Anda di halaman 1dari 59

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa

pubertas.Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan perubahan

dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-

organ seks pada remaja yang sedang berkembang menuju kedewasaan

mengakibatkan munculnya dorongan seksual Hal ini dijelaskan oleh Sarwono

(2011).

Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada

remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja

lakilaki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat

berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja

sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan

bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah

dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka

mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi

bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman

yang negatif (Soetjiningsih, 2007).

1
Indikator yang menjadi masalah pengetahuan remaja tentang Pubertas

tidak dapat mengetahui perubahan fisik mereka. Contohnya seperti untuk

Remaja Perempuan merasa Cemas pada saat masa Menstruasi pertama,

sedangkan untuk Remaja Laki-Laki juga sama merasa cemas dalam

menghadapi Mimpi Basahnya yang pertama.

Menurut WHO ( World Health Organization ), sekitar seperlima dari

penduduk dunia dari remaja berumur 10 - 19 tahun. Data Demografi di

AmerikaSerikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10 -19 tahun sekitar

15% populasi.Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 –

19 tahun adalah22 % yang terdiri dari remaja. Sedangkan jumlah remaja di

Jawa Timur usia10-19 Tahun adalah sebesar 8,747 juta jiwa atau 23,35 % dari

jumlah pendudukJawa Timur ( 37.477 juta jiwa ) (Misnawati, 2013 : 1).

Menurut data kependudukan Dinas Kesehatan Kota Ponorogo kelompok

remaja umur 10 -19tahun sejumlah 133.264 jiwa dan di Sukorejo sejumlah

3.609 jiwa. Dari hasilstudy pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara

secara langsung kepadaremaja putri di SMPN 2 Sukorejo didapatkan bahwa

dari 5 responden 3 orangdiantaranya kurang mengetahui persepsi perubahan

fisik masa pubertas.

Batas usia remaja menurut WHO (2008) dalam Rohmaniah (2014)

adalah 12-14 tahun. Sedangkan batas usia remaja menurut Monks (2006)

dalam Rohmanias (2014) adalah 10-19 tahun. Di Dunia , diperkirakan

kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia

2
(WHO, 2014; dalam Kemenkes RI, 2014). Jumlah kelompok usia 10-19 tahun

di Indonesia menurut Sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5 juta atau

atau sekitar 18% dari jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar

dari penduduk dunia. Di Indonesia, Remaja usia 10-19 tahun berjumlah

sekitar 43 jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk (Departemen Kesehatan

RI, 2006).

Berdasarkan hasil survey yang saya lakukan di SMP N 11 Kupang

didapatkan bahwa kasus tingkat pengetahuan siswa/i tentang pubertas

terhadap perubahan fisik pada tahun 2019 dengan jumlah 61 responden dan

pengetahuan Baik berjumlah 38 atau (62,3%), Pengetahuan Cukup Berjumlah

13 atau (21,3%), dan Pengetahuan Kurang Berjumlah 10 atau (16,4%).

Berdasarkan latar belakang ini Peneliti tertarik untuk mengetahui

tingkat pengetahuan Siswa/i tentang pubertas terhadap perubahan fisik di

SMP N 11 Kota Kupang.

Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi tentang Pubertas

terhadap Perubahan Fisik, karena masa Pubertas terhadap siswa tersebut dapat

pengaruh pada Perubahan Fisik mereka.

3
1.2 Identifikasi

1.2.1 Anak usia remaja sangat mencemaskan dengan masa pubertas mereka

kurang memperoleh informasi maka merasakan pengalaman yang

negative

1.2.2 Kurang pengetahuan atau memahami tentang masa pubertas mereka.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: "Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan pubertas terhadap

perubahan fisik pada Siswa Kelas VII di SMPN 11 Kupang?”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pubertas

terhadap perubahan fisik pada Siswa Kelas VII.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi perubahan fisik pada siswa-siswi kelas VII

Di SMP N 11 Kupang

b. Untuk mengidentifikasi antara tingkat pengetahuan Siswa-siswi

kelas VII Di SMPN 11 Kupang tentang pubertas.

c. Untuk menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

pubertas terhadap perubahan fisik pada remaja awal Di SMPN 11

Kupang.

4
1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Teoritis

a. Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi

mahasiswa dan perpustakaan di STIKES ( Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan) Nusantara Kupang.

b. Mahasiswa

Hasil Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi Mahasiswa-

Mahasiswi di STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Nusantara

Kupang untuk dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan metode

yang berbeda.

1.5.2 Praktis

a. Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

masukkan bagi tempat penelitian tersebut atau di SMP N 11

Kupang

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka
No Nama Judul Hasil Metode dan
Alat Ukur
1. Siti Mardia. Hubungan Hasil penelitian: Metode Yang
Jurnal antara tingkat sebanyak 70 Siswa, 64 digunakan
KesMaDaSKa, pengetahuan siswa (91,42) mepunyai adalah Cross
vol 2. No 2, Pubertas tingkat pengetahuan Sectional
Juli 2011 terhadap baik mengenai
perubahan perubahan fisik pada
fisik remaja masa pubertas dan Alat Ukur
SMP Negeri 6 tingkat pengetahuan yang
YOGY. sedang sebanyak 6 siswa digunakan
(8,58 %), sedangkan adalah
remaja yang mempunyai Kuesioner
konsep diri positif dan
sebanyak 66 siswa Wawancara
(94,2%), konsep diri
negatif sebanyak 4
(5,8%) Hasil
perhitungan statistik
menunjukan tidak ada
hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang

perubahan fisik pada


masa pubertas dengan
konsep diri remaja (p>
0,05
2. Ida Herwati Hubungan Hasil penelitian : Metode yang
dkk nursing pengetahuan Menunjukkan tingkat digunakan
News volume remaja putri pengetahuan remaja adalah Cross
2, Nomor 2, tentang putri tentang perubahan Sectional
2017 perubahan fisik pada masa pubertas

6
tentang sebagian besar
perubahan dikategorikan baik yaitu
fisik pada sebanyak 13 siswi Alat ukur
masa pubertas (43,33 %) tingkat stres yang
sebagian besar digunakan
dikategorikan stres adalah
ringan yaitu sebanyak Kuesioner
14 siswi (46,47%) serta
analisis perarson
product momet
didapatkan nilai sig

7
2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sanga

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003).

Sikap seseorang terhadap suatu obyek menunjukkanpengetahuan

orang tersebut terhadap obyek yang bersangkutan(Walgito,2003).

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu Tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

8
b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan secara

benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atausuatu

obyek ke dalam komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yand ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penelitian-penelitian

9
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuanyaitu :

Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam peembangunan, pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makn mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan Bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara encari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

c. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangandan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang

10
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

Faktor Eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

c. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru (Mubarak, 2007).

3. Cara memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo (2010)

adalah sebagai berikut :

a. Cara coba salah

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memmecahkan masalah, apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan

kedua ini gagal pula, makan dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga,

11
dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat

dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh

orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-menurun dari

generasi ke generasi berikutnya. Prinsip inilah, orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal

ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

d. Pengalaman pribadi

Pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

e. Cara akal sehat (Common Sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Sebelum itu pendidikan ini berkembang para orang tua zaman dahulu

12
agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak

displin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah.

Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang

menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan

metode meskipun bukan yang paling baik bagi pendidikan anak.

f. Kebenaran melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan di

yakini oleh pengikut-pengikut agama bersangkutan, terlepas dari

apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g. Kebenaran secara Intutif

Kebenaran secara intutif diperoleh manusia secara cepat, melalui proses

diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

Kebenaran yang diperoleh seseorang yang berdasarkan suara hati saja.

h. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam mempeoleh pengetahuan. Dengan

kata lain memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

13
i. Cara Ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian.

2.2.2 Definisi Pubertas

Pubertas atau puberty adalah suatu periode dimana kematangan

kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa

remaja. kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari

perubahan perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai

dengan perubahan pada seks primer (Primary Sex Characteristics) dan

perusbahan padaseks sekunder (Secondary Sex Characteristics)

meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu,

namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak,

dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-

perubahan (Desmita, 2012).

Pubertas biasanya berlangsung pada umur 13-20 tahun dan fase

yang lebih matang dimana dari impuls yang tenang menjadi menonjol

sehingga dinamis (Rahajeng, 2012)

Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang

meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari

masaanak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu

perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa (Soetjiningsih,

2007).

14
Pubertas adalah tanda yang paling penting dimulainya masa

remaja, yang merupakan perubahan cepat pada kematangan fisik yang

meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi pada

masa remaja awal (Santrock, 2003).

1. Penyebab terjadinya Pubertas

Penyebab terjadinya pubertas yaitu tubuh (hipofisis) telah

memproduksi hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi mengalami

perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis .

Penyebab munculnya pubertas adalah hormon yang dipengaruhi oleh

hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh).

Pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormonhormon seks

sehingga alat reproduksi telah berfungsi serta tubuh mengalami

perubahan (Norman, 2008).

2. Karakteristik Pubertas

a. Kematangan dalam organ seks

b. Pertumbuhan sangat cepat, sehingga tampak kurang proporsional

dan anak menjadi cepat lelah, sehingga menjadi emosional.

c. Fase Negatif (perilakunya), sehingga tampak kurang minat dengan

teman, menarik diri, lebih banyak menyendiri.

d. Prestasi disekolah menurun, menjadi malas.

e. Mudah bosan terhadap waktu maupun situasi dan

mengekspresikannya dengan kata-kata kasar.

15
f. Sering terjadi pertentangan baik dengan orang tua, saudara dan

lingkungan (Rahajeng, 2012).

3. Perkembangan fisik dan psikologis pada masa Pubertas

1. Perubahan Fisik pada masa Remaja

Menurut Desmita (2012), selama pertumbuhan pesat masa pubertas

terjadi perubahan fisik penting antara lain :

a. Perubahan ukuran tubuh

Tinggi rata-rata anak laki-laki dan anak perempuan pada usia 12

tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. tetapi, pada usia 18 tahun,

tinggi rata-rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi

rata-rata remaja perempuan adalah 64 inci. Tingkat pertumbuhan

tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun untuk anak

perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki. dalam

tahun itu, tinggi kebanyakan anak perempuan bertambah sekitar 3

inci dan tinggi kebanyakan anak lelaki bertambah dari 4 inci.

Adapun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi dari pada

perempuan adalah karena laki-laki memulai percepatan

pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan

anak-anak perempuan.dengan demikian, mereka mengalami

penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak.

b. Perubahan dalam proporsi tubuh

16
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan percepatan

pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi

tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu sebelumnya terlalu kecil,

pada masa remaja menjadi terlalu besar. Perubahan proposional

tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan remaja menjadi

kaku dan canggung serta khawatir bahwa badannya tidak akan

pernah serasi dengan tangan dan kakinya.

c. Perubahan Ciri Seks Primer

Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara

langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks

primer ini berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Bagi

anak laki-laki, ciri seks primer yang sangat penting di tunjukkan

dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan/penis dan

kantung kemaluan/skrotum yang terjadi sekitar usia 12 tahun

anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air

mani/ ejakulation of semen. Mereka yang pertama atau yang di

kenal dengan istilah mimpi basah. sementara itu pada anak

perempuan perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan

munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche,

yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis.

Terjadinya menstruasi pertama ini bahwa mekanisme reproduksi

anak perempuan telah matang. Munculnya menstruasi pada

17
perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung

telur.Hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi

pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang

(pembesaran payudara dan pinggul, suara halus, dan lain-lain)

d. Perubahan ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak

langsung berhubungan dengan reproduksi, namun merupakan

tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.

4. Perubahan Psikoligis pada remaja

Secara Psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri2

psikologis tertentu pada seseorang, ciri-ciri psikologis remaja menurut

G.w.Alrpolt dalam sarwono (2005) adalah

Pemekaran Diri Sendiri (Exstension Of The Self), yang ditandai dengan

kemampuan seseorang untuk menganggapp orang atau hal lain sebagaian

bagian dari dirinya sendiri juga.

Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (Self

Objectification) yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai

wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk untuk menerima

kritik dari orang lain.

Memelilki Falsafa Hidup Tertentu (Unifying Phylosopy Of The Life),

tampa perlu merumuskan dan mmengucapakan dalam kata-kata.

18
2.2.3 Definisi Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau

dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19

tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder

seseorang sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja

juga mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan semua

aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan masa

kanak-kanak menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas. Masa

pubertas merupakan masa dimana remaja mengalami kematangan seksual

dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa pematangan

fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulainya haid, sedangkan pada

remaja laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah (Sarwono,

2011).

Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi, dan

sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang memasuki

proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa 10 dimana

remaja tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan

merasa bahwa dirinya sudah sejajar dengan orang lain di sekitarnya

walaupun orang tersebut lebih tua (Hurlock, 2011).

19
1. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat, baik

fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya

berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja

permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil (Proverawati

dalam Negatif, 2013).Pematangan secara fisik merupakan salah satu

proses pada remaja adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder

seperti haid pada perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-

laki. Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan

psikososial pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin

bergantung pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan secara

interaktif dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi

dan sosial (Soetjiningsih, 2007).

Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :

a. Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini

mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai

20
perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran

baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang

secara erotis.

b. Remaja madya (Tengah)

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle adolescence

memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya atau

pertengahan sangat mebutuhkan temannya. Masa ini remaja lebih

cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri (narcistic).

Remaja pada tahap ini juga masih bingung dalam mengambil

keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

c. Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence merupakan

remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini merupakan masa

menuju dewasa dengan sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri

dan mencari pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah terbentuk

identitas seksualnya. Mereka biasanya sudah berpikir secara matang

dan intelek dalam mengambil keputusan.

2. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut

di tubuh seperti di ketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada anak laki-

laki tumbuhnya kumis dan jenggot, dan suara membesar. Organ

21
reproduksinya juga sudah mencapai puncak kematangan yang

ditandai dengan kemampuannya dalam ejakulasi, dan sudah bisa

menghasilkan sperma. Anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama

kali saat tidur atau yang lebih sering dikenal dengan mimpi basah

(Sarwono, 2011).

Perkembangan fisik pada anak perempuan yaitu tumbuhnya

payudara, panggul yang membesar, dan suara yang berubah menjadi

lembut. Pada anak perempuan mengalami puncak kematangan

reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama (menarche).

Menstruasi merupakan tanda bahwa anak perempuan sudah mampu

memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar

bersama dengan darah menstruasi melalui vagina (Sarwono, 2011).

b. Perkembangan emosi

Pada remaja awal mulai ditandai dengan lima kebutuhan dasarnya

yaitu : fisik rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan perwujudan

diri. Setiap remaja juga masih menunjukkan reaksi-reaksi dan

ekspresi emosinya yang masih labil. Remaja awal masih belum

terkendali dalam meluapkan ekspresinya seperti pernyataan marah,

gembira, dan sedih yang setiap saat dapat berubah-ubah dalam waktu

yang cepat (Mubiar, 2011).

22
c. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka dalam

menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis.

Dalam menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari solusi dan

jalan keluarnya secara efektif. Remaja juga mampu berpikir secara

abstrak setiap menyelesaikan masalah (Potter & Perry, 2009).

d. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai dengan

ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada teman

sebayanya. Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah pada

teman dan memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya. Remaja sudah

memiliki rasa solidaritas yang tinggi dan memiliki rasa saling

menghormati pada teman sebayanya maupun orang yang lebih tua

pada mereka. Pada masa ini remaja sudah mementingkan

penampilannya ketika bertemu seseorang yang sesama jenis ataupun

lawan jenisnya (Potter & Perry, 2009).

2.2.4 Definisi Perubahan Fisik

Perubahan fisik adalah perubahan yang terjadi dan merupakan

gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini

meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh

munculnya cirri-ciri kelamin yang utama (primer) dan cirri kelamin

kedua (sekunder)

23
Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (Sarlito,

2014: 51) urutan perubahan-perubahan fisik adalah sebagai berikut.

Pada Siswa Perempuan :

1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,

anggota-anggota menjadi panjang).

2. Pertumbuhan payudara

3. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan

4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimun

setiap tahunnya.

5. Bulu kemaluan menjadi keriting

6. Menstruasi atau Haid

7. Tumbuh bulu-bulu ketiak

8. Pinggul membesar

Pada Siswa Laki-Laki

1. Pertumbuhan tulang-tulang

2. Testis (Buah Pelir) membesar

3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna

gelap

4. Awal perubahan suara

5. Ejakulasi (keluarnya air mani)

6. Bulu kemaluan menjadi keriting

24
7. Pertumbuhan tinngi badan mencapai tingkat maksimun

setiap tahunnya

8. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (Kumis Janggut)

9. Tumbuh bulu ketiak

10. Akhir perubahan suara

11. Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap

12. Tumbuh bulu di dada

1. Penyebab perubahan

Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya kelenjar

yang menjadi aktif bekerja dalam system endoktrin. Kelenjar

pituitary yang terletak didasar otak mengeluarkan dua macam

hormone yang diduga erat hubungannya dengan perubahan pada

masa remaja. Kedua hormone itu adalah hormone pertumbuhan yang

menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormone

gonadotropik atau sering disebut hormone yang merangsang gonad

yaitu merangsang gonad agar mulai aktf bekerja. Seluruh proses ini

dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endoktrin

kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar

hypothalamus, yaitu kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada

saat remaja dan terletak diotak.

Meskipun kelenjar gonad atau kelenjar kelamin sudah ada dan aktf

sejak dilahirkan, namun kelenjar ini seolah-olah tidur dan baru akan

25
aktf setelah diaktifkan oleh hormone gonadotropik dari kelenjar

pituitary pada saat anak memasuki tahap remaja. Segera setelah

tercapai alat kematangan alat kelamin, maka hormone gonad akan

menghentikan aktifitas hormone pertumbuhan. Dengan demikian

pertumbuhan fisik akan terhenti. Keseimbangan yang tepat yang

tercipta antara kelenjar pituitary dan gonad akan menimbulkan

perkembangan fisik yang tepat pula. Sebaliknya bila terjadi gangguan

dalam keseimbangan ini maka akan timbul penyimpangan

pertumbuhan.

Selama masa remaja, seluruh tubuh mengalami pertumbuhan, baik

dibagian luar maupun bagian dalam tubuh, baik perubahan struktur

tubuh maupun fungsinya.

Adapun perubahan yang terjadi pada masa remaja adalah:

1. Perubahan ukuran tubuh

Irama pertumbuhan mendadak menjadi cepat taraf pematangan

kelaminnya. Setahun sebelum pematangan ini, anak akan

bertambah tinggi 10 sampai 15 cm dan bertambah berat 5

sampai 10 kg setelah terjadi pematangan kelamin ini.

Pertumbuhan tubuh selanjutnnya masih terus terjadi namun

dalam tempo yang sedikit lebih lamban. Selama 4 tahun

pertumbuhan tinggi badan anak akan bertambah 25 persen dan

26
berat tubuhnya hampir bertambah dua lipat. Anak laki-laki

tumbuh terus lebih cepat daripada anak perempuan.

Pertumbuhan anak laki-laki akan mencapai bentuk tubuh

dewasa pada usia 19-20 tahun sedang bagi anak perempuan

pada usia 18 tahun.

Perubahan Eksternal

1. Tinggi

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang

matang antara usia tujuh belas dan delapan belas tahun, dan

rata-rata anak laki-laki setahun sesudahnya. Anak yang

pada masa bayi diberi imunisasi biasanya lebih tinggi dari

usia ke usia dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi

imunisasi, yang karena itu lebih banyak menderita sakit

sehinngga pertumbuhan terganggu.

2. Berat

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama

dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang

tersebar kebagian-bagian tubuh yang tadinya hanya

mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak

sama sekali.

27
3. Proporsi Tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai

perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar

dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi

kelihatan terlalu panjang.

4. Organ Seks

Baik organ seks pria maupun organ seks wanita

mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja,

tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun

kemudian.

5. Ciri-ciri Seks Sekunder

Ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat

yang matang pada akhir masa remaja.

Perubahan Internal

1. Sistem Pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi

terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang

dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-

dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati

bertambah berat dan kerongkongan bertambah

panjang.

28
2. Sistem Peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja pada

usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas

kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding

pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat

kematangan bilamana jantung sudah matang.

3. Sistem Pernafasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir

matang pada usia tujuh belas tahun, anak laki-laki

mencapai tingkat kematangan beberapa tahun

kemudian.

4. Sistem Endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa

puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dan

seluruh system endokrin pada awal masa puber.

Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,

meskipun belum mencapai ukuran matang sampai

ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal

masa dewasa.

5. Jaringan Tubuh

29
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada

usia delapan belas. Jaringan selain tulang terus

berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang,

khususnya pada perkembangan jaringan otot.

2. Perubahan Proporsi Tubuh

Ciri tubuh yang kurang proposional pada masa remaja ini tidak sama

untuk seluruh tubuh, ada pula bagian tubuh yang semakin

proporsional. Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung

terus sampai seluruh masa puber selesai dilalui seluruhnya sehingga

akhirnya proporsi tubuhnya mulai tampak seimbang menjadi proporsi

yang dewasa.

3. Ciri Kelamin yang Utama

Pada masa kanak-kanak, alat kelamin yang utama masih belum

berkembang dengan sempurna. Ketika memasuki masa remaja alat

kelamin mulai berfungsi pada saat pertama kali anak laki-laki

mengalami “mimpi basah”. Sedangkan anak perempuan, indung

telurnya mulai mulai berfungsi pada usia 13 tahun, yaitu saat pertama

kali mengalami “menstruasi”. Bagian lain dari alat

perkembangbiakan pada anak perempuan saat ini masih belum

berkembang dengan sempurna, sehingga belum mampu mengandung

anak untuk beberapa bulan atau setahun lebih. Masa interval ini

disebut sebagai “saat steril” masa remaja.

30
4. Ciri Kelamin Kedua

Ciri kelamin kedua pada anak perempuan adalah: membesarnya buah

dada dan mencuatnya putting susu, pinggul melebar lebih besar dari

lebar bahu, tumbuh rambut disekitar alat kelamin, tumbuh rambut

ketiak dan suara bertambah nyaring. Sedangkan ciri kelamin kedua

pada anak laki-laki adalah: tumbuh kumis dan jenggot, otot-otot

mulai tampak, bahu melebar lebih lebar dari pinggul, nada suara

membesar, tumbuh jakun, tumbuh bulu diketiak, bulu dada, dan bulu

disekitar alat kelamin, serta perubahan jaringan kulit menjadi lebih

kasar dan pori-pori membesar. Ciri kelamin kedua inilah yang

membedakan bntuk fisik antara laki-laki dan perempuan. Ciri ini pula

yang menjadi daya tarik antar jenis kelamin.

Perubahan fisik sepanjang masa remaja meliputi dua hal, yaitu:

1. Percepatan Pertumbuhan

Masa dan proses pertumbuhan tidak sama bagi semua remaja. Pada

titik awal mulainya pertumbuhan biasanya tidak terdapat banyak

berbeda, akan tetapi kecepatan pertumbuhan setiap individu

menjadi sangat berbeda sesuai dengan iramanya masing-masing.

Jadi perbedaan individual tentang pertumbuhan tampak dalam

perbedaan awal percepatan dan cepatnya pertumbuhan.

a. Bagi remaja laki-laki permulaan percepatan partumbuhan

berbeda-beda dan berkisar antara 10,5 dan 16 tahun.

31
b. Bagi remaja perempuan, percepatan pertumbuhan dimulai

antara umur 7,5 dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5

tahun. Puncak pertambahan ukuran fisik dicapai pada umur

12 tahun, kurang lebih 6-11 tahun.

2. Proses kematangan seksual

Kematangan seksual anak remaja berjalan secara individual,

sehingga hanya mungkin untuk memberikan ukuran rata-rata dan

penyebarannya saja. Ada tiga criteria yang membedakan anak laki-

laki dari pada anak perempuan, yaitu dalam hal :

a. Kriteria kematangan seksual

Kriteria kematangan seksual tampak lebih jelas pada anak

perempuan yang ditandai dengan menstruasi sebagai tanda

permulaan pubertas. Menarche merupakan ukuran yang baik

karena hal itu menetukan salah satu ciri kematangan seksual

yang pokok, yaitu disposisi untuk konsepsi (hamil) dan

melahirkan.

Kriteria semacam ini jelas tidak terdapat pada anak laki-laki.

Sehubungan dengan ejakulasi pada laki-laki permulannya

masih sangat sedikit, sehingga tidak jelas. Sering dipakai

percepatan pertumbuhan sebagai criteria penetapan titik awal

masa remaja, karena diketahui adanya kolerasi antara

32
percepatan petumbuhan itu dengan timbulnya tanda-tanda

kelamin sekunder maupun primer.

b. Permulaan kematangan seksual

Permulaan kematangan seksual pada anak perempuan kira-kira

2 tahun lebih cepat mulainya daripada anak laki-laki.

Menarche merupakan tanda permulaan kematangan seksual

dan terjadi sekitar usia 13 tahun dengan penyebaran normal

antara 10 sampai 16,5 tahun, jadi kira-kira satu tahun sesudah

dilalui puncak percepatan pertumbuhan. Pada anak laki-laki

baru terjadi produksi spermatozoa hidup selama kira-kira satu

tahun sesudah dilaluinya puncak percepatan perkembangan,

tetapi dalam air mani baru terdapat sedikit sperma.

c. Urutan gejala-gejala kematangan

Pada wanita kematangan dimulai dengan suatu tanda kelamin

sekunder dengan tumbuhnya buah dada yang tampakdan

bagian putting susu yang sedikit mencuat. Hal ini terjadi pada

sekitar usia 8 dan 13 tahun. Baru pada stadium kemudian

menjelang menarche, jaringan pengikat disekitarnya mulai

tumbuh hingga payudara mulai bentuk dewasa. Kelenjar

payudara baru mengadakan reaksi pada masa kehamilan

dengan suatu pembengkakan sedangkan produksi air susu

terjadi pada akhir kehamilan. Hal ini merupakan akibat reaksi-

33
reaksi fisiologi yang menyebabkan perubahan-perubahan pada

organ-organ.

Pada anak laki-laki kematangan seksual dimulai dengan

pertumbuhan testes yang dimulai antara umur 9,5 tahun dan

13,5 dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-16 tahun, pada

anak laki-laki maupun perempuan pangkal tenggorokannya

(jakun) mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi

lebih panjang. Anak laki-laki mengalami hal tersebut yang

lebih banyak. Perubahan dalam pita suara menyebabkan anak

gadis mendapatkan suara yang lebih tinggi dan nyaring

sedangkan anak laki-laki berubah menjadi agak berat.

Pada anak perempuan pertambahan berat badan sebagian besar

disebabkan oleh tumbuhnya lemak yang membuat bentuk

tubuh wanita yang khas. Selajutnya, bertambahnya berat badan

juga disebabkan oleh pertumbuhan kerangka (membesarnya

pinggul) dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh

pertumbuhan karena menjadi kuat urat-urat daging.

Pada anak laki-laki disamping pertambahan berat karena

pertumbuhan kerangka, pertumbuhan dan penguatan urat

daging dan otot-otot juga penyebab penting bersama-sama

dengan percepatan pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi

suatu percepatan pertambahan kekuatan yang mencapai puncak

34
percepatan pertumbuhan. Banyak factor yang berperan dalam

akrual masa tulang termasuk potensi genetic, fluktuasi

hormone, latihan menahan beban, merokok, konsumsi alcohol,

dan asupan vitamin D, kalsium, fosfor, dan besi boron. Perlu

dicatat bahwa leibh dari tulang dewasa. Masa di perkirakan

bertambah selama dan setelah pubertas. Setelah ketinggian

dewasa adalah tercapai, akumulasi sejumlah besar massa

tulang tambahan tidak mungkin.

Kerangka Teori : sumber Notoatmodjo 2010


Bagan 2.1 Kerangka Teori

Pengetahuan Remaja Pubertas

1. Pengertian pengetahuan 1. Pengertian 1. Pengertian


2. Tingkat pengetahuan Remaja pubertas
3. Faktor-Faktor yang 2. Tahap 2. Penyebab
Mempengaruhi pengetahuan Perkembangan terjadinya pubertas
4. Cara memperoleh remaja 3. Karakterisrik
pengetahuan 3. Perkembangan pubertas
Remaja 4. Perkemabangan
fisik dan
psikologis pada
masa pubertas

35
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Inpendent Dependent
Tingkat Pengetahuan
Perubahan Fisik
tentang pubertas

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep dapat dirumuskan :

HA : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pubertas terhadap

perubahanFisik

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan pubertas terhadap

Perubahan fisik.

36
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan analitik

dengan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach) (Notoatdmojo, 2005).

4.2 Rancang Penelitian

Rancang penelitian ini penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross

Sectional yang bertujuan untuk mncari hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen pada saat bersamaan ( sekali waktu) dengan melihat

kebelakang dari suatu kejadian (Notoatmodjo, 2014)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi dalam Penelitian

Lokasi daam penelitian in adalah SMP N 11 Kupang

4.3.2 Waktu Peneliian

Waktu dalam Penelitian ini adalah pada Tanggal 31 Januari-16

Februari 2019

37
4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudiam (Hidayat,

2010) Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII

SMP N 11 Kupang sebanyak 61 Siswa.

4.4.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel merupakan bagian populasi yang akan teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah Semua Siswa kelas VII Di

SMP N 11 Kupang sebanyak 61 Siswa.

4.4.3 Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel.

Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah Total Sampling

(Hidayat, 2010).

38
4.5 Kerangka Operasional
Seluruh Siswa-Siswi Kelas VII
Di SMP N 11 Kupang Sebanyak
61 Orang Pada Tahun 2019

Total Sampling

Sampel 61 Responden

Memberi Penjelasan Penelitian dan


Informent Consent

Pengambilan Data (Kuisioner)

Pengolahan Data Editing, Coding,


Procesing, Cleaning, dan
Tabulating

Penyajian Hasil

Kesimpulan

Bagan 4.5 Kerangka Operasional

39
4.6 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Skala Alat Ukur Kriteria Objektif


Perubahan Perubahan Fisik Nominal Lembar a. Perubahan Fisik
Fisik dalam penelitian ini Observasi Terlihat apabila skor
adalah perubahan atau nilai (76-100%)
yang terjadi pada b. Perubahan Fisik
siswa siswi terhadap Tidak Terlihat
masa pubertas apabila skor atau
mereka nilai (56-75%)
Sumber
Proverawati, (2010).
Tingkat Hal- hal yang Ordinal Kuesioner Tingkat pengetahuan
Pengetahuan diketahui siswa baik apabila skor
Siswa-Siswi tentang Pubertas atau nilai (76-100%)
meliputi pengetahuan a. Tingkat pengetahuan
tentang perubahan cukup apabila skor
biologis, psikologis atau nilai (56-75%)
dan psikososial b. Tingkat pengetahuan
sebagai akibat dari kurang apabila skor
pertumbuhan dan atau nilai (<56%)
perkembangan Sumber Nursalam
manusia. (2008)

Tabel 4.6 Definisi Operasional

40
4.7 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

4.6.1 Teknik

Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk mendapatkan penelitian dapat

menggambarkan dan mewakili populasi, maka dilakukan kriteria

inklusi dan eksklusi.

4.6.2 Pengumpulan data terdiri dari 2 yaitu :

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernyaa atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo,

2012). Data primer dalam penelitian ini adalah identitas responden

dan data pengetahuan tentang asa pubertas yang diperoleh dari

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo,2012). Data sekunder dalam

penelitian ini yaitu jumlah dari siswa kelas 7 di SMP N 11

Kupang yang di peroleh dari data catatan bagian kesiswaan.

41
4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) setelah data terkumpul, maka

langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

dahulu guna mendapatkan kendala. Menurut pada umumnya lngkah-

langkah pengolahan yaitu.

a. Editing (penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara

umu editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner.

b. Coding Sheet (Lembaran kode)

Setelah seua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya dilakukan

pengkodeaan atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukan Data (Data Entri) atau processing

Memasukan data yaitu jawaban dari masing-asing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam

program atau Softwarew computer.

d. Pembersihan dtata (Cleaning)

42
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemungkinan dilakukan pembetulan atau koreksi.

Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

4.7.2 Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2010), analisa Univariat bertujuan

untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel

Analisis dilakukan untuk melihat hubungan ke dua variabel, antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Analisa data dalam penelitian

ini menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2) dengan taraf kemaknaan

5% menggunakan bantuan program komputer SPSS versi.

43
BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 11 Kupang terletak di Jln. Taebenu. SMP Negeri 11

Kupang mulai berdiri pada Tahun 1994. Status Sekolah Negeri dan

Aktreditasi B, gedung sekolah milik sendiri, tipe gedung 1 lantai, kegiatan

belajar mengajar Pagi dan Siang, letak sekolah di pinggiran kota,jarak kepusat

kecamatan ± 2 km dan jarak kepusat kota ± 7 km, organisasi penyelenggara

pemerintah, kelurahan Naimata Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, kode pos

85361 Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Data Siswa dari Tahun 2018/2019 Kelas VII Jumlah Siswa-Siswi 283

orang, Kelas VIII Jumlah Siswa-Siswi 314 orang, Kelas IX Jumlah Siswa-

Siswi 274 orang, Total 871 Orang.

Jabatan/Golongan Guru dan pegawai meliputi, Kepala Sekolah 1

orang golongan IV Guru mata pelajaran Laki-laki 12 orang dan perempuan 20

orang golongan II 1 orang laki-laki golongan III 2 orang laki-laki dan 10

orang perempuan, golongan IV 9 orang laki dan 10 orang perempuan, Guru

agama Protestan perempuan 3 orang golongan III 2 orang dan golongan IV 1

orang, Katolik perempuan 1 orang golongan III 1 orang, Islam perempuan 1

orang. Tata usaha laki-laki 3 orang, perempuan 4 orang golongan III 1 orang

dan perempuan 2 orang, penjaga sekolah 1 orang dan satpam 1 orang.

44
Status Guru dan Pegawai meliputi Guru Negeri laki-laki 13 orang,

perempuan 24 orang total 37 orang, Guru Honor laki-laki 3 orang dan

perempuan 9 orang total 12 orang, Tata usaha PNS laki-laki 1 orang dan

perempuan 2 orang total 3 orang, Honor tata usaha laki-laki 2 orang dan

peempuan 2 orang total 4 orang, penjaga sekolah 1 orang dan satpam 1 orang.

Sarana dan Prasarana pendidikan gedung sekolah terdiri dari Ruang

belajar 15 ruang, Ruang kantor 1 ruang, Ruang ketrampilan 1 orang, Lab Ipa

1 ruang, Lab computer 1 ruang, MCK 2 ruang dan Mes guru 1 ruang.

SMP 11 juga mempunyai Visi dan Misi yang ingin di capai,

A. Visi

Visi SMP Negeri 11 Kupang :

“ BERSATU, BERMUTU, BERBUDI”

Indikator :

1. Bahu membahu dalam setiap pelaksanaan tugas,

2. Menjalin kerja sama internal dan eksternal demi tujuan

pendidikan,

3. Berprestasi dalam perolehan nilai,

4. Berprestasi dalam kegiatan perlombaan,

5. Memiliki daya cipta dan ketrampilan,

6. Menyesuaikan diri dengan perkembangan iptek dan imtak,

45
7. Aktif dalam kegiatan keagamaan,

8. Memiliki lingkungan sekolah yang asri dan kondusif,

9. Berbagi dalam suka maupun duka,

10. Saling menghargai dan menempatkan diri sebagaimana

mestinya.

B. Misi

Misi SMP Negeri 11 Kupang :

1. Meningkatkan Iman dan Takwa.

2. Meningkatkan Hubungan Kekeluargaan.

3. Meningkatkan Kedisiplinan.

4. Meningkatkan Prestasi.

5. Meningkatkan Prestise.

C. Tujuan sekolah

Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di SMP

Negeri 11 Kupang adalah :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara sfektif

sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai

dengan potensi yang dimiliki peserta didik.

2. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali

potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.

46
3. Menumbuhkan dan mendorong semangat keunggulan dalam

penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

4. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang

dianut dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang

berkompeten dan berakhlak mulia serta berkepedulian sosial.

5. Meningkatkan lulusan yang berkualitas, berprestasi,

berakhlak mulia, dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

47
SMP Negeri 11 Kupang Mempunyai Struktur Organisasi Yakni :

KOMITE KEPALA SEKOLAH


SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH

BENDAHARA BOS TATA USAHA

KOORDI URUSAN URUSAN URUSAN URUS PERPUS


NATOR KURIKULUM KESISWA SAR AN TAKAA
TATA AN N
USAHA PRASARAN HUMA
A S

WALI-WALI KELAS
KOORDINATOR MGMP
GURU MATA PELAJARAN
GURU PEMBIMBING

SISWA

48
5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan siswa-

siswi kelas VII tentang pubertas terhadap perubahan fisik di SMP N 11

Kupang, hasil penelitian ini di kelompokkan menjadi dua yaitu data umum

dan data khusus.

5.2.1 Data Umum


1. Umur
Tabel 5.2.1.1 Data distribusi responden berdasarkan umur
NO USIA N PRESENTASE (%)
1. 11 tahun 1 1,6
2. 12 tahun 31 50,8
3. 13 tahun 17 27,9
4. 14 tahun 12 19,7
Total 61 100%
Sumber. Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa 61 responden pada

kelompok kasus untuk kategori 11 Tahun sebanyak 1 responden

(1,6%), 12 Tahun sebanyak 31 responden (50,8%), 13 Tahun

sebanyak 17 responden (27,9%) 14 Tahun sebanyak 12 responden

(19,7%).

49
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2.1.2 Data distribusi responden berdasarkan Jenis
Kelamin
NO Jenis N PRESENTASE (%)
Kelamin
1. Laki-laki 31 50,8
2. Perempuan 30 49,2
Total 61 100%
Sumber Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bawha 61 responden pada

kasus diatas kategori Laki-laki sebanyak 31 orang (50,8%) dan

perempuan sebanyak 30 orang (49,2%).

5.2.2 Data Khusus


1. Pengetahuan tentang Pubertas
Tabel 5.2.2.1 Data distribusi Identifikasi Pengetahuan siswa
tentang Pubertas
NO PENGETAHUAN N PRESENTASE (%)
1. BAIK 38 62,3
2. CUKUP 13 21,3
3. KURANG 10 16,4
TOTAL 61 100
Sumber Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa 61 responden pada

kasus diatas kategori Baik sebanyak 38 (62,3%), kategori Cukup

sebanyak 13 (21,3%), dan kategori Kurang sebanyak 10 (16,4%).

2. Perubahan Fisik Pada Siswa SMP


Tabel 5.2.2.2 Data distribusi responden Perubahan Fisik Pada
Siswa-siswi

50
NO PERUBAHAN FISIK N PRESENTASE
(%)
1. TERLIHAT 40 65,6
2. TIDAK TERLIHAT 21 34,4
TOTAL 61 100%
Sumber Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa 61 responden pada

kasus diatas kategori Terlihat sebanyak 40 (65,6%), dan kategori

Tidak Terlihat sebanyak 21 (34,4%).

Tabel 5.2.2.3 Data Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan


Pubertas Dengan Perubahan Fisik

PENGETAHUAN * PERUBAHAN_FISIK Crosstabulation

PERUBAHAN_FISIK
TERLIHAT TIDAK TERLIHAT Total
PENGETAHUAN BAIK Count 35 3 38 P
% of Total 57,4% 4,9% 62,3% value
CUKUP Count 5 8 13 0. 01
% of Total 8,2% 13,1% 21,3%
KURANG Count 0 10 10
% of Total 0,0% 16,4% 16,4%
Total Count 40 21 61
% of Total 65,6% 34,4% 100,0%
Sumber Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.5 Pengetahuan Baik dengan Perubahan Fisik Terlihat

terdapat 35 responden atau 57,4 %, Pengetahuan Baik dengan Perubahan Fisik Tidak

Terlihat terdapat 3 responden, Pengetahuan Cukup dengan Perubahan Fisik Terlihat

terdapat 5 responden atau 8,2 %, Pengetahuan Cukup dengan Perubahan Fisik Tidak

Terlihat terdapat 8 responden atau 13,1 %, Pengetahuan Kurang dengan Perubahan

51
Fisik Terlihat 0 responden atau 0,0 %, Pengetahuan Kurang dengan Perubahan Fisik

Tidak Terlihat 10 responden atau 16,4 %.

52
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Tentang Pubertas

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki

Pengetahuan siswa-siswi tentang pubertas dalam kategori Baik sebanyak 38

responden (62,3%), kategori Cukup sebanyak 13 responden (21,3%) dan

kategori Kurang sebanyak 10 responden (16,4%).

Tingkat pengetahuan adalah kemampuan Siswa-Siswi untuk

menghayati dan memperdalam perhatian terhadap sesuatu hal, misalnya

bagaimana memecahkan masalah konsep-konsep yang baru (Notoatmodjo,

2003).

Tingkat pengetahuan Siswa-Siswi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu

tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi dan

kepribadian seseorang (Soekanto, 2002).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

informasi tentang pubertas bisa dengan mudah didapat. Pengalaman juga

mempengaruhi pengetahuan seseorang, sesuatu yang pernah dialami

seseorang akan menambah pengetahuan orang tersebut. Selain itu tingkat

sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap pengetahuan misalnya mereka

yang tingkat ekonomi menengah ke atas maka akan dengan mudah

53
memperoleh informasi dibanding dengan mereka yang tingkat ekonomi

rendah.

Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung bisa dengan wawancara dan

secara tidak langsung bisa menggunakan kuesioner.

6.2 Hubungan Perubahan Fisik Pada Siswa-Siswi

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki

perubahan fisik pada siswa-siswi dalam kategori Terlihat sebanyak 40

responden (65,6%), dan kategori Tidak Terlihat sebanyak 21 responden

(34,4%).

Perubahan fisik adalah perubahan yang terjadi dan merupakan gejala

primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi:

perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh munculnya cirri-ciri

kelamin yang utama (primer) dan cirri kelamin kedua (sekunder)

6.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Tentang Pubertas

Terhadap Perubahan Fisik

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan ada

hubungan positif antara tingkat pengetahuan pubertas terhadap perubahan

fisik pada remaja awal di SMPN 11 Kupang. Pernyataan ini dapat ditunjukkan

dengan perhitungan X2 hitung yang dibandingkan dengan nilai X2 tabel,

didapat nilai X2 hitung lebih besar X2 tabel.

54
Hal ini sesuai dengan pernyataan Walgito (2003), pengetahuan

merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan

pengalamannya memperoleh pengetahuan.Semakin tahu tentang pubertas

maka perubahan fisik semakin positif. Jadi ada pengaruh antara tingkat

pengetahuan tentang pubertas terhadap perubahan fisik pada remaja awal.

Dalam Penelitian ini menggunakan Uji Statistik yang dilakukan untuk

mengetahui perbandingan hubungan antara Pengetahuan dan Perubahan fisik.

Penelitian ini menggunakan Uji Square : 0,00 p= 0,000. Bahwa terdapat

hubungan yang singifikan antara pengetahuan dan perubahan fisik artinya

seseorang yang mempunyai pengetahuan baik untuk perubahan fisik yang

sudah terlihat.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan Erlinda (2015)

tentang hubungan anatra pengetahuan dan sikap remaja tentang perubahan

fisiologis pubertas di SMP N 19 Surakarta, dimana hasil uji Statistik di

dapatkan bahwa sikap remaja tentang perubahan fisiologis pubertas memiliki

hubungan yang signifikan dengan nilai sebesar 62,5%.

55
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diuraikan beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Perubahan fisik terhadap siswa-siswi dengan nilai tertinggi yaitu perubahan

fisik Terlihat dengan jumlah 40 responden (65,6%) sedangkan nilai terendah

yaitu Perubahan Fisik Tidak Terlihat dengan jumlah 21 responden (34,4%)

2. Pengetahuan siswa-siswi tentang pubertas, dengan nilai tertinggi yaitu

pengetahuan Baik dengan jumlah 38 responden (62,3%) sedangkan nilai

terendah yaitu Pengetahuan Kurang dengan jumlah 10 responden (16,4%).

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas terhadap

perubahan fisik pada remaja awal di SMPN 11 Kupang dengan nilai p value

0.01 ≤ 0,05

7.2 Saran

1. Bagi Siswa-Siswi

Bagi Siswa-Siswi diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang

Pubertas dengan cara mencari informasi dari buku, majalah, dan mengikuti

penyuluhan atau seminar dan melalui internet agar lebih siap menghadapi

perubahan masa puber.

2. Bagi Sekolah SMP N 11 Kupang

56
Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan dalam pemberian

materi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang pubertas agar

siswa-siswi siap menghadapi masa pubertas.

3. Bagi Institusi

Diharapakan agar lebih mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas VII Tentang

Pubertas Terhadap Perubahan Fisik sehingga dapat di jadikan referensi dan

bahan bacaan di perpustakaan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan Tingkat

Pengetahuan sebagai mana mestinya. Dan menggunakan metode penelitian

yang lebih cepat dan akurat.

57
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,


Jakarta : Heath Books

Desmita, 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Kemenkes RI. 2014. INFODATIN : Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI.

Mubarak, Wahit Iqbal Dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha Imu

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmojdo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan Dan Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :


Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Proverawati A. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika

Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang

58
Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : CV
Sagung Seto

Soekanto, 2002. Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Gravindo Persaja

Wawan, A Dan Dewi, M. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Walgito, B 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offes

59

Anda mungkin juga menyukai