Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

OTITIS MEDIA EFUSI KRONIS

Dokter Pembimbing :

Dr. Budhy Parmono,Sp.THT-KL

Disusun oleh :

Selvi Annisa

030.08.220

KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

RSUD CILEGON

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

OKTOBER 2012

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….4

A. ANATOMI TELINGA TENGAH………………………………………………………………..4

B. FISIOLOGI TELINGA …………………………………………………………………………..5

C. DEFINISI………………………………………………………………………………………….5

D. EPIDEMIOLOGI………………………………………………………………………………….6

E. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO…………………………………………………………….6

F. GEJALA KLINIS………………………………………...……………………………………….7

G. KOMPLIKASI………………………………………………………………………………...…10

H. PROSEDUR DIAGNOSTIK……………………………………………………………………..11

I. TATA LAKSANA……………………………………………………………………………….12

J. PENCEGAHAN………………………………………………………………………………….16

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………………….………………17

BAB IV DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...18

2
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukoso telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa, otitis media efusi (OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan
kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif
kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut
(barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media
spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. otitis media yang lain ialah
otitis media adhesiva. (1)

Untuk selanjutnya makalah ini akan lebih membahas mengenai otitis media efusi kronik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A.ANATOMI TELINGA
Telinga Luar(2)

Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membrane timpani. Daun telinga terdiri dari
tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua per tiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 ½-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringar terdapat pada seluruh kulit
liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalamhanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.(2)

Telinga tengah(2)

Telinga tengah berbentuk kubus dengan;(2)

-batas luar:membrane timpani

-batas depan:tuba eustachius

-batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)

-batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

-batas atas:tegmen timpani (meningen/otak)

-batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium

Telinga Dalam(2)

Terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibule(2)

4
B.FISIOLOGI TELINGA

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.Getaran tersebut
menggetrkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan
membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-
40 di lobus temporalis.(2)

C.DEFINISI

Otitis media efusi memiliki banyak terminology yaitu otitis media serosa, otitis media
musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, dan otitis media mucoid (glue ear).(2)

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret non purulen di telinga tengah
sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membrane timpani
utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Apabila bila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa, apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid
(glue ear).(2)

5
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudate atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan
hidrostatik.(2,3)

Sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi
aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan
rongga mastoid.(2,3)

Ada 2 jenis otitis media serosa, akut dan kronis (2)

1. Otitis media serosa akut (kurang dari 3 minggu). (4)

2. Otitis media serosa kronik (glue ear) (lebih dari 3 bulan). (4)

Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media kronik hanya pada cara
terbentuknya secret. Pada otitis media serosa akut secret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri di telinga. Sedangkan pada keadaan kronis, secret terbentuk secara
bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.Sekret pada
otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.(2)

D.EPIDEMIOLOGI

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak , sedangkan otitis media serosa akut
lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab
yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.(2) Diperkirakan satu dari
lima anak yang berumur sekitar dua tahun akan terinfeksi glue ear. Glue ear sering terjadi pada musim
dingin.(5)

E. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Disfungsi tuba eustachius merupakan suatu factor penyebab utama. Faktor penyebab lainnya
termasuk hipertrofi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma, radang
penyerta seperti siunusitis atau rhinitis, terapi radiasi dan gangguan metabolic atau imunologik.
(3,6)
Alergi dapat pula ikut berperan dalam menimbulakan efusi telinga tengah. Otitis media efusi
kronis dapat disebabkan oleh penutupan tuba eustachius yang berkepanjangan atau karena cairan

6
yang kental sehingga tidak dapat diserap atau dialirkan melalui tuba. Kondisi kronis ini biasanya
dihubungkan dengan gangguan pendengaran.(6)

Cairan serosa telah dikumpulkan pada miringotomi untuk diteliti. Pada sekitar 40 persen
kasus, biakan bakteri ternyata positif. Organisme tersebut identic dengan organisme yang didapat
dari timpanosentesis otitis media akut. Maka, pemilihan antibiotic pada otitis media serosa
serupa dengan otitis media akut. Frekuensi dan tipe biakan pada otitis media mukoid sama
dengan otitis media serosa.(3)

Otitis media serosa kronik dapat juga sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak
sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan dengan infeksi virus.(2)

Tuba eustachius yang immature- Ukuran dan bentuk tuba eustachius berbeda pada anak dan dewasa.
Fakta menunjukkan bahwa pada perhitungan, penderita otitis media serosa lebih banyak pada anak-anak
bayi. Beberapa anak mewarisi bentuk tuba eustachius yang kecil dari orang tuanya, hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan untuk menderita infeksi telinga tengah. Ketika anak menjadi dewasa, tuba
eustachius biasanya berubah bentuk menjadi lebih besar.(5)

Palatoskisis- Otitis meida serosa banyak terjadi pada anak dengan palatoskisis. Hal ini terjadi karena
otot yang menggerakkan palatum juga membuka tuba eustachius. Otot ini mengalami defisiensi atau
keabnormalitasan pada anak dengan palatoskisis.(5)

Infeksi- Membran mukosa pada telinga tengah dan tuba eustachius saling berhubungan dan sama
antara membrane di hidung, sinus, dan tenggorokan. Infeksi pada daerah ini menyebabkan membrane
mukosa membengkak. Yang dimana hal tersebut dapat terjadi pada penutupan tuba eustachius.(5)

Alergy- Reaksi alergi di hidung dan tenggorokronikkan pada membrane mukosa yang
membengkak, dan pembengkakan ini juga mempengaruh tuba eustachius. Reaksi ini dapat akut,
seperti pada hay fever type reaction, atau bisa kronis, seperti pada banyak sinusitis kronis.(5)

Adenoids- Adenoid terletak di nasofaring, daerah sekitar dan di antara pembukaan tuba
eustachius. Ketika membesar, adenoid dapat menyumbat pembukaan tuba eustachius.(5)

F. GEJALA KLINIS

7
Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan biasanya
bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Merupakan penyebab tersering gangguan pendengaran
pada usia sekolah.(3)

Dapat terjadi serangan berulang otitis media supuratif akut dimana telinga tidak pernah
kembali normal di antara serangan. Keterlambatan bahasa dapat terjadi bila keadaan ini
berlangsung lama. Tuli konduktif yang jarang melampaui 35 dB seringkali detemui di sekolah
atau pada pemeriksaan audiogram penyaring. Anak-anak jarang mengemukakan bahwa mereka
mempunyai kesulitan dalam pendengaran. Guru dapat mengatakan bahwa anak-anak ini kurang
perhatiannya.(3,7) Umumnya orang dewasa dapat menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya
secara lebih dramatis, dapat berupa perasaan “tersumbat” dalam telinga, dan menurunnya
ketajaman pendengaran. Mereka dapat merasakan perbaikan pendengaran dengan perubahan
posisi kepala. Akibat gerakan cairan dalam telinga tengah dapat terjadi tinnitus, tetapi pusing
jarang merupakan masalah.(3)

Pemeriksaan fisik memperlihatkan immobilitas gendang telinga pada panilaian dengan


otoskpo pneumatic. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga, diberikan
tekanan positif dan negative. Jika terdapat udara dalam tympanum, maka udara itu akan tertekan
sehingga membrane timpani akan terdorong ke dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar
pada tekanan negative. Gerakan menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau
mukoid.(3)

Pada otitis media serosa, membrane timpani tampak kekuningan. Sedangkan pada otitis
media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi, dan berwarna
putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung pada otitis media serosa dapat tampak
lewat membrane timpani yang semitransparant. Membrana timpani dapat berwarna biru atau
keunguan bila ada produk-produk darah dalam telinga tengah. (3)

Gejala paling sering glue ear adalah tuli. Gejala glue ear dapat terjadi pada satu telinga
(unilateral) atau kedua telinga(bilateral). Derajat ketulian dibagi menjadi sedikit,ringan, dan
sedang. Gejala yang dapat ditemukan pada anak-anak adalah sebagai berikut:(5)

- Merasa kesulitan dalam mengerti perkataan dari seseorang yang berada jauh atau yang
berbicara pelan

8
- Terlihat tidak biasanya lelah dan irritable karena mereka harus berusaha keras untuk
mendengarkan sesuatu

- Memiliki masalah menentukan isi dari suatu percakapan pada tempat-tempat yang
memiliki latar belakang suara yang beragam

- Mereka juga dapat dengan mudah keluar dari suatu percakapan karena merasa terganggu

- Mengalami masalah dalam komunikasi, belajar, dan kemampuan skill (namun, pada
kebanyakan kasus, gangguan ini akan menghilang saat pendengarannya kembali normal

Gejala glue ear yang tidak begitu sering

- Nyeri telinga episodic

- Iritabilitas

- Gangguan tidur

Otitis media dengan efusi dapat dibedakan dari OMA yang dapat menyerupai Otitis
media dengan efusi. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada
OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan gangguan
pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.(8)

Table 2.2. Perbedaan Gejala dan Tanda Antara OMA dan Otitis Media dengan Efusi(8)

Gejala dan tanda Otitis media akut Otitis media dengan efusi
Nyeri telinga (otalgia), + -
menarik telinga
(tugging)
Inflamasi akut, demam + -
Efusi telinga tengah + +
Membran timpani +/- -
membengkak (bulging), rasa
penuh di telinga
Gerakan membrane timpani + +
berkurang atau tidak ada
Warna membrane timpani + +
abnormal seperti menjadi
putih, kuning, dan biru
Gangguan pendengaran + +
Otore purulent akut + -
Kemerahan membrane + -
9
timpani, erythema

G. KOMPLIKASI
Keterlambatan perkembangan berbicara dan berbahasa(9)

Terutama terjadi bila ketulian terjadi berkepanjangan dan terjadisebelum umur tiga tahun.
Namun, pada banyak kasus keterlambatan terjadi sementara dan biasanya dapat bergabung
bersama teman-temannya saat pendengarannya kembali normal. Suatu studi memperlihatkan
bagaimana anak dengan riwayat glue ear di sekolah. Tidak ada perbedaan significan
dibandingkan dengan anak lain seumuran mereka.(9)

Infeksi telinga akut(9)

Merupakan komplikasi yang sering terjadi pada glue. Terjadi ketika bakteri menginfeksi
cairan di dalam telinga tengah.(9)

Timpanosklerosis(9)

Merupakan suatu terminologi untuk mendeskripsikan penebalan sedikit dari jaringan


membrane timpani. Hal ini adalah komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan glue ear
yang diterapi dengan grommet. Timpanosklerosis terjadi satu dari lima kasus. Tidak jelas apakah
penebalan membrane timpani adalah karena grommet, karena glue ear sendiri, atau kombinasi
keduanya. Ketulian ringan adalah gejala paling sering dari timpanosklerosis. Namun sangat
ringan sehingga sehingga nyaris tidak diperhatikan. Saat ketulian menjadi semakin buruk,
tindakan pembedahan diperlukan untuk merekonstruksi membrane timpani.(9)

Perforasi(9)

Jika terdapat komplikasi infeksi pada glue ear, ada kemungkinan kecil nanah dapat
terbentuk dari telinga tengah. Nanah dapat menekan telinga yang menyebabkan terbentuknya
lubang (perforasi) yang berkembang ke membrane timpani. Perforasi gendang telinga adalah
komplikasi yang tidak lazim pada glue ear, terjadi pada 1 dalam 50 kasus. Membran timpani
yang perforasi dapat menyebabkan ketulian. Namun, pada banyak kasus, membrane timpani

10
dapat sembuh sendiri dalam enam sampai delapan minggu. Pada kasus yang metap, perforasi
membrane timpani dapat ditangain dengan pembedahan minor (miringoplasi) dimana jaringan
digunakan untuk menutup lubang membrane timpani.(9)

H. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Otoskopi(10)
Melihat membrane timpani dengan menggunakan instrument yang disebut otoskop yang
berbentuk kerucut dilengkapi lampu kecil. Otoskop memiliki lampu karet yang menmepel
untuk melihat membrane timpani. Akan terlihat cairan yang terperangkap dan pergerakan
minimal dari membrane timpani. Membrane timpani terlihat bersih dan tidak tampak
kemerahan, namun tidak bergerak.(10)

Audiometri(10)
Mengukur pendengaran menggunakan frekuensi. Bagaimana pemeriksaan ini dilakukan
tergantung umur seorang anak. Biasanya anak dipakaiakan headphone dan melihat respon
anak jika mendengar suara.Sekarang ada tekhnik terbaru audiometri untuk anak yang sangat
kecil (bayi). Namun, beberapa anak dengan cairan di telinga tengah dapat memiliki
pendengaran normal. (10)

Timpanometri(10)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan apakah ada gangguan pada telinga tengah.
Pemeriksaan ini mengevaluasi membran timpani dengan mengobservasi pergerakannya
dalam merespon gelombang tekanan dan mengukur tekanan udara telinga tengah.(10)
- Alat yang dimasukkan dokter ke dalam telinga pasien akan menghasilkan nada dengan
energy suara. Alat ini mengukur berapa banyak energy suara yang dipantulkan oleh
membrane timpani, bukan hanya yang ditransmisikan ke telinga tengah.
- Semakin banyak energy yang kembali ke alat, telinga tengah semakin kaku dan semakin
tertutup
- Anak akan merasa tidak nyaman saat alat berada dalam telinga, tetapi pemeriksaan ini
tidak beresiko
- Hasil timpannometri yang abnormal dapat mengindikasikan:

11
o Cairan dalam telinga tengah
o Perforasi membrane timpani atau tuba timpanostomi
o Berakibat telinga lilin
o Timbul scar pada membrane timpani
o Kista yang tumbuh dalam telinga tengah
o Kontak yang kurang antara tulang telinga tengah yang menghantarkan suara.

I. TATA LAKSANA

Dengan penanganan yang tepat dan pemberian antibiotic, otitis media serosa dapat sembuh
dalam waktu 3 bulan.Namun jika setelah 3 bulan setelah diagnosis, masih terdapat cairan yang
menetap maka pasien sangat disarankan untuk melakukan miringotomi dan pemasangan
tuba.Gangguan pendengaran pada anak, meskipun anak-anak dengan gangguan pendengaran
konduktif minimal dapat mengalami penurunan kemampuan berbahasa dan verbal seumur hidup.
Jika cairan menetap, namun tidak mengalami penurunan kemampuan pendengaran, masih dapat
menunggu. Namun, jika prosedur drainase sangat diperlukan, maka akan jauh lebih baik
menyegerakannya dari pada terlambat.(11)

12
Algoritma Otitis Media Serosa (a.k.a Otitis Media Efusi Kronik)(11)

13
1. Peringatan
Unilateral otitis media efusi kronis pada orang dewasa perlu dilakukan pemeriksaan
untuk mendiagnosis carcinoma nasofaring
2. Antibiotik
Lini pertama:
Amoxicillin 500 mg p.o qid x 7-10 hari
Atau jika alergi penicillin
E-Mycin 333 mg p.o qid x 7-10 hari atau
Septra DS I p.o. bid x 7-10 hari
Lini ke dua:
Augmentin 875 mg p.o bid x 7-10 hari
Pediazole (Pediatrics) atau
Sefalosporin generasi ke tiga
3. Gejala menetap didiagnosis dengan otoskop atau pneumotoskop. Timpanometri tidak
diperlukan tetapi dapat dipakai untuk membantu diagnosis.
4. Hasil pemeriksaan tuli oleh audiogram dengan atau tanpa timpanogram
5. Miringotomi dan tube aman, murah dan efektif. Adenoidektomi dapat diindikasikan pada
pemasangan tube ke dua atau ke tiga. Tonsilektomi diindikasikan pada tonsillitis.

Pengobatan mula-mula bersifat medis dan kemudian jika perlu, secara bedah. Pengobatan
medis termasuk antibiotic, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba eustachius dan
hiposensitisasi alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas
memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu dibatasi.
Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung atau sinus
penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring.
Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip
hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa
diteruskan selama tiga bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90
persen pasien. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri

14
dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu tuba
penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yang
memungkinkan udara masuk ke telinga tengah, dengan demikian menghilangkan keadaan
vakum, dan membiarkan cairan mengalir atau diabsorbsi.(3)

Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit.
Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu juga perlu
dipertimbangkan. Gangguan ini sering kali bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit,
gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama
dengan pengobatan yang lebih konservatif.. Sebaliknya, penipisan membrane timpani, retraksi
yang dalam, gangguan pendengaran yag bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi
segera.(3)

Tuba ventilasi di biarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu
enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya, karena cairan seringkali berulang, beberapa anak
memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun.
Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas.
Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan membrane
timpani yang mengalami retraksi berat, terutama bila ada tekanan negative yang menetap.(3)

Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar tetap kering.
Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga. Insisi miringotomi dan
pemasangan tuba telah dikaitkan dengan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase
melalui tuba bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas
atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu dapat
merupakan masalah menetap yang tak dapat dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian, penanganan
medis dengan antibiotic sistemik atau tetes telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama
bahkan saat tuba masih terpasang. Gagalnya penanganan dengan cara ini mengharuskan
radiogram mastoid dan penilaian lebih lanjut. Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa
kronikmasih diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid
yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak
tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi dengan adenoid berukuran sedang
dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan

15
bahwa adenoidektomi terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak
menyebabkan obstruksi.(3)

J. PENCEGAHAN
Penyebab otitis media efusi kronis tidak sepenuhnya dimengerti, tidak diketahui cara
pencegahannya. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dua factor
resiko pada anak. Langkahlangkahnya adalah sbb: (5)

- Bayi diberikan ASI


Tidak jelas mengapa ASI dapat mengurangi resiko terjadinya glue ear. Terdapat teori
yang mengatakan bahwa susu mengandung protein yang membantu mengurangi
inflamasi di dalam tuba eustachius.
- Pastikan anak tidak tumbuh di lingkungan yang berasap, dan hindari kontak dekat
dengan perokok (perokok pasif). Tidak jelas mengapa perokok pasif meningkatkan
resiko berkembangnya glue ear. Diperkirakan karena asap mengiritasi membrane
mukosa tuba eustachius yang menyebabkan inflamasi. Menghindari asap rokok dapat
memberikan keuntungan yaitu:
o Mengurangi resiko timbulnya asma
o Mengurangi resiko timbulnya penyakit paru kronis saat dewasa
o Mengurangi resiko terjadinua sudden infant death syndrome (SIDS)

Jika orang tua adalah seorang perokok, usahakan untuk merokok di luar rumah. Karena
merokok di ruangan lain masih dapat mengenai anak karena asap dapat berpindah dengan
mudah dari satu ruangan ke ruangan lain, dan racun tembakau dapat menetap di udara
dalam beberapa jam.

16
BAB III

KESIMPULAN

Otitis media efusi adalah keadaan terdapatnya sekret non purulen di telinga tengah
sedangkan membrane timpani utuh. Otitis media efusi kronis terjadi lebih dari 3 bulan. Sekret
terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung
lama.Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
Cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat
di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Disfungsi tuba eustachius
merupakan suatu factor penyebab utama.Komplikasi yang dapat terjadi adalah keterlambatan
perkembangan bicara dan berbahasa, infeksi telinga akut, timpanosklerosis, perforasi membrane
timpani. Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan otoskopi, audiometri dan timpanometri.
Cairan yang tetap bertahan dalam waktu 3 bulan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini
terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu
tuba penyeimbang tekanan..

17
BABIV

DAFTAR PUSTAKA

1. Otitis Media Kronik. Accessed on 21st October 2012. Available at:


http://medlinux.blogspot.com/2012/02/otitis-media-kronik.html
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan. Edisi keenam. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.;
2010;p. 74-76
3. Adams, Boies, Higler. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997;p.97-
99
4. Schwartz MW. Pedoman Klinis Pediatri.Jakarta: EGC;2005;p. 299-300
th
5. Glue Ear.Accessed on 20 October 2012. Available at:
http://www.nhs.uk/Conditions/Glue-ear/Pages/Introduction.aspx
6. Steward DL. Ear, Nose, and Throat disorder: Serous Otitis Media. Cincinnati: Department
st
of Otolaryngology College of Medicine University of Cincinnati; 2008. Accessed on 21
2012. Available at: http://www.netwellness.org/healthtopics/ent/otitis.cfm
7. Rudolph AM. Holiman JIE. Rudolph CD. Rudolph’s Pediatrics. 22nd ed. New York:
Appleton & Lange;1996.
8. Accessed on 19th October 2012. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25640/4/Chapter%20II.pdf
th
9. Accessed on 20 October 2012. Available at: http://www.nhs.uk/Conditions/Glue-
ear/Pages/Complications.aspx
10. Glue Ear. Accessed on 20 th October 2012. Available at: http://ehealthmd.com/content/how-
glue-ear-diagnosed
11. Davidson TM. Ambulatory Healthcare Pathways for Ear, Nose, and Throat Disorders:
Serous Otitis Media Algorithm.San Diego: University of California. Accessed on 21 th
October 2012. Available at: http://drdavidson.ucsd.edu/portals/0/pathway/seriotit.htm

18

Anda mungkin juga menyukai