersebut dapat dirasa tidak khidmat ketika orang-orang atau jama’ah, terutama orang-orang yang memiliki peran inti tidak memakai busana tersebut. Sementara itu, orang Arab yang bangga dengan pakaian gamisnya justru akan memiliki anggapan bahwa pakaian islami itu adalah gamis. Hal itu ditunjang dengan suatu bukti konkret bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri mengenakan pakaian gamis. Sehingga berdasarkan pada bukti tersebut tidak hanya kalangan bangsa Arab yang menganggap bahwa gamis sebagai pakaian Islami dan memberikan fatwa hukum sunah memakainya. Melainkan pada kelompok umat Islam lainnya juga –khususnya mereka yang menganut paham tekstualis– akan mengklaim bahwa gamis adalah pakain yang sesuai dengan tuntunan ajaran Rasulullah SAW. Maksudnya mereka memiliki fatwa bahwa memakai gamis adalah sunah. Tujuan berbusana sendiri dalam islam sebenarnya adalah menghindari dari ketergodaan, dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan pakaian lebar dan longgar. Sehingga, pakaian sempit atau ketat, walaupun menutupi kulit, namun tetap menampakkan lekuk sebagian atau seluruh tubuh, yang ini jelas mengundang godaan, seolah-olah telanjang. Apalagi dengan kain yang sewarna dengan kulitnya, lebih besar lagi dosanya bila dipadu dengan pakaian mini lagi transparan. Hal tersebut termasuk makna ―berpakaian tapi telanjang. Termasuk dalam ancaman hadits tersebut adalah pantolan ketat atau jeans yang dikenakan kaum wanita, di samping tasyabuh dengan orang kafir, juga membentuk lekuk tubuh. (Fauzi, 2016).