Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKOSISTEM BUATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makhluk hidup akan selalu membutuhkan makhluk hidup lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan
yang terjadi antara individu dengan lingkungannya bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik.
Hubungan timbal balik antara unsur-unsur biotik (produsen, konsumen, dan pengurai) dengan
abiotik (cahaya, udara, air, tanah, suhu, dan mineral) membentuk sistem ekologi yang disebut
ekosistem.
Untuk menjaga keseimbangan ekosisitem rantai makanan sangat berperan penting. Rantai makanan
adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang
makan dan yang dimakan. Rantai makanan yang tidak terputus dapat menandai keseimbangannya
ekosistem.
Secara alami, alamlah yang mengatur keseimbangan ekosistem dengan mengontrol hubungan antara
komponen biotik dan abiotik. Namun, sekarang aktivitas manusia juga banyak yang mempengaruhi
keseimbangan ekosistem Lalu, bagaimana dengan ekosistem buatan yang dibuat untuk kepentingan
hidup manusia? Dan bagaimana pula peranan manusia dalam interaksi hubungan timbal balik dari
pengertian ekosistem diatas? Makalah ini mencoba mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut
dengan mendefinisikan ekosistem buatan beserta contoh dan komponen di dalamnya.

B. RUMUSAN MALASAH
Berdasarkan judul di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ekosistem menurut para ahli?
2. Apakah yang dimaksud dengan ekosistem buatan?
3. Apa saja macam-macam ekosistem buatan?
4. Hal-hal apa yang mepengaruhi keseimbangan ekosistem?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan pembaca untuk mengetahui secara
jelas mengenai ekosistem buatan dan peranan manusia di dalamnya.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
D. METODE PENULISAN

Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada
penelitian ini adalah : Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku serta website-
website yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKOSISTEM

Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan
keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks,
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem
menurut A.G. Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen
komponen ekosistem.

2. Ekosistem atau sistem ekologi adalah merupakan pertukaran bahan-bahan antara bagian-
bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam suatu sistem. Ekosistem dicirikan dengan
berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung diantara
berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya.

3. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik
maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung
satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam
(Dephut, 1997).

4. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan,
dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan
menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
5. Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan
lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi (Odum,
1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan
satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap,
serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus
energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

6. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling memengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur lingkungan
hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya
tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri,
tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi,
sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.

7. Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan organisasi ini dikatakan
sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-komponen dengan fungsi berbeda yang
terkoordinasi secara baik sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik.
Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan dan jaring makanan yang pada setiap
proses ini terjadi aliran energi dan siklus materi.

Ekosistem dibagi menjadi dua bagian, yaitu:


1) Ekosistem alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa adanya campur tangan
manusia. Ekosistem alami dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Contoh ekosistem darat adalah ekosistem hutan.
Contoh ekosistem perairan adalah ekosistem danau, ekosistem rawa dan lain sebagainya.

2) Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem - cite_note-a-4 Ekosistem buatan
mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh
manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.

B. CONTOH-CONTOH EKOSISTEM BUATAN


1. Ekosistem Sawah
Sawah masuk ke dalam ekosistem buatan karena keberadaan sawah dibuat oleh manusia sebagai
pemenuh kebutuhan hidup akan makanan. Manusia berperan penting dalam ekosistem sawah. Baik
dalam pembentukan struktur, komponen, dan pengaturan sawah.
1.1. Komponen Ekositem Sawah
Ø Faktor biotik dalam sawah meliputi padi (tanaman utama sawah), tanaman sekunder, hewan,
dan tanaman liar.
a. Padi
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang
memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek.
Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa.
Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah
tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap
kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara
(oksigen) ke bagian akar.
b. Tanaman Sekunder
Di sawah yang di olah petani, sering ditemui tanaman lain yang bermanfaat bagi petani. Sebagai
contohnya tanaman pisang. Pisang yang membutuhkan air yang cukup, baik tumbuh di lingkungan
persawahan. Juga banyak tanaman lain yang bermanfaat bagi petani.
c. Hewan
Lingkungan sawah menjadi tempat berkumpulnya banyak hewan. Baik yang liar ataupun peliharaan.
Sebut saja burung pemakan padi, jangkrik, keong, ikan, ular, tikus, dan lainnya. Hewan tersebut
terhubung dalam suatu rantai makanan. Tikus dan burung memakan padi. Ular berfungsi sebagai
predator dari pemangsa padi sebelum di mangsa oleh predator diatasnya ataupun mati di urai oleh
bakteri pengurai. Hewan pemakan padi ini di anggap sebagai hewan penggangu.
Di samping itu ada juga hewan yang memang di manfaatkan petani untuk membantu dalam
pengerjaan dan pengolahan sawah. Sebagai contoh yaitu sapi. Sapi berguna dalam membajak sawah.
Meski sekarang fungsinya telah tergantikan oleh trakor modern. Ada juga anjing yang berguna
menjaga sawah.
Hewan lainnya yang bermanfaat yaitu hewan yang bisa di tumpang sari kan. Contohnya ikan. Ikan
yang di manfaatkan yaitu ikan yang bisa hidup di daerah lumpur.
d. Tanaman liar
Tanaman liar umumnya adalah tanaman penggangu padi. Kebanyakan tanaman penggangu adalah
tanaman yang membutuhkan banyak air. Contohnya rumput, ilalang, dan lainnya.
Ø Faktor Abiotik.
Padi tentu saja membutuhkan tanah dan banyak air. Air di alirkan dalam sistem irigasi sawah
sehingga dapat mengalirinya. Di lingkungan sawah juga terdapat batu, cahaya, sinar matahari, suhu,
ketinggian, dan lainnya. Yang kesemuanya dibutuhkan dalam ekosistem sawah.
1.2. Rantai Makanan Pada Ekosistem Sawah
Apakah yang dimaksud dengan rantai makanan? Rantai makanan adalah perjalanan makan dan
dimakan dengan urutan tertentu antar makhluk hidup.

Gambar 1.1
Perhatikan gambar diatas! Gambar tersebut menampilkan siklus perputaran rantai makanan pada
ekosistem sawah. Padi dimakan oleh belalang, kemudian belalang dimakan oleh katak, katak
dimakan oleh ular, lalu ular dimakan oleh burung elang. Setelah beberapa waktu burung elang mati,
bangkainya membusuk dan bercampur dengan tanah membentuk humus. Humus sangat dibutuhkan
tumbuhan sebagai produsen. Begitulah seterusnya sehingga proses ini berjalan dari waktu ke waktu.
Namun perlu diperhatikan lebih lanjut bahwa sawah sebagai ekosistem buatan yang diciptakan
manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Maka bila ditelaah lebih
lanjut, rantai makanan tersebut hanyalah berlaku dengan presentasi yang sangat kecil.
Manusia cenderung meminimalisir konsumen pemakan padi yang bertindak sebagai produsen. Maka
dari itu, baik belalang, wereng, maupun tikus dianggap sebagai hama dalam pertanian.
1.3. Pengaruh Pestisida Terhadap Ekosistem

Penggunaan pestisida, disamping bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian tapi juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pertanian dan juga terhadap kesehatan manusia.

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang
lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah.
Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke
dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan sebagainya.

Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami
dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang
lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida.
Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan
manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan
oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka
terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.

Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan
masalah pencemaran lingkungan sejak bahanbahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan.
Sebagian besar bahanbahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi
oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh
sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah.

Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan
atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut
bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahanbahan
kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas
air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana
kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh
partikel-partikel tanah.

2. Ekosistem Hutan Buatan

Sebagai contoh dalam pembahasan ekosistem hutan buatan, akan diambil hutan mangrove.
Mangrove berfungsi membantu melindungi pantai dari erosi (abrasi) oleh air laut, angin ribut, dan
gelombang laut. Mereka mencegah erosi garis pantai dengan bertindak sebagai penghalang dan
penangkap material alluvial, sehingga menstabilkan ketinggian daratan dengan membentuk daratan
baru untuk mengimbangi hilangnya sedimen.

Akar mangrove yang jalin-menjalin, beserta pneumatofora dan batang mangrove dapat mengurangi
kecepatan arus air, menangkap sedimen untuk menjaga ketinggian daratan pantai dan mencegah
siltasi pada lingkungan laut di sekitarnya. Hutan mangrove juga berperan serupa dalam hal
pemerangkap dan penyaring sedimen dan bahan pencemar, sehingga sedimentasi dan pencemaran
di perairan pesisir jauh berkurang. Mangrove juga berperan dalam mengatur pasokan air tawar ke
sistem perairan pesisir.
Kemampuan mangrove untuk menjadi daerah penyangga membantu mengurangi kerusakan
bangunan dan jatuhnya korban jiwa pada saat badai dan tsunami. Hasil penelitian Istiyanto et al.
(2003) yang merupakan pengujian model di laboratorium antara lain menyimpulkan bahwa rumpun
bakau (Rhizophora sp) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang
diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami melalui rumpun tersebut.

Di samping itu komunitas mangrove dapat mempengaruhi daur hidrologi, dan menghambat intrusi
air laut ke daratan, serta mempengaruhi mikroklimat. Evapotranspirasi hutan bakau mampu
menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro
terjaga.

2.1. Komponen Hutan Mangrove Buatan

Ditinjau dari segi komponen, hutan mangrove bisa dirincikan sebagai berikut :

a. Komponen Biotik

Faktor biotik hutan mangrove adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup yang ada di
hutan mangrove. Tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

ü Produsen
Di dalam hutan mangrove terdapat flora yang berkedudukan sebagai produsen utamanya yaitu
pohon mangrove itu sendiri.

ü Konsumen Hutan Mangrove


Untuk tingkat trofik konsumen terdapat berbagai fauna mangrove. Komunitas fauna hutan
mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok:

· Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove,
terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung.
· Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe, yaitu yang hidup di kolom air, terutama
berbagai jenis ikan, dan udang dan yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon
mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis invertebrata
lainnya
ü Mikroorganisme Hutan Mangrove
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Mikroorganisme yang banyak
berperan adalah bakteri dan fungi.

b. Komponen Abiotik

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia, seperti di bawah ini :

ü Tanah
Tanah mangrove merupakan tanah alluvial yang dibawa sebagai sedimen dan diendapkan oleh
sungai dan laut. Tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai pasir (sand), lumpur/debu halus (silt) dan
lempung/tanah liat (clay). Tanah disusun oleh ketiganya dengan komposisi berbeda-beda,
sedangkan lumpur (mud) merupakan campuran dari lumpur halus dan lempung yang keduanya
kaya bahan organik (detritus).

ü Derajat Keasaman (pH)


Adanya kalsium dari cangkang moluska dan karang lepas pantai menyebabkan air di ekosistem
mangrove bersifat alkali. Namun tanah mangrove bersifat netral hingga sedikit asam karena
aktivitas bakteri pereduksi belerang dan adanya sedimentasi tanah lempung yang asam.

ü Oksigen
Berbeda dengan tanah kering, lumpur hampir tidak memiliki rongga udara untuk menyerap oksigen,
sehingga beberapa tumbuhan membentuk metode yang luar biasa untuk menyerap oksigen, seperti
menumbuhkan akar pasak, akar lutut, akar penyangga, dan akar papan ke atas permukaan lumpur
untuk memperolehn oksigen.

ü Sinar, Suhu, dan Kelembapan


Kondisi di atas dataran lumpur terbuka dan di bawah kanopi hutan sangat berbeda. Dataran lumpur
yang tersinari matahari langsung pada saat laut surut di siang hari menjadi sangat panas dan
memantulkan cahaya, sedangkan permukaan tanah di bawah kanopi hutan mangrove terlindung
dari sinar matahari dan tetap sejuk. Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5°C dan
suhu udara rata-rata di bulan terdingin lebih dari 20°C. Tingkat kelembaban hutan mangrove lebih
kering dari pada hutan tropis pada umumnya karena adanya angin.
ü Salinitas
Karena masih berada di bawah pengaruh air laut, maka hutan mangrove memilki salinitas yang
cukup tinggi. Air payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt.

3. Ekosistem Waduk
Waduk atau sering disebut danau buatan yang besar merupakan salah satu perairan umum yang
merupakan perairan buatan (artificial water-bodies), yang dibuat dengan cara membendung badan
sungai tertentu.
3.1. Manfaat adanya Waduk
Pembangunan waduk/bendungan merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan konservasi
sumber daya air. Adapun manfaat dari keberadaan waduk/bendungan adalah sebagai berikut :
1) Penyediaan air baku penduduk
Keberadaan bendungan/waduk dapat dijadikan cadangan ketersediaan air bagi penduduk ketika
musim kemarau telah tiba.
2) Suplay air irigasi daerah persawahan.
Lahan pertanian membutuhkan air secara terus menerus. Ketersediaan air yang melimpah
menjadikan tanaman dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari datangnya hujan,
3) Pengendalian banjir.
Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian banjir di hilir
bendungan.
4) Pengembangan pariwisata.
Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata yang berujung
pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
5) Suplai air untuk kegiatan industri.
Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat merangsang
investor untuk mendirikan industri.

3.2. Komponen Ekosistem Waduk


a. Komponen biotik
- Ikan,
- Plankton,
- Macrophyta,
- Benthos dan sebagainya.
b. Komponen abiotik
- Tanah
- Air dan sebagainya
C. KONDISI YANG MEMPENGARUHI EKOSISTEM

Pernahkah terbayang oleh kamu, seperti apakah keadaan bumi pada masa lalu? Samakah dengan
keadaan sekarang?
Sejalan dengan perubahan waktu, lingkungan selalu mengalami perubahan. Lingkungan merupakan
segala sesuatu yang berada di luar individu. Jika kita berada di sekolah, maka lingkungan kita adalah
segala sesuatu yang berada di sekolah. Makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Interaksi antara makhluk hidup dan tak hidup dalam suatu tempat tertentu disebut ekosistem.
Jika suatu lingkungan mengalami perubahan maka ekosistem yang terdapat di situ akan mengalami
perubahan juga. Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah dan perubahan yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia.
a) Perubahan Ekosistem secara Alamiah

Akhir-akhir ini sering terjadi bencana alam berupa gunung meletus atau gempa bumi. Peristiwa-
peristiwa tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem. Misalnya, di hutan sekitar
Gunung Merapi di Jawa Tengah banyak hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup lainnya yang hidup di
sana. Jika terjadi gunung meletus di Gunung Merapi maka makhluk hidup di sana akan banyak yang
mati. Begitu pula dengan bencana alam gempa yang terjadi di Indonesia. Dengan peristiwa alam
yang terjadi, ekosistem akan berubah secara drastis. Dalam sebuah ekosistem, jika salah satu
makhluk hidup berkurang makan akan mempengaruhi keadaan makhluk hidup yang lainnya.
Peristiwa alam lain yang juga dapat merusak kesimbangan ekosistem adalah kebakaran hutan. Baik
disengaja maupun tidak sengaja kebakaran hutan mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ada di
dalamnya. Bahkan dapat memusnahkan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
b) Perubahan Ekosistem Akibat Perbuatan Manusia

Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhannya, manusia memanfaatkan alam dan lingkungannya. Namun pemanfaatannya secara
berlebihan tanpa memikirkan akibatnya. Apa saja kegiatan manusia yang dapat menyebabkan
perubahan ekosistem bahkan kerusakan ekosistem.
a. Pencemaran. (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan
industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
d. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan)
e. Perburuan liar.
f. Merusak hutan bakau.
g. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
h. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
i. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS)
c) Pengaruh Penggunaan Bahan Kimia terhadap Lingkungan

Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini sudah tergolong sangat parah. Pencemaran
lingkungan sudah terjadi di hampir wilayah. Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tingkat
kerusakan lingkungan yang tinggi. Selain akibat dari peristiwa alam dan ulah manusia yang sengaja
merusak lingkungan untuk kepentingan pribadi, penggunaan bahan kimia di lingkungan sekitar kita,
tanpa kita sadari dapat merusak lingkungan dan ekosistemnya. Misalnya, penggunaan pupuk buatan
yang tidak sesuai dengan takaran yang seharusnya. Petani biasanya menggunakan pupuk untuk
menyuburkan tanaman. Karena keinginan untuk menghasilkan produksi pertanian yang tinggi maka
patani tidak jarang menggunakan pupuk secara berlebihan. Walaupun diberikan dalam jumlah
banyak, namun tanaman pertanian memiliki kemampuan sendiri dalam menyerap pupuk. Akibatnya
kelebihan pupuk tersebut akan mengendap di dalam tanah. Jika terjadi hujan, maka pupuk yang
tidak digunakan itu akan ikut dalam aliran air. Misalnya, aliran air itu bermuara di sungai atau
danau. Pada mulanya pupuk yang berada di dalam danau ini akan menyuburkan tanaman air.
Namun, jika jumlahnya sangat banyak pertumbuhan tanaman air tersebut menjadi tidak terkendali.
Dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dari tanaman air akan menutup perairan sehingga
merintangi atau mengganggu transportasi air, mempercepat pendangkalan perairan, menyumbat
saluran irigasi serta instalasi pembangkit listrik tenaga air.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah dan perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia.
Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitarnya sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing.

B. SARAN
Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang makin meningkat mengandung risiko pencemaran
dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang
kehidupan dapat pula rusak karenanya. Hal semacam itu akan merupakan beban sosial, karena pada
akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban pemulihannya.
Terpeliharanya ekosistem yang baik dan sehat merupakan tanggungjawab yang menuntut peran
serta setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu,
pembangunan yang bijaksana harus dilandasi wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai
kesinambungan dan menjadi jaminan bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

DAFTAR PUSATAKA

Ø http://biologyyekosistem.wordpress.com/ekosistem/ekosistem-buatan/#respond
Øhttp://blog.umy.ac.id/agusbangka/2011/12/19/perbedaan-ekosistem-padang-
rumputperkebunan-sawitdan-pekarangan/ diunggah 19 Desember 2011
Ø http://www.unjabisnis.net/ekosistem-dan-macam-macam-ekosistem.html
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem#Buatan

Anda mungkin juga menyukai