Anda di halaman 1dari 8

Proyek Konektifitas Jaringan CCTV

di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Nur Izzuddin - 1606844851


Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia,
Dosen : DR Ir. Iwan Krisnadi MBA

ABSTRAK: Proyek Konektifitas Jaringan CCTV adalah proyek pengintegrasian sistem CCTV yang ada di
Provinsi DKI Jakarta terutama milik Perusahaan Penyelenggara Tiang Mikro Seluler ke dalam satu sistem.
Hasil dari pengintegrasian konektifitas jaringan CCTV ini diharapkan dapat menjadikan CCTV yang ada di
Provinsi DKI Jakarta dapat dijadikan acuan dalam penyediaan data secara visual sehingga dapat memberikan
penjelasan, pengawasan dan barang bukti terhadap permasalahan serta membuat sebuah analisa yang lebih
mendalam dan detail untuk pengambilan suatu keputusan. Penelitian terhadap proyek menggunakan Analisa
SWOT dengan hasil proyek Konektifitas Jaringan CCTV berada pada kuadran ST (Strength-Threat), sehingga
diperlukan strategi penggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Dalam perencanaan,
penjadwalan serta pemantauan dalam proyek dilakukan pembagian scope pekerjaan menjadi scope yang lebih
detail dengan pembuatan Work Breakdown Structure (WBS) yang selanjutnya dibuat Gantt Chart berdasarkan
aktifitas dan timeline-nya.

ABSTRACT: CCTV Network Connectivity Project is a project of CCTV system integration in Jakarta, especially
the Company's Microcellular Pole (MCP) into one system. Results of the integration of CCTV network
connectivity is expected to make CCTV in Jakarta can be used as a reference in providing data visually so as to
give an explanation, surveillance and evidence of the problem and make a deeper analysis and detail for making
a decision. Research on the project using SWOT analysis with the result that the CCTV Network Connectivity
project is in quadrant ST (Strength-Threat), so it requires a strategy of using the strength to overcome the threat.
In the planning, scheduling and monitoring of the project, the distribution of the scope of work becomes more
detailed scope with the creation of Work Breakdown Structure (WBS), which further created Gantt Chart based
activities and timeline.

Keywords: CCTV, Project Scope Management, SWOT analysis, Work Breakdown Structure (WBS), Gantt Chart.

I. PENDAHULUAN untuk monitoring dan penyimpanan output/


perekaman CCTV. Output penyimpanan CCTV
1.1 Latar Belakang
tersebut saat ini masih terdapat pada masing-masing
Provinsi DKI Jakarta merupakan kota sistem pemilik CCTV dengan waktu penyimpanan
metropolitan yang memiliki banyak potensi yang bervariasi dari 6 jam sampai dengan 2 hari
permasalahan yang muncul di lapangan seperti sehingga menyulitkan dalam kecepatan memperoleh
kepadatan arus lalu lintas, banjir dan tindak kejahatan data dan ketersediaan data visual yang sudah lewat.
sehingga dibutuhkan suatu sarana prasarana yang Sistem yang dibutuhkan Pemerintah Provinsi DKI
berfungsi untuk melakukan pemantauan kondisi di Jakarta saat ini adalah sistem yang mampu untuk
wilayah-wilayah tertentu sehingga dapat membantu mengintegrasikan infrastruktur hardware dan software
mengatasi permasalahan yang terjadi di Jakarta. yang didesain untuk mampu mengakselerasi
Sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam pengelolaan informasi dalam mengatasi permasalahan
melakukan pemantauan antara lain sistem Closed- yang ada.
Circuit Television (CCTV). Infrastruktur inilah yang akan mengatur dan
Sampai dengan bulan November 2016 menggabungkan semua perangkat CCTV yang ada di
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Aplikasi Provinsi DKI Jakarta terutama milik Perusahaan
Jakarta Smart City telah mempublikasikan CCTV Penyelenggara Tiang Mikro Seluler ke dalam satu
online sebanyak 4.721 unit yang tersebar di beberapa sistem. Kemudian dari sistem ini data CCTV dapat
lokasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kepemilikan disimpan dan dapat disalurkan sebagai pelayanan
CCTV tersebut disamping milik Pemerintah Provinsi monitoring CCTV di unit-unit kerja Pemerintah
DKI Jakarta juga milik perusahaan swasta terutama Provinsi DKI Jakarta yang membutuhkan, khususnya
perusahaan yang memberikan kompensasi di Unit Kerja Jakarta Smart City. Perangkat lunak
pemanfaatan CCTV atas diberikannya izin monitoring tersebut nantinya juga diharapkan dapat
penempatan tiang mikro seluler di wilayah Provinsi terintegrasi dengan berbagai aplikasi milik Pemerintah
DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta yang sudah ada sebelumnya.
Kondisi kepemilikan CCTV dan sistemnya saat Hasil dari pengintegrasian konektifitas jaringan
ini masih terpisah dan berbeda sehingga menjadikan CCTV ini diharapkan dapat menjadikan CCTV yang
kesulitan tersendiri dalam pengelolaannya terutama ada di Provinsi DKI Jakarta dapat dijadikan acuan

1
dalam penyediaan data secara visual sehingga dapat a. Studi Pustaka
memberikan penjelasan, pengawasan dan barang bukti Studi pustaka merujuk pada literatur
terhadap permasalahan serta membuat sebuah analisa perkuliahan dan artikel-artikel yang
yang lebih mendalam dan detail untuk pengambilan menunjang pada penelitian yang dilakukan.
suatu keputusan. b. Melakukan pengambilan data proyek yang
akan diolah untuk menunjang penelitian.
1 .2 Per ma sa la ha n 2. Tahap Analisis
Analisis dilakukan terhadap data-data yang
Berdasarkan uraian latar belakang dapat
telah dikumpulkan dengan menggunakan Analisa
diidentifikasikan beberapa hal permasalahan yang
SWOT, Work Breakdown Structure dan Gantt Chart
dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
pada Project Scope Management. Secara garis besar
memberikan informasi data visual yang merupakan
tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan alur
output dari CCTV, yaitu sebagai berikut:
berikut:
1. Belum terintegrasinya sistem CCTV yang ada di
wilayah Provinsi DKI Jakarta terutama CCTV
milik penyelenggara tiang mikro seluler.
2. Belum adanya sistem penyimpanan output CCTV
secara mandiri oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta
Gambar 1. Tahapan Penelitian
3. Belum adanya sistem monitoring dari CCTV yang
ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta
Dari identifikasi di atas diperoleh perumusan masalah II. KAJIAN PUSTAKA
bagaimana melakukan pengintegrasian sistem CCTV 2.1 Sejarah CCTV
milik penyelenggara tiang mikro seluler sehingga
Sistem CCTV pertama dipasang oleh Siemens
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat melakukan
AG pada Test Stand VII di Peenemunde, Jerman pada
pengelolaan yang terdiri dari monitoring dan
penyimpanan output CCTV secara mandiri. tahun 1942. CCTV tersebut digunakan untuk
mengamati peluncuran V-2 roket, insinyur dari Jerman
(Walter Bruch) yang bertanggung jawab untuk desian
1 .3 M a ks u d da n T uj ua n
dan instalasi sistem. Sistem perekaman CCTV masih
Adapun tujuan penulisan dari penelitian ini sering digunakan di tempat peluncuran modern untuk
adalah untuk dapat memberikan gambaran mengenai merekam penerbangan roket, untuk menemukan
manajemen proyek dalam pelaksanaan penataan kemungkinan penyebab kerusakan, sementara roket
konektifitas jaringan CCTV: yang lebih besar sering dilengkapai dengan CCTV
1. Analisis terhadap faktor internal dan eksternal yang memungkinkan gambar-gambar menjadi tahap
yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penataan pemisahan ditransmisikan kembali ke bumi dengan
konektifitas jaringan CCTV. link radio. Pada bulan September 1968, Olean, New
2. Penggunaan manajemen proyek untuk pelaksanaan York adalah kota pertama di Amerika Serikat yang
proyek penataan konektifitas jaringan CCTV. menginstal kamera CCTV sepanjang jalan bisnis
utama dalam upaya untuk memerangi kejahatan.
1 .4 B a t a sa n M a sa la h Penggunaan kamera televisi sirkuit tertutup untuk
pengiriman gambar ke Kepolisian Olean mendorong
Dengan maksud agar penelitian ini dapat
semakin dipergunakannya teknologi untuk melawan
menjadi lebih terarah serta dengan dukungan data
yang tersedia, maka ruang lingkup peneletian dibatasi kejahatan. Penggunaan CCTV di kemudian hari
sebagai berikut: menjadi sangat umum di bank, toko dan tempat lain
1. Pengintegrasian sistem CCTV dibatasi hanya pada untuk mencegah pencurian, dengan merekam bukti
kegiatan kriminal. Pada tahun 1970 negara Inggris
sistem CCTV milik penyelenggara tiang mikro
menjadi negara yang paling banyak memasang CCTV
seluler.
di berbagai tempat demi alasan keamanan di sekitar
2. Pembahasan penggunaan manajemen proyek
dibatasi pada Project Scope Management. tempat rawan tindak kejahatan. Tempat pertama yang
menggunakan CCTV di Britania Raya adalah King’s
Lynn, Norfolk.
1 .5 M eto do lo g i P en el it ia n
Penelitian ini diarahkan kepada analisis 2.2 Pengertian CCTV
pelaksanaan proyek dengan menggunakan manajemen
proyek, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu
1. Tahap pengumpulan data alat yang yang dapat mengirimkan data berupa video
Metoda pengumpulan data sangat penting dalam melalui transmisi kabel coaxial, FO (fiber optik) atau
UTP (Unshielded Twisted Pair) bahkan tanpa kabel
penyusunan laporan penelitian, dilakukan dengan
(Wireless) ke lokasi tertentu untuk dimonitor,
cara sebagai berikut:
direkam, atau untuk dianalisa. Beberapa kegunaan
CCTV adalah:

2
a. Upaya preventif: Pelaku kejahatan biasanya
menjadi ragu jika melihat sasarannya mempunyai
CCTV.
b. Alat pantau: Untuk memonitor keadaan dan
aktivitas di suatu lokasi.
c. Meningkatkan kinerja: Keberadaan CCTV dapat
meningkatkan kinerja karyawan dengan Gambar 3. PTZ Camera
signifikan.
d. Membantu penyelidikan: CCTV dapat menunjang Dengan adanya CCTV, kita dapat memantau kantor,
penyelidikan tindak kejahatan yang telah terjadi. pabrik, jalan, kantin atau daerah tertentu dari rumah
e. Barang bukti : Hasil rekaman video dan foto dari dengan sangat mudah lewat monitor atau handphone.
CCTV dapat dijadikan barang bukti.
Tren saat ini penggunaan CCTV sudah 2.4 Elemen-elemen CCTV
mengarah ke IP network camera (IP CCTV), Keberhasilan sistem CCTV ditentukan oleh
walaupun dibeberapa tempat masih ada yang kualitas dari elemen-elemen yang mendukung system
menggunakan analog karena disesuaikan dengan tersebut dan kamera adalah salah satunya, elemen
kebutuhan aplikasi pengguna. Jadi CCTV (Close yang lain contohnya media transmisi monitor, alat
Circuit Television) berfungsi untuk memonitor suatu penyimpanan serta software yang berperan penting
ruangan melalui layar televisi/ monitor, dengan dalam suatu system CCTV. Elemen-elemen tersebut
menampilkan gambar dari kamera yang dipasang di adalah:
setiap ruangan (biasanya tersembunyi) yang 1. Kamera (alat yang dapat menangkap objek)
diinginkan oleh bagian keamanan atau yang Kamera adalah adalah alat utama dalam video
berkepentingan. Sistem kamera dan TV ini terbatas surveilence system, karena kamera inilah yang
pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan di berfungsi menangkap objek yang akan dipancar
dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan atau teruskan ke media transmisi lewat kabel atau
secara remote. CCTV ini dapat bekerja selam 24 jam nirkabel yang kemudian direkam ke sebuah DVR
atau sesuai dengan kebutuhan, setiap gambar yang (Digital Video Recorder) untuk disimpan dalam
direkam dapat ditayang-ulang pada waktu dan posisi beberapa waktu tertentu sebelum akhirnya dihapus
yang diinginkan oleh operator. dalam periode tertentu pula.
2. Infrastruktur
2.3 Teknologi CCTV CCTV tidak dapat berdiri sendiri tanpa media lain
Teknologi kamera CCTV dapat di kategorikan dalam mentransmisikan gambarnya ke monitor
sebagai berikut : atau media penyimpanan, beberapa media
1. Kamera Biasa, hanya menangkap gambar sesuai transmisi yang sudah banyak dikenal untuk
dengan yang di terima oleh CMOS (sensor kamera mengirim signal dari kamera adalah:
yang berfungsi menangkap gambar) a. Kabel Coaxial
2. Thermal kamera, berfungsi untuk mendapatkan b. Kabel FO (Fiber Optik) dengan penambahan
gambar dari suhu object. converter
3. Infrared Kamera, berfungsi untuk mendapatkan c. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)
obyek dari ruangan yang sangat gelap. d. Wireless (lewat Access Point).
Dari sisi kategori bentuk CCTV dapat dibagi 3. Monitor
menjadi 2 macam, pertama CCTV yang berbentuk Pada era CCTV yang masih tradisional, operator
fixed (posisi kamera tidak berubah-ubah) sebagaimana CCTV biasanya melihat hasil dari kamera
gambar dibawah ini : pantaunya di pusat monitoring CCTV (misalnya di
TMC – Traffic Management Control) dan operator
tersebut akan melihat banyak layar monitor seperti
halnya layar TV, dapat kita bayangkan kebutuhan
ruangan dan kerumitannya jika hal ini masih
digunakan. Akan tetapi saat ini seorang operator
dapat memantau 64 kamera bahkan lebih dalam
satu layar monitor secara bersamaan dan tentunya
Gambar 2. Fixed Camera dengan bantuan software dan monitor display yang
memiliki resolusi tinggi.
Yang kedua adalah CCTV berbentuk PTZ yaitu 4. DVR (Digital Video Recorder)
kamera yang dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan Kebanyakan CCTV yang sudah modern
juga kebawah dan keatas serta memiliki kemampuan menggabungkan storage (perekam) dalam suatu
untuk Zoom (pembesaran) sasaran object dengan network, tidak seperti sebelumnya satu kamera
kelipatan berkali-kali. satu recorder. Hal ini dimaksudkan untuk
kemudahan dan sentralisasi monitoring dalam
penyimpanan data berupa video, juga dimaksudkan

3
untuk kemudahan setup dan konfigurasi dari
kamera yang tersebar di berbagai tempat. DVR,
selain difungsikan sebagai alat perekam DVR juga
memiliki benefit diantaranya dapat mengkonversi
data dari analog ke digital, mengkonversi format
dari Motion JPEG, MPEG-4, dan H.264 ke
standard format video, menghemat kapasitas dari
storage, mempermudah pencarian data video,
mempermudah user atau operator untuk
melakukan streaming, pengulangan video lewat
network bahkan melakukan remote untuk melihat
video di lokasi manapun. Gambar 7. Sistem perancangan CCTV integrasi

2.5 Project Scope Management


Project Scope Management meliputi proses
yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek
Gambar 4. DVR tersebut mencakup semua pekerjaan yang diperlukan
5. Software untuk menyelesaikan proyek dengan sukses. Hal ini
Yang dimaksud dengan software CCTV adalah terutama berkaitan dengan mendefinisikan dan
suatu perangkat lunak yang mampu mengontrol mengontrol apa yang masuk atau tidak termasuk
beberapa CCTV dalam satu layar secara dalam proyek.
bersamaan dan dapat juga diintegrasikan dengan Proses project scope management meliputi:
server penyimpanan video. Sofware ini dipakai - Plan Scope Management: proses membuatan
untuk CCTV yang merekam secara online, karena rencana scope managemant yang
ada juga CCTV yang pengoperasiannya ”live” mendokumentasikan bagaimana project scope akan
tidak direkam karena hanya menampilkan object didefinisikan, dievaluasi, dan dikendalikan.
yang dipantau kemudian ditampilkan di layar TV - Collect Requirements Proses: proses penentuan,
saja. mendokumentasikan, dan mengelola kebutuhan
stakeholder dan persyaratan untuk memenuhi
tujuan proyek
- Define Scope: Proses pengembangan penjelasan
rinci tentang proyek dan produk.
- Create Work Breakdown Structure (WBS): Proses
pengelompokan penyelesaian project dan
pekerjaan project menjadi lebih kecil komponen
dikelola.
- Validate Scope: proses pengecekan apakah project
Gambar 5. Software Monitoring sudah selesai atau belum.
- Control Scope: Proses pemantauan status project,
Instalasi CCTV memiliki berbagai macam product scope, dan mengelola perubahan scope
sistem, mulai dari sistem yang paling sederhana yaitu project.
kamera CCTV yang terhubung kabel transmisi ke Penyelesaian project scope diukur terhadap rencana
DVR/Multiplexer untuk selanjutnya terhubung ke project yang telah ditentukan manajemen proyek.
monitor. Penyelesaian product scope di ukur terhadap product
requirements.
Proses-proses tersebut berinteraksi satu sama
lain dan dengan proses di bidang pengetahuan lain
juga. Setiap proses mungkin melibatkan usaha dari
satu atau lebih indikator individu atau grup individu
berdasarkan kebutuhan proyek. Setiap proses
umumnya terjadi setidaknya sekali dalam setiap fase
proyek. Meskipun proses disajikan disini sebagai
Gambar 6. Sistem perancangan CCTV sederhana komponen diskrit dengan antarmuka yang
didefinisikan dengan baik, dalam praktiknya hal ini
Sedangkan sistem yang lebih rumit melibatkan mungkin tumpang tindih dan berinteraksi dengan cara
interkoneksi dengan perangkat lain serta tidak dapat dijelaskan secara terperinci di sini.
diintegrasikan dengan sistem lainnya.

4
dari pengintegrasian konektifitas jaringan CCTV ini
diharapkan dapat menjadikan CCTV yang ada di
Provinsi DKI Jakarta dapat dijadikan acuan dalam
penyediaan data secara visual sehingga dapat
memberikan penjelasan, pengawasan dan barang bukti
terhadap permasalahan serta membuat sebuah analisa
yang lebih mendalam dan detail untuk pengambilan
suatu keputusan.
Target atau sasaran yang ingin dicapai dalam
proyek Konektifitas Jaringan CCTV adalah:
a. Tersedianya kebutuhan infrastruktur sistem
integrasi jaringan CCTV.
b. Tersedianya ruang penyimpanan (storage) data
CCTV untuk 500 unit CCTV.
c. Terpenuhinya pengintegrasian sistem CCTV dari
perusahaan penyelenggara tiang mikro seluler.
Pendanaan proyek menggunakan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Dinas
Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Provinsi
DKI Jakarta Tahun Anggaran 2016 sebesar sekitar
empat milyar rupiah. Sedangkan metode penyediaan
barang dan jasa menggunakan metode lelang cepat.
Stakeholder langsung dari proyek tersebut
adalah Dinas Komunikasi, Informatika dan
Gambar 8. Project Scope Management Overview Kehumasan Provinsi DKI Jakarta dengan Kepala
Bidang Pos, Telekomunikasi dan Multimedia sebagai
Dalam konteks proyek, istilah ruang lingkup bisa Project Manager, perusahaan penyedia barang dan jasa
merujuk kepada: pemenang lelang yaitu PT. Jaya Teknik Indonesia
1. Product scope, fitur dan fungsi yang menjadi ciri serta 6 (enam) perusahaan penyelenggara tiang mikro
sebuah produk atau jasa. seluler, yaitu:
2. Project scope, pekerjaan yang harus dilakukan 1. PT. Bali Towerindo Sentra
untuk memberikan produk dengan fitur dan fungsi 2. PT. Dayamitra Telekomunikasi Indonesia
yang telah ditetapkan. 3. PT. Infrastruktur Bisnis Sejahtera
Sebuah proyek umumnya menghasilkan produk 4. PT. Iforte Solusi Infotek
tunggal, tetapi produk tersebut dapat meliputi 5. PT. BIT Teknologi Nusantara
komponen tambahan, masing-masing dengan produk 6. PT. Delta Art Star
yang saling terpisah tetapi saling bergantung. Sebagai Waktu pengerjaan proyek tersebut selama 10
contoh, sebuah sistem telepon baru umumnya akan (sepuluh) bulan (Januari s/d Oktober 2016) dengan
mencakup empat bagian komponen perangkat keras, waktu pengerjaan bagi penyedia selama 120 (seratus
perangkat lunak, pelatihan, dan implementasi. dua puluh) hari kalender (Juli s/d Oktober 2016)
Penyempurnaan ruang lingkup proyek diukur dengan metode kerja yang harus dilakukan oleh
terhadap rencana proyek, tetapi penyelesaian lingkup perusahaan penyedia dalam melaksanakan pekerjaan,
produk diukur terhadap persyaratan produk. Kedua yaitu:
jenis manajemen raung lingkup harus terintegrasi a. Pengadaan dan Pembangunan Infrastruktur
dengan baik untuk memastikan bahwa pekerjaan Penataan Konektifitas Jaringan CCTV.
proyek akan menghasilkan penyerahan produk b. Mengkoneksikan dan mengintegrasikan CCTV
tertentu. yang sudah ada (existing) di Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
III. PEMBAHASAN c. Mengkoneksikan jaringan CCTV di Command
Center Dinas Komunikasi, Informatika dan
3.1 Deskripsi Proyek Kehumasan dengan Unit Pengelola Jakarta Smart
Proyek Konektifitas Jaringan CCTV adalah City.
proyek pengintegrasian sistem CCTV yang ada di d. Memberi pelatihan (training) kepada user dan
Provinsi DKI Jakarta terutama milik Perusahaan operator.
Penyelenggara Tiang Mikro Seluler ke dalam satu Urutan aktifitas pekerjaan yang dilakukan
sistem. Kemudian dari sistem tersebut data CCTV dalam proyek Konektifitas Jaringan CCTV mulai dari
dapat disimpan/direkam dan disalurkan sebagai perencanaan sampai dengan proses administrasi
pelayanan monitoring CCTV di unit-unit kerja penyelesaian proyek adalah sebagai berikut:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang membutuhkan, 1. Desain dan perancanaan.
khususnya di Unit Pengelola Jakarta Smart City. Hasil 2. Penetapan desain dan spesifikasi teknis.

5
3. Proses pengadaan dan pengiriman peralatan. b. Weakness (W):
4. Instalasi dan integrasi sistem (deployment). 1. Masih belum tersedianya system CCTV yang
5. Training. terpadu di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
6. Tes pengujian. 2. Masih barunya organisasi yang bertugas
7. Proses administrasi. menangani proyek ini sehingga kurang dalam
pengalaman dan pengetahuan.
3. Kurangnya SDM dalam organisasi yang dapat
menangani proyek.
c. Opportunity (O):
1. Adanya kontribusi CCTV dan sistemnya dari
banyak pihak terutama penyelengggara tiang
mikro seluler.
2. Kebutuhan banyak pihak terutama kepolisian
Gambar 9. Aktifitas Konektifitas Jaringan CCTV dan militer terhadap output CCTV dan
rekamannya.
3. Banyaknya vendor yang membagikan
pengetahuannya mengenai sistem CCTV dan
pengintegrasiannya.
d. Threat (T):
1. Beragamnya platform sistem CCTV yang
dipergunakan penyelenggara tiang mikro
seluler.
2. Penempatan persebaran CCTV yang tidak
sesuai kebutuhan.
3. Beberapa penyelenggara tiang mikro seluler
belum memenuhi kontribusi CCTV beserta
sistemnya sesuai dengan kesepakatan.

Gambar 10. Diagram Sistem Konektifitas CCTV

3.2 Analisa SWOT terhadap Proyek


SWOT adalah akronim untuk kekuatan
(Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunities), dan ancaman (Threats) dari
lingkungan eksternal perusahaan/organisasi. Analisa Gambar 11. Matriks SWOT
SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya
yang dimiliki perusahaan/organisasi dan kesempatan- Berdasarkan hasil confrontation matrix poin
kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang terbesar pada proyek Konektifitas Jaringan CCTV
dihadapi. Fungsi dari Analisa SWOT adalah untuk berada pada kuadran ST (Strength-Threat), sehingga
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan menurut Rangkuti (2006) diperlukan strategi ST
memisahkannya dalam pokok persoalan internal (Strength-Threat) yaitu menggunakan kekuatan yang
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan ada untuk mengatasi ancaman. Salah satu upaya yang
eksternal (peluang dan ancaman). Pada proyek digunakan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan
Konektifitas Jaringan CCTV didapatkan hasil Analisa Kehumasan dalam rangka mengatasi threat/ancaman
SWOT sebagai berikut: tersebut adalah dengan melakukan rapat-rapat secara
a. Strength (S): rutin serta teguran untuk menekan perusahaan
1. Dukungan dari pimpinan daerah dari Gubernur penyelenggara tiang mikro seluler supaya dapat
sampai dengan Kepala Dinas. memenuhi kesepakatan terkait ketersediaan sistem
2. Telah terbentuknya Unit Pengelola Jakarta CCTV dan kamera CCTV, standarisasi minimal
Smart City yang mengelola partisipasi platform yang digunakan serta persebaran CCTV
masyarakat dan pemerintah dalam sesuai dengan kebutuhan.
memanfaatkan data dan aplikasi.
3. Ketersediaan anggaran pendanaan proyek
melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD).

6
3.3 Implementasi Project Scope Management
Salah satu proses yang sangat penting dalam
Project Scope Management adalah pembuatan Work
Breakdown Structure (WBS), Work Breakdown
Structure (WBS) digunakan untuk memudahkan
perencanaan dan penjadwalan suatu proyek dengan
membagi scope pekerjaan menjadi scope yang lebih
detail dan dapat mengetahui kegiatan yang berada di
dalam proyek lebih mendalam atau lebih detail
sehingga dapat membantu kita untuk melakukan
perkiraan waktu penyelesaian proyek. WBS pada
pelaksanaan proyek Konektifitas Jaringan CCTV
adalah sebagai berikut:
1. Desain dan perancanaan
1.1 Perumusan masalah
1.2 Pengumpulan informasi dari vendor CCTV
dan internet
1.3 Analisa kebutuhan
1.4 Perancangan arsitektur sistem CCTV
2. Penetapan desain dan spesifikasi teknis
Gambar 12. WBS pada Konektifitas Jaringan CCTV
2.1 Pembahasan rancangan arsitektur dan
rencana spesifikasi teknis
Gantt Chart adalah metode sederhana dan
2.2 Menetapkan desain arsitektur sistem CCTV
powerful yang sering digunakan dalam merencanakan
2.3 Pembuatan spesifikasi teknis yang
dan memonitor proyek atau aktifitas. Bentuknya yang
dibutuhkan
sederhana dan mudah dimengerti membuat Gantt
2.4 Pembuatan Rencana Anggaran Biaya
Chart menjadi salah satu metode favorit yang paling
3. Proses pengadaan dan pengiriman peralatan
banyak digunakan saat ini. Gantt Chart
3.1 Pengajuan dokumen lelang cepat ke Badan
menggambarkan sebuah proyek/aktifitas dengan
Pengadaan Barang dan Jasa
grafik batang yang terintegrasi dengan waktu kapan
3.2 Proses lelang di Layanan Pengadaan Secara
aktivitas tersebut dimulai dan kapan aktivitas akan
Elektronik
berakhir. Metode ini sangat mudah untuk melihat
3.3 Penentuan pemenang lelang
perkembangan proyek/aktifitas yang sedang
3.4 Kontrak
direncanakan/berjalan.
3.5 Proses penyediaan barang
3.6 Pengiriman barang
4. Instalasi dan integrasi sistem (deployment)
4.1 Instalasi perangkat server CCTV, storage dan
lisensi
4.2 Instalasi TV wall monitoring dan ruang
monitoring
4.3 Pengintegrasian dengan sistem CCTV
penyelenggara tiang mikro seluler
4.4 Uji coba integrasi dan perekaman CCTV
5. Training
5.1 Pengenalan sistem
5.2 Penjelasan seting integrasi CCTV dan trouble
shootingnya
5.3 Operasional monitoring dan perekaman
6. Tes pengujian Gambar 13. Gantt Chart pada Konektifitas Jaringan
6.1 Pengujian dengan kondisi real CCTV yang CCTV
telah terintegrasi
6.2 Evaluasi hasil pengujian Dengan menggunakan Gantt Chart yang terdiri
7. Proses administrasi dari urutan aktifitas, timeline dan hubungan antar
7.1 Berita acara serah terima pekerjaan aktifitas dapat membantu proses pemantauan status
7.2 Proses administrasi laporan pelaksanaan, proyek, product scope, dan mengelola perubahan
pembayaran dan garansi scope project.

7
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proyek Konektifitas Jaringan CCTV adalah
proyek pengintegrasian sistem CCTV yang ada di
Provinsi DKI Jakarta terutama milik Perusahaan
Penyelenggara Tiang Mikro Seluler ke dalam satu
sistem.
2. Berdasarkan hasil Analisa SWOT proyek
Konektifitas Jaringan CCTV berada pada kuadran
ST (Strength-Threat), sehingga diperlukan
strategi ST (Strength-Threat) yaitu menggunakan
kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman.
3. Untuk memudahkan perencanaan, penjadwalan
serta pemantauan dalam proyek dilakukan
pembagian scope pekerjaan menjadi scope yang
lebih detail dengan pembuatan Work Breakdown
Structure (WBS) yang selanjutnya dibuat Gantt
Chart berdasarkan aktifitas dan timeline-nya.

4.2 Saran
1. Proyek Konektifitas Jaringan CCTV perlu
pengembangan lagi di masa mendatang terutama
dengan melakukan penambahan jumlah lisensi
dan kapasitas storage untuk perekaman sehingga
semakin banyak jumlah CCTV yang datanya
dapat direkam di internal Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
2. Perlunya standarisasi yang lebih detail terhadap
infrastruktur CCTV dan sistemnya bagi pihak-
pihak yang bekerjasama dengan Pemerintah
Provisi DKI Jakarta terkait kontribusi CCTV
sehingga lebih memudahkan dalam proses
pengintegrasiannya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://www.solper.com/pic/Vol-16-hal-12-
292.pdf
[2] http://socialtextjournal.com/sejarah-cctv-dan-
perkembangannya-pemakaiannya-di-dunia/
[3] http://www.projectengineer.net/project-scope-
management-according-to-the-pmbok/
[4] http://johnmuldoon.ie/wp-
content/uploads/2014/08/PMBOK-
Summarized.pdf
[5] http://www.kajianpustaka.com/2013/03/strenghts
-weakness-opportunities.html
[6] http://rudysantrie.blogspot.co.id/2012/03/peranc
angan-sistem-cctv.html
[7] Freddy Rangkuti. 2006. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
[8] Marcel van Assen, Gerben van den Berg & Paul
Pietersma. 2009. Key Managements Models:
Pretince Hall
[9] Giri Dhamma Wijaya, Felix Marsiano, Sentosa
Limanto. Studi Kasus Penjadwalan Proyek pada
Proyek Rumah Toko X Menggunakan Microsoft
Project 2010

Anda mungkin juga menyukai