Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS

HIGH RISE BUILDING COMMERCIAL

DISUSUN OLEH :
LARASINTABELA PUTRI |41118010076
MUHAMAD NUR YAHYA A |41118010017
GOGON RAMA MILANO |41118010111
FADHILLAH ARDIWICAHYO |41118010034
NOVIAN ADI PRATAMA |41118010026

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Karya Tulis yang berjudul “Pekerjaan
Persiapan High Rise Building”
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ini, untuk memenuhi syarat
penilaian mata kuliah “Metode Pelaksanaan dan Alat Berat” di semester 3.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju
kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, Kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Wasalamualaikum.wr.wb

Jakarta, September 2019

Penulis

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 4
1.4 Metodologi Penulisan......................................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................ 5
2.1 Metode High rise building commercial.............................................................................. 5
2.2 Tahapan Pembangungan High rise building commercial .................................................. 5
2.3 Karateristik High Rise Building Commercial ..................................................................... 6
2.4 Alat Berat pembangunan High Rise Building Commercial................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................................ 12
3.1 Analisa Jurnal 1 ................................................................................................................ 12
3.2 Analisa Jurnal 2 ................................................................................................................ 13
BAB IV PENTUP ............................................................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan dan Saran Jurnal 1 ........................................................................................ 16
4.2 Kesimpulan dan Saran Jurnal 2 ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 18

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 2


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan tinggi merupakan jawaban atas permasalahan lahan yang semakin
mahal dan langka, sehingga memiliki aspek ekonomis yang tinggi dan merupakan
solusi bila tidak mungkin membangun secara horizontal. Bangunan tinggi termasuk
didalamnya gedung perkantoran, apartemen, hotel dan sebagainya dengan multi lantai
dalam hal ini lebih dari 4 lantai. Dalam sistem bangunan tinggi (high rise building),
terdapat beberapa sistem utama yang bekerja secara terpadu demi terbentuknya
bangunan tinggi utuh yang berdaya guna, sistem tersebut mirip seperti tubuh manusia
dengan fungsi-fungsi seperti struktur (tulang), arsitektural (kulit dan pembungkus,
barangkali termasuk otot beserta keindahan bentuknya), mekanikal dan elektrikal
(semisal sistem respirasi, peredaran darah dan sistem getah bening), meskipun tidak
benar-benar sama, fungsi-fungsi ini mirip organisme yang memang berfungsi untuk
tujuan kehidupan manusia didalamnya.
Bangunan tinggi didefinisikan sebagai “mesin pembuat uang/keuntungan” (cass
gilbert, 1900) pada tahun 1900 oleh cass gilbert, Arsitek Woolworth Building, dan itu
juga menegaskan hubungan penting antara gedung tinggi dan pengengembangan
komersial yang disertai dengan interaksi pertahanan ekonomi. Bangunan tinggi
menjadi mungkin dengan adanya penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang
lebih murah dan kuat. Bangunan antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m),
berdasarkan beberapa standar, dianggap bangunan tinggi. Bangunan yang lebih dari
492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adaalh
13 kaki (4 m), sehingga bangunan setinggi 79 kaki (24 m) memiliki 6 tingkat.Bahan
yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi.
Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok
menara penghunian dibangun tanpa beton.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut :

 Hal apa saja yang Perlu Diperhatikan Dalam High Rise Building Commercial?
 Tahapan apa saja yang dilakukan sebelum perancangan bangunan tinggi atau high
rise building commercial?
 Bagaimana Karateristik High Rise Building Commercial?
 Alat Apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembangunan High Rise Building
Commercial?

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 3


1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan agar para pengembang lahan
dapat tau bawasannya pengembangan lahan tidak asal melainkan melalui proses yang
panjang namun di makalah ini kami menjelaskan seberapa pengaruhnya pemilihan
lokasi lahan dengan desain bangunan high rest building (HRS) sehingga para
pengembang lahan dapat memilih lahan serta desain dan perencanaan pembangunan
yang tepat.

1.4 Metodologi Penulisan


Metode penulisan yang kami gunakan ialah metode deskriptif sebab kami
mengambil data dari beberapa literatur dari beberapa waktu tertentu.

1.5 Sistematika Penulisan


 BAB I / PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah yang mendasari pentingnya
diadakan penelitian, identifikasi, pembatasan dan perumusan Masalah Penelitian,
Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian yang diharapkan, dan
Hipotesis yang diajukan serta Sistematika Penulisan.
a. BAB II / LANDASAN TEORI
Bab ini berisi Tinjauan teori yang mendiskripsikan pengertian, langkah-langkah
high rise building commercial
b. BAB III / PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai permasalahan yang terjadi dalam pembangunan high rise
building commercial yang dilakukan dengan cara menganalisis jurnal-jurnal.
c. BAB IV/PENUTUP
Dalam bab ini menampilkan kesimpulan tentang Hasil analisa yang kami buat
dengan membandingkan jurnal yang kami dapatkan.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 4


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Metode High rise building commercial
Beberapa fungsi utama yang harus diperhatikan dalam perancangan bangunan
tinggi :
 Struktural (metode konstruksi). Sistem struktur merupakan kerangka penyangga
keseluruhan bangunan tinggi, contohnya sistem konstruksi beton bertulang yang
diperkuat dengan sistem core.
 Mekanikal (transportasi vertikal dan tata udara). Sistem mekanis yang menggerakkan
benda-benda seperti lift, elevator, ramp berjalan, dan sebagainya. Termasuk
didalamnya tata udara yang membutuhkan turbin, sistem air dengan mesin penggerak,
dan sebagainya.
 Elektrikal (Daya listrik dan penerangan). Mencakup segala hal berkaitan dengan
kelistrikan, tata perletakan peralatan listrik, pengkabelan, penerangan.
 Arsitektural (estetika). Fungsi arsitektural merupakan fungsi paling humanis yang
berkaitan dengan manusia yang tinggal didalamnya, yaitu estetika, pengaturan
ruangan, perletakan shaft, dan sebagainya.

2.2 Tahapan Pembangungan High rise building commercial


1. Tahap arsitektural
Tahapan ini harus melalui proses programatik yang meliputi dengar
pendapat dengan pemilik proyek, kelayakan proyek, Planning Advice dari
Pemerintah daerah, batasan dan lingkup proyek beserta potensi lahan yang bisa
digali dari sebuah proyek bangunan tinggi. Proses programatik juga merencanakan
dan menganalisa berbagai kegiatan dan fungsi ruang yang berujung pada
perencanaan luasan dan pembagian ruang dalam lantai-lantainya. Dalam
perencanaan arsitektural ini juga diperhatikan tentang prinsip-prinsip struktural
yang harus dipenuhi, dalam arti secara arsitektural perancangan struktur bangunan
tinggi sudah harus memperhatikan prinsip-prinsip struktural.
Tahap arsitektural akan menghasilkan dokumen-dokumen gambar kerja
seperti denah semua lantai tingkat, potongan, tampak, perspektif, detail, fasilitas
gedung, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan bestek (Rencana Kerja dan
Syarat/RKS).
2. Tahap Struktural
Tahap ini akan memperluas cakupan desain kedalam perancangan struktural
yang mencakup perhitungan pembebanan, perencanaan desain struktur seperti
portal, core, kolom dan balok, termasuk analisa mekanikal elektrikal yang bekerja
dalam sistem arsitektural. Penyelidikan tanah untuk menentukan pondasi juga
berlangsung dalam tahap ini.
3. Tahap Finishing
Sentuhan akhir dalam desain.

Berbeda dengan sistem bangunan rendah (1-2 lantai) dimana pembebanan


dan gaya yang bekerja pada bangunan dapat diprediksi secara umum melalui
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 5
pengetahuan konvensional, sistem bangunan tinggi harus melalui analisa
pembebanan dan mekanika gayanya, sehingga dapat diperoleh sistem struktur yang
handal dan proporsional. Penyelidikan tanah harus dilakukan untuk mengetahui
potensi lahan agar dapat ditentukan jenis, ukuran, letak dan kedalaman pondasi.
Selain gaya vertikal, juga harus diperhatikan gaya horizontal berupa tekanan angin
dan getaran gempa. Pada bangunan tinggi agak berbeda dari bangunan rendah, dari
segi kekuatan struktur seringkali tidak dibuat maksimal mengingat maksimal
seringkali identik dengan berat dan non ekonomis. Untuk tujuan ekonomis
kekuatan adalah 'kekuatan yang diijinkan' untuk bekerja secara optimal, ekonomis
dan proporsional beratnya.
Tahapan dalam penegrjaan Konstruksi
1.Tahapan Persiapan
a. Penentuan subkontraktor
b. Persiapan lahan
c. Fabrikasi rangkaian besi
d. Perlengkapan K3
2. Penentuan Titik Bor (Surveying)
3. Set-up Alat Berat
4. Pengolahan Tanah

2.3 Karateristik High Rise Building Commercial


Gedung high rise building, seperti namanya tentu memiliki karakteristik
khusus. Karakteristik tersebut dapat dijadikan pedoman dan bahan dalam
merencanakan pelaksanaan pada bangunan tersebut. Perencanaan dapat meliputi
perencanaan pekerjaan struktur dan finishing kulit luar maupun finishing dalam.
Sejauh mata memandang, Kota Jakarta telah sesak oleh gedung pencakar langit
(high rise building). Terlihat seolah gedung tersebut begitu gampang berdiri di tengah
kota. Namun, tahukan Anda bahwa ternyata cukup sulit untuk merencanakan dan
melaksanakan gedung high rise building.Gedung high rise building akhirnya dapat
dikategorikan sebagai proyek dengan kompleksitas yang tinggi. Disini akan dirangkum
beberapa karakteristik struktur gedung high rise building yang dapat berguna dalam
perencanaan maupun pelaksanaan.
1. Tinggi Bangunan
Seperti julukannya, tentu saja gedung ini tinggi dan menjulang. Kita dapat
mengkategorikan ketinggian gedung berdasarkan jumlah lantainya. Walaupun
tidak sepenuhnya benar karena bisa saja jumlah lantai banyak tapi tinggi floor to
floor rendah. Jika dianggap tinggi floor to floor adalah 3.75 m (standart), maka
suatu gedung dapat dikategorikan high rise building apabila memiliki jumlah lantai
di atas 20 lantai. Berdasarkan pengamatan, umumnya gedung di Jakarta berada
pada ketinggian 20 – 35 lantai. Di atas 35 lantai masih sedikit.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 6


2. Luas per lantai.
Tujuan gedung high rise building adalah menambah ruang dengan keterbatasan
lahan. Sehingga bangunan ini cenderung memiliki luas tapak bangunan yang kecil.
Umumnya memiliki luas per lantai berkisar pada 750 m2 – 1500 m2.
3. Tipe struktur.
Tipe struktur ada tiga yaitu open frame, flat-slab, dan bearing wall system. Dari
ketiga jenis struktur tersebut, system open frame yang paling banyak dipakai,
diikuti oleh system flat-slab.
4. Typical.
Struktur pada gedung high rise building umumnya typical kecuali pada elemen
vertikal yang mengecil pada kenaikan lantai tertentu. Hal ini karena kondisi beban
di tiap lantai relatif sama. Gaya geser akibat gempa saja yang berbeda namun gaya
tersebut ditopang oleh elemen struktur shearwall. Kondisi yang typical akan
memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaan.
5. Keterbatasan lahan
Gedung high rise building umumnya menghadapi masalah keterbatasan lahan baik
dalam rangka perencanaan parking area dan landscape maupun pelaksanaan
sebagai tempat site installation.
6. Pengaruh angin dan gempa yang tinggi
Gedung ini, karena bentuk fisiknya yang langsing dan tinggi, secara alamiah
sangat terpengaruh oleh aspek angin dan goyangan gempa.
7. Risiko tinggi
Pada pelaksanaan proyek ini, risiko yang mmungkin terjadi cukup banyak dengan
probability yang tinggi. Perlu antisipasi sejak awal pelaksanaan.
8. Kompleksitas tinggi
Proyek gedung memiliki item pekerjaan yang banyak, melibatkan banyak pihak,
durasi pelaksanaan yang seharusnya lebih panjang, risiko yang tinggi,
ketidakpastian tinggi, serta melibatkan disiplin ilmu yang banyak. Gedung high
rise building bisa jadi salah satu bangunan yang memiliki kompleksitas yang
tertinggi.
9. Volume pekerjaan yang besar
Gedung high rise building memiliki jumlah lantai di atas 20 pada umumnya. Hal
ini menyebabkan volume pekerjaan yang harus dilakukan dalam jumlah yang
besar.
10. Schedule pelaksanaan ketat
Pada pelaksanaan proyek gedung high rise building, schedule pelaksanaan sangat
ketat. Cukup banyak proyek gedung mengalami keterlambatan karena sebenarnya
waktu yang dibutuhkan tidaklah memadai. Hal ini disebabkan oleh masih cukup
tingginya risiko dan ketidakpastian dalam pelaksanaannya serta ketergantungan
terhadap cuaca.
11. Target biaya yang ketat
Target biaya hampir selalu ketat. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat kompetisi
yang tinggi oleh pengembang maupun kontraktor.
12. Target mutu yang tinggi
Gedung high rise building adalah icon dan lambang prestise bagi pemiliknya.
Sehingga dituntut memiliki kualitas yang tinggi baik dari sisi spesifikasi maupun
pelaksanaannya.
13. Tuntutan safety yang tinggi

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 7


Gedung high rise building memiliki risiko bahaya ketinggian. Semakin tinggi akan
semakin bahaya. Sehingga tuntutan safety akan makin tinggi jika ketinggian
gedung bertambah.
14. Ketergantungan alat tower crane
Diperlukan alat angkat dan transportasi yang memadai pada gedung high rise
building. Tanpanya maka pelaksanaan akan sangat sulit.
15. Bentuk arsitektural
Hal ini disebabkan bahwa gedung high rise building menjadi icon lambang prestise
sehingga diperlukan design arsitektur yang cantik.
16. Nilai kontrak yang besar
Tingginya volume pekerjaan dan banyaknya item pekerjaan membuat nilai kontrak
pekerjaan gedung high rise building cukup besar.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 8


2.4 Alat Berat pembangunan High Rise Building Commercial
1. Alat pemancang tiang

Alat pemancang tiang berguna untuk memasang pondasi tiang pancang


beton kedalam tanah. Alat ini biasa dipakai dalam pembangunan gedung
bertingkat, jembatan, atau penahan tanah yang memerlukan pondasi yang dalam.
Contoh dari alat pemancang tiang ialah Pile drive Hammer.

2. Loader

Loader memiliki bucket besar yang mengarah ke depan dan menggunakan


roda ban sehingga pergerakannya lebih mudah.dalam proyek gedung loader
berguna untuk mengolah lahan yang akan didirikan bangunan gedung itu sendiri.
meliputi memindahkan tanah, pengurugan, dll.
3. Excavator

Excavator memiliki bucket yang bisa digunakan untuk menggali,


menggunakan roda besi sehingga baik utuk pergerakan di atas medan tanah yang

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 9


cukup berat. Dalam proyek gedung,Excavator berguna untuk menggali tanah dan
memindahkannya, penggalian bassement,dsb.
4. Tower crane

Tower crane berbentuk seperti menara yang mempuyai lengan untuk


menjangkau area lokasi bahan-bahan material konstruksi. Tower crane dalam
proyek gedung berguna untuk memindahkan barang material secara horizontal dan
vertikal.Baik itu mengangkut bahan dari bawah ke atas atau memindahkan material
di area datar.
5. Dump truck

Dump truck berbentuk seperti truck dengan roda ban, namun Dump truck
memiliki bak angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolik sehingga bak yang
berisi material dapat bergerak naik sampai pada kemiringan tertentu. Dump truck
dalam proyek gedung berguna untuk mengangkut material alam seperti tanah
urugan, kerikil, dsb ke area proyek ataupun sebaliknya.
6. Truck mixer

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 10


Truck mixer memiliki tabung yang dapat berputar yang berguna untuk
membawa beton segar dengan roda ban. Truck mixer dalam proyek gedung
berguna untuk mengangkut beton segar dari batching plant menuju lokasi proyek
7. Concreate pump

Concreate pump memililiki pipa-pipa besi yang berguna untuk


menyalurkan adukan beton ke tempat yang tinggi. Concreate pump dalam proyek
gedung berfungsi untuk menyalurkan/mendorong adukan beton ke tempat tinggi,
misalnya pengecoran lantai 2 ke atas.
8. Scrapper

Scrapper memiliki bagian yang berfungsi untuk mengikis tanah. dalam


proyek gedung scrapper berguna untuk memotong lereng tanggul, meratakan
lahan,dsb.
9. Front Shovel

Shovel memiliki bucket di depan yang berfungsi untuk menggali. Shovel


dalam proyek gedung berguna untuk penggalian, penimbunan material dll.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 11


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Jurnal 1
a. Judul
“Analisis Optimalisasi Penggunaan Alat Berat pada Proyek Pembangunan Menara Bank
Rakyat Indonesia Pekanbaru ”
b. Pengarang
Sepri Asniko, Gusneli Yanti, Fadrzal Lubis
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning Jl. Yos
Sudarso km. 8 Rumbai, Pekanbaru, Telp. (0761) 52324

c. Tahun penerbitan
Jurnal Teknik, Volume 12, Nomor 1 April 2018 ,pp 1 – 7

d. Latar belakang dan metode jurnal


Penjadwalan dan pemilihan peralatan untuk setiap jenis pekerjaan sangat penting,
agar kemampuan operasinya dapat optimal dan saling menunjang terhadap peralatan
lainnya, Mengingat bahwa alat berat sangat mahal dan konstribusinya pada Proyek
Pembangunan Menara Bank Rakyat Indonesia Pekanbaru cukup dominan, maka
diperlukan tindakan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alat. Penelitian
dilakukan menggunakan metode deskriptif, dimana pengamatan dilakukan dengan
cara menghitung kapasitas produksi setiap alat berat, sehingga diperoleh waktu,
produktivitas, dan kebutuhan alat berat sesuai alokasinya.
Pada Proyek Pembangunan Menara Bank Rakyat Indonesia ini luas area basement
yang akan di gali sebesar 2649,956 m2 dan volume buangan tanah galian keluar
lokasi proyek 18.235,19 m3 rencana awal galian dari RAB (lampiran 3), dengan lama
pekerjaan yaitu 7 minggu. Didapatkan mobilisasi dump truck sangat jauh dengan
jarak menuju tempat pembuangan tanah galian 20 km dari lokasi proyek yang berada
di jln Raya Pasir putih Desa Tanah Merah Kampar, akan membutuhkan waktu yang
lama. Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian untuk mengoptimalkan waktu
dengan alat yang akan digunakan melalui perbandingan produktivitas alat dilapangan
dengan jarak tempuh, dan waktu tempuh.

e. Pembahasan Jurnal
Proyek pembangunan Gedung Menara BRI Pekanbaru di kerjakan oleh salah satu
kontraktor yaitu PT.PP (Persero)Tbk. Karena masalah pada kondisi existing
dilapangan sehingga mempengaruhi pada schedule awal pekerjaan. Dalam hal ini
penulis membandingkan produktifitas alat yang akan digunakan dengan
perbandingan alat yang sama namun jumlah alat yang berbeda yang akan
mempengaruhi kepada waktu dan biaya.
Dari perhitungan alternatif-I, dengan menggunakan komposisi excavator 1 unit dan
Dump truk 5 Unit dengan waktu kerja 137 hari dan perhitungan biaya yang
digunakan adalah Rp. 2.000.362.301,55 Dengan jumlah alat yang sedikit dan biaya
juga masih Efesien namun waktu kerja yang terlalu lama akan memperlambat

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 12


pekerjaan sebagaimana yang telah terjadi dari masalah diproyek dengan
keterlambatan dari schedule.

Pada alternatif II, Excavator yang digunakan sebanyak 1 unit total dump truk menjadi
26 unit, untuk mempersingkat waktu yang hanya 27 Hari kerja. Biaya operasional
yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan alternatif I yaitu Rp.
1.635.332.990,31. Jadi jika di hitung selisih biaya dengan alternatif I, ada perbedaan
sebasar Rp 498.368.798,01 Dan waktu yang di butuhkan juga lebih cepat yaitu 27
hari kerja. Dengan demikian, alternatif II lebih menguntungkan dari segi waktu,
namun jika dilihat dari jumlah dump truk yang sangat banyak akan mempersulit
manufer dump truk pada area proyek di karenakan lokasi proyek yang sangat sempit.

Kemudian dilakukanya perhitungan alternatif III, yaitu dengan mengurangi dump


truk 15 unit dari jumlah dump truk pada alternatif II, yaitu menggunakan 15 unit
dump truk , serta excavator yang digunakan juga hanya 1 unit, dengan 45 hari kerja
dan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 1.647.152.933,85. Apabila
dibandingkan dengan alternative I dan II maka akan lebih efektif alternative III,
selain alat yang digunakan tidak terlalu banyak dan waktu kerja juga tidak terlalu
lama dengan selisih biaya antara alternatif I dan III adalah Rp.468.566.854,47.
Dengan demikian perhitungan alternatif III lebih menguntungkan digunakan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan Gedung menara BRI.

3.2 Analisa Jurnal 2


a. Judul
“Evaluation of Tower Crane Positioning in Jember Icon Project”
b. Pengarang
Bima Anggaruci B.Y, Jojok Widodo S., Dwi Nurtanto
Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37
Jember,Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37
Jember
c. Tahun penerbitan
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan, ISSN 2548-9518 Vol. 01, No. 01, Januari 2017
d. Latar Belakang dan Metode Jurnal
Proyek gedung bertingkat tinggi pada umumnya menggunakan TC sebagai
alat pemindah material karena jangkauannya luas dan ketinggiannya dapat
disesuaikan menurut kebutuhan bangunan yang tinggi. Namun pemakaian TC
memiliki kendala yaitu mahalnya biaya sewa dan biaya operasional. Sedangkan

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 13


proyek gedung tinggi memiliki jangkauan area yang sangat luas dan elevasi yang
tinggi. Oleh karena itu kontraktor harus menempatkan TC yang tepat agar
penggunaan TC tersebut dapat efisien sehingga dapat mereduksi waktu dan biaya
penggunaan TC.
Pada penelitian ini mengambil studi kasus pada proyek Jember Icon yang
sedang dalam tahap pelaksanaan, di Jalan Gajah Mada, Jember. Luas bangunan ±
1,8 ha yang terdiri dari 15+2 lantai dengan ketinggian ±70 m. Pada pelaksanaan
pembangunan proyek ini menggunakan 3 buah TC mengingat jangkauan area
proyek yang sangat luas. Oleh karena itu penempatan TC menjadi sangat penting
karena akan mempengaruhi waktu dan biaya proyek. Permasalahannya adalah
bagaimana merencanakan penempatan TC yang efesien agar diperoleh waktu
layan yang optimal.
Pada penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu waktu pengangkatan
pengait crane (hook), waktu pergerakan radial trolley, waktu rata-rata
pengangkutan dari semua crane, dan keseimbangan beban kerja pada masing-
masing waktu pengangkutan setiap crane.
Untuk memperoleh titik optimal penempatan TC, maka diperlukan langkah-
langkah seperti berikut :
Langkah 1 :Menentukan titik koordinat supply, demand, dan TC pada kondisi
eksisting di lapangan sesuai data dengan radius TC sebesar 50 m.
Langkah 2 :Memperbaiki penempatan TC dengan metode trial and error lalu
menentukan distribusi pekerjaan yang baru pada kondisi titik TC yang
telah dimodifikasi penempatannya.
Langkah 3 :Memeriksa nilai keseimbangan beban kerja dengan perhitungan
standar deviasi, apakah lokasi TC yang baru sudah cukup baik.
Langkah 4 :Selisih Waktu Pengangkutan TC per Lantai. Pada langkah ini bukan
memodifikasi penempatan TC, namun untuk mengetahui seberapa
besar selisih waktu pengangkutan TC per lantai.

e. Pembahasan Jurnal
Analisis Penempatan Tower Crane

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 14


Untuk menganalisa penempatan tower crane maka dapat mengikuti langkah-langkah
dan persamaan yang sudah dijelaskan pada metodologi di atas. Adapun penjelasan
hasil analisa langkah tersebut adalah sebagai berikut:
 Langkah 1
Untuk menentukan waktu perjalanan TC, maka digunakan koordinat sebagai acuan
seberapa besar nilai titik supply dan titik demand, lalu nantinya akan digunakan sebagai
variabel dalam perhitungan. Titik koordinat dapat dilihat pada gambar denah koordinat
bangunan.
 Langkah 2
Pada tahap ini, ditentukan lokasi baru untuk TC. Kemudian diperiksa keseimbangan beban
kerjanya dengan cara yang sama seperti tahap sebelumnya. Pada langkah 2 ini selain
merubah koordinat TC juga merubah koordinat distribusi materialnya karena tiap
pekerjaan juga tergantung aksesibilitas TC yang dipakai. Koordinat lokasi baru TC.
Adapun titik supply lanjutan (dropping point) yang juga harus dipertimbangkan letaknya.
Namun pada penelitian ini, titik supply lanjutan tidak dirubah lagi karena letak TC diatur
sedemikian rupa agar tidak mengubah lokasi titik SL.
 Langkah 3
Dari hasil perhitungan langkah 1 dan 2, ternyata Keseimbangan Beban Kerja (σ)
setelah lokasi TC dimodifikasi, hasilnya lebih kecil (96,937 < 111,3). Maka
penempatan TC pada lokasi yang telah diperbaharui sudah lebih baik.

 Langkah 4
Perhitungan Selisih Waktu Pengangkutan Tower Crane per Lantai dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar selisih waktu pengangkutan TC per lantai. Setiap lantai
mempuyai tinggi yang bervariasi
Dalam proyek ini seluruh titik supply bersifat kondisional kecuali titik supply beton segar
(S3) karena berada di luar bangunan yang otomatis tidak berada pada lantai kerja. Maka
dari itu hasil perhitungannya seperti yang disajikan pada tabel Selisih Waktu Perjalanan
Tower Crane untuk pengangkutan beton :

Lantai Elevasi (m) T (mnt) ΔT (mnt)


3 21 14,5564 0,2345
4 25 14,744 0,1876
5 29 14,9316 0,1876
6 32, 15,0958 0,1641
5
7 36 15,2599 0,1641
8 39, 15,4241 0,1641
5
9 43 15,5882 0,1641
1 47 15,7758 0,1876
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 15
0
1 50, 15,9399 0,1641
1 5
1 54 16,1041 0,1641
2
1 57, 16,2682 0,1641
3 5
14 61 16,4324 0,1641
15 64,5 16,5965 0,1641
Rata- 0,175
rata

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran Jurnal 1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : Dengan membandingkan komposisi penggunaan alat berat alternati I, alternatif
II, alternatif III, dan kondisi lapangan, maka diperoleh hasil optimalisasi alat berat pada
proyek Menara Bank BRI adalah alternatif III dengan waktu total 45 hari dan biaya
sebesar Rp.1.647.152.933,85 lebih murah dibandingkan dari RAB yaitu biaya
sebesar Rp.2.320.396.450,00 selisih Rp.673.243.516,15
Tabel Hasil optimalisasi penggunaan alat berat Alternatif-III.

Hasil penelitian tersebut merupakan hasil yang paling optimal dibandingkan dengan
alternatif I dan II, Karena jumlah dumptruck yang digunakan tidak terlalu banyak serta
waktu dan biaya nya juga lebih efesien.

Saran
Perencanaan penggunaan alat berat pada pekerjaan pembuangan tanah galian, yang
meliputi efisiensi kerja biaya dan waktu akan berdampak pada kelancaran pekerjaan di
lapangan. Terkadang, pelaksanaan pekerjaan di lapangan berbeda dengan apa yang
direncanakan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut seperti
jauh lokasi tempat pengambilan timbunan serta cuaca yang kurang mendukung, dan
tingkat kesulitan kerja di lapangan.
Sehubungan dengan alat berat yang akan dipergunakan, pada proyek pembangunan
menara Bank BRI, dengan keadaan tanah lunak dan bergambut yang harus di buang dan
di bersihkan, maka ada beberapa saran yang perlu dikemukakan, yaitu :
1. Bagi kontraktor yang hendak melaksanakan proyek, sebaiknya memperkirakan siklus
kerja alat yang efisien dan menghitung secara cermat biaya yang akan dikeluarkan
agar biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sekecil mungkin melalui efisiensi kerja alat
yang digunakan.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 16


2. Pada pekerjaan ini dibutuhkan operator alat berat yang mampu mengopersikan alat
berat dengan baik dan mengetahui teknis pelaksanaan masing-masing pekerjaan.
3. Pemilihan alat berat dan manajemen waktu perlu diperhatikan, karena sangat berkaitan
erat, untuk mendapatkan optimalisasi penggunaan alat
4. Mengatur siklus lalu lintas dump truk pada jam- jam sibuk,dikarenakan lokasi proyek
yang berada di jalan protocol.

4.2 Kesimpulan dan Saran Jurnal 2


Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disipulkan bahwa :
Lokasi TC1 yang semula mempunyai koordinat di (64,778; 3,9119), TC2 di
(103,38; 99,32), dan TC3 di (21,281; 91,886) lalu diperbaharui menjadi TC1 di
(38,303; 41,934), TC2 di (87, 681; 40, 794), dan TC3 di (99,856; 99,586) dapat
menekan nilai keseimbangan beban kerja (σ) menjadi lebih kecil yaitu sebesar 96,9
menit dari lokasi TC yang sebelumnya yaitu 111,3 menit.
Total waktu kerja seluruh TC dapat diminimalisir dari 10623 menit menjadi
9925,2 menit dengan rata-rata waktu setiap pekerjaan yang semula 3541 menit
menjadi 3308,4 menit. Di samping itu, hanya pekerjaan beton saja yang dapat dihitung
selisih waktunya terhadap pekerjaan per lantai karena titik supply beton berada di luar
bangunan. Didapatkan rata-rata selisih waktu per lantai adalah 0,175 menit

Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang penentuan titik optimum lokasi grup TC yang
memiliki keseimbangan beban kerja antar TC paling kecil pada proyek pembangunan
Jember Icon, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya:
1. Menambah atau mengarangi jumlah TC agar bisa dibandingkan efisiensinya.
2. Memodifikasi titik supply yang lain dan ditempatkan di luar bangunan agar
dapat dihitung konflik indeks sebagai faktor penentu keoptimalannya.
3. Penentuan titik optimal TC menggunakan cara manual yang dihitung satu
persatu menggunakan Microsoft Office Excel, maka untuk penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan proses iterasi menggunakan Algoritma
Genetik atau software lain agar lebih cepat (Tam et al, 2008)[7].
4. Menghitung biaya operasional TC sehingga dapat diketahui perbandingan biaya
operasional aktual dengan biaya setelah dilakukan evaluasi.

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 17


DAFTAR PUSTAKA
https://helm-proyeku.blogspot.com/2016/12/mengenal-jenis-jenis-alat-berat-dalam.html
http://infrabangunantr.blogspot.com/2019/01/pekerjaan-persiapan-pembangunan-
gedung.html https://dokumen.tips/download/link/high-rise-building-55c0983914b15
http://journal.unilak.ac.id/index.php/teknik/article/download/1984/1273/
https://www.researchgate.net/publication/323263632_Evaluasi_Penempatan_Tower_Cran
e_Pada_Proyek_Pembangunan_Jember_Icon_Evaluation_of_Tower_Crane_Positioning_i
n_Jember_Icon_Project

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA| 18

Anda mungkin juga menyukai