Anda di halaman 1dari 8

Momentum, Vol. 8, No.

1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

ANALISIS PENGARUH MODEL SISTEM


SALURAN DENGAN POLA STYROFOAM
TERHADAP SIFAT FISIS DAN
L.H. Ashar,
KEKERASAN PRODUK PULI PADA
H. Purwanto, PROSES PENGECORAN ALUMINIUM
S.M.B. Respati DAUR ULANG
Pemanfaatan kembali aluminium bekas merupakan salah satu alternatif
untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku aluminium, selain itu akan
lebih menghemat sumber daya alam yang ada. Kualitas produk pengecoran
salah satunya dipengaruhi oleh sistem saluran. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil coran, struktur mikro dan kekerasan terhadap bentuk
sistem saluran, penelitian dengan membuat tiga macam sitem saluran
dengan temperatur tuang 7000C. metode penelitian dengan cara tiga model
Jurusan Teknik Mesin sistem saluran.Hasil menunjukkan bahwa dari ketiga model sistem saluran
Fakultas Teknik tersebut mempunyai cacat yang berbeda, untuk pola saluran B dan C
Universitas Wahid Hasyim terdapat cacat penyusutan (Shrinkage) di tengah-tengah coran, sedangkan
Jl Menoreh Tengah X/22 untuk pola saluran A tidak terdapat cacat penyusutan akan tetapi terdapat
Semarang cacat drop (tonjolan pada permukaan hasil coran). Hasil Struktur mikro
pengecoran pada pola saluran A, B dan C masing-masing terdapat cacat
e-mail:
porositas dimana pada pola saluran C lebih sedikit cacat porositasnya
lukmanhakimashar@gmail.com dibandingkan dengan pola saluran A dan paling banyak cacat porositasnya
helmy_uwh@yahoo.co.id terdapat pada pola saluran B dan pada hasil uji kekerasan Untuk nilai
sri.bondan.respati@gmail.com kekerasan pola saluran A lebih tinggi nilai kekerasannya 75,8 BHN
dibanding dengan Pola saluran B 70,8 BHN dan pola saluran C 70,73 BHN.

Kata kunci : Aluminium daur ulang, pengecoran evaporative, sistem


saluran, struktur mikro, kekerasan

Pendahuluan produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam


Aluminium merupakan logam yang banyak casting) dengan berbagai sistem saluran.
digunakan dalam berbagai aplikasi. Produk-produk
aluminium sering dihasilkan melalui proses Tinjauan Pustaka
pengecoran (casting) dan pembentukan (forming). Sutiyoko dan Suyitno (2011) melakukan
Aluminum hasil pengecoran banyak dijumpai pada penelitian untuk mengetahui karakteristik
peralatan rumah tangga dan komponen otomotif pengecoran lost foam pada besi cor kelabu dengan
misalnya velg, piston, blok mesin, puli dan lain variasi ketebalan benda. Metode yang digunakan
sebagainya. Pengecoran aluminium dapat pola Styrofoam ketebalan 2 mm, 3,5 mm, 5 mm
dilakukan dengan cetakan logam dan cetakan pasir. digetarkan. Cairan logam dituang kedalam cetakan
Pengecoran evaporatif atau pengecoran dengan pada suhu sekitar 1350° C – 1375° C. Hasil
mengunakan pola styrofoam atau lost foam penelitian menunjukkan fluiditas besi cor kelabu
casting adalah pengecoran dengan mengunakan pada ketebalan 2 mm dapat mencapai panjang 83
pola dari bahan yang dapat menguap jika mm dan semakin meningkat dengan meningkatnya
terkena panas logam cair. Pengecoran ini ketebalan benda yakni 148 mm, 283 mm dan 352
banyak digunakan pada industri kecil. Kualitas mm. Porositas benda semakin meningkat dengan
coran salah satunya tergantung pada sitem saluran, meningkatnya ketebalan benda.
sehingga perlu dilakukan analisis pengaruh model Roziqin (2012), melakukan penelitian tentang
sistem saluran terhadap kualitas coran yang pengaruh model sistem saluran pada proses
dihasilkan pada coran puli dengan diameter 76mm. pengecoran aluminium daur ulang terhadap
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur mikro dan kekerasan coran puli diameter
pengaruh sistem saluran terhadap hasil coran, 76 mm dengan cetakan pasir. Metode yang
untuk mengetahui struktur mikro dan kekerasan dilakukan dengan membuat tiga macam sistem
saluran dengan temperatur 7000C. hasil
48
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

menunjukkan bahwa sistem saluran langsung di c. Sistem Saluran


tengah dan sistem saluran saluran pisah samping Sistem saluran adalah sistem yang dibuat
dengan lubang penambah tidak terdapat cacat dimana logam cair mengalir hingga ke rongga
penyusutan sedangkan pada system saluran pisah cetakan. Secara umum sistem saluran terdiri
samping tanpa lubang penambah terdapat cacat dari: cawan tuang, saluran turun, saluran
penyusutan di tengah coran. Hasil struktur mikro pengalir, saluran masuk dan penambah.
permukaan aluminium yang paling halus terdapat 1. Cawan tuang merupakan corong untuk
pada sistem saluran pisah samping dengan lubang menampung logam cair dari ladel untuk di
penambah. Hasil uji kekerasan menunjukkan masukan ke dalam cetakan.
bahwa sistem saluran langsung di tengah paling 2. Saluran turun dibuat lurus dan tegak dengan
tinggi nilai kekerasannya diantara system saluran irisan berupa lingkaran. Kadang-kadang
yang lainyatu sebesar 77,40 BHN. Sedangkan irisannya sama dari atas sampai bawah, atau
kekerasan terendah terdapat pada sistem saluran mengecil dari atas ke bawah.
pisah samping dengan lubang penambah yaitu 3. Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti
sebesar 74,40 BHN. hal tersebut karena laju trapesium atau setengah lingkaran sebab
pembekuan terakhir terletak pada bagian tengah irisan demikian mudah dibuat pada
coran. Jadi semakin lama laju pembekuannya permukaan pisah, lagi pula pengalir
semakin rendah kekerasannya. mempunyai luas permukaan yang terkecil
untuk satu luas irisan tertentu, sehingga
Landasan Teori lebih efektif untuk pendinginan yang lambat.
Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey 4. Saluran Masuk dibuat dengan irisan yang
Dafy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur. lebih kecil dari pada irisan pengalir, agar
Aluminium adalah salah satu logam non ferro yang dapat mencegah kotoran masuk ke dalam
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah rongga cetakan (Surdia dan Chijiiwa, 1986).
memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan 5. Penambah berfungsi memberikan logam cair
terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik. ke bagian yang menyusut karena pembekuan
Adapun sifat dasar dari aluminium adalah pada coran, untuk mencegah rongga‐rongga
memiliki sifat mampu cor yang baik dan sifat penyusutan dan untuk meniadakan pasir yang
mekanik yang jelek. Dengan keunggulan tersebut, terbawa serta kerak dan gas‐gas dari coran.
maka pemanfaatan material aluminium pada
beberapa sektor industri menjadi semakin Pola
meningkat. Sehingga pemanfaatan kembali Pada pengecoran evaporative dengan pola
aluminium bekas merupakan salah satu alternatif Styrofoam, saluran turun dan bagian dari sistem
untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku saluran masuk merupakan bagian dari pola. Pola,
aluminium, selain itu akan lebih menghemat saluran turun dan saluran tuangnya ditinggalkan
sumber daya alam yang ada. dalam cetakan. Pada saat proses pencetakan, pola
a. Pengecoran Evaportive yang umumnya terbuat dari polistiren akan
Pengecoran dengan menggunakan foam (Lost menguap dan logam cair akan mengisi rongga
Foam Casting) ditemukan pada tahun 1964 oleh cetakan (Surdia dan Chijiiwa,1975) dapat dilihat
M. C. Flemmings. Lost Foam Casting pada Gambar 1.
diperkenalkan secara umum pada pertengahan
tahun 1980-an dimana Flemmings membuat
sebuah motor generator dengan menggunakan Lost
Foam Casting (Surdia dan Saito, 1992).
Pengecoran evaporatif atau pengecoran dengan
mengunakan pola styroform atau lost foam
casting adalah pengecoran dengan mengunakan Gambar 1. Cetakan Pola Sekali Pakai
pola dari bahan yang dapat menguap jika Penentuan Tambahan Penyusutan
terkena panas logam cair. Tabel 1. Tambahan penyusutan yang disarankan.
b. Pasir Cetak Lost Foam Casting Tambahan Bahan
Pasir cetak lost foam casting biasanya Penyusutan
digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir 8/1.000 Besi cor, baja cor tipis
sungai dan pasir silica (pasir putih) yang 9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak
menyusut
disediakan alam.
49
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

10/1.000 sama dengan atas & aluminium. Tabel 2. Sifat Logam pada Pengecoran (Amstead,
12/1.000 Paduan aluminium, Brons, baja cor 1995)
(tebal 5-7 mm)
Kekuatan
14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor. Keuletan Kekerasan
Jenis logam Tarik
16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm) (%) (BHN)
(Mpa)
20/1.000 Coran baja yang besar
Besi dan baja
25/1.000 Coran baja besar dan tebal
Besi cor 110 – 207 0–1 100 – 150
Tambahan ukuran bahan diberikan pada saat Kelabu 310 0–1 450
pembuatan cetakan yang direncanakan. Tabel 1. Besi cor 276 – 2070 12 - 15 110 - 500
memberikan harga-harga angka yang khas untuk putih
tambahan penyusutan. Baja
Bukan besi
Aluminium 83 – 310 10 – 35 30 – 100
Pembekuan Pada Coran Tembaga 345 – 689 5 – 10 50 – 100
Pembekuan pada proses pengecoran dengan Magnesium 83 – 345 9 – 15 30 – 60
cetakan logam dimulai pada bagian logam cair Seng 48 – 90 2 – 10 80 – 100
yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika Titan 552 – 1034 - 158 – 266
Nikel 414 - 1103 15 - 40 90 - 250
panas dari logam cair diambil oleh cetakan
sehingga bagian logam yang bersentuhan
dengan cetakan itu mendingin sampai beku, Metodologi Penelitian
dimana kemudian inti‐inti Kristal tumbuh. Bahan Dasar : Bahan yang digunakan adalah
Bagian dari dalam coran mendingin lebih aluminium daur ulang.
lambat dari pada bagian luar, sehingga Alat yang digunakan :
kristal‐kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke Alat yang digunakan pada penelitian ini
bagian dalam coran dan butir‐butir Kristal adalah : tungku pengecoran (peleburan), cetakan
tersebut berbentuk panjang‐panjang seperti pasir, kowi, thermometer digital, blower, sarung
kolom, yang disebut struktur kolumnar, seperti tangan, penjepit, alat pengamatan struktur mikro
pada Gambar 2.5. dan alat pengujian kekerasan.
Rencana Desain Puli

Gambar 2. Skema struktur kristal pada coran


karena perbedaan gradien suhu. Pada proses
pembekuan (M.C.Flemings, 1974)
Struktur mikro
Pengamatan struktur mikro adalah salah
satu cara untuk mengetahui struktur kristal dalam
coran. Pengambilan foto mikro dengan mikroskop
optik metalurgi. Ukuran dan bentuk struktur butir
akan sangat berpengaruh terhadap karakter sifat
bahan terutama kekuatan, kekerasan dan
ketangguhan.
Gambar 3. Desain Puli
Kekerasan Desain Saluran Pola
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell Desain 1
bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material
terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (speciment). Pada
Tabel 2. menunjukan sifat logam pada
pengecoran. Gambar 4. Pola Saluran A
Desain 2

50
Momentu
um, Vol. 8, Noo. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWA
AHAS

Drop

Gambar 5.
5 Pola Salurann B Gambar 8. Hasil Pola Saluran
S A
Disain 3
Gaambar 4.11. memperrlihatkan, hasil
pengecoran pada ppola saluran A bahwa teerjadi
cacat drop
d yaitu toonjolan pada permukaan yang
disebabbkan karenaa jatuhnya pasir pada saat
penuanngan.

Gambar 6.
6 Pola Salurann C P
Penyusutan

Alur Peneelitian
Mulai

Gambar 9.. Hasil Pola Saluran


S B
Pembuatan Cetakan
C Materiaal Aluminium daur ulang
g
dan Polla Gaambar 4.2. ppada pola saaluran B terrdapat
Pembuatan Ingot
cacat penyusutan
p ddibagian tengah coran. Haal ini
terjadi karena pem mbekuan loggam dimulai dari
Peleburan
bagian yang berseentuhan deng gan cetakan, saat
Penuangan panas dari logam cair diseraap oleh cetakan
sehinggga logam meendingin hinggga mencapaii titik
beku kemudian
k munncul inti – innti kristal. Bagian
Pola 1 Pola 2 Pola 3
dalam coran membbeku lebih lambat l dari pada
bagian luar, sehinggga kristal – kristal
k tumbuhh dari
Pembongkaran
inti asaal mengarahh bagian dalaam. Penyebaabnya
Peengamatan Visual adalah bagian tengaah coran gas yang ditimbuulkan
Tidak
oleh peeleburan paduuan aluminiumm dan uap airr pada
pasir cetak terjebakk di tengah-teengah coran yang
Berhasil ?
tidak bisa
b keluar ddan desain pola
p Penyusutan
yang kuurang
sempurrna.
ya

Pem
mbuatan spesimen

Pengamatan Struktur Mikro Pengujian kekerasann

Anaalisa dan Pembahasan


Gambar 100. Hasil Pola Saluran C
Gaambar 10. padda pola saluraan C terdapatt juga
Kesimpulan cacat penyusutan
p ddibagian tengah coran. Haal ini
juga terrjadi karena pembekuan
p lo
ogam dimulaai dari
Selesai bagian yang berseentuhan deng gan cetakan, saat
panas dari logam cair diseraap oleh cetakan
sehinggga logam meendingin hinggga mencapaii titik
Gambarr 7. Alur Peneelitian beku keemudian munncul inti – intii kristal.
Hasil Pen
ngecoran Daari ketiga mmodel sistem saluran terrsebut
Dari hasil pengeecoran dengaan tiga moddel hasil cooran dapat diikatakan bahw
wa pola salurran A
sistem salluran, maka diperoleh haasil pengecorran terdapaat cacat dropp tetapi tidaak terdapat cacat
dengan temperatur tuang 7000 oC, sepeerti penyusuutan pada cooran dan padaa hasil coran pada
ditunjukkaan pada Gambbar 8., 9., 10.
51
Momentum,
M , Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHA
AS

pola
p saluran B dan C teerdapat cacat penyusutan dan gas ceenderung akann kembali kee bagian tengaah
yang
y terletakk ditengah cooran. Hasil produk
p pada cetakan daan akan beruusaha lewat melalui
m saluraan
pengecoran
p e
evaporative diibandingkan dengan
d hasil penuanagaan hal iniilah yang menyebabkaan
produk
p penggecoran yangg menggunakkan cetakan terjadinya porositas terbbanyak di baggian tengah
pasir
p basah Dari
D segi ekonnomis pengeccoran dalam
sekala besarr lebih baik k memakai pola yang
permanen
p m
misalnya pola dari kayu bisa
b dipakai
berulang-ulan
b ng dan pasir cetakannya bisa
b ditekan
lebih
l kuat sehhingga pasir cetak
c tidak mudah
m runtuh
(sand drop) seperti yangg sudah dilaakukan oleh
(Roziqin, 201 12).
Pengamatan
P n Struktur Mikro
M Gambarr 14. Strukturr Mikro pada Spesimen B1
Pengamaatan struktur mikro dengann tiga model
sistem saluraan pada hasill pengecorann daur ulang
aluminium
a 00 oC seperti
deengan temperratur tuang 70
ditunjukkan
d p
pada Gambar 11. sampai 19.

Gambarr 15. Strukturr Mikro pada Spesimen B22

Gambar 11
1. Struktur Mikro
M pada Speesimen A1

Gambarr 16. Strukturr Mikro pada Spesimen B33


Gambbar 14, 15, 16, struktuur mikro padda
Gambar 12
2. Struktur Mikro
M pada Speesimen A2 spesimen B1 terlihat pporositas dan matrik silikoon
berbentuk serpih, dibaandingkan denngan spesimeen
B2 dan B3 banyakk porositas yang hamppir
memenuhii setiap baagian dari coran. Caccat
porositas pada pola saluran B paling p banyaak
terdapat dibagian
d tengah dan ujungg yang terjauuh
dari sistem
m saluran. Haal ini dikarennakan gas yanng
terbawa dalam
d logam
m cair selaama pencairaan
Gambar 13
3. Struktur Mikro
M pada Speesimen A3 terjebak diidalam ronggga cetakan tannpa ada saluraan
pembuanggan. Cacat porositas
p daapat diperbaiiki
Dari hasil pengamattan struktur mikro pada
dengan meenambah saluuran pembuanngan.
Gambar
G 11, 12, 13, tersebbut pada maasing-masing
spesimen terrdapat porosiitas, matrik silikon dan
matrik
m minium. Porositas terjadi disebabkan
alum
terperangkapn
t nya gas dan uap
u air dalamm logam cair
pada
p waktu proses
p pengeccoran. Pada spesimen
s A1
dan
d A3 terliihat paduan silikon berbeentuk serpih
dan
d terdapatt sedikit po orositas, sed
dangkan A2
banyak
b terddapat cacat porositas, hal ini di
karenakan
k paada penuangaan logam cairr dari tengah Gambarr 17. Strukturr Mikro pada Spesimen C11
sistem salurran langsun ng, cairan akan turun
bergerak
b darri tengah menyebar ke bagian tepi
sehingga gas yang terbawa dalam logam cair
selama pencaairan terjebakk di dalam ronngga cetakan

52
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

sedikit yang menggunakan cetakan pasir basah


dengan pola kayu seperti yang sudah dilakukan
oleh (Roziqin, 2012). Hal ini dikarenakan pada
pengecoran evaporative pola stryrofoam ada gas
sisa meleburnya dari pola styrofoam yang terjebak
didalam rongga cetakan serta kecenderungan pasir
Gambar 18. Struktur Mikro pada Spesimen C2 kering mudah runtuh dan bercampur dengan coran
sehingga mengakibatkan terjadinya cacat porositas.
Uji Kekerasan Brinell
Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan
alat Brinell (HB/BHN). Dari hasil pengujian data
dimasukkan kedalam tabel sehingga di dapatkan
hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Gambar 19. Struktur Mikro pada Spesimen C3 Tabel 3. Uji Kekerasan Brinell pada Spesimen A
Titik Rata-
Rata-
Gambar 17, 18, 19, struktur mikro pada Spesimen Letak rata
1 2 3 4 5 rata
spesimen C1 terlihat paduan struktur silikon (BHN)
berbentuk serpih dan terdapat cacat porositas
Atas 78 75 73 73 74 74.6
berbentuk bulat, sedangkan pada spesimen C2
A1 Tengah 77 76 76 75 74 75.6 75.8
terlihat matrik silikon juga berbentuk serpih dan
Bawah 80 73 78 78 77 77.2
cacat porositas berbentuk bulatan besar, pada
Atas 75 77 79 77 76 76.8
spesimen C3 porositasnya berbentuk bulat dan
A2 Tengah 74 74 74 71 74 73.4 75.26
memanjang. Pada pola saluran C cacat
Bawah 74 76 77 76 75 75.6
porositasnya lebih sedikit dibandingkan dengan
Atas 79 76 76 78 73 76.4
pola saluran A dan pola saluran B. Hal ini
dikarenakan pada pola saluran C saat logam cair A3 Tengah 73 76 77 78 78 76.4 75.8

turun mengalir melalui sistem saluran dapat Bawah 72 75 75 77 74 74.6

langsung bergerak memenuhi rongga cetakan dan


gas yang terbawa dalam logam cair dapat keluar Gambar 20. menunjukkan bahwa
melalui saluran penambah. kekerasan rata-rata pada spesimen A1 dan A3
mempunyai kekerasan sebesar 75,8 BHN, hal ini
Dari hasil pengamatan struktur mikro pada dikarenakan tingkat porositas spesimen A1 dan A3
ketiga sistem saluran tersebut adalah cacat lebih sedikit, sehingga spesimen mempunyai daya
porositas terjadi akibat gas yang terbawa dalam tahan yang lebih tinggi terhadap bola baja
logam cair selama pencairan terjebak kedalam (indentor) yang ditekankan pada permukaan
rongga cetakan. Hasil struktur mikro pada saluran material uji (spesimen) tersebut. Sedangkan pada
A cacat porositasnya terdapat dibagian tengah spesimen A2 tingkat porositasnya lebih tinggi,
yaitu pada A2, sedangkan cacat porositas pada sehingga permukaan spesimen lebih lunak dan
saluran B paling banyak terdapat pada bagian tingkat kekerasannya lebih rendah yaitu sebesar
tengah dan ujung tepi yang jauh dari sistem 75,26 BHN.
saluran. Kemudian pada pola saluran C cacat
76
porositas paling banyak terdapat di bagian tengah 75.8 75.8
75.8
coran, sedangkan bagian tepi lebih sedikit cacat
KEKERASAN (BHN)

75.6
porositasnya. Jadi hasil struktur mikro pada pola
saluran C lebih sedikit cacat porositasnya di 75.4 75.26
bandingkan dengan pola saluran A dan paling 75.2
banyak cacat porositasnya terdapat pada pola 75
saluran B. Karena pada saluran C gas yang terbawa 74.8
oleh logam cair dapat keluar melalui saluran A1 A2 A3
SPESIMEN
penambah. Struktur mikro pada pengecoran
evaporative dibandingkan dengan struktur mikro
yang menggunakan cetakan pasir basah dengan Gambar 20. Diagram Uji Kekerasan Brinell pada
pola kayu hasilnya tingkat porositasnya lebih Spesimen A
53
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

Tabel 4. Uji Kekerasan Brinell pada Spesimen B lambat dan tingkat porositasnya lebih banyak yang
Titik Rata- dikarenakan gas dan uap air terjebak di tengah,
Rata-
Spesimen Letak rata kemudian spesimen C3 mempunyai kekerasan
1 2 3 4 5 rata
(BHN) yang lebih tinggi dari pada C2, dikarenakan bagian
Atas 70 70 72 72 72 71.2 tepi dan dekat saluran penambah mendingin lebih
B1 Tengah 70 72 70 69 73 70.8 70.8
cepat dan adapun kekerasan C3 sebesar 70,33
Bawah 71 70 70 71 70 70.4
BHN.
Tabel 5 Uji Kekerasan Brinell pada Spesimen C
Atas 69 71 72 71 69 70.4
B2 Tengah 67 71 70 70 65 68.6 69.6 Titik Rata-
Rata-
Bawah 69 72 68 71 69 69.8 Spesimen Letak rata
1 2 3 4 5 rata
(BHN)
Atas 70 69 72 67 71 69.8
B3 Tengah 68 73 68 70 68 69.4 70.1 Atas 71 71 68 71 68 69.8
C1 Tengah 70 69 72 73 71 71 70.73
Bawah 72 73 70 72 69 71.2
Bawah 72 70 72 71 72 71.4
Atas 71 71 71 70 71 70.8
C2 Tengah 72 68 68 67 69 68.8 69.86

71 70.8 Bawah 72 72 70 68 68 70
Atas 69 73 71 70 70 70.6
C3 Tengah 73 72 71 71 70 71.4 70.33
KEKERASAN (BHN)

70.5
70.13 Bawah 69 71 70 69 66 69

70
69.6 70.8 70.73
69.5 70.6
70.33
KEKERASAN (BHN)

70.4
69
70.2
B1 B2 B3
70 69.86
SPESIMEN
69.8
69.6
Gambar 21. Diagram Uji Kekerasan Brinell pada 69.4
Spesimen B
C1 C2 C3
Gambar 21. menunjukkan bahwa kekerasan SPESIMEN
paling tinggi pada spesimen B1 yaitu sebesar 70,8
Gambar 22. Digram Uji Kekerasan Brinell pada
BHN, hal ini terjadi karena pada B1 pendinginan
Spesimen C
lebih cepat, di karenakan lebih dekat dengan
Gambar 23. menunjukkan pengaruh
saluran penuangan, sehinga menghasilkan
model sistem saluran pada pengecoran daur ulang
permukaan yang lebih keras dan tingkat
aluminium terhadap kekerasan terlihat bahwa
porositasnya lebih sedikit, sedangkan pada
spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang
spesimen B2 mempunyai kekerasan terendah yaitu
paling tinggi diantara spesimen yang lain yaitu
69,6 BHN, hal ini terjadi pendinginan lebih lambat
sebesar 75,8 BHN. Sedangkan kekerasan terendah
dan tingkat porositasnya lebih banyak yang
terdapat pada spesimen B2 yaitu sebesar 69,6
dikarenakan gas dan uap air terjebak di tengah,
BHN. Hal ini dikarenakan laju pembekuan terakhir
kemudian spesimen B3 mempunyai kekerasan
terletak pada sumbu tengah sebuah coran. Jadi
yang lebih tinggi dari pada B2, dikarenakan bagian
semakin lama laju pembekuannya semakin rendah
tepi mendingin lebih cepat dan adapun kekerasan
kekerasanya. Nilai kekerasannya masih sesuai
B2 sebesar 70,13BHN.
dengan batas kekerasan pada aluminium yaitu
Gambar 22. menunjukkan bahwa kekerasan
sebesar 30 – 100 BHN pada Tabel 2. Jadi pola
paling tinggi pada spesimen C1 yaitu sebesar 70,73
saluran A lebih tinggi nilai kekerasannya
BHN, hal ini terjadi karena pada C1 pendinginan
dibanding dengan pola saluran B dan pola saluran
lebih cepat, di karenakan lebih dekat dengan
C. Pengujian kekerasan pada pengecoran
saluran penuangan, sehinga menghasilkan
evaporative dibandingkan dengan kekerasan yang
permukaan yang lebih keras dan tingkat
menggunakan cetakan pasir dengan pola kayu
porositasnya lebih sedikit sedangkan pada
hasilnya kekerasan lebih tinggi yang menggunakan
spesimen C2 mempunyai kekerasan terendah yaitu
cetakan pasir dengan pola kayu seperti yang sudah
69,86 BHN, hal ini terjadi pendinginan lebih
dilakukan oleh (Roziqin, 2012). Hal itu
54
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS

dikarenakan laju pembekuan dengan cetakan pasir Daftar Pustaka


basah lebih cepat membeku dari pada Amstead, B.H., Ostwalt P.F., 1995, Teknologi
menggunakan dengan pasir kering, karena Mekanik, Erlangga, Jakarta.
perpindahan temperatur akan cepat berpindah dari Fleemings, M.C., 1974, Solidification Processing,
temperatur yang tinggi ke temperatur yang lebih Mc. Graw-Hill Book Company, pp. 134-135.
rendah dan nilai kekerasan coran juga dipengaruhi Purwanto, H., 2009, Diktat Kuliah Teknik
oleh tingkat porositasnya, semakin sedikit tingkat Pengecoran. Cetakan Pertama, Universitas
porositasnya semakin tinggi tingkat kekerasannya Wahid Hasyim Semarang.
karena lebih kuat menahan bola indentor. Roziqin, K., 2012, Pengaruh Model Sistem
Saluran pada Proses Pengecoran Aluminium
78 Daur Ulang terhadap Struktur Mikro dan
75.8 75.26 75.8
76 Kekerasan Coran Puli Diameter 76 mm
KEKERASAN (BHN)

74 dengan Cetakan Pasir, Jurnal Teknik Mesin


72 70.8 70.73
69.6 70.13 69.8670.33 Universitas Wahid Hasyim Semarang.
70 Sudjana, H., 2008, Teknik Pengecoran Logam,
68
BSE SMK, Departemen Pendidikan Nasional.
66
Surdia, T., Chijiiwa K., 1986, Teknik Pengecoran
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Logam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Surdia, T., Saito, S., 1992, Pengetahuan Bahan
Gambar 23. Diagram Uji Kekerasan pada Tiga Teknik, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sistem Saluran Sutiyoko., Suyitno., 2011, Karakteristik
Pengecoran Lost Foam Pada Besi Cor Kelabu
Kesimpulan Dengan Variasi Ketebalan Benda, Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian, pengujian dan Teknik Mesin Universitas Gajah Mada.
analisa dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan secara visual menunjukkan
bahwa ketiga model sistem saluran mempunyai
cacat yang berbeda, untuk pola saluran B dan C
terdapat cacat penyusutan (Shrinkage) di
tengah-tengah coran, sedangkan untuk pola
saluran A tidak terdapat cacat penyusutan akan
tetapi terdapat cacat drop (tonjolan pada
permukaan hasil coran).
2. Hasil pengamatan struktur mikro pada pola
saluran A, B dan C masing-masing terdapat
cacat porositas dimana pada pola saluran C
lebih sedikit cacat porositasnya dibandingkan
dengan pola saluran A dan paling banyak cacat
porositasnya terdapat pada pola saluran B.
3. Hasil uji kekerasan pada pola saluran A lebih
tinggi nilai kekerasannya 75,8 BHN dibanding
dengan Pola saluran B 70,8 BHN dan pola
saluran C 70,73 BHN. Jadi semakin lama laju
pembekuannya semakin rendah kekerasanya.

Saran
Untuk mendapatkan hasil produk cor yang
baik dan halus sebaiknya menggunakan pola
styrofoam yang halus dan padat. Penelitian
selanjutnya perlu dilakukan dengan variasi saluran
dan temperatur yang berbeda, untuk mengetahui
perbedaan hasilnya.

55

Anda mungkin juga menyukai