Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
TATA CARA PENULISAN KARYA ILMIAH
Dosen Pengampu: Nurma Aini Hanapi, M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 14/ Kelas A:
1. Diah Maryya Ulfa (1801061011)
2. Husna Hamidah (1801061018)
3. Riza Erviana (1801062011)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


TADRIS BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi kita Muhammad SAW yang telah mengajak manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang. Makalah ini berjudul “Tata Cara Penulisan Karya
Ilmiah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Makalah ini
disusun atas ketenangan hati, jiwa, dan raga namun banyak sedikitnya kesulitan itu
pasti ada saat kami menyusun. Dan terimakasih kepada dosen pengampu kami ibu
Aini Hanapi, M. Pd. yang telah membimbing kami. Kami mohon maaf jika terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini. Dengan rendah hati, kami harap kepada
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
memperbaiki makalah di waktu selanjutnya.

Metro, 29 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


2. Tujuan .................................................................................................. 2
3. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya Ilmiah ...................................................................... 3


B. Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah ....................................................... 5
C. Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah .......................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya ilmiah adalah Robert Day dan Barbara Gastel (2012: 18), menyatakan
bahwa karya ilmiah adalah laporan yang tertulis dan dipublikasikan yang
menggambarkan hasil temuan yang sebenarnya. Karya ilmiah harus ditulis
dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi, etika ilmiah, dan prosedur
penerbitan. Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah adalah karagan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta yang ditulis menurut metodologi penlisan
yang baik dan benar (Zaenal Arifin, 2008: 1-2). Harun Joko Prayitno
mngemukakan bahwa karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan
mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
keilmuwan (Hernwo, 2003: 150). Dalam hal ini yang dimaksud degan kaidah-
kaidah keilmuwan adalah karya ilmiah itu menggunakan metode ilmiah untuk
membahas permasalahan, sajiannya menggunakan bahasa baku dan tata tulis
ilmiah, dan menggunakan prinsip-prinsip keilmuwan lain.
Seperti yang kita ketahui banyak sekali karya ilmiah yang biasa kita jumpai,
pada umumnya kesulitan yang kita hadapi adalah bagaimana cara atau teknik
penulisannya dan tahapannya, yang biasa terjadi adalah kesalahan saat
penulisan daftar rujukan, bahasa yang digunakan, dan masih ada lagi lainnya.
Karya ilmiah ini cukup penting untuk dipelajari karena dalam menulis Paper/
makalah, Artikel, Skripsi, Tesis, Disertasi dan Buku pelajaran/ pengayaan kita
menggunakan teknik-teknik penulisan karya ilmiah, dengan demikian kita dapat
mengetahui letak dimana salah ketika kita membuat sebuah karaya ilmiah. Karya
ilmiah ini sering kita kerjakan seperti makalah, maka dari itu supaya tingkat
kesalahannya sedikit kita pelajari tata cara penulisan karya ilmiah ini, dengan
begitu kita akan lebih mudah dalam membuat karya ilmiah seperti makalah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karya ilmiah?
2. Apa saja teknik penulisan karya ilmiah?
3. Apa saja langkah-langkah penulisan karya ilmiah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu karya ilmiah.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik penulisan karya ilmiah.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah penulisan karya ilmiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian karya Ilmiah


Robert Day dan Barbara Gastel (2012: 18), menyatakan bahwa karya ilmiah
adalah laporan yang tertulis dan dipublikasikan yang menggambarkan hasil
temuan yang sebenarnya. Karya ilmiah harus ditulis dengan cara tertentu sesuai
dengan tradisi, etika ilmiah, dan prosedur penerbitan. Menurut Brotowidjoyo,
karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta yang
ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Zaenal Arifin, 2008:
1-2). Karangan yang disajikan berupa fakta-fakta apa adanya yang didukung
dengan bukti-bukti empiris. Dengan kata lain, muatan karangan haruslah
memuat kebenaran ilmiah. Sesuatu dapat dikatakan benar secara ilmiah apabila;
sesuatu itu konsisten dengan apa yang dianggap benar sebelumnya, sesuatu itu
sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan sesuatu itu memiliki nilai fungsi
pada tataran praktis. Selain itu, penulisan karangan ilmu pengentahuan harus
menggunakan bahasa baku dan disusun secara sistematis sesuai dengan
kesepakatan para ilmuwan.
Tidak berbeda dengan Brotowidjoyo, Harun Joko Prayitno mengemukakan
bahwa karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu
masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuwan (Hernwo,
2003: 150). Dalam hal ini yang dimaksud dengan kaidah-kaidah keilmuwan
adalah karya ilmiah itu menggunakan metode ilmiah untuk membahas
permasalahan, sajiannya menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, dan
menggunakan prinsip-prinsip keilmuwan lain. Prinsip keilmuwan yang lain
misalnya, logis, objektif, konsisten, sistematis, dan lugas.
Lintang Suharto menyatakan bahwa secara harfiah karya berarti hasil buatan
atau ciptaan dan ilmiah berarti memenuhi syarat atau kaidah ilmu pegetahuan
(Sri Wulandari Danoebroto dan Rohmitawati, 2011: 62). Syarat ilmu itu harus
objektif, metodis, sistematis, dan universal. Menurut Suharjo (2010: 2), karya

3
ilmiah adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah
itu sendiri merupakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah melalui
pendekatan alur berpikir ilmiah. Sikap penulis dalam menulis karya ilmiah
harus objektif. Langkah-langkah pengorganisasian gagasan harus menjadi
kesepakatan para ilmuwan. Dengan kata lain, ilmiah menggunakan dasar,
sistematika, dan penyususnan yang sesuai dengan kaidah ilmiah.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan
suatu karangan yang mana isinya mengungkapkan pembahasan yang lengkap
secara ilmiah dan di tulis dengan kaidah keilmuwan.

Ciri-ciri karya ilmiah


Menurut Paul Jones (Nurudin, 2010: 124) mengemukakan sepuluh ciri-ciri karya
ilmiah diantaranya:
1. Menyajikan fakta
2. Cermat dan jujur
3. Tidak memihak
4. Sistematis
5. Tidak bersifat haru
6. Mengesampingkan pendapat yang tidak mendasar
7. Sungguh-sungguh
8. Tidak bercorak argumentasi
9. Tidak bernada persuasif
10. Tidak melebih-lebihkan

Syarat karya ilmiah


Menurut M. Hariwijaya (2007: 11) menyebutkan bahwa karangan dari hasil
penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Penulisannya berdasarkan hasil dari penelitian ilmiah.
2. Pembahasan masalahnya menguji teori atau menyusun suatu teori.
3. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya.

4
4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan
metode tertentu.
5. Bahasanya harus lugas, terperinci, teratur, dan cermat
6. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga
tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa yang baku.
Bahasa baku cenderung bersifat tetap, tidak mudah berubah setiap saat. Selain
itu, bahasa baku biasanya menunjukkan penalaran yang logis dan sistematis.
Hal itu terwujud pada pilihan kata dan kalimat-kalimat yang efektif. Termasuk
juga terwujud pada bagaimana menyusun kata, kalimat, dan paragraph sehingga
menjadi kesatuan bahasa baik. Menurut Widyamartaya & Sudiati (2000:103),
pembaca karya ilmiah harus dapat merasakan adanya daya lukis, daya kupas,
dan daya tafsir yang memadai atas setiap dan keseluruhan uraian.

Jenis-jenis karya ilmiah:


1. Paper/ makalah
2. Artikel
3. Skripsi
4. Tesis
5. Disertasi
6. Buku pelajaran/ pengayaan

B. Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah


Dalam menulis sebuah karya ilmiah, seseorang akan mengkaji berbagai
macam pustaka. Tujuannya untuk memperoleh pemikiran-pemikiran atau
informasi terkini terkait dengan topik bahasan. Dengan memperoleh informasi
terkini, penulisan sebuah karya telah menunjukkan luasnya cakupan ide yang
dikumpulkan dan banyaknya pendekatan yang digunakan. Dengan demikian,
argumentasi seorang penulis karya ilmiah dapat memperoleh dukungan teori
ataupun data yang kuat.

5
Namun, dalam memperoleh informasi atau ide harus dicantumkan sumbernya
secara jelas. Setiap penulis karya ilmiah harus mereferensi sumber informasi
yang dirujuk. Dengan kata lain, penulis karya ilmiah harus memberitahukan
sumber informasi atau ide yang digunakan dalam sebuah tulisan ilmiah. Hal
ini sangat penting agar pembaca bisa tahu dari mana saja informasi-informasi
dalam sebuah karya ilmiah itu didapatkan. Di samping dapat menunjukan
penghormatan kepada pemilik asli sebuah ide atau karya, penulisan sumber
informasi juga dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran informasi yang
ada dalam tulisan itu. Dengan adanya kejelasan sumber informasi, penulis karya
ilmiah juga telah menunjukan bahwa dirinya adalah orang yang dipercaya.
Tulisannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

1. Teknik Penulisan
a. Cara Mereferensi dalam Teks
Penulisan referensi dengan cara menuliskan nama akhir pengarang,
tangggal, dan nomor halaman didalam tanda kurung (…). Dalam
menuliskan nama pengarang tidak perlu menyertakan nama secara
utuh. Gelar pengarang tidak perlu disertakan. Nama keluarga biasanya
ditampilkan diawal nama pengarang namun, hanya diluar negri yang
umumnya menggunakan nama keluarga. Apabila kita merujuk pada karya
terjemahan maka yang ditulis adalah nama penulisnya akan nama
penerjemahnya. Sementara yang dimaksud tanggal dalam konteks ini
sering diartikan tahun publikasi. Apabila memungkinkan, nomor
halaman yang dikutip sebaiknya juga dicantumkan namun, nomor
halaman tidak diperlukan apabila yang direferensi adalah informasi secara
umum. Antara tahun publikasi dan nomor halaman ditulis dalam tanda
kurung dan dipisahkan dengan tanda baca titik dua (:).Urutannya adalah
angka tahun diikuti nomor halaman.Perhatikan contoh berikut ini.

6
Penelitian yang dilakukan oleh Goody (1978: 14) menunjukkan
bahwa….
Namun, apabila kita akan mengutip tanpa menampilkan nama
dipisahkan dengan tanda koma dan satu spasi. Sementara itu, tahun
publikasi dan nomor halaman dipisahkan dengan tanda baca pengarang
dalam suatu kalimat antara pengarang dan tahun publikasi dipisahkan
dengan tanda koma dan satu spasi.

Baru-baru ini riset (Pulungan, 2013: 86) telah menunjukkan bahwa…

Referensi juga dapat ditulis diakhir kalimat. Perhatikan contoh berikut.

Variabel adalah suatu karasteristik dari suatu objek yang nilainya untuk
tiap objek bervariasi dan dapat diobservasi atau dibilang atau diukur
(Sukestiyarno, 2014: 6)

Apabila penulisan menerbitkan lebih dari satu karya dalam tautan


yang sama maka harus dibedakan anatara karya yang satu dengan yang
lain dengan cara menggunakan huruf kecil setelah angka tahun. Demikian
pula penulisan dalam daftar pustaka juga menggunakan huruf kecil
Contoh:

Leslie (1990a) dalam penelitian menunjukkan bahwa…


Leslie (1990b) menegaskan bahwa…

7
Apabila ada dua pengarang dalam suatu karya, kedua nama tersebut
harus ditulis. Jika lebih dari dua pengarang, yang harus ditulis adalah
nama pengarang utama dan di belakangnya ditambahkan kata “et al.”
atau “dkk.” Perhatikan contoh berikut

Caldwell dan Spinks (1992: 71) mengidentifikasilima nialai inti yang…

Menurut I Made Mega dkk., (2010: 1), lahan adalah…

Apabila nama pengarang tidak disebutkan maka diganti dengan nama


lembaga, nama dokumen, atau nama suarat kabar. Perhatikan contoh
berikut.

Negara-negara maju mulai menyadari bahwa mereka tidak isa lagi


mengandalakan bidang supremasi dibudang industry, tetapi meeka
harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif (Departemen
Perdagangan RI, 2008: 1)

Apabila suatu sumber pustaka tidak ada nama pengarang atau nama
lembaga yang menerbitkan maka gunakan judul sumber pustaka tersebut
dengan format italic. Perhatikan contoh berikut.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karasteristik khusus yng


berbeda dengan anak apada umumnya dengan tanpa selalu
menunjukkan ketidak mampuan mental, emosi, atau fisik. (Mengenal
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus 2011: 1)

8
Namun jika tidak ada nama pengarang atau lembaga yang
menerbitkan atau judul tulisan maka gunakanlah kata “Anon”.
Perhatikan contoh berikut.

Suatu manuskrip budaya jawa (Anon, 1957) menceritakan…

Apabila tidak ada tanggal dalam suatu pustaka maka gunakanlah


“n.d.”(not date)atau “t.t.” (tanpa tanggal). Letakkan tanda itu pada tempat
dimana seharusnya menyebutkan tanggal. Perhatikan contoh berikut.

Indivudu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari


sesuatu yan abstrak (Eddi, t.t.).

1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang sesuai dengan aslinya tanpa
melakukan perubahan ke dalam tulisan kita.menurut Mungin E. Wibowo
dkk,. (2006: 68-69), pembuatan kutipan seperti ini di dasari prinsip-prinsip
sebagai berikut.
a. Kutipan langsung hanya digunakan apabila perkataan atau ungkapan asli
pengarang demikian padat, berbobot, dan meyakinkan. Kutipan seperti ini
biasanya menambah daya kepada karya ilmiah,
b. Kutipan langsung dapat digunakan untuk mendokumentasikan
argumentasi yang tidak cukup disampaikan dalam bentuk catatan kaki,
c. Kutipan langsung data digunakan dalam memberikan komentar atau
membela, menolak, menganalisis gagasan yang disampaikan oleh
pengarang,

9
d. Kutipan langsung dapat digunakan bilamana perubahan dapat
menyebabkan salah faham atau salah tafsir,
e. Kutipan langsung dilakukan untuk mengutip rumus-rumus seperti rumus
matematika, kimia, atau rumus ilmiah lainnya,
f. Pengutipan langsung dari bahan nonkomersil (tanpa hak cipta) dapat
dilakukan tanpa izin pengarang.

Dalam melakukan kutipan langsung harus memperhatikan panjang


pendeknya tulisan yang dikutip. Kutipan langsung pendek dilakukan dengan
cara integrasikan langsung dalam tubuh teks, diberi jarak antar baris yang
sama dengan teks, dan diapit tanda kutip (“..”) yang dimaksud kutipan.
Perhatikan contoh berikut.

Mikrosistem merupakan lingkungan dimana individu tinggal, yakni


keluarga individu, teman sebaya individu, sekolah, dan sekolah tempat
tinggal. “Konteks mikrosistem ini menjadi bagian penting dalam
peletakan dasar kepribadian seorang anak.” (Warunu, 2010: 87).
Seorang anak akan memperoleh pengaruh melalui relasi langsung
dengan orang tua, teman sebaya, dan gurunya.

Kutipan langsung panjang atau kutipan yang lebih dari empat baris
dilakukan dengan cara dipisahkan dengan badan teks. Jarak antar baris dalam
kutipan dibuat lebih rapat. Kutipan langsung panjang boleh menggunakan
tanda kutip dan boleh tidak. Kutipan dibuat menjorok kedalam anatar 5-7
ketukan. Kita boleh menghilangkan bagian dalam kutipan asalkan tidak
mengubah makna. Untuk penghilangan bagian kalimat dengan titik tiga. Jika
yang dihilangkan lebih dari satu baris maka digantikan dengan titik sepanjang

10
satu barisan. Biasakan memperkenalan kutipan dengan kalimat pembuka
dengan memakai tanda titik dua.

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dibuat dengan kata-kata
penulis sendiri. Dengan kata lain, hal yang dikutip ialah ide pokonya
saja, tetapi redaksinya dibuat sendiri. Kutipan diintegrasikan ke dalam
teks dan jaraknya sama antara bagian kutipan dengan bagian teks.
Kutipan tidak langsung tidak menggunakan tanda kutip. Menurut Mungin
E. Wibowo dkk. (2006: 75-76), kutipan tidak langsung sering
menimbulkan kecurigaan pembaca yang secara umum disebabkan oleh
hal-hal berikut:
a. Pembuatan catatan dari sumber tertentu, kemudian menyalin dan
memasukkannya kedalam bagian pokok karya ilmiah tanpa mengingat
bahwa catatan itu berasal dari sumber yang berhak cipta.
b. Penggunaan buku yang mencakupi bidang pengetahuan yang persis
sama dengan bidang yang digelutinya.
c. Pengambilan inti sari suatu sumber dan merumuskannya
menggunakan perkataan sendiri, tetapi tidak menyebutkan sumber
kutipan itu.
d. Pengutipan da ri catatan yang dibuat selama perkuliahan tanpa menyadari
bahwa catatan itu dikutip dari sumber tertentu.
e. Tindakan sengaja menggunakan tulisan orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya.

3. Cara Menulis Daftar Pustaka


Menulis daftar pustaka ialah dengan cara meletakkan nama belakang
pengarang didepan dan diurutkan berdasarkan abjad. Apabila ada
beberapa karya dengan pengarang yang sama, karya tersebut diurutkan
berdasarkan dari lama terbit ke yang paling baru. Apabila ada beberapa

11
karya yang dikeluarkan pada tahun publikasi yang sama maka urutannya
dibuat berdasarkan huruf kecil yang disertakan setelah tanggal publikasi.
Misalnya, 2003a, 2003b, 2003c, dan seterusnya.
Untuk penulisan pustaka berupa buku urutannya ialah nama
pengarang, tahun publikasi, judul buku, lokasi terbit, dan nama penerbit.
Tahun publikasi ditulis dalam kurung dan judul buku ditulis dengan
format italic. Perhatikan contoh berikut.

Arifin, Antoni Ludfi. (2012). Be A Writer:Orang Sibuk Juga Bisa Nulis!.


Jakarta: PT Gramedia Utama

Apabila buku yang merupakan kumpulan tulisan dari banyak


pengarang, biasanya diedit oleh seorang editor. Buku yang semacam ini
baik pengarang maupun editornya harus ditulis. Perhatikan contoh
berikut.

Wong, S. L., Wan, Z., dan Cheng, M. W. (2011). “Learning nature of


science through socioscientific issues” Dalam T. D. Sadler (Ed.),
Socio-scientific-issues in the classroom. Dordrecht: Spinger

Apabila suatu buku itu merupakan karya terjemahan maka tulislah


pengarang aslinya dan penerjemahnya. Contoh

John A..(2003). Adolescence Perkembangan Remaja Edisi


6.Terjemahan Santrock Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih.
Jakarta: Erlangga

12
Apabila sumber referensi itu berupa skripsi, tesis, atau disertasi maka
nama perguruan tinggi harus dicantumkan. Sedangkan apabila sumber
referensi itu publikasi pemerintah maka penulisnya mengikuti format
buku. Contoh

Isro’.(2002). Pemikiran Muhammad Quthub Tentang Pendidikan Anak


Dalam Perspektif Islam.Tesis Pada IAIN Walisongo Semarang: tidak
diterbitkan Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penulisan Karya
Ilmiah. Jakarta: Direktorat Tenaga Pendidikan.

Apabila kita akan merefensi pustaka yang berupa jurnal ilmiah maka
harus ditulis judul artikel yang ada di dalam jurnal dan nama jurnal serta
tanggal terbitan jurnalnya. Judul artikel diapit dalam tanda kutip dan
nama jurnal ditulis dengan huruf miring. Perhatikan contoh di bawah
ini.

Wijaya, David. (2009). “Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah


Terhadap Kualitas Pendidikan “ DalamJurnal Pendidikan Penabur,
Nomor. 13./Tahun ke-8/Desember 2009.

Apabila sumber referensi adalah berupa makalah yang disajikan dalam


forum ilmiah maka ditulis judul makalahnya dan penyelenggaraan forum
ilmiahnya. Perhatikan contoh berikut ini.

Rudiyati, Sari. (2011). Potret Sekolah Inklusif di Indonesia. Makalah


disampaikan dalam seminar umum “Memilih Sekolah yang Tepat
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus” pada pertemuan nasional asosiasi
kesehatan jiwa dan remaja (AKESWARI) pada 5 Mei INA Garuda
Yogyakarta.

13
Apabila yang direferensi berasal dari website maka harus ditulis
alamat website-nya dan kapan diakses. Perhatikan contoh berikut.

Major, C. H., dan Palmer, B. (2001). Assessing the effectiveness of


problem-based learning in higher education: Lessons from the
literature. Academic Exchange Quarterly, 5(1).
http://www.rapidintelect.com/ AEQweb/mop4spr01.htm. Diakses
pada 24 Juni 2013

4. Catatan Kaki (footnote)


Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang diletakkan di kaki
halaman tulisan. Catatan kaki biasanya digunakan untuk memberi
petunjuk sumber referensi, memberi penjelasan, atau gabungan dari
semuanya. Selain itu, catatan kaki juga bisa digunakan untuk memberi
penjelasan pernyataan yang ada dalam teks. Penjelasan berupa
keterangan yang memperluas atau memperdalam pembahasan yang
diperlukan yang apabila dimasukkan kedalam teks menjadi tidak relevan.
Catatan kaki bertujuan untuk pembuktian, mengapresiasi,
menyampaikan keteragan lanjutan, atau merujuk bagian lain yang ada
pada tulisan. Sebagai pembuktian, cacatan kaki digunakan untuk
menunjukkan bukti bahwa pernyataannya ada dalam sumber lain atau
telah dibuktikan oleh orang lain. Sebagai apresiasi catatan kaki digunakan
untuk menghargai pada orang yang telah dikutip dan unutk
menyampaikan rasa terima kasih. Sebagai keterangan lanjutan, catatan
kaki juga digunakan untuk memperkuat pernyataan dengan uraian yang
berada diluar teks. Keterangan lanjutan dapat berupa cerita, informasi
tambahan, komentar dari ahli, dan lain sebagainya. Sebagai rujukan bagi
yang lain catatan kaki juga digunakan untuk menunjukkan bagian lain
dalam tulisan yang memiliki kaitan pernyataan dalam teks.

14
Tata cara penulisan footnote yaitu, nomor footnote diangkat setengah
spasi dari catatan keterangannya. Nomor yang digunakan memakai
angka arab seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Dalam setiap bab penomoran
dimulai dengan angka satu atau dilanjutkan sampai bab terakhir. Antara
catatan kaki dan teks bacaan harus dipisahkan dengan garis memanjang
dari margin kiri ke kanan dengan panjang 14 karakter. Catatan kaki
diketik dengan menggunakan satu spasi. Jarak antara baris terakhir
catatan kaki dengan pinggir kertas bagian bawah adalah 3 cm. Keterangan
dalam catatan kaki tidak boleh masuk ke halaman berikutnya. Apabila
terlalu panjang maka lebih baik potong tulisan asli dari pada harus
memotong catatan kaki.

Ada empat unsur dalam catatan kaki sumber referensi, yaitu nama
pengarang, judul referensi, data publikasi, dan nomor halaman. Pertama,
nama pengarang, penulisan catatan kaki dimulai dari nama pengarang.
Nama pengarang ditulis biasa sesuai dengan sumber referensi. Gelar
tidak perlu ditulis dan tidak perlu dibalik seperti daftar pustaka. Apabila
apabila pengarangnya dua orang maka ditulis semua dan dipisahkan
dengan kata “dan” atau “&”. Namun, bila pengarang lebih dari dua maka
kita dapat menuliskan nama pengarang pertama dan nama pengarang
yang lain diwakili dengan istilah “dkk.” atau “et.al.” atau ”and
others.”Apabila sumber referensi yang dikutip adalah terjemahan maka
yang ditulis nama pengarang aslinya dan juga nama penerjemahnya.
Pengarang asli ditulis paling depan diikuti judul buku, baru kemudian
bisa ditulis nama penerjemahnya. Jika tidak ditemukan nama pengarang,
pemilik, atau editor maka penulisan catatan kaki dimulai denga judul.
Tidak menggunakan istilah anonymous. Kedua, judul referensi, ditulis
miring atau italic. Judul tulisan yang berada didalam buku ditulis biasa,
tetapi diapit tanda petik. Dalam hal sebuah buku itu merupakan buku edisi
maka edisi keberapa harus dicantumkan. Hal ini penting

15
karena setiap edisi pasti membawa perubahan didalam isinya. Edisi buku
dicantumkan setelah judul buku. Kata-kata yang umum digunakan
misalnya: edisi, ed. (edition), 2nddan 3rd. huruf pertama pada edisi dibuat
kapital. Apabila sumber referensi yang kita kutip berupa karya tulis berupa
tugas akhir maka harus dituliskan jenisnya. Penulisannya diletakkan
setelah judul.

Ketiga, data publikasi, ditulis lengkap. Tempat publikasi, nama


penerbit,dan data tanggal publikasi ditulis didalam kurung. Jika
ditemukan sumber referensi memiliki lebih dari satu penerbit maka kita
pilih penerbit yang ada diurutan paling atas atau penerbit yang lebih
ditonjolkan. Penonjolan bisa dengan huruf besar atau penebalan nama
penerbit. Apabila tidak ditemukan nama penerbit maka kita bisa
mnggantinya dengan kata publisher unknown.

Keempat, nomor halaman, menunjukkan nomor halaman dan sumber


yang dirujuk. Penulisan kata halaman dapat disingkat dengan “h.”,
“hal.”, atau “hlm”. Selanjutnya, ditulis nomor halaman yang dikutip.
Apabila halaman yang dikutip lebih dari satu dan tidak berurutan maka
gunakan tanda koma dan spasi sebagai pemisah antara halaman satu dan
halaman lainnya. Perhatikan contoh berikut ini.

Ikhwanuddin, “Implementasi Pendidikan Karakter Kerja Keras dan Kerja


Sama Dalam Perkuliahan” dalam jurnal Pendidikan Karakter,
Tahun II, Nomor 2, Juni 2012, (Yogyakarta: UNY, 2012), hlm.
154.

C. Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah


Dalam membuat karya ilmiah perlu diperhatikan asas penulisan yang
baik. Penulisan karya ilmiah yang baik mencakup asas kejelasan,
keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. Kejelasan

16
artinya tulisan yang mudah dipahami, selain itu kejelasan berfungsi agar
pembaca tidak salah tafsir terhadap tulisan kita. Keringkasan, kalimat yang
yang bertele-tele dan ungkapan yang tidak relevan. Ketepatan, tulisan harus
menjelaskan butir gagasan kepada pembaca tepat seperti yang ingin
disampaikan oleh penulis.
Dengan kata lain, apa yang ditangkap oleh pembaca harus sesuai sama
persis dengan apa yang dimaksudkan penulis. Kesatupaduan, artinya tulisan
harus serasi mengarah pada gagasan utama. Pertautan, asas ini menuntut
untuk membangun koheresi antara kata satu dengan kata yang lain, antara
klausa satu dengan klausa lain, dan antara paragraf satu dengan paragraf
yang lain. Penegasan, merupakan hal apa yang ingin ditonjolkan dalam
tulisan. Penegasan dapat dilakukan dengan cara mengulang kata yang sama,
atau memindahkan letak fasenya. Berikut beberapa langkah penulisan karya
ilmiah.
1. Memilih topik dan tema
Zaenal Arifin, mengemukakan beberapa hal yang patut dipertimbangkan
dengan saksama dalam memilih topik karya ilmiah, yaitu sebagai berikut.
a. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita, hindari topik yang jauh
dari kita karena akan menyulitkan saat proses penggarapan.
b. Topik yang dipilih harus yang paling menarik dari perhatian kita.
c. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas.
d. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif .
e. Topik yang dipilih harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahasa
kepustakaan yang akan memberikan informasi tentang pokok masalah
yang akan ditulis.
g. Meperhatikan masalah nasional dan internasional.
Topik yang dipersempit menjadi tema. Tema adalah pernyataan inti
dari sebuah topik.

17
2. Menentukan judul
Dalam menentukan judul harus memepertimnbangkan hal-hal berikut.
a. Singkat
b. Mampu menggambarkan keseluruhan isi karya ilmiah
c. Deskriptif dan informatif
d. Hindari penggunaan singkatan dalam judul.
3. Mengumpulkan bahan
Secara umum, ada dua jenis bahan tulisan karya ilmiah, yaitu
bahan pustaka dan non-pustaka. Bahanpustaka dapat berupa jurnal,
ensiklopedia, prosiding, artikel, buku teks, hasil penelitian, media
cetak, dan arsip. Dalam mencari bahan pustaka usahakan juga mencari
bahan pustaka internasional yang bereputasi internasioal. Bahan non-
pustaka juga dapat diajdikan bahan tulisan. Bahan non-pustaka dapat
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan angket atau kuesioner.
4. Membuat outline
Outline adalah kerangka tau garis besar. Dalam konteks ini, outline
adalah rencana penulis karya tulis yang berupa garis-garis besar
tersusun secara sistematis, logis, jelas, dan terstruktur.
Wishnubroto widarso (1992: 69-70) menyatakan bahwa ada beberapa jenis
outline, yaitu:
a. Outline paragraf, dibuat berdasarkan pokok pikiran yang akan menjiwai
tiap paragraf atau alenia. Kelebihan outline ini ialah kita akan
terbimbing langkah demi langkah dalam menulis. Kelemahannya ialah
membutuhkan banyak waktu dan energi untuk sekedar membuat outline.
b. Outline topik, outline jenis ini lebih sederhana dari pada outline paragraf
karena tidak perlu dibuat per paragraf atau per alenia. Kelebihan outline
ini adalah cukup singkat sehingga dapat menghemat waktu dan energi.
Kelemahannya adalah kurang rinci sehingga ada kemungkinan topik
kecil yang mestinya dibicarakan dalam suatu paragraf pendek yang

18
mungkin berfungsi sebagai jembatan antara paragraf sebelumya dengan
paragraf berikutnya dapat terlupaka

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karya ilmiah adalah laporan yang tertulis dan dipublikasikan yang
menggambarkan hasil temuan yang sebenarnya. Karya ilmiah harus ditulis
dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi, etika ilmiah, dan prosedur
penerbitan. Teknik penulisan karya ilmiah meliputi cara mereferensi teks,
kutipan langsung, kutipan tidak langsung, cara menulis daftar pustaka dan
catatan kaki. Sementara itu tahapan penulisan meliputi, memilih topik dan
tema, menetukan judul, mengumpulkan bahan, dan membuat outline.

20
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi, dan Arifin, M. 2016. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media

Parizade, Badia. 2013. Pedoman umum penulisan karya tulis ilmiah.


http://lppm.unsri.ac.id

Prihadi, Bambang. 2011. penulisan karya ilmiah.http://staffnew.uny.ac.id diakses


tanggal 27 November 2018

Purnomo, Dwi. 2017. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. http://researchgate.net


Diakses Tanggal 27 November 2018

Tanjung , Bahdin Nur. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposa, Skripsi,
dan Tesis dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

21
LAMPIRAN

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai