Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi Wajib Pajak dalam negeri danbentuk usaha tetap, pajak yang terutang
dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan, berupa: PPh
Pasal 21,22,23,24,25 dan Pasal 26 ayat (5), serta Sanksi administrasi berupa
bunga,denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
denganpelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
berlakutidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Apabila pajak yang terutang untuksuatu tahun pajak ternyata lebih kecil
dari jumlah kredit pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 ayat (1), maka
setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihanpembayaran pajak dikembalikan
setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikutsanksi-sanksinya. Sesuai
dengan ketentuandalam Pasal 17B ayat (1) Undang-undang tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Direktur Jenderal Pajak ataupejabat yang
ditunjuk berwenang untuk mengadakan pemeriksaan sebelum
dilakukanpengembalian atau perhitungan kelebihan pajak.

Hal-hal yang harusmenjadi pertimbangan sebelum dilakukan pengembalian atau


perhitungan kelebihanpajak adalah:

a. kebenaran materiil tentang besarnya pajak penghasilan yang terutang;


b. keabsahan bukti-bukti pungutandan bukti-bukti potongan pajak serta
bukti pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri selama dan untuk tahun
pajak yang bersangkutan.

Oleh karena itu untukkepentingan pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak atau


pejabat lain yangditunjuk diberi wewenang untuk mengadakan pemeriksaan atas
laporan keuangan,buku-buku, dan catatan lainnya serta pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan penentuan besarnya pajak penghasilan yang terutang,

1
kebenaran jumlah pajak danjumlah pajak yang telah dikreditkan dan untuk
menentukan besarnya kelebihanpembayaran pajak yang harus dikembalikan.
Maksud pemeriksaan ini untukmemastikan bahwa uang yang akan dibayar
kembali kepadaWajib Pajak sebagai restitusi itu adalah benar merupakan hak
Wajib Pajak.

Sedangkan dalam PPh pasal 29 Apabila pajak yang terutang untuksuatu tahun
pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1), maka kekurangan pajak yang terutang harusdilunasi selambat-
lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelahtahun pajak berakhir,
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan. Ketentuan inimewajibkan
Wajib Pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang
terutangmenurut ketentuan Undang-undang ini sebelum Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan. Apabila tahun buku sama dengan
tahun takwim makakekurangan pajak tersebut wajib dilunasi selambat-
lambatnya tanggal 25 Maretsetelah tahun pajak berakhir, sedangkan apabila
tahun buku tidak sama dengantahun takwim, misalnya dimulai tanggal 1 Juli
sampai dengan 30 Juni, makakekurangan pajak wajib dilunasi selambat-
lambatnya tanggal 25 September.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perhitungan dalam PPh Pasal 28A dan 29?
2. Bagaimana cara penyetoran dalam PPh pasal 28A dan 29?
3. Bagaimana cara pelaporan dalam PPh pasal 28A dan 29?
4. Bagaimana pencatatan akuntansi pada PPh Pasal 28A dan 29?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perhitungan PPh pasal 28A dan 29 dengan benar;
2. Untuk mengetahui cara penyetoran PPh pasal 28A dan 29;
3. Untuk mengetahui cara pelaporan dalam PPh pasal 28A dan 29;
4. Untuk mengetahui pencatatan akuntansi pada PPh pasal 28A dan 29.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29


Setelah satu tahun pajak terlampaui, Wajib Pajak harus menghitung kembali
seluruh penghasilan-biaya dalam satu tahun pajak dan menentukan PPh terutang.
Kemudian, menghitung keseluruhan kredit pajak yang telah dibayarkan dan
membandingkan dengan jumlah PPh terutang. Dari sini akan diperoleh PPh
kurang bayar (Pasal 29).
Berdasarkan bunyi pasal 29 UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008, yang
menyatakan bahwa “apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata
lebih besar daripada kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang harus
dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak
berakhir, sebelum SPT disampaikan.”
Namun, perubahan yang cukup signifikan terjadi dalam UU KUP 2008, yakni
tidak ada lagi tanggal yang pasti mengenai batas waktu pembayaran kekurangan
pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
UU KUP 2008 hanya menyebutkan bahwa kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tersebut harus dibayar
lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan. Walaupun
demikian, tatacara perhitungan besarnya pajak penghasilan yang kurang bayar
dalam satu tahun pajak atau PPh Pasal 29 masih tetap sama.

2.2 Menghitung PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29


Tata cara/ format dalam penentuan besarnya PPh terutang dalam satu tahun
pajak yang kurang dibayar (PPh Pasal 29) mengikuti susunan yang ada dalam
SPT Tahunan.

3
Format Penentuan Besarnya PPh pasal 29 untuk WP Orang Pribadi (form
1770)
Penghasilan neto fiskal dalam negeri dari usaha atau pekerjaan bebas xxx
Penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan* xxx
Penghasilan neto lainnya xxx
Penghasilan neto luar negeri** xxx
Jumlah penghasilan neto xxx
Dikurangi:
Zakat atas penghasilan xxx
Kompensasi kerugian xxx
PTKP xxx
(xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh terutang (tarif Pasal 17 UU PPh) xxx
Pengembalian/Pengurangan PPh pasal 24 yang telah dikreditkan xxx
Jumlah PPh yang terutang xxx

Dikurangi Kredit Pajak:

- PPh yang dipungut /dipotong pihak lain atau ditanggung pemerintah


PPh pasal 21 xxx
PPh pasal 22 xxx
PPh pasal 23 xxx
PPh pasal 24 xxx
- PPh yang dibayar sendiri
PPh pasl 25 xxx
STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) xxx
Fiskal Luar Negeri xxx
(xxx)

PPh kurang dibayar (PPh Pasal 29), atau xxx

PPh yang lebih dibayar (PPh pasal 28A)

4
*Jumlah ini harus sudah dikurangkan dengan biaya jabatan/pensiun, dan iurang yang
dibayar sendiri kepada dana pensiun.

**Kerugian di luar negeri tidak dapat dikompensasi dengan penghasilan dalam


negeri

Format Penentuan Besarnya PPh pasal 29 untuk WP Badan (form 1771 atau
1771/$)

Penghasilan neto fiskal*** xxx

Dikurangi kompensasi kerugian (xxx)

Penghasilan Kena Pajak xxx

PPh terutang (tarif pasal 17 UU PPh) xxx

Pengembalian/pengurangan PPh pasal 24 yang telah dikreditkan xxx

Jumlah PPh terutang xxx

Dikurangi Kredit Pajak

- PPh ditanggung Pemerintah (Proyek bantuan LN) xxx


- PPh yang dipungut/ dipotong pihak lain
PPh pasal 22 xxx
PPh pasal 23 xxx
PPh pasal 24 xxx
- PPh yang dibayar sendiri
PPh pasal 25 xxx
STP PPh pasal 25 (Hanya Pokok Saja) xxx
Fiskal Luar Negeri xxx
(xxx)
PPh yang kurang dibayar (PPh pasal 29), atau xxx
PPh yang lebih dibayar (PPh pasal 28A)

5
***Penghasilan neto fiskal termasuk juga penghasilan neto komersial dari
luar negeri, namun kerugian di luar negeri tidak dapat dikompensasi dengan
penghasilan dalam negeri.

2.3 Penyetoran PPh Pasal 28A dan 29


Jika pada akhir tahun ada pajak yang lebih bayar (PPh Pasal 28A), maka
kelebihan pembayaran pajak tersebut akan diakumulasi pada pembayaran Tahun
Pajak berikutnya. Sedangkan jika pada akhir tahun pajak ternyata masih ada
pajak yang masih kurang dibayar (PPh Pasal 29), maka perlu dilakukan
penyetoran PPh pasal 29 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat
sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.

2.4 Pelaporan PPh Pasal 29


Dalam pelaporan PPh pasal 28A yang lebih bayar maka kelebihan pajak
tersebut harus dikembalikan kepada WP atau diakumulasi pada Tahun Pajak
berikutnya. Sedangkan Pelaporan PPh pasal 29 sudah terintegrasi/menyatu dalam
SPT Tahunan PPh. Prosedur penyampaian SPT Tahunan PPh harus sesuai
dengan UU KUP. SPT Tahunan untuk WP Badan dalam negeri yang
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
menggunakan form 1771/$ dan lampirannya.

2.5 Akuntansi PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29


Prosedur pencatatan akuntansi PPh pasal 29 harus didasarkan pada PSAK
No.46. Dalam Laporan Laba Rugi, besarnya PPh yang terutang selama satu tahun
pajak dicatat dengan mengurangi laba bersih sebelum pajak. Pencatatan jurnal
penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan dengan mendebit Uang muka PPh Pasal 29
dan mengkredit Kas. Namun, apabila terjadi kelebihan pembayaran Pajak
Penghasilan (PPh Pasal 28A), maka kelebihan pembayaran pajak dicatat dalam
akun piutang PPh.
Dokumen dasar/sumber Wajib Pajak untuk membuat jurnal adalah SPT
Tahunan PPh. Dengan kata lain, jurnal atas PPh pasal 29 ini dibuat setelah SPT
Tahunan PPh selesai dibuat. Dalam mekanisme PPh Pasal 29 ini, terlebih dahulu

6
WP harus menghitung jumlah PPh yang kurang/lebih bayar. Jika ternyata ada
PPh yang kurang dibayar, maka WP harus menyetorkan kekurangan pembayaran
PPh sebelum disampaikannya SPT Tahunan.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Contoh Kasus PPh pasal 28A

Nona Fitri, status TK/0, adalah pengusaha sekaligus eksportir batik. Dalam tahun
2010, Nona Fitri membukukan laba Rp650.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri
juga memberikan zakat kepada Badan Amil Zakat yang disahkan pemerintah
(BAZIS) sebesar Rp50.000.000 dan telah membayar angsuran PPh 25 dengan total
Rp180.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri melakukan 7 kali perjalanan ke luar
negeri dalam rangka usaha ekspor batik dengan menggunakan pesawat. Berapakah
PPh yang lebih atau kurang bayar?

Penghasilan neto fiskal dalam negeri dan usaha 650.000.000


Dikurangi:
Zakat atas penghasilan 50.000.000
PTKP 15.840.000 (65.840.000)
Penghasilan Kena Pajak 584.160.000

PPh Terutang (tarif Pasal 17 UU PPh)


5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000

7
30% x 84.160.000 25.248.000
120.248.000
Pengembalian PPh Ps. 24 yang telah dikreditkan
0
Jumlah PPh yang terutang
120.248.000
Dikurangi kredit pajak
PPh yang dibayar sendiri
PPh Pasal 25 180.000.000
STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) 0
Fiskal Luar Negeri 7.000.000
(187.000.000)
PPh yang lebih dibayar (PPh Ps. 28A) (66.752.000)

Karena jumlah PPh terutang Nona Fitri selama tahun 2010 lebih kecil dari
angsuran pajaknya, maka terdapat kelebihan pembayaran PPh (PPh Pasal 28A)
sebesar Rp66.752.000. Jumlah kelebihan ini dapat dimintakan restitusi pajak, atau
dapat dikompensasi untuk pembayaran pajak tahun 2011.

3.2 Contoh Kasus PPh pasal 29

PT. KPSG senantiasa taat dan patuh dalam memenuhu kewajiban perpajakannya.
Selama tahun 2009, PT. KPSG membukukan laba fiskal Rp.800.000.000. Kewajiban
perpajakan yang telah diselesaikan selama tahun 2009 antara lain:

- Membayar PPh pasal 25 sebesar Rp.30.000.000


- PPh pasal 22 yang telah dipungut sebesar Rp. 2.500.000
- PPh ditanggung pemerintah dalam rangka proyek bantuan luar negeri sebesar
Rp. 4.500.000

Berapakah PPh yang lebih atau kurang dibayar?

Jawaban:

Penghasilan neto fiskal Rp.800.000.000

8
Dikurangi kompensasi kerugian 0

Penghasilan kena pajak Rp. 800.000.000

PPh terutang (tarif pasal 17 UU PPh)

28% X Rp. 800.000.000 Rp. 224.000.000

Pengembalian PPh pasal 24 yang telah dikreditkan 0

Jumlah PPh terutang Rp. 224.000.000

Dikurangi kredit pajak:

- PPh ditanggung pemerintah (proyek bantuan LN) Rp. 4.500.000


- PPh yang dipungut/dipotong pihak lain
PPh pasal 22 Rp. 2.500.000
PPh pasal 23 0
PPh pasal 24 0
- PPh yang dibayar sendiri
PPh pasal 25 Rp. 120.000.000
STP PPh pasal 25 (hanya pokok pajak) 0
Fiskal Luar negeri 0
(Rp.127.000.000)

PPh yang kurang dibayar (pph pasal 29) Rp. 97.000.000

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari awal pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa PPh pasal 28A dan
PPh pasal 29 merupakan perhitungan perpajakan yang dilakukan pada akhir tahun
pajak dengan menghitung kembali seluruh PPh terutang dan mengurangkan dengan
kredit pajak yang telah dibayar sendiri/ditanggung pemerintah maupun yang
dipotong/dipungut oleh pihak lain. Apabila PPh terutang lebih besar dari kredit pajak
maka akan diperoleh PPh kurang bayar (pasal 29), sedangkan apabila jumlah PPh
terutang lebih kecil dari kredit pajak maka akan diperoleh PPh lebih bayar (pasal
28A)

4.2 Saran

Harus memperhatikan waktu penyetoran pajak apabila terjadi kurang bayar


(Pasal 28A) agar tidak dikenakan sanksi atas keterlambatan pembayaran. Sedangkan
apabila terjadi kelebihan bayar pajak (Pasal 29) harus melakukan pemeriksaan atas
laporan keuangan,buku-buku, dan catatan lainnya serta pemeriksaan lain yang
berkaitan denganpenentuan besarnya pajak penghasilan yang terutang, kebenaran

10
jumlah pajak dan jumlah pajak yang telah dikreditkan dan untuk menentukan
besarnya kelebihan pembayaran pajak yang harus dikembalikan.

DAFTAR PUSTAKA

- Purwono,Herry. 2010. “Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak”.


Jakarta: Erlangga
- http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=812

11

Anda mungkin juga menyukai