10/1.000 sama dengan atas & aluminium. Tabel 2. Sifat Logam pada Pengecoran (Amstead,
12/1.000 Paduan aluminium, Brons, baja cor 1995)
(tebal 5-7 mm)
Kekuatan
14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor. Keuletan Kekerasan
Jenis logam Tarik
16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm) (%) (BHN)
(Mpa)
20/1.000 Coran baja yang besar
Besi dan baja
25/1.000 Coran baja besar dan tebal
Besi cor 110 – 207 0–1 100 – 150
Tambahan ukuran bahan diberikan pada saat Kelabu 310 0–1 450
pembuatan cetakan yang direncanakan. Tabel 1. Besi cor 276 – 2070 12 - 15 110 - 500
memberikan harga-harga angka yang khas untuk putih
tambahan penyusutan. Baja
Bukan besi
Aluminium 83 – 310 10 – 35 30 – 100
Pembekuan Pada Coran Tembaga 345 – 689 5 – 10 50 – 100
Pembekuan pada proses pengecoran dengan Magnesium 83 – 345 9 – 15 30 – 60
cetakan logam dimulai pada bagian logam cair Seng 48 – 90 2 – 10 80 – 100
yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika Titan 552 – 1034 - 158 – 266
Nikel 414 - 1103 15 - 40 90 - 250
panas dari logam cair diambil oleh cetakan
sehingga bagian logam yang bersentuhan
dengan cetakan itu mendingin sampai beku, Metodologi Penelitian
dimana kemudian inti‐inti Kristal tumbuh. Bahan Dasar : Bahan yang digunakan adalah
Bagian dari dalam coran mendingin lebih aluminium daur ulang.
lambat dari pada bagian luar, sehingga Alat yang digunakan :
kristal‐kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke Alat yang digunakan pada penelitian ini
bagian dalam coran dan butir‐butir Kristal adalah : tungku pengecoran (peleburan), cetakan
tersebut berbentuk panjang‐panjang seperti pasir, kowi, thermometer digital, blower, sarung
kolom, yang disebut struktur kolumnar, seperti tangan, penjepit, alat pengamatan struktur mikro
pada Gambar 2.5. dan alat pengujian kekerasan.
Rencana Desain Puli
50
Momentu
um, Vol. 8, Noo. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWA
AHAS
Drop
Gambar 5.
5 Pola Salurann B Gambar 8. Hasil Pola Saluran
S A
Disain 3
Gaambar 4.11. memperrlihatkan, hasil
pengecoran pada ppola saluran A bahwa teerjadi
cacat drop
d yaitu toonjolan pada permukaan yang
disebabbkan karenaa jatuhnya pasir pada saat
penuanngan.
Gambar 6.
6 Pola Salurann C P
Penyusutan
Alur Peneelitian
Mulai
Pem
mbuatan spesimen
pola
p saluran B dan C teerdapat cacat penyusutan dan gas ceenderung akann kembali kee bagian tengaah
yang
y terletakk ditengah cooran. Hasil produk
p pada cetakan daan akan beruusaha lewat melalui
m saluraan
pengecoran
p e
evaporative diibandingkan dengan
d hasil penuanagaan hal iniilah yang menyebabkaan
produk
p penggecoran yangg menggunakkan cetakan terjadinya porositas terbbanyak di baggian tengah
pasir
p basah Dari
D segi ekonnomis pengeccoran dalam
sekala besarr lebih baik k memakai pola yang
permanen
p m
misalnya pola dari kayu bisa
b dipakai
berulang-ulan
b ng dan pasir cetakannya bisa
b ditekan
lebih
l kuat sehhingga pasir cetak
c tidak mudah
m runtuh
(sand drop) seperti yangg sudah dilaakukan oleh
(Roziqin, 201 12).
Pengamatan
P n Struktur Mikro
M Gambarr 14. Strukturr Mikro pada Spesimen B1
Pengamaatan struktur mikro dengann tiga model
sistem saluraan pada hasill pengecorann daur ulang
aluminium
a 00 oC seperti
deengan temperratur tuang 70
ditunjukkan
d p
pada Gambar 11. sampai 19.
Gambar 11
1. Struktur Mikro
M pada Speesimen A1
52
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS
75.6
porositasnya. Jadi hasil struktur mikro pada pola
saluran C lebih sedikit cacat porositasnya di 75.4 75.26
bandingkan dengan pola saluran A dan paling 75.2
banyak cacat porositasnya terdapat pada pola 75
saluran B. Karena pada saluran C gas yang terbawa 74.8
oleh logam cair dapat keluar melalui saluran A1 A2 A3
SPESIMEN
penambah. Struktur mikro pada pengecoran
evaporative dibandingkan dengan struktur mikro
yang menggunakan cetakan pasir basah dengan Gambar 20. Diagram Uji Kekerasan Brinell pada
pola kayu hasilnya tingkat porositasnya lebih Spesimen A
53
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS
Tabel 4. Uji Kekerasan Brinell pada Spesimen B lambat dan tingkat porositasnya lebih banyak yang
Titik Rata- dikarenakan gas dan uap air terjebak di tengah,
Rata-
Spesimen Letak rata kemudian spesimen C3 mempunyai kekerasan
1 2 3 4 5 rata
(BHN) yang lebih tinggi dari pada C2, dikarenakan bagian
Atas 70 70 72 72 72 71.2 tepi dan dekat saluran penambah mendingin lebih
B1 Tengah 70 72 70 69 73 70.8 70.8
cepat dan adapun kekerasan C3 sebesar 70,33
Bawah 71 70 70 71 70 70.4
BHN.
Tabel 5 Uji Kekerasan Brinell pada Spesimen C
Atas 69 71 72 71 69 70.4
B2 Tengah 67 71 70 70 65 68.6 69.6 Titik Rata-
Rata-
Bawah 69 72 68 71 69 69.8 Spesimen Letak rata
1 2 3 4 5 rata
(BHN)
Atas 70 69 72 67 71 69.8
B3 Tengah 68 73 68 70 68 69.4 70.1 Atas 71 71 68 71 68 69.8
C1 Tengah 70 69 72 73 71 71 70.73
Bawah 72 73 70 72 69 71.2
Bawah 72 70 72 71 72 71.4
Atas 71 71 71 70 71 70.8
C2 Tengah 72 68 68 67 69 68.8 69.86
71 70.8 Bawah 72 72 70 68 68 70
Atas 69 73 71 70 70 70.6
C3 Tengah 73 72 71 71 70 71.4 70.33
KEKERASAN (BHN)
70.5
70.13 Bawah 69 71 70 69 66 69
70
69.6 70.8 70.73
69.5 70.6
70.33
KEKERASAN (BHN)
70.4
69
70.2
B1 B2 B3
70 69.86
SPESIMEN
69.8
69.6
Gambar 21. Diagram Uji Kekerasan Brinell pada 69.4
Spesimen B
C1 C2 C3
Gambar 21. menunjukkan bahwa kekerasan SPESIMEN
paling tinggi pada spesimen B1 yaitu sebesar 70,8
Gambar 22. Digram Uji Kekerasan Brinell pada
BHN, hal ini terjadi karena pada B1 pendinginan
Spesimen C
lebih cepat, di karenakan lebih dekat dengan
Gambar 23. menunjukkan pengaruh
saluran penuangan, sehinga menghasilkan
model sistem saluran pada pengecoran daur ulang
permukaan yang lebih keras dan tingkat
aluminium terhadap kekerasan terlihat bahwa
porositasnya lebih sedikit, sedangkan pada
spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang
spesimen B2 mempunyai kekerasan terendah yaitu
paling tinggi diantara spesimen yang lain yaitu
69,6 BHN, hal ini terjadi pendinginan lebih lambat
sebesar 75,8 BHN. Sedangkan kekerasan terendah
dan tingkat porositasnya lebih banyak yang
terdapat pada spesimen B2 yaitu sebesar 69,6
dikarenakan gas dan uap air terjebak di tengah,
BHN. Hal ini dikarenakan laju pembekuan terakhir
kemudian spesimen B3 mempunyai kekerasan
terletak pada sumbu tengah sebuah coran. Jadi
yang lebih tinggi dari pada B2, dikarenakan bagian
semakin lama laju pembekuannya semakin rendah
tepi mendingin lebih cepat dan adapun kekerasan
kekerasanya. Nilai kekerasannya masih sesuai
B2 sebesar 70,13BHN.
dengan batas kekerasan pada aluminium yaitu
Gambar 22. menunjukkan bahwa kekerasan
sebesar 30 – 100 BHN pada Tabel 2. Jadi pola
paling tinggi pada spesimen C1 yaitu sebesar 70,73
saluran A lebih tinggi nilai kekerasannya
BHN, hal ini terjadi karena pada C1 pendinginan
dibanding dengan pola saluran B dan pola saluran
lebih cepat, di karenakan lebih dekat dengan
C. Pengujian kekerasan pada pengecoran
saluran penuangan, sehinga menghasilkan
evaporative dibandingkan dengan kekerasan yang
permukaan yang lebih keras dan tingkat
menggunakan cetakan pasir dengan pola kayu
porositasnya lebih sedikit sedangkan pada
hasilnya kekerasan lebih tinggi yang menggunakan
spesimen C2 mempunyai kekerasan terendah yaitu
cetakan pasir dengan pola kayu seperti yang sudah
69,86 BHN, hal ini terjadi pendinginan lebih
dilakukan oleh (Roziqin, 2012). Hal itu
54
Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 48- 55 ft-UNWAHAS
Saran
Untuk mendapatkan hasil produk cor yang
baik dan halus sebaiknya menggunakan pola
styrofoam yang halus dan padat. Penelitian
selanjutnya perlu dilakukan dengan variasi saluran
dan temperatur yang berbeda, untuk mengetahui
perbedaan hasilnya.
55