KALKULUS DIFERENSIAL
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kalkulus Diferensial
Disusun Oleh:
NIM : 4193311008
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis
masih bisa dimampukan untuk menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review ini tepat
waktu. Tugas ini berisi mereview jurnal Materi Kalkulus. Penulisan tugas ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kalkulus Differensial dan menambah wawasan
penulis tentang Kekontinuan Fungsi serta berharap tugas ini berguna untuk pembaca.
Tugas ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, sehingga penulis bisa lebih baik
dalam penulisan tugas berikutnya.
Dara Kartika
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….5
1.1 Kesimpulan………………………………………………………………..10
1.2 Saran……………………………………………………………………….10
BAB I
PENDAHULUAN
Critical jurnal review adalah suatu aktivitas untuk mengulas isi jurnal bisa satu
ataupun lebih dari satu jurnal. Selain mengulas isi jurnal melalui critical jurnal review
juga dapat mengetahui informasi yang terdapat dalam kedua jurnal. Dengan menyusun
critical jurnal review dapat menembah wawasan dan ilmu kita. Oleh karena itu saya
menyusun critical jurnal review ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kalkulus Diferensial.
Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para
matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun
kebenaran melalu metode-metode yang ketat diturunkan dari aksioma-aksioma dan
definisi-definisi yang bersesuaian, matematika sendiri selalu berkembang seiring
berjalanya waktu dan perkembangan zaman. Salah satu materi dalam matematika adalah
materi Kekontinuan Fungsi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
2. Apa perbedaan jurnal utama dan jurnal pembanding terhadap materi kekontinuan
fungsi ?
3. Apa kelebihan kedua jurnal tersebut ?
4. Diantara kedua jurnal tersebut mana yang lebih mudah dipahami?
1.3 TUJUAN
2. Mengetahui perbedaan jurnal utama dan jurnal pembanding
3. Mengetahui kelebihan kedua jurnal
4. Memahami isi kedua jurnal yang diulas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS JURNAL
a. Jurnal Utama
No. ISSN :-
b. Jurnal Pembanding
No. ISSN :-
Sebelum kita membicarakan Limit fungsi dan kekontinuan fungsi pada ruang
metrik terlebih dahulu kita bahas mengenai definisi metrik, definisi persekitaran pada
ruang metrik, definisi titik limit pada ruang metrik, definisi himpunan terbuka pada ruang
metrik, pengertian selimut terbuka pada ruang metrik, dan definisi kompak pada ruang
metrik. Misalkan X himpunan yang tidak kosong. Fungsi d : X x X → R disebut fungsi
metrik (fungsi jarak) jika untuk setiap p, q ∈ X berlaku :
(i) d(p,q) ≥ 0
d(p,q) = 0 ⟺p = q
(ii) d(p,q) = d (q,p)
(iii) d(p,q) ≤ d(p,r) + d(r,q), ∀ r ∈ X.
Himpunan X dengan fungsi metrik d disebut ruang metrik dan ditulis dengan notasi (X,d)
atau X saja.
Misalkan (X,d) ruang metrik. Persekitaran (neighborhood) dari titik p ditulis dengan
notasi Nr(p), r > 0 dan didefinisikan sebagai berikut; Nr(p) = {q ∈ X : d(p,q) < r}. r disebut
jari-jari dari persekitaran Nr(p).
Misalkan (X,d) ruang metrik dan E ⊆ X. Titik p disebut titik limit dari E jika setiap
persekitaran Nr(p) memuat titik anggota E yang tidak sama dengan p. Equivalen dengan,
p disebut titik limit dari E jika setiap persekitaran Nr(p) ada q ∈ Nr(p) ∩ E\{p} atau
equivalen dengan, p disebut titik limit dari E jika setiap persekitaran Nr(p) berlaku Nr(p)
∩ E\{p} ≠ ɸ.
Misalkan (X,d) ruang metrik dan E ⊆ X. p ∈ E disebut titik dalam dari E jika ada
persekitaran Nr(p) sehingga p ∈ Nr(p) ⊂ E. Selanjutnya E disebut himpunan terbuka jika
setiap anggota E merupakan titik dalam dari E. Jadi E disebut himpunan terbuka jika
setiap p ∈ E ada persekitaran Nr(p) sehingga p ∈ Nr(p) ⊂ E.
Selimut terbuka himpunan E dalam ruang metrik (X,d) adalah keluarga himpunan terbuka
∪
{𝐺𝑎 } di X sehingga E ⊂ 𝐺 . Selanjutnya Himpunan K dalam ruang metrik (X,d)
𝑎 𝑎
dikatakan kompak jika setiap selimut terbuka untuk K memuat selimut bagian
berhingganya untuk K.
Pembahasan
1. Limit Fungsi
Misalkan X dan Y ruang metrik, E ⊂ X, f : E → Y dan p titik limit E. lim 𝑓(𝑥) = 𝑞 jika
𝑥→𝑝
dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga untuk setiap x ∈ E dengan 0 <
𝑑𝑥 (x, p) > 𝛿 berlaku 𝑑𝑦 (f(x), q) < 𝜀.
2. Fungsi Kontinu
Selanjutnya kita bicara kekontinuan fungsi di ruang metrik. Untuk menentukan
apakah suatu fungsi kontinu atau tidak, kita bisa menggunakan definisi atau boleh juga
menggunakan teorema, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Misalkan X dan Y ruang metrik, E ⊂ X, p ∈ E, f : E → Y. f kontinu di p ⟺ untuk setiap
𝜀 > 0 ada 𝛿 > 0 sehingga untuk setiap x ∈ E dengan 𝑑𝑥 (x,p) < 𝛿 berlaku 𝑑𝑦 (f(x),f(p)) <
𝜀. Jika f kontinu di setiap titik E, maka dikatakan f kontinu pada E.
Misalkan X ruang metrik, E ⊂ X dan f : E → R. f disebut fungsi terbatas jika ada M > 0
sehingga │f(x)│ ≤ M, untuk setiap x ∈ E.
Kesimpulan
1. Pengertian limit fungsi dan kekontinuan fungsi pada ruang metrik sama dengan
pengertian limit fungsi dan kekontinuan fungsi pada R di kalkulus, hanya bedanya kalau
di kalkulus yang dimaksud metrik/jarak adalah nilai mutlak, sedangkan di sini adalah
jarak yang umum yang memenuhi definisi metrik.
2. Fungsi f : X → Y kontinu pada X jika dan hanya jika 𝑓 −1(V) terbuka didalam X, untuk
setiap himpunan terbuka V didalam Y.
3. Fungsi f kontinu pada X jika dan hanya jika 𝑓 −1 (W) tertutup didalam X, untuk setiap
himpunan tertutup W didalam Y.
4. Jika fungsi f kontinu pada ruang metrik X yang kompak maka f(X) kompak.
5. Jika fungsi f kontinu pada ruang metrik X yang kompak maka f kontinu seragam pada
X.
Ringkasan Jurnal Pembanding
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu dengan tes tertulis dan wawancara.
Pembahasan
b. Soal 2
Soal 2 dalam penelitian ini adalah: “Diketahui fungsi f : 𝑍 + → R, f(x) = |x+1|, ∀x ∈ 𝑍 + .
Sketsa grafik fungsi , dan selidiki apakah fungsi kontinu pada daerah asalnya!”
Pada soal 2 memuat aspek pemahaman dan analisis karena penyelesaiaannya memerlukan
pemahaman dan analisis yang kompleks tentang kontinu pada interval dengan susunan
kalimat yang memuat dua perintah untuk diselesaikan.
c. Soal 3
Soal 3 dalam penelitian ini adalah: “Fungsi h : R→R, h(x) = |x+1⁄2|. Dimanakah
kontinu? Tunjukkan!”
Pada soal 3 memuat aspek evaluasi atas pengetahuan, pemahaman dan analisis subjek
dalam menyelesaikannya. Soal tersebut disusunan dengan kalimatyang memuat kalimat
pertanyaan dan kalimat perintah.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor penyebab berpikir pseudo dalam menyelesaikan soal-soal kekontinuan
fungsi linear yang melibatkan nilai mutlak berdasarkan gaya kognitif mahasiswa akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor-faktor penyebab berpikir pseudo pada mahasiswa gaya kognitif FI
adalah:
1) Pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori 1, berpikir pseudo disebabkan oleh: subjek
kehilangan tahap kontrol, belajar hafalan, faktor kebiasaan.
2) Pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori 2, berpikir pseudo disebabkan oleh: subjek
kehilangan tahap kontrol, dan belajar hafalan.
3) Pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori 3, berpikir pseudo disebabkan oleh: subjek
kurang berkomitmen kognitif, dan kurangnya pemahaman konsep.
b. Faktor-faktor penyebab berpikir pseudo pada mahasiswa gaya kognitif FD
adalah:
1) Pada mahasiswa gaya kognitif FD kategori 1, berpikir pseudo disebabkan oleh: belajar
hafalan dan kurangnya pemahaman konsep prasyarat.
2) Pada mahasiswa gaya kognitif FD kategori 2, berpikir pseudo disebabkan oleh: subjek
kurang berkomitmen kognitif, subjek kehilangan tahap kontrol, dan belajar hafalan.
3) Pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori 3, berpikir pseudo disebabkan oleh: subjek
kurang berkomitmen kognitif, dan belajar hafalan.
2.3 KELEMAHAN DAN KELEBIHAN JURNAL
Jurnal Kelebihan Kelemahan
Jurnal Utama 1. Menjelaskan konsep 1. Jurnal tidak
dengan teliti dan jelas menggunakan metode
2. Dimulai dengan penelitian
pendahuluan dimana 2. Tidak menggunakan
materi terlebih dahulu tujuan penelitian
dinarasikan 3. Tidak ada contoh soal
sebagai pembuktian
konsep
4. Penjelasan tidak
disertai dengan
pembuktian
Jurnal Pembanding 1. Konsep dijelaskan 1. Jawaban dari contoh
terlebih dahulu soal hanya dijelaskan
2. Tujuan penelitian, berupa narasi. Tidak
metode penelitian secara matematis,
dipaparkan secara jelas sehingga jawaban soal
3. Menggunakan tabel tidak terjawab
hasil penelitian untuk 2. Terlalu banyak kata-
menjelaskan hasil kata yang mubazir
4. Disertai contoh soal
BAB III
PENUTUP
2.3 KESIMPULAN
1. Jurnal utama menjelaskan mengenai materi Kekontinuan Fungsi secara konsep
dan jelas. Sedangkan jurnal pembanding menjelaskan contoh soal mengenai
materi Kekontinuan Fungsi.
2. Jurnal utama menjelaskan konsep namun tidak disertai dengan contoh soal. Jurnal
pembanding memberikan contoh soal, namun jawaban soal tidak dijelaskan secara
matematis melainkan narasi dan tidak disertai dengan pembuktian.
3. Kedua jurnal membahas materi Kekontinuan Fungsi.
2.4 SARAN
Penulis berharap jurnal tersebut dapat dikembangkan karena masing-masing jurnal
sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa mengenai materi
Kekontinuan Fungsi.
LAMPIRAN
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya berpikir pseudo dalam menyelesaikan soal-soal kekontinuan fungsi
linear yang melibatkan nilai mutlak berdasarkan gaya kognitif mahasiswa. Gaya
kognitif yang diperhatikan yaitu gaya kognitif field independent (FI) dan gaya kognitif
field dependent (FD). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Tadris matematika, Prodi Pendidikan
Matematika klp 1,2 semester IV Angkatan 2009 UIN Alauddin Makassar sebanyak
6 orang yang terbagi atas 3 mahasiswa yang bergaya kognitif FI (yaitu MD, AN
dan MS) dan 3 mahasiswa yang bergaya kognitif FD (yaitu EM, JR dan AR).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes GEFT, (2) tes
kemampuan menyelesaikan soal-soal kekontinuan fungsi linear yang melibatkan
nilai mutlak, dan (3) pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan
tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor-faktor
penyebab berpikir pseudo pada mahasiswa gaya kognitif FI adalah (a) pada
mahasiswa gaya kognitif FI kategori 1, berpikir pseudo disebabkan oleh hilangnya
tahap kontrol individu, belajar hafalan, dan faktor kebiasaan, (b) pada mahasiswa
gaya kognitif FI kategori 2, berpikir pseudo disebabkan oleh hilangnya tahap
kontrol individu, dan belajar hafalan.(c) pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori
3, berpikir pseudo disebabkan oleh kurangnya komitmen kognitif, dan kurangnya
pemahaman konsep. (2) faktor-faktor penyebab berpikir pseudo pada mahasiswa
gaya kognitif FD adalah (a) pada mahasiswa gaya kognitif FD kategori 1, berpikir
pseudo disebabkan oleh belajar hafalan dan kurangnya pemahaman konsep
prasyarat. (b) pada mahasiswa gaya kognitif FD kategori 2, berpikir pseudo
disebabkan oleh kurangnya komitmen kognitif, hilangnya tahap kontrol individu,
dan belajar hafalan. (c) pada mahasiswa gaya kognitif FI kategori 3, berpikir pseudo
disebabkan oleh kurangnya komitmen kognitif, dan belajar hafalan. Berdasarkan
hasil penelitian ini, satu-satunya perbedaan yang terlihat yaitu pada faktor
kebiasaan yang menyebabkan berpikir pseudo pada mahasiswa gaya kognitif FI.