Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

KONSEP DAN METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

KOMPETENSI DASAR

3.1 Mendeskripsikan konsep dan metode penghitungan pendapatan nasional


4.1 Menyajikan hasil penghitungan pendapatan nasional

A. PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL


Pendapatan nasional suatu negara biasanya dijadikan salah satu tolok ukur
dalam menentukan tingkat kemakmuran masyarakat negara tersebut, meskipun masih
ada indikator yang lain yang masih harus diperhatikan, seperti halnya tingkat
pemerataan pendapatan dan sebagainya.
Untuk memahami mengenai pendapatan nasional, kita lebih dahulu perlu
memahami dasar pemikiran yang ada di balik konsep tersebut. Caranya melalui
penyederhanaan arus lingkaran output, pengeluaran, dan pendapatan antara
perusahaan dan rumah tangga. Simaklah bagan pada PERAGA 3.1!

PERAGA3.1. Arus lingkaran output, pengeluaran, dan pendapatan secara sederhana.

Andaikan kegiatan ekonomi suatu negara dapat disederhanakan seperti pada


PERAGA 3.1. Perusahaan memproduksi barang dan jasa yang disebut dengan istilah
output nasional atau produk nasional. Kemudian, perusahaan menjual barang dan jasa
ke sektor rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dan jasa
tersebut dinamakan pengeluaran nasional (gambar anak panah di tengah bagan). Dari
hasil penjualan barang dan jasa, perusahaan harus membayar balas jasa terhadap
1
faktor--faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Pendapatan yang diterima rumah tangga atas jasa faktor produksi dinamakan
pendapatan nasional (gambar anak panah di kanan bagan). Berdasarkan tiga konsep di
atas, yaitu produk nasional, pengeluaran nasional, dan pendapatan nasional, dapat
ditarik disimpulkan bahwa nilai barang dan jasa yang dihasilkan (output nasional) sama
dengan pengeluaran untuk membeli barang dan jasa tersebut (pengeluaran nasional).
Selain itu, nilai barang dan jasa tersebut juga sama dengan pendapatan yang diterima
faktor-faktor produksi dalam perekonomian (pendapatan nasional). Dari sini kita dapat
mendefinisikan pendapatan nasional melalui tiga pendekatan sebagai berikut.
a. Nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam suatu periode
tertentu (satu tahun);
b. Jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa dalam satu tahun;
c. Jumlah pengeluaran nasional untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PENDAPATAN NASIONAL
1. Tujuan mempelajari pendapatan nasional
Tujuan mempelajari pendapatan nasional pada dasarnya berisi Untuk mengetahui
tingkat kemakmuran suatu Negara, Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai
barang/jasa yang dihasilkan dalam 1 tahun. Secara lebih terinci tujuan
mempelajari perhitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut:
a). Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
Bila kita menghitung pendapatan nasional suatu negara, kita dapat pula
mengukur tingkat kemakmuran suatu negara. Hal ini dikarenakan dalam
perhitungan ppendapatan nasional akan dihitung semua sumber yang
mendatangkan hasil selama 1 tahun. Semakin tinggi nilai pendapatan nasional
semakin tinggi tingkat kemakmuran negara
b). Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang/jasa yang dihasilkan
dalam 1 tahun
Bila kita menghitung pendapatan nasional suatu negara, kita dapat pula
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang/jasa yang dihasilkan dalam 1
tahun. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan ppendapatan nasional akan
dihitung semua sumber yang mendatangkan hasil selama 1 tahun

2
c). Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang
berjangka. Tujuan menghitung pendapatan nasional suatu negara adalah
Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang
berjangka. Hal ini dikarenakan unutuk membuat rencana pelaksanaan program
yang pembangunan yang berjangka dananya harus disesuaikan dengan
pendapatan nasional. Jika tidka disesuaikan maka negara akan defisit

2. Manfaat perhitungan pendapatan nasional.


Untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara serta sektor mana yang
lebih dominan menyumbang pendapatan nasional suatu negara, maka perlu
dianalisa secara mendetail dan cermat. Ada beberapa manfaat dalam mempelajari
pendapatan nasional diantaranya:
a). Mengetahui dan menelaah struktur perekonomian
Dari perhitungan pendapatan naisonal, kita dapat menggolongkan suatu
negara sebagai negara industry,pertanian atau jasa selanjutnya diteliti susunan
sector lapanagan usaha perekonomiannya. Jika pendapatan nasional dominan
dari sector agraris maka struktur perekonomiannya agraris
b). Mengetahui pertumbuhan perekonomian
Perhitungan pendapatan nasional dilaksanakan setiap tahun segingga dapat
dibandingkan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat diketahui kenaikan
pendapatan atau penurunan pendapatan penduduk dihubungkan dengan
jumlah penduduk
c). Membandingkan perekonomian antardaerah dan antarnegara
Selain pendapatan naisonal, dapat dihitung pendapatan untuk propinsi yang
disebut pendapatan regional. Dengan demikian, dapat diketahui struktur
perekonomian setiap daerah dan dapat dibandingkan dengan daerah lainnya.
d). Membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu
Data mengenai pendapatan pendapatan naisonal dibuat dari tahun ke tahun,
sehingga kita dapat membandingkan data besarnya pendpatan naisonal dari
tahun ke tahun
e). Membantu merumuskan kebijakan pemerintah.

3
Perhitungan pendapatan naisonal berguna pula untuk membantu merumuskan
kebijakan pemerintah. Seandainya kita menginginkan pertumbuhan produk
nasional 8%, maka perhitungan pendapatan nasional inilah yang kita lihat.
Dengan mengetahui proporsi maisng masing sector, pertanian 8% itu
dialokasikan kepada sector pertanian misalnya 5%,sector
industri15%,pertambangan 12% dan seterusnya. Dari percepatan pertambahan
sector pertanian dala subsector tanaman bahan makanan, pemerintah dapat
menentukan kenijakan pengadaan pangan. Misalnya dapat tidaknya bahan
makanan disediakan dari produksi dalam negeri dan seberapa besar masih
harus diimpor. Berdasarkan pendapata perkapita, pemerintah dapat pula
menentukan gamabaran kebijakan kependudukan dan penggunaan dana
investasi

C. KOMPONEN-KOMPONEN KONSEP PENDAPATAN NASIONAL.


Komponen dalam perhitungan pendapatan nasional atau istilah-istilah yang terkait
dengan pendapatan nasional diantaranya adalah :
1. Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) adalah jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara baik yang dihasilkan
dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau warga negara maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) atau warga Negara asing, tetapi tidak termasuk
hasil barang dan jasa warga Negara yang bekerja di luar negeri
Dalam konsep perhitungan Produk Nasional Bruto dengan Produk Domestik Bruto
terdapat unsur hasil produk yang melibatkan negara lain yaitu :
a) Hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di luar negeri, di
mana unsur ini akan dimasukan dalam perhitungan Produk Nasional Bruto
(PNB) atau Gross National Product (GNP).
b) Hasil produk barang dan jasa warga negara asing atau perusahaan asing di
suatu Negara, di mana unsur ini tidak dimasukkan dalam perhitungan Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP).
Selisih antara hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di luar
negeri (point 1) dengan hasil produk barang dan jasa warga Negara asing (point

4
2) disebut Pendapatan Neto terhadap Luar Negeri (PNLN). Jika kita simpulkan
dari hasil perbandingan di atas maka terdapat dua kesimpulan sebagai berikut :
1) Negara yang hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di
luar negeri lebih besar dari hasil produk barang dan jasa warga negara asing
di negaranya, maka PNLN nya akan positif sehingga PNB > PDB. Jika PNB >
PDB menunjukan bahwa perekonomian negara tersebut telah maju, hal ini
menunjukan bahwa investasi negara tersebut di luar negeri lebih besar
dibandingkan investasi negara asing di negara tersebut.
2) Negara yang hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga Negara di
luar negeri lebih kecil dari hasil produk barang dan jasa warga negara asing
di negaranya, maka PNLN nya akan negatif sehingga PNB < PDB. Jika PNB <
PDB menunjukan bahwa perekonomian Negara tersebut belum maju, hal
ini menunjukan bahwa investasi negara tersebut di luar negeri lebih kecil
dibandingkan investasi negara asing di negara tersebut
2. Produk Nasional Bruto ( PNB) / Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara selama satu tahun
ditambah hasil barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut yang bekerja
di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa perusahaan asing /
warga negara asing yang beroperasi di negara tersebut.
Jika pengertian penduduk suatu negara adalah seluruh orang yang bertempat
tinggal di negara tersebut tidak membedakan apakah warga negara atau warga
negara asing, maka Produk Nasional Bruto dapat dirumuskan secara matematik
sebagai berikut :

Keterangan :
PNB / GNP = Produk Nasional Bruto atau Gross National Product
GDP = Jumlah produk barang dan jasa penduduk suatu negara
Produk WNA = Jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara
asing /PMA di negara tersebut

5
Produk WNI di LN= Jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di
luar negeri.
Jika Produk PMA lebih kecil dari Produk WNI di luar negeri maka selisihnya
merupakan pendapatan netto atas luar negeri yang akan menambah terhadap GDP
atau sebaliknya.
3. Produk Nasional Neto (PNN) / Net National Product (NNP)
Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) yaitu produk
nasional bersih yang dicari dengan mengurangkan antara Produk Nasional Bruto
(PNB) dengan penyusutan dan penggantian alat yang telah aus/usang
(replacement). Penyusutan adalah pengurangan nilai suatu aktiva karena telah
digunakan untuk produksi sedangkan replacement merupakan penggantian suatu
aktiva karena telah aus digunakan untuk produksi. Secara matematika menghitung
PNN atau NNP dapat dirumuskan sebagai berikut :

4. Pendapatan Nasional Neto / Net Nasional Income (NNI).


Pendapatan Nasional Neto / Net Nasional Income (NNI). Merupakan pendapatan
nasional bersih setelah pajak tidak langsung. Untuk menghitung besarnya NNI
dilakukan dengan mengurangkan antara NNP dengan pajak tidak langsung,
sehingga secara matematik dapat dilambangkan dengan notasi :

5. Pendapatan Perorangan / Personal Income (PI).


Pendapatan perorangan / Personal Income (PI) adalah pendapatan yang benar-
benar dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan . Pendapatan perorangan
secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan perorangan = NNI + Transfer payment – ( Jaminan sosial + pajak
penghasilan perusahaan + laba tidak dibagikan).

6
Dari perhitungan pendapatan perorangan dikenal adanya transfer payment yaitu
penerimaan yang diperoleh bukan dari aktivitas produktif sehingga tidak termasuk
dalam pendapatan. Pada dasarnya terdapat tiga jenis transfer payment yaitu :
a) Goverment transfer payment ( pembayaran transfer pemerintah ) yaitu
pemberian tansfer oleh pemerintah kepada perorangan, misalnya tunjangan
yang diberikan kepada veteran, tunjangan anak dan pegawai negeri sipil.
b) Business transfer payment (pembayaran transfer bisnis) misalnya utang ragu-
ragu.
c) Interpersonal transfer payment (pembayaran transfer perorangan) yaitu
pemberian dari seorang teman / keluarga kepada seorang teman / keluarga
lainnya.
6. Pendapatan Disposibel / Disposible Income (DI).
Pendapaan Disposibel / Disposible Income (DI) yaitu pendapatan yang dapat
dibelanjakan oleh keluarga. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut :

Yang termasuk pajak langsung adalah kewajiban-kewajiban pajak yang harus


dibayar oleh rumah tangga, misalnya pajak penghasilan.

Contoh perhitungan:
Data pendapatan nasional negara Kertagama pada tahun anggaran 2013 terlihat
sbb:
- Produksi GDP Rp 950.000.000.000,00
- Produksi perusahaan asing Rp 75.000.000.000,00
- Produksi warga negara di luar negeri Rp 30.000.000.000,00
- Pajak langsung Rp 50.000.000.000,00
- Pajak tidak langsung Rp 100.000.000.000,00
- Pajak perseroan Rp 20.000.000.000,00
- Iuran dana pensiun Rp 5.000.000.000,00
- Laba ditahan Rp 150.000.000.000,00
- Transfer paymant Rp 25.000.000.000,00
- Penyusutan Rp 30.000.000.000,00

Perhitungannya:

7
- GDB Rp 950.000.000.000,00
- Produksi perusahaan asing Rp 75.000.000.000,00 (-)
Rp 875.000.000.000,00
- Produksi warga neg di luar negeri Rp _30.000.000.000,00 (+)
- GNP Rp 905.000.000.000,00
- Penyusutan Rp 30.000.000.000,00 (-)
- Produk Nasional Netto Rp 875.000.000.000,00
- Pajak tidak langsung Rp 100.000.000.000,00 (-)
- Nett National Income Rp 775.000.000.000,00
- Transfer paymant Rp 25.000.000.000,00 (+)
Rp 800.000.000.000,00
Dikurangi:
- Pajak perseroan Rp 20.000.000.000,00
- Iuran dana pensiunRp 5.000.000.000,00
- Laba ditahan Rp 150.000.000.000,00 (+)
Rp 175.000.000.000,00 (-)
- Personal Income Rp 625.000.000.000,00
- Pajak langsung Rp 50.000.000.000,00
(-)
- Disposibel income Rp 575.000.000.000,00

D. METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL


Definisi pendapatan nasional memberikan gambaran kepada kita bahwa
pendapatan nasional dapat dipahami dalam tiga pendekatan. Oleh karena itu, dalam
perhitungannya, pendapatan nasional dapat dilakukan dalam tiga pendekatan pula: (1)
pendekatan produksi, (2) pendekatan pendapatan, dan (3) pendekatan pengeluaran.
1. Pendekatan Produksi.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha (sektor) dalam
suatu negara selama satu tahun. Di Indonesia, sektor-sektor produksi dibagi
menjadi 9 sektor, yaitu: (1)pertanian; (2)industri pengolahan; (3)pertambangan
dan galian; (4)listrik, air dan gas; (5)bangunan; (6)pengangkutan dan komunikasi;
(7)perdagangan, hotel, dan restoran; (8)bank dan lembaga keuangan, dan sewa
perusahaan; (9) jasa-jasa lain. Yang dijumlahkan dalam perhitungan ini bukanlah
nilai akhir dari barang dan jasa, melainkan nilai tambah dari barang dan jasa.

8
PERAGA 3.2. Proses produksi kemeja

Coba perhatikan rangkaian gambar di atas. Untuk memproduksi kemeja harus


diproduksi lebih dulu kain, benang, dan kapas. Kemeja dibuat dari kain, kain dibuat
dari benang, dan benang dibuat dari kapas. Jika kita menjumlahkan nilai akhir
(harga dikalikan dengan volume yang diproduksi) dari kemeja, kain, benang, dan
kapas, maka akan timbul apa yang dinamakan penghitungan ganda ( double
counting). Hal ini terjadi karena dalam nilai akhir kemeja sudah terkandung
sebagian nilai akhir kain. Dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai akhir
benang dan dalam nilai benang terdapat nilai akhir dari kapas. Begitu seterusnya.
Oleh karena itulah, untuk memperoleh total produk yang dihasilkan suatu negara,
harus digunakan nilai tambah ( value added).
Di bawah ini kita akan menyimak contoh perhitungan nilai tambah yang disajikan
dalam tabel 3.1. Diasumsikan bahwa volume masing-masing produk yang
diproduksi adalah satu. Bila harga masing-masing barang diketahui, maka nilai
tambah dapat dihitung.
TABEL 3.1 Contoh perhitungan nilai tambah
Jenis
Harga Nilai Tambah
Barang
Kapas Rp 5.000,00 Rp 5.000,00
Benang Rp 7.500,00 Rp 2.500,00
Kain Rp 12.500,00 Rp 5.000,00
Kemeja Rp 20.000,00 Rp 7.500,00
Rp 45.000,00 Rp 20.000,00

Menurut TABEL 3.1, sumbangan empat jenis barang tersebut bagi pendapatan
nasional adalah jumlah seluruh nilai tambah, yakni Rp 20.000,00, dan bukan Rp
45.000,00. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi sangat
terkait dengan dua konsep produksi nasional, yaitu Gross Domestic Product (GDP)
dan Gross Nasional Produk (GNP). Perbedaan keduanya terletak pada sudut

9
pandang pihak yang melakukan produksi. Pada GNP, digunakan istilah “ national’
karena sudut pandang yang digunakan adalah status kewarganegaraan.
Dengan batasan ini, GNP hanya mencakup jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh warga suatu negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada GDP,
digunakan istilah “ domestic” karena sudut pandang yang digunakan adalah
wilayah suatu negara.
Dengan batasan ini, GDP hanya mencakup jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam suatu negara, baik warga negara maupun warga asing.
GDP dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada GNP. Jika GDP suatu negara lebih
besar dari GNP-nya, maka peranaman modal asing (PMA atau investasi asing) di
negara itu lebih besar daripada peranaman modal negara itu di luar negeri. Kondisi
ini sering terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang. Selisih jumlah GDP
dengan GNP disebut Net Factor Payment atau Net-Factor Income to Abroad. Net
factor payment ini adalah jumlah neto dari pendapatan orang asing di dalam
negeri dikurangi dengan pendapatan warga negara sendiri di luar negeri. Jadi,
dapat dikatakan pula bahwa GNP adalah GDP dikurangi Net Factor Payment.
Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah
dengan menentukan dan selanjutnya menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan
seluruh sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Pendapatan nasional yang
didapatkan dengan pendekatan (metode) produksi dinamakan Gross Domestik
Brutto (GDB). Agar supaya tidak terjadi perhitungan ganda, maka dalam metode
produksi ini yang dihitung hanyalah nilai tambah (value added) yang diciptakan. Di
dalam pendekatan (metode) produksi ini terdapat sembilan sektor produktif yang
dapat dihitung untuk menghasilkan nilai GDB yaitu :
a) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
b) Pertambangan dan penggalian.
c) Industri pengolahan.
d) Listrik, gas dan air bersih.
e) Bangunan.
f) Perdagangan, hotel dan restoran.
g) Pengangkutan dan komunikasi.
h) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

10
i) Jasa-jasa
Untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
Pqn = Harga produk dari sector n
Q1, Q2,….Q9 = Jumlah produk dari masing-masing sector.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dalam pendekatan produksi yang


dihitung hanya nilai tambah (NTB) agar tidak terjadi perhitungan ganda, dengan
demikian rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dalam perhitungan nilai tambah dapat diberikan contoh sebagai berikut :


Perhitungan nilai tambah kain batik (dalam jutaan rupiah)
Tahap Produksi Harga Pemakaian Nilai
(Rp) Bahan Tambah
(Rp) (Rp)
Bahan mentah 0 45.500
berupa kapas 45.500
Benang pintal 45.500 25.100
70.600
Kain putih 136.00 70.600 65.400
0
Kain batik 200.00 136.000 64.000
0
Jumlah 452.10 252.100 200.000
0
11
Dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai jual kain batik sebesar
Rp.200.000.000.000,00 sama dengan jumlah nilai tambah produksi beberapa
bidang usaha yang terkait. Dalam perhitungan nilai tambah berdasarkan alasan
tertentu ada produk barang / jasa yang nilai tambahnya tidak dimasukkan dalam
perhitungan pendapatan nasional diantaranya adalah :
a) Barang / jasa karena diproduksi untuk digunakan sendiri oleh yang
bersangkutan. Misalnya hasil pertanian yang dipanen sendiri dari kebunnya
untuk digunakan sendiri, pakaian yang dijahitnya sendiri dan sebagainya.
b) Barang / jasa yang diproduksi secara ilegal, misalnya barang selundupan dan
sebagainya.
c) Produksi barang / jasa yang diberikan kepada pihak lain tanpa imbalan.
d) Berdasarkan perhitungan nilai tambah dari sembilan sektor produksi dapat
diberikan contoh perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
(metode) produksi sebagai berikut :
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi (dalam milayaran
rupiah).

Produksi / lapangan usaha


Nilai tambah
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. 78.400
b. Pertambangan dan penggalian. 43.200
c. Industri pengolahan. 54.000
d. Listrik, gas dan air bersih. 7.100
e. Bangunan 13.400
f. Perdagangan, hotel dan restoran 35.700
g. Pengangkutan dan komunikasi 21.000
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 26.900
i. Jasa-jasa 10.000 (+)
Produk domestik Bruto (PDB) 289.700
Pendapatan Notto luar negeri 300 (+)
Produk Nasional Bruto (PNB) 290.000

12
Penyusutan dan replacment 15.400 (-)
Produk Nasional Netto 284.600
Pajak tidak langsung 21.000(-)
Pendapatan Nasional Netto 263.600

2. Pendekatan Pendapatan.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan
seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama satu
tahun. Faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta
( entrepreneur) yang digunakan dalam proses produksi diberikan balas jasa berupa
sewa, bunga, upah atau gaji, dan laba. Karena faktor--faktor produksi tersebut
dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang dalam masyarakat, maka balas
jasanya kembali pada masyarakat sebagai pendapatan nasional. Pendapatan
nasional dengan pendekatan pendapatan dapat ditulis secara matematis sebagai
berikut:

di mana:
NI = national income (pendapatan nasional)
w = wage (upah) i = interest (bunga)
r = rent (sewa) p= profit (laba)
Pendapatan nasional yang dihitung dengan pendekatan pendapatan dikenal
dengan sebutan Gross National Income (GNI). Jika GNI dikurangi dengan
penyusutan barang-barang modal disebut Net National Income (NNI). Contoh Soal:
Dalam suatu negara terdapat data sebagai berikut:
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi alam yang berupa sewa (rent)
sebesar Rp2.000.000.000,00
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi tenaga kerja berupa gaji (wage)
sebesar Rp6.000.000.000,00
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi modal berupa bunga (interest)
sebesar Rp3.000.000.000,00

13
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi skill (enterpreneur) berupa laba
usaha (profit) sebesar Rp1.000.000.000,00
Berdasarkan data di atas maka besarnya pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pendapatan adalah
NI = w + i + r + p
NI = Rp6.000.000.000,00 + Rp3.000.000.000,00 + Rp2.000.000.000,00 + sebesar
Rp1.000.000.000,00
NI = Rp12.000.000.000,00
Gambar 3.2.

3. Pendekatan Pengeluaran.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan
seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara dalam satu tahun. Pengeluaran yang dijumlahkan itu terdiri atas:
a) Pengeluaran konsumsi perorangan dari rumah tangga (personal consumption
expenditure), berupa pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa untuk
pemenuhan kebutuhan saat ini.
b) Investasi domestik bruto, berupa: bangunan-bangunan baru, alat-alat produksi
yang tahan lama, dan persedian barang-barang oleh perusahaan. Termasuk
pula di dalamnya adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, seperti
membangun jembatan, jalan, dan jaringan irigasi. Dalam konteks Indonesia,
investasi ini sering disebut dengan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
c) Pengeluaran konsumsi pemerintah ( government expenditure) yang terlihat
dalam pengeluaran rutin pemerintah, seperti membayar gaji pegawai negeri
dan membeli peralatan kantor.
d) Ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dengan impor. Ekspor merupakan
sejumlah barang dan jasa dalam negeri yang dibeli oleh pihak luar negeri
sehingga menambah pendapatan nasional. Sementara impor merupakan
sejumlah barang dan jasa luar negeri yang dibeli oleh pihak dalam negeri. Pada

14
perhitungan pendapatan nasional, impor merupakan faktor pengurang
perhitungan karena produksi barang impor dilakukan di luar negeri sehingga
tidak masuk dalam pendapatan nasional. Secara matematis, perhitungan
pendekatan pengeluaran dapat ditulis sebagai berikut:

di mana:
NI = national income (pendapatan nasional)
C = consumption (konsumsi rumah tangga)
I = investment (investasi)
G = government expenditure (pengeluaran pemerintah)
X = export
M = import

Contoh soal :
Data yang dimiliki suatu negara untuk perhitungan pendapatan nasionalnya
sebagai berikut:
- Pengeluaran negara Rp 4.000.000.000,00
- Pengeluaran masyarakat Rp 8.000.000.000,00
- Pengeluaran rumah tangga usaha Rp 12.000.000.000,00
- Ekspor Rp 1.500.000.000,00
- Impor Rp 1.000.000.000,00
Berdasarkan data di atas maka besarnya pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pengeluaran adalah:
NI = C + I + G + (X – M)
NI = Rp8.000.000.000,00 + Rp12.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00 +
(Rp1.500.000.000,00 - Rp1.000.000.000,00)
= Rp24.000.000.000 + Rp500.000.000,00
= Rp24.500.000.000,00

15
Gambar 3.3.

E. PENDAPATAN PER KAPITA


Pembahasan pendapatan nasional menjadi lebih berarti bila dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai pendapatan per kapita.
Data pendapatan nasional sebetulnya tidak bisa secara langsung digunakan untuk
melihat kesejahteraan dan standar hidup suatu negara. Telah dikatakan sebelumnya,
meskipun pendapatan nasional negara X sama dengan pendapatan nasional negara Y,
kita tidak bisa mengatakan secara langsung bahwa tingkat kesejahteraan penduduk
negara X sama dengan negara Y. Mengapa demikian? Alasannya, kita belum
memperhitungkan jumlah penduduk kedua negara tersebut serta bagaimana
pendapatan nasional itu didistribusikan.
Mari kita ambil contoh sederhana. Pada tahun tertentu, pendapatan nasional negara X
dan negara Y sama-sama Rp 500 juta. Namun, jumlah penduduk negara X adalah 1.000
orang, sementara negara Y hanya 500 orang. Jika pendapatan negara X dan negara Y
dibagikan atau didistribusikan, maka pendapatan rata-rata per orang atau pendapatan
per kapita di negara X adalah Rp 500.000,00 sementara di negara Y adalah Rp
l.000.000,00. Jelas bahwa kemampuan atau kesejahteraan rara-rata penduduk di
negara X lebih kecil dibanding kesejahteraan rata-rata penduduk negara Y, meskipun
pendapatan nasional mereka sama besarnya. Dalam contoh tadi, kita umpamakan
pendapatan kedua negara tersebut dibagikan atau didistribusikan secara merata.
Artinya, masing-masing penduduk menerima bagian pendapatan yang sama.
Namun, bagaimana apabila pendapatan tersebut tidak terdistribusikan secara merata?
Meskipun menurut perhitungan pendapatan per kapita, rata-rata penduduk negara Y
lebih makmur dari rata-rata penduduk negara X, kita belum melihat bagaimana
distribusi pendapatan di kedua negara tersebut. Misalnya, sebagian besar sumber
ekonomi di negara Y ternyata dikuasai oleh segelintir orang saja. Dari 500
penduduknya, ternyata hanya 10 orang saja yang memiliki perusahaan-perusahaan
raksasa yang membidangi semua jenis usaha di negara Y, sementara penduduk sisanya

16
praktis hanya berperan sebagai pegawai dan buruh kasar. Sebagian besar pendapatan
nasional negara Y akan diperoleh para pemodal dan pengusaha raksasa tersebut.
Bagaimana tingkat kesejahteraan masing-masing penduduk negara Y sekarang?
Penduduk yang memperoleh bagian pendapatan yang lebih besar akan lebih makmur
ketimbang penduduk lainnya yang menerima pendapatan yang kecil. Jadi, di samping
konsep pendapatan per kapita, kita pun perlu melihat bagaimana pendapatan nasional
suatu negara didistribusikan. Oleh karena itu, untuk melengkapi pembahasan
mengenai pendapatan per kapita, pada bagian akhir bab ini kita akan membahas
secara sekilas mengenai distribusi pendapatan.
1. Fungsi Perhitungan Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk membandingkan kesejahteraan atau
standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan melakukan perbandingan
seperti itu, kita dapat mengamati apakah kesejahteraan masyarakat suatu negara
secara rata-rata telah meningkat. Pendapatan per kapita yang meningkat
merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata kesejahteraan penduduk telah
meningkat. Pendapatan per kapita menunjukkan pula apakah pembangunan yang
telah dilaksanakan oleh pemerintah telah berhasil, seberapa besar keberhasilan
tersebut, dan akibat apa yang ditimbulkan oleh peningkatan tersebut. Berikut ini
adalah beberapa fungsi perhitungan pendapatan nasional. Indikator Tingkat
Kesejahteraan Negara. Untuk melihat apakah
tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara telah meningkat, kita harus
melihatnya dari pendapatan per kapita riil. Artinya, pendapatan per kapita yang
telah memperhitungkan harga-harga atau inflasi. Kita lihat lagi negara X dalam
contoh tadi. Pendapatan per kapitanya pada tahun pertama adalah Rp 500.000,00.
Lalu, pada tahun kedua pendapatan per kapita mereka meningkat menjadi Rp
l.000.000,00, atau dua kali lipatnya. Jika kita lihat dari nilai nominal itu, kita bisa
langsung mengatakan bahwa kesejahteraan penduduk negara X telah meningkat.
Namun, pada tahun kedua itu, harga-harga ternyata juga meningkat sebesar dua
kali lipat. Barang-barang dan jasa yang tadinya bisa dibeli seharga Rp 500.000,00,
kini harus dibeli dengan harga Rp 1.000.000,00. Kenaikan pendapatan per kapita
negara X tidak mempunyai arti sama sekali terhadap kesejahteraan penduduknya.
Daya beli serta kesejahteraan mereka di tahun kedua tetap tidak berubah.

17
Kesimpulannya, jika diukur berdasarkan harga konstan tahun pertama, maka
pendapatan per kapita riil penduduk negara X pada tahun kedua ternyata tetap Rp
500.000,00. Lain halnya ketika pendapatan perkapita secara riil mengalami
pertumbuhan. Dalam konteks ini, dikatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara
memang benar-benar meningkat. Naiknya pendapatan perkapita masyrakat berarti
pula naiknya daya beli masyarakat sehingga mampu mengkonsumsi barang dan
jasa lebih banyak dibandingkan periode sebelumnya.
Indikator Standar Kehidupan Negara. Selain untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun, pendapatan per kapita dapat
digunakan pula untuk membandingkan standar hidup beberapa negara atau untuk
mengelompokkan negara-negara di dunia ke dalam kelompok pendapatan rendah,
menengah, atau tinggi. Tentu saja jika nilai pendapatan per kapita tersebut
dinyatakan dalam satuan uang yang sama. Satuan uang yang umum dipakai oleh
seluruh negara adalah dolar Amerika Serikat.
Bank Dunia melaporkan bahwa pada tahun 2011, pendapatan per kapita penduduk
Singapura adalah US$ 50,714, sementara pendapatan per kapita penduduk India
pada tahun 2009 hanya US$ 1,180. Dapat kita bayargkan betapa jauhnya
perbedaan kesejahteraan di antara kedua negara tersebut. Dengan pendapatan per
kapita sebanyak itu, rata-rata penduduk Singapura bisa mempunyai mobil, barang-
barang elektronik yang canggih atau berlibur ke seluruh penjuru dunia. Sebalik-nya,
dengan pendapatan per kapita sekecil itu, tidak begitu banyak pilihan yang bisa
dilakukan oleh rata-rata penduduk India. Sebagian besar dari mereka mungkin
sudah merasa senang jika seluruh kebutuhan pokok telah dapat dipenuhi.
Kemampuan pendapatan perkapita dalam mengukur tingkat kesejahteraan negara
dan sebagai indikator standar kehidupan negara, menjadikannya sebagai salah satu
alat analisa ekonomi bagi pemerintah maupun organisasi-organisasi ekonomi
untuk mengambil berbagai kebijakan ekonomi. Secara ringkas, beberapa manfaat
perhitungan pendapatan perkapita adalah sebagai berikut.
a) Mengetahui perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun
ke tahun
b) Mengetahui data-data perbandingan tingkat kesejahtenaan penduduk suatu
negara dengan negara lain

18
c) Pedoman evaluasi kebijakan dalam bidang ekonomi.
d) Bahan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang.
e) Membandingkan standar hidup beberapa negara dalam kelompok rendah,
menengah, dan tinggi.
2. Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk, dan Pendapatan Perkapita
Telah kita pahami, pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada
tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
Pendapatan nasional dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Definisi mana yang
akan dipakai? Konsep pendapatan nasional yang biasa dipakai dalam menghitung
pendapatan per kapita oleh pemerintah suatu negara pada umumnya adalah
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Dengan demikian,
pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu rumus
berikut ini.

TABEL 3.5 Pendapatan per Kapita Negara ASEAN Tahun 2010 & 2011

No Negara Pendapatan Pendapatan


. Perkapita Perkapita
2010 2011
1 Singapore US$ 41,122 US$ 50,714
2 Brunei US$ 33,000 US$ 36,521
3 Malaysia US$ 8,373 US$ 8,617
4 Thailand US$ 4,608 US$ 5,281
5 Indonesia US$ 2,946 US$ 3,469
6 Philippines US$ 2,140 US$ 2,255
7 Vietnam US$ 1,224 US$ 1,362
8 Laos US$ 1,177 US$ 1,204
9 Myanmar US$ 800 US$ 804
10 Kamboja US$ 795 US$ 912
Sumber : International Monetary Fund
Contoh dalam TABEL 3.5 di atas ini memperlihatkan perhitungan pendapatan per
kapita dan PNB untuk beberapa negara ASEAN pada tahun 2010 dan 2011. Mari
kita lihat kembali contoh negara Singapura dan Indonesia. Jumlah pendapatan

19
nasional Indonesia pada tahun 2011 kurang dari 10% dari pendapatan nasional
Singapura. Dari TABEL 3.5 di atas juga dapat kita simpulkan urutan ke 5 dari 10
negara ASEAN serta dari 10 negara ASEAN urutan yang terendah pendapatan
perkaitanya adalah Kamboja.

3. Upaya Meningkatkan Pendapatan per Kapita


Upaya pemerintah setiap negara di dunia ini adalah bagaimana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Bagi negara-negara berkembarg seperti Indonesia,
masalah peningkatan kesejahteraan rakyat mendapat prioritas utama. Peningkatan
kesejahteraan rakyat harus dilaksanakan melalui pembangunan, terutama
pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi artinya
mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil atau lebih
spesifik lagi meningkatkan pendapatan per kapita. Usaha meningkatkan
pendapatan per kapita dilaksanakan melalui segala sektor, seperti pertanian,
industri, perdagangan, dan sektor usaha jasa. Usaha perdagangan luar negeri,
misalnya ekspor nonmigas, semakin mendapat perhatian dan dorongan dari
pemerintah. Melalui berbagai kebijakan, peraturan pemerintah serta undang-
undang, pemerintah berusaha untuk membuka peluang serta kemudahan yang
semakin besar bagi para eksportir untuk melakukan kegiatannya. Contoh ekspor
sektor nonmigas antara lain adalah hasil perkebunan, pertanian, dan hasil industri.
Pembangunan yang meningkatkan kegiatan ekonomi di segala sektor berarti akan
mengakibatkan bertambahnya pendapatan perkapita masyarakat yang ikut serta di
dalam kegiatan ekonomi sektor tersebut.
Bertambahnya pendapatan per kapita berarti meningkatkan pula kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Bila pendapatan per kapita meningkat, maka
tingkat kemakmuran/ kesejahteraan rakyat menjadi semakin bertambah baik.
Pendapatan per kapita penduduk Indonesia dari tahun 1996 sampai 2001.
Menurut Kurun waktu tersebut menarik untuk diamati karena pendapatan per
kapita Indonesia mengalami pasang surut yang ekstrem (mencolok). Tahun 1996-

20
1997, pendapatan perkapita Indonesia masih cukup tinggi. Namun selanjutnya
menurun di tahun 1998, sebagai akibat krisis ekonomi yang melanda negara kita
sejak pertengahan 1997. Sampai tahun 2001, pendapatan per kapita masih belum
menggembirakan. Namun melihat data tahun 2004, dengan pendapatan per kapita
sebesar US $ 1.267, dan pada tahun 2011 menurut IMF pendapatan perkapita
Indonesia kembali menuju pemulihan yaitu sebesar US$ 3,469

F. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL


Telah dikemukakan bahwa tingkat kemakmuran suatu bangsa berhubungan erat
dengan pendapatan perkapita dari negara yang bersangkutan. Semakin tinggi
pendapatan per kapita, semakin makmur suatu bangsa. Namun, tingginya pendapatan
per kapita tidak menjamin bahwa seluruh masyarakat telah menikmati kemakmuran.
Angka-angka pendapatan per kapita tidak menunjukkan bagaimana kenyataannya
pendapatan nasional dibagikan. Misalnya, dengan meningkatnya pendapatan per
kapita, kita tetap tidak mengetahui apakah keadaan sebagian besar warga miskin telah
membaik atau tidak. Pendapatan per kapita hanya merupakan gambaran secara umum
dari kesejahteraan penduduk suatu negara.
Struktur distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan
nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam
masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesulitan lain dalam
masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata tidak akan menciptakan
kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi yang tidak merata hanya
akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu. Sejumlah ahli ekonomi
berpendapat bahwa perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam
kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, terutama kepemilikan barang modal.
Jadi, seperti telah dikemukakan pada awal pembahasan ini, pihak yang memiliki
barang modal lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula
dibandingkan dengan pihak yang memiliki sedikit barang modal.
Menurut teori neoklasik, perbedaan kepemilikan awal faktor produksi tersebut lama
kelamaan akan hilang atau berkurang melalui suatu proses penyesuaian otomatis. Bila
proses otomatis tersebut masih belum mampu menurunkan perbedaan pendapatan
yang sangat timpang, maka dapat dilakukan pendekatan melalui sistem perpajakan

21
dan subsidi. Kedua sistem itu dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
redistribusi pendapatan

1. Indikator Ketimpangan Distribusi Pendapatan


Ada sejumlah indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan. Indikator yang lazim digunakan adalah Koefisien Gini ( Gini Ratio) dan
cara perhitungan yang digunakan oleh Bank Dunia. Koefisien Gini biasanya
diperlihatkan oleh kurva yang dinamakan dengan kurva lorenz. Kurva tersebut
dapat dilihat dalam Peraga . 3.3.
Kurva Lorenz. Garis diagonal OE merupakan garis kemerataan sempurna karena
setiap titik pada garis tersebut menunjukkan persentase penduduk yang sama
dengan persentase penerimaan pendapatan. Sedangkan Koefisien Gini (Gini Ratio)
adalah perbandingan antara luas bidang A dengan ruas segitiga OPE.
PERAGA 3.3 Kurva Lorenz

Kurva Lorenz memperlihatkan kepada kita pemetaan persentase kumulatif


pendapatan nasional sebuah negara dengan persentase kumulatif penduduknya.
Pada kurva lorenz, sumbu horizontal menggambarkan persentase kumulatif
penduduk, sementara sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan
yang diterima oleh masing--masing persentase penduduk tersebut. Sementara itu,

22
garis diagonal di tengah disebut sebagai “garis kemerataan sempurna” karena
setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan persentase
penduduk yang sama dengan persentase penerimaan pendapatan. Sebagai contoh,
titik tengah garis diagonal menunjukkan 50% dari pendapatan didistribusikan
persis untuk 50% dari jumlah penduduk.
Semakin jauh jarak garis kurva lonenz dan garis diagonal (garis kemerataan
sempurna), semakin tinggi tingkat ketidak-merataannya. Sebaliknya, semakin dekat
jarak kurva lorenz dan garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi
pendapatan. Pada PERAGA 3.3, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai
daerah A.
Pada kasus ekstrem, yaitu jika pendapatan didistribusikan secara merata, maka
semua titik akan terletak pada garis diagonal dan daerah A akan bernilai nol.
Sebaliknya pada ekstrem lain, yaitu bila hanya satu pihak saja yang menerima
seluruh pendapatan, maka luas daerah A akan sama dengan luas segitiga, sehingga
angka Koefisieni Gininya adalah satu. Kesimpulan suatu distribusi pendapatan
makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi
pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin
mendekati satu. Berdasarkan kesimpulan di atas, TABEL 3.9 berikut ini
memperlihatkan patokan yang mengkategorikan ketimpangan distribusi
berdasarkan nilai Koefisien Gini termasuk tinggi, sedang, atau rendah.

TABEL 3.9 Patokan nilai koefisien Gini


Nilai
Koefisien Distribusi Pendapatan
< 0,4 tingkat ketimpangan rendah
tingkat ketimpangan
0,4 - 0,5 sedang
> 0,5 tinkat ketimpangan tinggi

2. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Gini


Perhitungan Koefisien Gini ( Gini Ratio) secara detail akan lebih banyak dibahas
dalam pelajaran Matematika. Dalam pembahasan kita ini, akan lebih ditekankan
pada interpretasi hasil perhitungannya. Untuk memberi gambaran nyata tentang
besarnya Koefisien Gini perhatikan contoh TABEL 3.9. Pada tabel tersebut
diperlihatkan hasil perhitungan besarnya Koefisien Gini di seluruh provinsi
23
Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Bila kita amati tabel
tersebut serta melihat patokan nilai Koefisien Gini pada TABEL 3.10. dapat kita
simpulkan bahwa selama tahun 2005 hingga 2009, Indonesia memiliki tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah. Nilai Koefisien Gini Indonesia
selama lima tahun terakhir ternyata hanya berkisar dan 0,343 - 0,376, atau lebih
kecil dari 0,4.

TABEL 3.10. Rasio Gini di Indonesia Menurut Daerah (2005-2009)

Rasio Gini
Tahun
Kota Desa Kota+Desa
2005 0,338 0,264 0,343
2006 0,350 0,276 0,357
2007 0,374 0,302 0,376
2008 0,367 0,300 0,368
2009 0,362 0,288 0,357
Sumber: Badan Pusat Statistik 2009, diolah dari Susenas Modul Konsumsi.

3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia


Selain penggunaan Koefisien Gini, terdapat cara lain untuk melihat distribusi
pendapatan, antara lain kriteria sebagaimana dikemukakan oleh Bank Dunia
( World Bank). Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu
negara dengan melihat besarnya kontribusi dari 40% penduduk termiskin. Kriteria
yang digunakan oleh Bank Dunia dapat dilihat pada TABEL 3.9. Pengukuran
tersebut dapat dilihat dari sisi pendapatan maupun pengeluaran.
TABEL 3.11. Indikator/kriteria ketimpangan distribusi pendapatan menurut Bank
Dunia
Distribusi Pendapatan Tingkat Ketimpangan
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya
< 12% dari keseluruhan pengeluaran tinggi
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya
12% - 17% dari keseluruhan pengeluaran sedang
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya
> 17% dari keseluruhan pengeluaran rendah

TABEL 3.11 memperlihatkan hasil survei mengenai persentase pembagian


pendapatan di Indonesia yang dilakukan oleh BPS. Secara nasional, kelompok 40%

24
penduduk termiskin Indonesia sejak tahun 2005 hingga 2009 menerima rata-rata di
atas 20% dari keseluruhan pendapatan penduduk Indonesia (lebih dari 17%). Jadi,
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan Indonesia tergolong rendah. Baik
berdasarkan Koefisien Gini maupun kriteria tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan menurut Bank Dunia, Indonesia termasuk negara dengan tingkat
ketimpangan distribusi
pendapatan yang rendah.

TABEL. 3.12 Persentase Pembagian Pendapatan Nasional di Antara 3 Lapisan


Pendapatan
2007 2008 2009 2010 2011
40% pendapatan terendah 19,10 19,56 21,22* 18,05* 16,85*
40% pendapatan menengah 36,11 35,67 37,54* 36,48* 34,73*
20% pendapatan tertinggi 44,79 44,77 41,24* 45,47* 48,42*

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005
(2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga, sedangkan
2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga), Tahun 2011
merupakan data Susenas Triwulan I (Maret 2011) dengan sampel 75.000 rumah
tangga
* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran
seperti pada tahun sebelumnya.
Gambar 3.4

4. Efek Pajak Penghasilan Progresif Terhadap Distribusi Pendapatan


Pajak progresif pada intinya adalah pajak yang dikenakan dengan persentase yang
makin tinggi jika pendapatan juga tinggi. Misalnya, orang yang memiliki

25
pendapatan di atas Rp 50 juta setahun dikenai pajak 35%, sementara orang yang
memiliki pendapatan di bawah Rp 10 juta hanya dikenai pajak 0-15%. Untuk
menggambarkan pengaruh pajak progresif terhadap perbaikan tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan. Seperti diketahui, pajak mengambil atau
mengalihkan uang dari warga negara yang satu ke yang lain. Struktur pajak
progresif menyebabkan kurva distribusi pendapatan sesudah dipungut pajak lebih
dekat dengan garis kemerataan. Sebaliknya, struktur pajak yang regresif, yaitu
pajak yang dikenakan dengan persentase yang makin rendah jika pendapatan
semakin tinggi,

5. Pengaruh Pajak Progresif


Pengenaan pajak progresif mendekatkan garis lengkung kurva Lorenz ke garis
diagonal mengakibatkan distribusi pendapatan semakin timpang sesudah
pemungutan pajak. Dapat dibayangkan, pajak seperti itu menggeser distribusi
pendapatan menjauh dari garis sebelum pemungutan pajak.
PERAGA 3.4. Kurva Lorenz

Gambar 3.6

LATIHAN
26
1. Dalam suatu Negara mempunyai data tentang pendapatan nasionalnya sebagai
berikut:
- Produk Nasional Bruto US $. 13.400
- Penyusutan US $. 130
- Replacment US $. 40
- Pajak Tidak Langsung US $. 1.300
- Tranfer Payment US $. 70
- Pajak Badan Usaha US $. 200
- Laba Tidak Dibagi US $. 150
- Pajak Tidak Langsung US $. 120
Berdasarkan data di atas hitunglah besarnya….
1. Disposible Income
2. Nett National Product
3. Personal Income
4. Nett National Income

BUAT RANGKUMAN Dengan Urutan Sub Bab sebagai berikut:

Pendapatan Nasional
1. Pengertian pendapatan nasional
2. Manfaat pendapatan nasional
3. Komponen-komponen/ konsep pendapatan nasional
4. Metode penghitungan pendapatan nasional
5. Pendapatan per kapita
6. Distribusi pendapatan nasional

27

Anda mungkin juga menyukai