HAPALAN
HAPALAN
Motif manusia didasarkan atas kebutuhan, apakah disadari atau tidak disadari.
Sebagian dari kebutuhan itu adalah kebutuhan primer, seperti kebutuhan fisiologis akan air,
udara, makanan, seks, tidur, dan tempat tinggal. Ke- butuhan-kebutuhan lain dapat dipandang
sebagai kebutuhan sekunder, seperti kebutuhan akan harga diri, status, afiliasi dengan orang
lain, kasih sayang, prestasi, dan penonjolan diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berbeda
dalam intensitas dan dari waktu ke waktu bagi masing-masing orang.
1.1 MOTIVASI
c KEBUT
MENIM KEINGI MENYE
UHAN BULKAN NAN BABKAN
TENSI
YANG YANG
KEPUA MENGHA TINDA
MENIM
SAN SILKAN KAN
BULKAN
Hanya diperlukan pemikiran sesaat untuk menyadari bahwa pada suatu waktu
tertentu, motif seseorang boleh jadi rumit dan sering bertentangan. Orang tersebut
mungkin termotivasi oleh keinginan akan barang-barang dan jasa ekonomi (bahan
makanan, rumah yang lebih baik, mobil baru, atau tamasya), dan keinginan-keinginan
tersebut bahkan mungkin rumit dan saling bertentangan.Di samping itu, seseorang
mungkin menginginkan penghargaan diri, status, perasaan berprestasi, atau santai.
2.1 Motivator
Dari sudut pandangan manajemen, hal ini berarti bahwa seseorang boleh jadi
memiliki kepuasan kerja yang tinggi tetapi tingkat motivasinya terhadap pekerjaan itu
rendah, atau dapat terjadi sebaliknya. Dapat dimengerti adanya kemungkinan bahwa
orang-orang yang bermotivasi tinggi dengan kepuasan kerja yang rendah akan
berusaha mencari pekerjaan lain. Demi kian juga halnya, orang-orang yang merasa
memiliki pekerjaan yang menye- nangkan tetapi memperoleh maka mereka juga akan
berusaha mencari pekerjaan lain. Demikian juga halnya,orang-orang yang merasa
memiliki pekerjaan yang menyenangkan tetapi memperoleh bayaran kurang dari yane
mereka harapkan, maka mereka juga akan berusaha mencari pekerjaan lain
Salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu secara luas adalah teori
"hirarki kebutuhan" yang dikemukakan oleh "Abraham Maslow." Maslow
memandang kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki, yang berawal dari
kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi, dan Maslow
menyimpulkan bahwa apabila seperangkat kebutuhan telah terpenuhi, maka
kebutuhan itu tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Meskipun aspek hirarki dari
teori Maslow masih dipersoalkan dan sering tidak dapat diterima, upaya yang
dilakukannya untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pokok cukup popular.
3.1.1 Harki kebutuhan
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan untuk menunjang kehidupan
manusia-makanan, pakaian, tempat tinggal, tidur, dan dll. Maslow berpendapat bahwa
apabila kebutuhan fisiologis belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak
akan memotivasi manusia.
2. Kebutuhan akan Rasa Aman (Security)
Kebutuhan ini adalah kebu tuhan untuk terbebas dari bahaya fisik dan rasa takut akan
kehilangan pekerjaan, harta benda, makanan, pakaian, atau tempat tinggal.
3. Kebutuhan Afiliasi atau Akseptansi
Karena manusia adalah mahluk sosial, mereka membutuhkan pergaulan dengan orang
lain, dan untuk diterima sebagai bagian dari yang lain.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Menurut Maslow, apabila orang mulai memenuhi kebutuhan mereka untuk bergaul,
mereka cenderung ingin merasa berharga dan dihargai orang lain. Jenis kebutuhan ini
menghasilkan kepuasan seperti kuasa, prestise, status, dan keyakinan akan diri sendiri.
5. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self Actualization)
Maslow memandang hal ini sebagai kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan.
Kebu-tuhan ini adalah kebutuhan untuk menjadi orang yang dicita-citakan dan
dirasakan mampu mewujudkannya untuk memaksimalkan potensi dan mencapai
sesuatu yang didambakan
3.1.2 Benarkah Kebutuhan Mengikuti Hirarki?
Konsep Maslow tentang hirarki kebutuhan telah menjadi sasaran dari berbagai
penelitian. Lawler dan Sutlle telah menghimpun data dari 187 manajer dalam dua
organisasi yang berbeda selama jangka waktu 5 bulan hingga 1 tahun. Dari upaya
yang dilakukan mereka hanya menemukan sedikit bukti yang mendukung teori
Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia membentuk suatu hirarki.
Tetapi, mereka juga menemukan bahwa terdapat dua tingkat kebutuhan yaitu
kebutuhan biologis dan kebutuhan lainnya itu hanya akan tim-bul apabila kebutuhan
biologis telah cukup terpenuhi. Selanjutnya, mereka menemukan bahwa pada tingkat
yang lebih tinggi, kekuatan kebutuhan berbeda-beda bagi tiap orang; bagi sebagian
orang kebutuhan sosial tampak lebih dominan, sedangkan bagi yang lain kebutuhan
perwujudan diri (self bah actualization) cenderung paling menonjol.
Dalam studi lain tentang hirarki kebutuhan Maslow yang dilaksanakan selama
5 tahun terhadap sekelompok manajer, Hall dan Nougaim tidak menemukan adanya
bukti yang kuat tentang hirarki itu. Mereka mendapatkan bahwa pada saat para
manajer meningkat dalam suatu organisasi pen tingnya, dan kebutuhan mereka akan
afiliasi, penghargaan, dan perwujudan diri cenderung meningkat. Tetapi, mereka
berpendapat bahwa gerakan keatas dari kebutuha yang menonjol berasal dari
pemuasan kebutuhan tingkat rendah.
Porter juga menemukan bahwa kebutuhan tidak tersusun menurut urutan
hirarki, terutama sekali apabila kebutuhan tingkat rendah telah terpenuhi. Porter
menemukan bahwa para manajer pada semua tingkat memiliki kebutuhan sekuriti dan
sosial yang sama dan ketiga kebutuhan tingkat tinggi pada hirarki Maslow sangat
bervariasi sesui dengan peringkat manajerial, di mana para manjer tingkat rendah
kurang merasa memenuhi kebutuhan itu dibandingkan dengan lebih tinggi. Sekalipun
demikian, dalam semua peringkat, dengan kemungkinan pengecualian pada kelompok
pinpinan tera kepuasan terhadap butuhan-kebutuhan itu pasti lebih atau kurang
memadai.
Clayton P. rarki kebutuhan Alderfer telah mengajukan sebuah variasi dari teori
motivasi hirarki kebutuhan Maslow. Teori Alderfer dan penelitian yang
mendukungnya menemukan adanya tiga kebutuhan pokok manusia: kebutuhan radaan
(existence needs), kebutuhan berhubungan (relatedness needs), dan kebutuhan
pertumbuhan (growth needs). Kebutuhan keberadaan mencakup seluruh bentuk hasrat
material dan fisiologis dengan segala variasiny ti makanan, air, gaji, dan kondisi kerja.
kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, apaka atasan, bawahan, kawan, atau
seteru. Kebutuhan pertumb kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk
memiliki pengaruh yang kreatif atau produktif terhadap diri sendiriatau lingkungan.
Perlu dicatat bahwa singkatan ERG berasal dari huruf pertama ketiga golongan
kebutuhan tersebut. Seperti yang terlihat, Alderfer mengurangi tujuh golongan
kebutuhan yang diidentifikasi Maslow menjadi tiga golongan kebutuhan.
Tetapi perbedaan antara Alderfer dengan Maslow tidak hanya terletak pada
pengurangan jumlah golongan kebutuhan. Alderfer tidak memandang ketiga golongan
kebutuhan itu sebagai suatu hirarki seperti halnya Maslow; sebaliknya Alderfer
menemukan bahwa salah satu golongan kebutuhan dapat tetap kuat, tidak jadi soal
apakah golongan kebutuhan lain telah terpenuhi atau tidak.
Dengan demikian, teori Alderfer dalam banyak hal berbeda dengan teori
Maslow. Dengan menyederhanakan golongan kebutuhan itu, Alderfer telah
berusaha menghindari kesalahan pengertian. Tetapi hasil penemuannya, sebagian
di antaranya telah dikemukakan sebelumnya, cenderung agak berbeda dari hirarki
kebutuhan Maslow. Tetapi, baik teori Maslow maupun Alderfer belum cukup diuji
oleh penelitian untuk dapat diterima oleh orang-orang yang mempelajari
manajemen.
dengan hasil penelitian Brayfield dan Crockett serta hasil penelitian Herzberg
dan para pembantunya, tetapi masih berkaitan erat dengan teori Maslow, pendekatan
kebutuhan telah dimodifikasi secukupnya. Hasil penelitian Herzberg mengklaim telah
menemukan penjelasan dua faktor motivasi. Di satu pihak terdapat kelompok
kebutuhan seperti kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, supervisi, kondisi
kerja, hubungan antara pribadi, gaji, status, jaminan kerja, dan kehidupan pribadi.
Menurut Herzberg dan para pembantunya hal-hal tersebut hanyalah "penyebab
ketidakpuasan" dan bukannya motivator. Dengan kata lain, apabila hal-hal itu terdapat
dalam lingkungan kerja dengan kuantitas dan kualitas yang cukup, maka hal-hal itu
akan menghindari ketidakpuasan. Adanya hal-hal tersebut tidak memotivasi dalam
arti menghasilkan kepuasan; tetapi, tidak adanya hal-hal tersebut dapat menimbulkan
ketidakpuasan.
Aplikasi yang menarik dari metode Herzberg dilakukan dalam peneli- tian
yang dilaksanakan pada perusahaan Texas Instruments oleh Myers.Dalam studi
terhadap sebanyak pegawai di perusahaan itu, yang mencakup ilmuwan, insinyur,
supervisor, teknisi, dan karyawan perakitan, hanya sebagian hasil studinya yang
mendukung teori Herzberg. Myers menemukan bahwa orang-orang yang mencari
kesempatan untuk berpresta si dan tanggung jawab, yaitu orang-orang yang dicirikan
sebagai "pencari pertumbuhan," memang sesuai dengan model Herzberg dalam arti
bahwa ang mereka menaruh perhatian akan faktor-faktor pemuas dan relatif kur
menaruh perhatian akan faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor "pemelihara"
atau "iklim baik." Sebaliknya, orang lain yang disebutnya sebai "pencari
pemeliharaan" (maintenance seekers) sangat menaruh perhatian pada kondisi
pemeliharaan. Dengan kata lain, hal-hal yang memotivasi orang-orang terbukti
sebagian besar merupakan masalah kepribadian.
Perwujudan diri
Pekerjaan yang mendatang prestasi
(self actualization)
pertumbuhan dalam pekerjaan tanggung jawab
Penghargaan atau status
Peningkatan pengakuan
Dengan menyerang teori duafaktor dari Herzberg dan penelitian yang terlalu
bergantung pada isi dan konteks peranan kerja orang-orang yang diteliti, Vroom
menjanjikan pendekatan ekspektansi untuk memahami motivasi. Vroom
mengemukakan bahwa motivasi seseorang ke arah suatu tindakan pada suatu waktu
tertentu ditentukan oleh antisipasinya terhadap nilai dari hasil tindakan itu (baik
negatif maupun positif) yang digandakan pan orang yang bersangkutan bahwa hasil
tersebut akan mewujudkan tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, Vroom
berargumentasi bahwa motivasi adalah hasil dari antisipasi keberhargaan suatu
tindakan bagi seseorang dan persepsi orang yang bersangkutan akan kemungkinan
keberhasilan pencapaian tujuannya.Dengan menggunakan istilah yang digunakannya
sendiri, maka teori Vroom dapat dinyatakan sebagai berikut:
Seperti yang dapat dilihat dari model tersebut, suatu valensi nihil terjadi
apabila seseorang tidak perduli akan pencapaian tujuan tertentu, dan terdapat suatu
valensi negatif apabila orang yang bersangkutan lebih suka tidak mencapai tujuan itu.
Akibatnya, tentu saja, tidak ada motivasi. Demikian juga halnya, seseorang tidak akan
memiliki motivasi untuk mencapai suatu tujuan apabila ekspektansinya adalah nihil
atau negatif. Daya yang ditim bulkan untuk melakukan sesuatu akan bergantung pada
kedua hal tersebut: valensi dan ekspektansi. Selanjutnya, motif untuk melakukan
tindakan tertentu dapat ditentukan oleh keinginan untuk melakukan sesuatu yang lain
Sebagai contoh, seseorang boleh jadi berkeinginan untuk bekerja keras untuk
memperoleh hasil bagi suatu valensi dalam bentuk imbalan bayaran Atau seorang
manajer boleh jadi berkeinginan untuk bekerja keras dalam ngka mencapai tujuan
perusahaan dalam pemasaran atau produksi untuk mendapatkan "valensi" promosi
jabatan atau kenaikan gaji.
Salah satu daya tarik teori Vroom yang besar adalah bahwa teori itu mengakui
pentingnya berbagai kebutuhan dari motivasi individual. Dengan demikian, teori ini
menghindari beberapa ciri dari pendekatan Maslow dan Herzberg yang cenderung
sangat disederhanakan. Teori Vroom karenanya tampak lebih realistis. Teori ini sesuai
dengan konsep keharmonisan tujuan yang diton jolkan dalam buku ini bahwa orang-
orang memiliki tujuan pribadi yang berbeda dengan tujuan organisasi yang keduanya
dapat diharmoniskan Lebih lanjut, teori Vroom benar-benar konsisten dengan
keseluruhan sistem MBO Kekuatan teori Broom juga merupakan kelemahannya.
Asumsinya bahwa orang-orang berbeda rasa nilainya pada waktu dan tempat yang
berbeda
tampaknya sangat akurat dengan kehidupan nyata. Asumsi itu juga konsisten
dengan ide bahwa pekerjaan manajer adalah merancang/mendisain suatu lingkungan
untuk berprestasi, dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang terdapat
dalam berbagai situasi. Sebaliknya, teori Vroom sukar untuk diteliti dan diterapkan
dalam praktek. Tetapi kelemah an ini, yang sebenarnya bukan kelemahan kecuali
dalam praktek, sebenarnya mengakui bahwa motivasi merupakan hal yang jauh lebih
rumit dari pada kesan yang timbul dari pendekatan Maslow dan Herzberg.
Dengan sangat mendasarkan pada teori ekspektansi, Model Porter Porter dan
Lawler telah menghasilkan model motivasi yang secara substansial lebih lengkap dan
telah menerapkan model itu dalam studi mereka yang terutama sekali ditujukan terdap
para manajer. Model tersebut dapat diikhtisarkan.
Seperti yang terlihat dalam model tersebut, "upaya" (kekuatan motivasi dan
energi yang ditimbulkannya) bergantung pada "nilai ganjaran" ditambah dengan
persepsi energi yang dipikirkan diperlukan dan kemungkinan perolehan ganjaran atau
imbalan secara aktual. "Persepsi upaya dan kemungkinan ganjaran" itu pada
gilirannya juga dipengaruhi oleh catatan "prestasi" aktual. Jelasnya, apabila orang
mengetahui bahwa mereka dapat melaksanakan suatu pekerjaan atau telah pernah
melakukannya, maka mereka memiliki apresiasi lebih baik tentang upaya yang
diperlukan dan tahu lebih baik tentang kemungkinan perolehan ganjaran. Prestasi
aktual dalam suatu pekerjaan (pelaksanaan tugas-tugas atau pencapaian tujuan)
terutama ditentukan oleh upaya yang dilakukan.
Ketiga jenis dorongan itu kekuasaan (power), afiliasi, dan prestasi- sangat
relevan bagi manajemen karena ketiganya harus disadari eksistensi dan peranannya
dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi usaha Karena setiap organisasi
usaha dan setiap departemennya mewakili kelompok-kelompok orang yang bekerja
sama mencapai tujuan, maka kebutuhan untuk berprestasi merupakan hal yang sangat
penting.
6.1.1 Kebutuhan akan kekuasaan
McClelland dan para peneliti lainnya telah menemukan tuhan yang tinggi
untuk berkuasa menaruh perhatian besar untuk dapat mempengaruhi dan
mengendalikan. Orang-orang Kebutuhan akan Kekuasaan mukan bahwa orang-orang
yang memiliki kebu ha mencari posisi pimpinan; mereka penuh daya, keras kepala,
dan sangat menuntut; serta senang mengajar dan berbicara seperti ini pada di depan
umum.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh McClelland dan Pendekatan yang lain,
para wiraswasta memperlihatkan kebutuhan McClelland yang tinggi untuk berprestasi
dan dorongan kebutuhan yang cukup tinggi untuk berkuasa, tetapi rendah dalam
berafiliasi. Para manajer umumnya memperlihatkan keinginan dan dorongan yang
tinggi untuk berprestasi serta kekuasaan dan rendah dalam afiliasi, Penerapan tetapi
tidak setinggi atau serendah wiraswastawan.
Salah satu hasil penemuan McClelland yang menarik adalah bahwa dorongan
berprestasi bahkan dapat diajarkan kepada orang-orang dari kebudayaan yang
berbeda-beda. Melalui percobaan dengan orang-orang yang berasal dari Amerika
Serikat, Italia, Polandia, dan India, McClelland menemukan bahwa dalam semua
kasus, program-program pelatihan (training) berhasil meningkatkan kebutuhan orang
untuk berprestasi. Program-program tersebut menekankan prestise, kepraktisan
menimbulkan perubahan, pengajaran pola bahasa dan pemikiran orang-orang yang
bermotivasi tinggi untuk berprestasi, dukungan emosional dari peserta pelatihan
(terMotivasi Berprestasi Dapat Diajarkan utama melalui pertukaran pengalaman), dan
penyampaian bukti-bukti penelitian tentang dorongan untuk berprestasi.
Arch Patton, salah seorang ahli terkenal dalam bidang motivasi dan ang terbukti
sangat penting bagi para eksekutif. Motivator-motivator itu adalah kompensasi eksekutif,
telah 1. mengidentifikasi motivator-motivator itu sebagai berikut :
7.1.1 Uang
Para ekonom dan umumnya manajer cenderung meletakkan uang pada tempat
yang tinggi dalam skala motivator, meskipun para ilmuwan perilaku cenderung
meletakkannya pada tempat yang rendah. Kemungkinan besar tidak satupun dari kedua
pandangan itu yang benar. Tetapi apabila uang merupakan salah satu jenis motivator-
sebagaimana seharusnya, para mana- jer seyogyanya perlu mengingat beberapa hal.
Pertama, uang tampaknya paling penting bagi orang-orang yang berusia lebih
muda dan sedang membina kehidupan keluarga dibandingkan dengan orang-orang yang
telah "mapan" dalam arti bahwa kebutuhan mereka akan uang tidak sebegitu mendesak.
Uang merupakan sarana penting untuk mencapai standar kehidupan yang "minimum",
meskipun minimum ini cenderung beranjak ke atas pada saat orang-orang menjadi lebih
makmur. Sebagai contoh, seseorang yang suatu ketika pernah merasa puas dengan
memiliki rumah kecil dan mobil sederhana boleh jadi sekarang hanya akankepuasan yang
sama dengan adanya rumah besar yang menyenangkan dan mobil yang cukup mewah.
Dan kita bahkan tidak dapat menggenerali sasinya sedemikian itu. Bagi sebagian orang
uang akan selamanya merupakan hal yang paling penting, sedangkan bagi yang lain tidak
demikian halnya.
Faktor ketiga yang perlu diingat adalah bahwa uang sebagai motivator cenderung
menurun keampuhannya oleh praktek dalam perusahaan yang berusaha untuk
menyamaratakan gaji para manajer. Dengan kata lain, kita sering berusaha agar orang-
orang yang berada pada tingkat yang setara memperoleh kompensasi yang sama, atau
kurang lebih sama. Hal ini dapat dimengerti karena orang-orang biasanya menilai
kompensasi yang diterima dalam kaitannya dengan hal-hal yang dierima rek segera dapat
dilihat, praktek-praktek seperti ini menjadikan uang, dengan menggunakan istilah
Herzberg, sebagai faktor iklim yang baik atau pemeliharaan dan bukan sebagai sumber
motivasi.
Ditinjau dari sudut teori ekuitas dalam penggajian, maka timbul pertimbangan
keempat. Apabila uang dinginkan berfungsi sebagai motivator yang efektif, pada tingkat
yang sama, harus diberikan gaji dan bonus yang mencerminkan prestasi mereka secara
individual. Barangkali kita terikat dengan prak pemberian upah dan gaji setara. Tetapi,
perusahaan yang dikelola dengan baik tidak perlu terikat dengan praktek seperti itu dalam
kaitannya dengan pemberian bonus. Nyatanya, akan tampak jelas bahwa, kecuali apabila
bonus bagi para manajer sebagian besar tidak didasarkan pada prestasi individual, suatu
perusahaan tidak akan dapat menimbulkan motivasidari para manajernya. Hal ini jelas
sekali merupakan suatu cara untuk memastikan bahwa uang memiliki arti sebagai
imbalan atas penyeleseian pekerjaan dan sebagai cara memberikan kepuasan prestuse
kepada orang-orang.
Penerapan teori motivasi yang menarik adalah teknik yang telah diterapkan secara
berhasil oleh B. F. Skinner seorang psikolog Harvard. Pendekatan yang sering diacu sebagai
"penguatan positif' (positive reinforcement) atau "modifikasi perilaku," beranggapan bahwa
orang-orang dapat dimotivasi melalui penciptaan lingkungan kerja mereka dengan baik dan
dengan memuji prestasi yang baik serta menghukum prestasi menghukum prestasi yang jelek
yang menimbulkan hasil negatif.