Kota
majalah.tempo.co
5 mins read
D
I tengah hiruk-pikuk pembahasan anggaran Ibu Kota,
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menemui
tamunya, Sri Mahendra Satria Wirawan, di ruang kerjanya
pada Jumat siang, 1 November lalu. Menurut Anies, Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah itu memberikan penjelasan
tentang anggaran DKI tahun 2020 yang ramai diperbincangkan di
media sosial. “Beliau memilih mengundurkan diri,” kata Anies kepada
Tempo pada Jumat, 8 November lalu.
Pejabat lain yang mundur setelah kega-duhan itu adalah Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Edy Junaedi. Dalam cuitannya, William
mengatakan pemerintah DKI juga berencana membayar lima
influencer senilai Rp 5 miliar untuk mempromosikan pariwisata
Jakarta.
Dia pun tidak akan membuka rancang-an anggaran pada tahap awal.
Rancangan tersebut baru akan dibeberkan ke publik setelah anggaran
disetujui Dewan. “Kare-na nanti pasti bakal ada keriuhan,” katanya.
Laju Cepat Bujet Formula E
majalah.tempo.co
2 mins read
M
antan Wakil Menteri Luar -Negeri ini menyarankan Anies
mengajukan Jakarta sebagai kota penyelenggara. “Ini
balapan mobil masa depan karena meng-gunakan tenaga
listrik,” ujar Dino saat di--hu-bungi Tempo, Jumat, 8 November lalu.
Satu Sistem Dua Hasil
majalah.tempo.co
3 mins read
G
AGAT Sidi Wahono diam mendengarkan kegundahan Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota DKI
Jakarta pada awal 2014. Di hadapan Gagat, yang baru
menyelesaikan presentasi sistem penganggaran elektronik atau e-
budgeting, Jokowi dan Basuki, yang saat itu menjadi gubernur dan
wakil gubernur Jakarta, bercerita tentang program prioritas mereka
yang tiba-tiba saja menghilang sebelum dibawa ke Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Padahal program itu sudah tuntas dibahas saat fase
perencanaan.
Menurut Gagat, Jokowi juga menjelaskan soal proyek siluman. Meski
sudah dilarang diusulkan, bahkan dicoret, proyek itu tetap muncul.
“Pak Jokowi merisaukan anggaran siluman, biaya-biaya yang tiba-tiba
muncul,” kata praktisi sistem teknologi informasi itu kepada Tempo,
Kamis, 7 November lalu. Kegelisahan Jokowi dibawa Gagat ke dalam
diskusi tim teknis yang terdiri atas sekitar sepuluh orang.
Pada Maret 2015, Gagat dipanggil dan dicecar tim hak angket DPRD.
Saat itu, ketua tim angket Muhammad Ongen Sangaji sangsi bahwa e-
budgeting diberikan secara cuma-cuma untuk pemerintah DKI
Jakarta. “Setahu saya, tidak mungkin gratis,” ujar politikus Partai Hati
Nurani Rakyat itu. Namun Gagat memastikan aplikasi itu diserahkan
secara cuma-cuma.
Suara Berbuah Hibah
majalah.tempo.co
4 mins read
I
MING-iming duit Rp 1 miliar membuat anggota Gerakan
Nasional Peduli Anti Narkoba, Tawuran, dan Anarkis (Gepenta),
Nina Haryati, bersemangat menuju Hotel Gerbera,
Megamendung, Bogor, Jawa Barat, pada 17 Juni lalu. Duit itu bakal
dihibahkan pemerintah DKI Jakarta kepada sejumlah organisasi
kemasyarakatan yang lolos seleksi.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta Taufan Bakri
menampik kabar bahwa lembaganya memberikan hibah dengan
syarat dukungan kepada Anies saat pemilihan gubernur pada 2017.
“Siapa pun bisa mendapatkan dana hibah,” katanya pada Jumat, 8
November lalu.
Yang jelas, nama Gepenta tak masuk daftar ormas penerima hibah
dari pemerintah DKI pada 2020, yang salinannya diperoleh Tempo.
Nina bercerita, di akhir pertemuan di Megamendung, semua peserta
diminta menuliskan pesan dan kesan selama acara. “Saya menulis,
‘Uang hibah itu dana DKI, bukan milik kelompok tertentu’.”
Banyak yang Meradang Saat
Saya Bicara Sistem
majalah.tempo.co
8 mins read
A
NIES Baswedan membentangkan dua lembar kertas nukilan
data anggaran Provinsi DKI Jakarta tahun 2017. Kedua kertas
itu memuat informasi tentang angka belanja untuk
penghapus papan tulis bagi lebih dari 600 ribu siswa sekolah di
Jakarta selama 12 bulan. Nilainya mencapai Rp 53 miliar. “Apakah di
ujung benar kami belanja itu? Tidak. Dalam kenyataannya, itu adalah
honorarium pegawai,” katanya kepada Tempo sambil bergantian
menunjuk angka-angka pada kedua kertas itu, Jumat, 8 November
lalu.
Yang menjadi concern adalah sistem yang kami miliki saat ini tidak
cukup pintar. Dia digital, tapi tidak melakukan proses verifikasi,
proses validasi atas semua data yang dimasukkan. Sehingga, saat fase
perencanaan, muncul komponen-komponen yang belum tentu relevan
pada saat menetapkan anggaran.
Ya, setiap tahun. Justru itulah cerita yang selama ini ada, kan?
Prosesnya disisir. Sistem digital disisir, ya seperti menulis pakai
Microsoft Word terus koreksinya tetap manual, bukan pakai
AutoCorrect. Padahal kan pakai Microsoft Word supaya dapat
menggunakan Word Count, correction, dan lainnya. Penyisiran manual
seharusnya dilakukan pada saat memasukkan item. Misalnya, belanja
lem Aica-Aibon per anak dapat 10 kilogram, lalu angkanya Rp 82
miliar. Seharusnya bertanya ulang dong ketika melihat itu. Karena
nampak tidak masuk di akal, seharusnya dikoreksi.
Jadi memang ini ada masalah orang. Orang yang tidak mengerjakan
dengan benar. Tidak benarnya karena apa? Motifnya tak bisa
dibedakan. Harus diakui ada yang salah di sini. Kenapa kesalahan
bisa terjadi? Ada sistem yang longgar. Harus diperbaiki keduanya.
Jadi orang harus dipaksa mengisi dengan benar.
Kalau melihat dari soal niat, kami tidak tahu. Kalau dari sisi jumlah,
angkanya tidak banyak. Tapi, kalau yang niat baik, niat buruk,
sistemnya tidak bisa mendeteksi itu.
Persis. Masalahnya, kita itu selalu restart, mulai dari nol. Dan yang
menjadi problem juga, ketika itu dikoreksi, data lamanya hilang.
Dengan 50-an ribu item, pasti akan memakan waktu. Dengan cara
baru akan lebih mudah. Berapa dari musrenbang langsung tahu,
berapa dari SKPD atau reses. Otomatis. Itu gunanya sistem yang kuat.
Ya, dibahas saja di dalam rapat, jangan sampai ada yang janggal.
Itu bukan urusan saya. Itu hak mereka. Urusan saya adalah
memastikan tata kelola di pemerintah provinsi berjalan dengan baik
dan, begitu ada masalah, saya tidak melakukan pembiaran. Saya
melakukan langkah koreksi. Itu yang saya bisa pertanggungjawabkan
kepada publik.
Sudah berjalan?
Lagi jalan.
Anies Baswedan saat memaparkan hasil kerja selama dua tahun pemerintahannya di
Balai Kota Jakarta, 15 Oktober 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat
Kalau seperti itu, saya kirim deputi. Saya kontak sekretariat dan
mereka memaklumi, kemudian dikirim deputi (mengantarkan
Presiden). Karena itu kan lebih seremonial.
Selalu saya katakan, saya ini akan lurus pada apa yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawab saya. Itu yang saya urus. Wakil
gubernur adalah ranahnya partai politik untuk mencalonkan.
Prosesnya ada di partai politik. Lha wong saya urusannya banyak ini.
Polisi Usut Surat Juru Parkir
Bekasi
majalah.tempo.co
4 mins read
K
epala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota
Komisaris Arman mengatakan pengusutan berfokus pada
penerbitan surat penugasan dari pemerintah daerah kepada
sejumlah juru parkir yang menjadi anggota organisasi
kemasyarakatan. “Surat penugasan sudah kami sita untuk keperluan
penyelidikan,” ujar Arman di kantornya, Rabu, 6 November lalu.
Kepala Badan Pendapatan -Daerah Kota Bekasi Aan Suhanda
menandatangani dokumen berjudul “Surat Perintah Tugas” pada 16
Agustus 2019. Isinya menunjuk dan memberikan kewenangan kepada
individu yang menjadi anggota ormas untuk menarik retribusi parkir
kendaraan di minimarket di depan stasiun pengisian -bahan bakar
umum Jalan Siliwangi, Kecamat-an Rawalumbu, Bekasi. Surat
tersebut berlaku hingga 30 September 2019.
Aturan Retribusi
Pasal 45
TEMPO/Imam Sukamto
Salah satu polisi tersebut adalah Brigadir Dua Julia Bita Bangapadang,
yang bertugas di Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse
Kriminal Kepolisian RI. Julia mengajak Brigadir Dua Nugroho Putro
Utomo, Brigadir Satu Herodotus, dan Brigadir Dua Sandika Bayu
Segara, yang bertugas di Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor
Metro Jakarta Timur.
Novel juga terseret dalam laporan pengacara gaek O.C. Kaligis, yang
mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, karena
kasus suap. Kaligis menggugat Jaksa Agung dan Kejaksaan Negeri
Bengkulu di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar dugaan
penganiayaan yang dituduhkan kepada Novel saat ia masih menjadi
polisi di Bengkulu dilanjutkan.
Reksa Dana Besar Jababeka
Bersibak
majalah.tempo.co
5 mins read
Sugiharto
Tedjo Budianto Liman, yang kala itu masih Direktur Utama Jababeka,
sempat mengingatkan bahwa perusahaan melalui anak usaha
Jababeka International BV sedang terikat perjanjian utang dalam
bentuk note senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun.
Perjanjian tersebut mencantumkan klausul bahwa perusahaan akan
mempercepat pelunasan utang jika terjadi perubahan terhadap
kendali perseroan. Kondisi ini dapat memicu default terhadap anak
usaha yang berpotensi menyeret induk perusahaan.
Salah satu reksa dana yang diduga melebih ambang batas itu adalah
Pratama Dana Saham Unggulan. Dana yang ditempatkan di KIJA pada
28 Mei tercatat mencapai 17,791 persen dari NAB. Bank kustodian
reksa dana ini adalah Bank Rakyat Indonesia.
KHAIRUL ANAM
Kesan Pemegang Saham
Lama, Ini Hostile Takeover
majalah.tempo.co
1 min read
Membicarakan apa?
Iwan Margana menilai kinerja Jababeka semestinya bisa lebih baik dari saat ini. Kenapa
Kami Ingin Perubahan yang
Ramah
majalah.tempo.co
1 min read
Bukankah dalam usul semula Sugiharto hanya anggota direksi, bukan direktur utama?
Berburu Dana di Papan
Bursa
majalah.tempo.co
3 mins read
Penerimaan Pajak Melambat
majalah.tempo.co
2 mins read
INFRASTRUKTUR
Pelicin Obat yang tak Sehat
majalah.tempo.co
9 mins read
Kategori kedua adalah survei uji coba obat atau dalam dokumen
disebut sebagai “sponsorship survey (EPI/seeding)”. Nilai transfernya
rata-rata Rp 10 juta, dikirim langsung ke rekening para dokter.
Menurut beberapa medrep yang ditemui Tempo, survei seeding trial
ini sebenarnya kamuflase belaka untuk pemberian komisi dari
perusahaan farmasi kepada dokter.
Dari satu cabang itu saja, sepanjang Januari hingga November 2018
terdapat 184 pemberian dana secara transfer bernilai total Rp 803,9
juta serta 16 kali pemberian secara tunai bernilai total Rp 66,2 juta.
Sebagian besar dari total 147 penerima uang adalah dokter. Sisanya
diberikan kepada direktur rumah sakit, pemilik rumah sakit,
apoteker, hingga tim intensive care unit (ICU) di rumah sakit.
Sedangkan sepanjang Januari hingga Juli 2019 tercatat aliran dana Rp
602,1 juta: Rp 521,1 juta disalurkan secara transfer sebanyak 101 kali
dan Rp 81 juta diberikan secara tunai sebanyak 15 kali. Sekitar 76
persen dari 96 penerima uang tersebut adalah dokter.
Sayangnya, ia selalu tak ada tiap kali didatangi di Rumah Sakit Budhi
Asih. Begitu juga ketika disambangi di Universitas Pembangunan
Nasional Veteran di Cilandak, Jakarta Selatan, tempat ia mengajar.
Salman baru bisa dihubungi melalui telepon pada Rabu, 6 November
lalu. Namun, setelah Tempo memperkenalkan diri dan menyampaikan
pertanyaan tentang komisi obat, ia langsung memotong. “Maaf, saya
sedang sibuk, sedang praktik,” katanya seraya menutup telepon.
Dalam dokumen target satu tim medrep yang diterima Tempo terekam
strategi promosi itu. Biaya promosi Kalbe Farma terbagi dua: net
product dan net business unit. Net product adalah harga penjualan
tertinggi yang dihitung per triwulan. Sedangkan net business unit
merupakan harga patokan minimal. Selisih dua harga inilah yang
menjadi anggaran tim medrep dalam memberikan komisi kepada
dokter.
Nilainya lumayan besar. Satu tim medrep Kalbe yang terdiri atas
empat orang punya nilai net product Rp 2,68 miliar. Adapun net
business unit, nilai penjualan yang harus mereka capai dalam satu
triwulan, hanya Rp 1,8 miliar, sehingga mereka bisa “memainkan”
komisi untuk dokter sebanyak Rp 875 juta. Di Kalbe, saat ini ada
1.300 -medrep yang aktif memasarkan obat.
Buang Obat Agar Selamat
majalah.tempo.co
4 mins read
Apa yang disaksikan Tempo di Pasar Pramuka pada awal Oktober 2019
itu merupakan praktik “buang obat” perusahaan farmasi. Mereka
melempar obat yang tak terserap konsumen ke Pasar Pramuka, yang
terkenal sebagai surga obat harga murah. “Biasanya buang obat ini
akhir bulan,” kata Koko Darmadji—bukan nama sebenarnya—salah
seorang medical representative Kalbe Farma. Medical representative
(medrep) adalah karyawan perusahaan farmasi yang bertugas
memasarkan produk dengan dibekali target penjualan.
Koko tak ingin nama dan identitasnya diungkap karena dia masih
berstatus pegawai Kalbe. Pria 30 tahun itu mengaku praktik buang
obat jamak dilakukan karena ada target penjualan, sementara daya
serap rendah. Selain itu, ada faktor persaingan dengan obat generik
di rumah sakit.
Diskon besar itu ditutupi Koko dari uang pribadinya. Para medrep,
seperti Koko, lebih rela pendapatan berkurang ketimbang kehilangan
bonus akibat tak mencapai target yang dibebankan. Toh, kata Koko,
pemberian diskon kepada penjual obat Pasar Pramuka di bawah
bonus yang akan mereka terima.
Bonus medrep yang mencapai target biasanya tiga kali lipat gaji
mereka yang mengacu pada upah minimum regional Jakarta. Dengan
cara buang obat, menurut Koko, ia selamat dengan tetap
mendapatkan bonus, perusahaan tak menumpuk produk, penjual obat
bisa terus berbisnis, dan konsumen memperoleh obat dengan harga
murah.
Obat “bebas terbatas” dulu dikenal sebagai obat W, yang bisa dibeli
tanpa resep dokter. Sedangkan obat keras serta obat narkotik dan
psikotropika wajib mendapat resep. Sesuai dengan aturan, pedagang
eceran hanya memiliki asisten apoteker sehingga tidak boleh
melayani resep dokter, bahkan dilarang menyimpan obat resep.
“Hanya apotik yang boleh,” ucap Inspektur Utama Badan Pengawas
Obat dan Makanan Reri Indriani.
Aktor lain dalam proses buang obat, menurut Anton, adalah kepala
farmasi atau kepala bagian pembelian obat di rumah sakit. Mereka
bertugas mengeluarkan faktur pemesanan obat sehingga seolah-olah
obat tersebut diterima rumah sakit padahal langsung didistribusikan
ke pasar gelap.
Wakil Direktur Budhi Asih, Endah Kartika, tak menampik kabar ihwal
adanya pegawai Budhi Asih yang bermain mata dengan medrep dan
salesman. “Dulu pernah ada permainan pembelian ini, dijalankan oleh
dua orang, tapi keduanya sekarang sudah tidak bekerja di sini,”
katanya ketika ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu. Endah
mengklaim praktik buang obat itu bukan kebijakan rumah sakit,
melainkan ulah beberapa orang pegawai saja. Ia mengatakan sedang
memperbaiki tata kelola rumah sakit untuk memastikan hal serupa
tidak terulang.
Jumlah (Uangnya) Tidak
Banyak
majalah.tempo.co
1 min read
Soetjipto Hamiprodjo/https://harumsismamedika.com
Dari puluhan nama dokter rumah sakit di Jakarta dalam satu rim
kuitansi transfer uang yang diduga dari PT Kalbe Farma Tbk, nama
Soetjipto Hamiprodjo paling sering muncul. Dokter spesialis saraf di
Rumah Sakit Harum Sisma Medika, Kalimalang, Jakarta Timur, itu
rutin menerima uang dalam jumlah Rp 5-25 juta sepanjang 2011-
2014. Buat Soetjipto, mendapat uang dari perusahaan farmasi yang
memasok obat kepada rumah sakitnya merupakan hal lumrah.
“Secara ilmiah, biasa,” ujarnya pada Rabu, 16 Oktober lalu.
Nama Anda ada dalam dokumen kuitansi pemberian uang dari Kalbe Farma....
Oh, itu biasanya kalau mau simposium. Biasanya diberi uang untuk
mendaftar.
Iya. Biasanya mereka mendaftarkan nama kami, tapi ada juga yang
enggak mau repot sehingga memberikan uang tunai. Sekarang biaya
registrasi sebuah workshop bisa Rp 4 juta.
Iya.
Enggak ada yang mau karena itu sesuatu yang tidak bisa diprediksi
berapa jumlahnya. Misalnya di sebuah rumah sakit ada 13 macam
spesialis, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan? Jadi masing-
masing cari sendiri, deh.
Iya, ya.
Kalau Ketahuan, Pasti Kami
Pecat
majalah.tempo.co
3 mins read
Dalam dokumen yang kami dapat, transfer uang kepada dokter itu atas persetujuan
Kami tidak mengerti. Kalbe tidak membolehkan hal seperti itu sejak
sebelum era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 2012.
Dari dokumen ini, transfer terjadi juga pada 2013-2016, setelah era JKN....
Saya tidak mengerti. Menurut saya, Kalbe tidak pernah melakukan hal
seperti itu. Sebab, kami ini listed di bursa, perusahaan terbuka.
Investor dari luar sudah bertanya soal ini kira-kira 15 atau 20 tahun
lalu.
Hari: Kami tidak memiliki sistem seperti ini karena tidak ada logo
Kalbe. Di semua dokumen, ada logo Kalbe. Penomoran NIK juga
berbeda dengan milik saya. Dan kami tidak punya cabang di Pulomas.
Di dalam dokumen ada nama Ridwan Ong dan Rustam Tan. Mereka bekerja di Kalbe?
Mungkin saja. Kalau motifnya pribadi, jadi susah. Tapi agak aneh
juga. Bagaimana medrep tahu si dokter akan merekomendasikan
produk dia? Sulit. Bagaimana kami tahu apa yang mereka tuliskan di
resep? Di Kalbe sangat jelas kami punya etika bisnis yang harus
dijalankan.
Hukumannya apa?
Kalau untuk rumah sakit, lebih banyak buat penelitian. Sekarang obat
sudah memakai sistem tender. Karena itu, pengadaan obat di rumah
sakit diserahkan kepada manajemen. Jadi kami berbicara dengan
manajemen. Di era JKN, sudah tidak relevan kami berbicara dengan
dokter. Sebab, kerja sama harus B-to-B antara Kalbe dan rumah sakit,
bukan dengan perseorangan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 58 Tahun 2016, masih dibolehkan ada biaya promosi sebagai
bagian dari edukasi.
Kami menemukan bahwa diskon tak dicatat dalam faktur pembayaran karena uangnya
Kita harus melihat lagi apakah sudah sesuai dengan aturan karena ini
bicara institusi. Kalau di industri rumah sakit, penjualan obat itu
hanya sebagian kecil dari bisnis mereka.
Ada juga honor dan biaya seminar. Apa itu?
Kami ke Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Obat Kalbe dijual di sana tanpa resep. Istilahnya
“buang obat”....
Itu oknum. Bayangkan, ada berita soal obat palsu, yang dipanggil
kami, padahal yang memasok orang lain. Kami disalahkan karena
dianggap tidak bisa mengontrol.
Kalau bocor dari pabrik kami, tidak mungkin, tapi bisa jadi ada outlet
yang bermain. Yang jelas, kami memasok obat ke semua yang berizin,
izin apotek, izin toko obat, lewat distributor kami.
Kopi Terakhir Sang Aktivis
majalah.tempo.co
7 mins read
“Ya sudahlah. Kalau nanti ada yang kena tikam, biarkan saja.”
Golfried meninggal tiga hari kemudian. Selama tiga hari itu, dia tak
sadarkan diri. Dokter Rumah Sakit Adam Malik menangani luka parah
di kepala Golfried dengan sejumlah operasi. Menurut Resmi, dokter
menyebutkan tempurung kepala Golfried sudah rusak berat. “Dokter
sempat mengatakan butuh keajaiban dari Tuhan untuk dia bertahan,”
kata Resmi sambil tertunduk, Selasa, 5 November lalu.
Tak ada satu pun saksi yang melihat Golfried tersungkur di jalan.
Polisi memperkirakan kecepatan sepeda motor Golfried saat itu hanya
40 kilometer per jam. “Bagaimana mungkin kepala bisa hancur
dengan hanya kecepatan segitu?” ujar Dana.
Jarak antara rumah Mak Tua dan lokasi penemuan tubuh Golfried
hanya sekitar 2 kilometer. Tempo mencoba melewati rute perjalanan
Golfried pada malam itu dengan mengendarai sepeda motor yang
melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam. Hasilnya, lokasi itu
cukup ditempuh dengan waktu 3-4 menit. Artinya, ada rentang waktu
yang panjang antara kepergian Golfried dari rumah Mak Tua dan
“kecelakaan”.
Hujan mengguyur Medan malam itu. Dari lapo tuak, Golfried kembali
ke warung kopi Kennedy dan berteduh. Saat itu sekitar pukul 22.36.
Kennedy, yang melihat Golfried berteduh sendirian sambil
mengenakan helm, menawarkan makanan. Tak lama kemudian
Golfried beranjak. Kennedy meminta bekas tetangganya itu waspada.
“Hati-hati kau, ya.... Licin ini jalan,” kata Kennedy menirukan
ucapannya kepada Golfried.
Celana yang dipakai Golfried Siregar saat kejadian./ Foto-foto: Dok. Keluarga
Helm yang dipakai Golfried Siregar saat kejadian. Goresan pada sepeda motor milik
Golfried Siregar/ Foto-foto: Dok. Keluarga
Intimidasi dari Segala
Penjuru
majalah.tempo.co
1 min read
S
UMATERA Utara bersama lembaga lain menggugat Gubernur
Sumatera Utara agar mencabut izin pembangunan
pembangkit listrik tenaga air Batang Toru di Tapanuli
Selatan. Pembangunan PLTA di dalam hutan dianggap merusak
ekosistem dan habitat satwa, khususnya habitat orang utan Tapanuli,
yang hanya ada di Batang Toru.
Menjelang tenggat pendaftaran kasasi, Golfried Siregar bersama
Manajer Hukum Lingkungan dan Litigasi Eksekutif Nasional Walhi
Ronald M. Siahaan mendaftarkan kasasi itu tanpa berkoordinasi
dengan Walhi Sumatera Utara, sekitar dua bulan lalu. Walhi Sumatera
Utara menyurati Dewan Nasional Walhi atas perilaku Ronald.
Tekanan juga datang dari para senior. Sejumlah pengurus Walhi yang
ditemui Tempo menceritakan hal tersebut. Para senior kerap
menasihati pengurus Walhi Sumatera Utara bahwa pembangunan
PLTA Batang Toru memiliki dampak positif terhadap manusia dan
tidak akan mengganggu ekosistem hutan.
Direktur Reserse Kriminal
Umum Kepolisian Daerah
Sumatera Utara Komisaris
Besar Andi Rian Djajadi:
Sejak Awal Kami Curiga Ini
Kecelakaan/Dok. Pribadi
majalah.tempo.co
2 mins read
G
olfried ditemukan terkapar di pinggir jalan dengan beragam
luka di kepala. Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian
Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Andi Rian Djajadi
menepis tudingan Golfried dibunuh karena aktivitasnya
mengadvokasi sejumlah kasus. Berikut ini petikan wawancara Andi,
yang didampingi empat penyidik, dengan wartawan Tempo, Linda
Trianita, di ruangannya, Rabu, 6 November lalu.
Mengapa polisi menyimpulkan luka Golfried karena kecelakaan?
Kami tidak bisa menentukan detik per detik. Ada dua saksi. Pertama
Ramli Lubis, pemilik rumah sekitar lokasi, yang mendengar keributan
orang-orang di underpass. Saksi kedua tukang becak motor, yang
kemudian mengangkut korban ke Rumah Sakit Mitra Sejati.
Tapi tukang becak dan dua orang lain malah menjadi tersangka?
Mereka melintas di sekitar lokasi. Isi becak ada lima. Dua menuntun
sepeda motor. Sisanya mengantar korban. Mereka menemukan tas
ransel Golfried yang tertinggal di becak, lalu membagi-bagi isinya,
seperti dompet berisi uang Rp 150 ribu, laptop pecah dan
melengkung, telepon seluler dua, serta cincin.
Semua sudah dijual, termasuk laptop, tapi sudah kembali. Yang belum
ditemukan tinggal satu telepon seluler merek Nokia milik korban.
Yang menyebut itu Walhi Sumatera Utara, kami tidak pernah. Itu
sebabnya saya mengatakan kepada mereka saat mendatangi kami,
kalian data dari mana? Jarak antara flyover dan underpass itu sekitar
2 kilometer.
Jika ada yang bilang dia dibunuh, bawa saja saksinya kemari. Lalu
ceritanya apa?
Bagian Terbaik yang Lucut
majalah.tempo.co
4 mins read
S
ETELAH mantan Direktur Utama PT PLN, Sofyan Basir,
divonis bebas hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Jakarta pada Senin, 4 November lalu, Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi Saut Situmorang langsung menyemangati
jaksa penuntut umum. Ia meminta jaksa mempelajari putusan Sofyan,
lalu mengajukan permohonan kasasi. “Saya yakin putusan ini tidak
akan mengecilkan apa yang sudah dilakukan tim penuntut,” kata Saut,
Kamis, 7 November lalu.
Saut pula yang sejak awal ngotot menaikkan kasus ini ke tahap
penyidikan pada April lalu. Menurut seorang penegak hukum, sempat
terjadi perdebatan hangat di lingkup internal KPK saat gelar perkara.
Salah seorang jaksa disebut tak setuju kasus ini dibawa ke
penyidikan. Pimpinan KPK juga terbelah. Saat itu, Saut disebutkan
berkeras menaikkan status Sofyan. Menurut sumber itu, Saut
mengatakan, bila jaksa tak mau menuntut kasus ini, dia sendiri yang
akan menjadi jaksa penuntut umumnya.
Salah satu pasal yang menjerat Sofyan adalah Pasal 12 huruf a juncto
Pasal 15 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sebagai penyelenggara negara, ia disangka menerima janji pemberian
uang dari pengusaha Johannes Budisutrisno Kotjo. Johannes adalah
pemegang saham BlackGold yang menjadi perantara kerja sama
investasi China Huadian Engineering untuk menggarap proyek
tersebut.
Ditanyai lagi soal pertemuan tersebut dan peran Sofyan dalam proyek
PLTU Riau-1, Eni mengatakan semua kesaksiannya sudah
disampaikan dalam persidangan. “Sudah saya jelaskan semua,”
ucapnya, awal November lalu.
R
ASSEL, siswa 16 tahun di Kota Sidon, Libanon, mengaku
tidak bisa berdiam diri di sekolah saat demonstrasi masih
berlangsung di sejumlah tempat di negaranya. Ia bersama
ratusan siswa sekolah menengah atas lain, Rabu, 6 November lalu,
bertemu di luar sekolah pada pukul 07.30, lalu bersama-sama menuju
lokasi unjuk rasa di persimpangan Elia.
Proposal itu tak mendapat sambutan baik, yang ditandai dengan tetap
turunnya massa ke jalan-jalan. Para demonstran menuntut presiden
dan anggota kabinet mundur serta segera menggelar pemilihan
umum. Mereka juga meminta diakhirinya politik sektarian. Merasa
tak beroleh dukungan, Saad Hariri akhirnya angkat tangan dan
memilih mengundurkan diri pada 29 Oktober lalu, saat demonstrasi
besar memasuki hari ke-13.
===
MICHEL Aoun punya karier panjang dalam kancah politik di Libanon.
Pria kelahiran 18 Februari 1935 tersebut memulai karier militernya
pada 1955 dengan menjadi perwira kadet di akademi militer setelah
menyelesaikan pendidikan menengahnya. Dia meniti karier di sini
hingga menjadi panglima militer pada 1984.
Pasukan Suriah menarik diri dari Libanon pada 2005, tapi perang
antara Israel dan Hizbullah dengan cepat terjadi pada 2006. Menurut
Council of Foreign Relations, dalam satu dekade terakhir, ketegangan
sektarian antara kelompok Hizbullah dan Sunni juga meningkat.
Politik pun menjadi rumit karena menjadi medan pertempuran proksi
bagi Iran, yang memberikan dukungan bagi Hizbullah, dan Arab
Saudi, yang mendukung Perdana Menteri Saad Hariri serta politikus
Sunni lain.
Politik Sektarian Libanon
majalah.tempo.co
5 mins read
Libanon
M
ENURUT kesepakatan yang dikenal sebagai Pakta
Nasional 1943, ada pembagian kekuasaan dalam politik
Libanon: presiden berasal dari komunitas Kristen,
perdana menteri dari muslim Sunni, dan Ketua DPR dari muslim
Syiah. Politiknya rumit karena menjadi medan pertempuran proksi
bagi Iran, yang mendukung Hizbullah, dan Arab Saudi, yang
menyokong politikus Sunni. Faktor lain pemicu konflik adalah
perbatasannya dengan Suriah dan Israel.
Tantangan bagi Sang
Pangeran
majalah.tempo.co
4 mins read
B
ELUM juga didapuk sebagai Perdana Menteri Israel, Benny
Gantz sudah menuai ancaman dari pentolan Hamas. Yahya
Sinwar, salah satu pemimpin kelompok milisi yang
menguasai Jalur Gaza itu, menyatakan bahwa Hamas bakal
menyerang balik Israel jika Gantz dan pemerintahannya berani
menyerbu Gaza. “Kami sedang menunggu Anda, jika Anda berhasil
membentuk pemerintahan,” kata Sinwar mencela Gantz dalam
pidatonya di Gaza, Senin, 4 November lalu.
Pernyataan Sinwar meluncur dua hari setelah Gantz menyerukan
bahwa ia bakal menggempur Gaza jika terpilih sebagai perdana
menteri baru menggantikan Benjamin Netanyahu, politikus sayap
kanan yang berkuasa sejak 2009. Gantz juga bersumpah akan
menggunakan kekuatan militer penuh untuk menghalau serangan dan
membunuh para pemimpin Hamas, yang oleh pemerintah Israel dicap
sebagai organisasi teror.
MAHARDIKA SATRIA HADI (THE JERUSALEM POST, FORWARD, ASHARQ AL-AWSAT, HAARETZ)
Leni Robredo Pimpin
Pemberantasan Narkotik
majalah.tempo.co
2 mins read
REUTERS/Romeo Ranoco
W
AKIL Presiden Leni Robredo menerima tawaran Presiden
Rodrigo Duterte untuk memimpin program
pemberantasan narkotik Duterte yang kontroversial.
Penunjukan itu terjadi setelah Robredo mengkritik program tersebut
dalam sejumlah wawancara dengan media.
Botero menyatakan operasi itu sah dan militer tak menyadari ada
anak-anak di kamp yang menjadi sasaran serangan. Delapan anak-
anak ditengarai tewas dalam serangan itu.
CILE
Unjuk rasa besar di negeri itu dimulai pada bulan lalu ketika harga
tiket kereta bawah tanah naik. Demonstrasi lalu meluas dan tuntutan
bertambah, seperti perbaikan sistem dana pensiun, pendidikan, dan
jaminan kesehatan yang dianggap lebih menguntungkan kaum kaya.
Sebagian demonstran menuntut penggantian konstitusi 1980, yang
ditulis semasa kekuasaan diktator Jenderal Augusto Pinochet, yang
memungkinkan sumber daya alam, termasuk air, sepenuhnya atau
sebagian dikelola swasta.
REUTERS
MALAYSIA
Pertarungan Dua Raksasa
majalah.tempo.co
3 mins read
Berangkat dari kisah nyata rivalitas di luar trek dua pabrik otomotif,
Ford dan Ferrari. Balapan tak hanya menjadi bumbu.
J
ULUKAN mobil keluaran produsen otomotif Ford Motor
Company ini sangat gahar: Ferrari Killer. Disebut begitu karena
si pemilik nama GT40 tersebut melumat Ferrari di kompetisi
“neraka” Le Mans 24 Jam di bagian barat laut Prancis empat tahun
berturut-turut sejak 1966. Raihan Ford bersejarah karena sejumlah
alasan. Salah satunya lantaran balapan itu selama 1960-1965
didominasi Ferrari, pabrik asal Modena, Italia.
Karena itu, berlaga di Le Mans adalah uji nyali bagi Ford, yang
sebelumnya tak tercatat dalam sejarah sebagai petarung di sirkuit.
Produsen asal Michigan, Amerika Serikat, ini mengubah nasibnya
setelah sang bos, Henry Ford II (diperankan Tracy Letts), menyetujui
usul timnya, yang berharap Ford turun ke kompetisi balapan. Misi
awalnya adalah meraih citra baru agar pabrik tak terjerembap ke
jurang kebangkrutan seperti yang dialami perusahaan pimpinan Enzo
Ferrari.
Persoalannya, mobil balap tak ada dalam portofolio Ford. Karena itu,
Henry Ford II mengirim utusannya ke Modena untuk membeli Ferrari,
yang disebut tim Ford sebagai mobil dengan sex appeal tinggi. Namun
Enzo Ferrari (diperankan Remo Girone) menolak tawaran Ford karena
merasa terhina oleh materi negosiasi. Kata dia, tak semua hal bisa
dibeli dengan uang. Sedangkan menurut Ford, “Uang memang tidak
bisa membeli kemenangan, tapi dapat membeli orang.”
Ford v Ferrari
S
EBELUM usia anaknya mencapai enam bulan, setahun lalu,
Elvira Mustikawati menyambangi banyak tempat untuk
mencari tahu soal makanan pendamping air susu ibu
(MPASI). Ia mengunjungi akun YouTube dokter spesialis anak I Gusti
Ayu Nyoman Partiwi alias dokter Tiwi, juga akun Instagram dokter
spesialis anak Dini Adityarini dan Meta Hanindita serta konselor ASI
dokter Ameetha Drupadi.
NUR ALFIYAH
Solusi Mengatasi Kekerasan
di Papua
majalah.tempo.co
4 mins read
Ilustrasi: Ehwan
Ketegangan laten antarsuku atau ras dan agama di Papua terkait erat
dengan—di satu sisi—ekspansi kekuasaan politik, ekonomi, dan
militer Indonesia sejak 1960-an dan di sisi lain gerakan emansipasi
dan dekolonisasi orang Papua. Sebagaimana kita tahu, integrasi Papua
ke dalam Indonesia disertai dengan pendudukan (settler occupation).
Pada masa Orde Baru, Papua dijadikan wilayah huni penduduk dari
luar Papua melalui transmigrasi dan ekspansi birokrasi sipil dan
militer. Selama masa otonomi khusus, migrasi ke Papua terus
meningkat bersamaan dengan pemekaran dan akselerasi
pembangunan di kota-kota dan daerah otonomi baru. Di kota-kota
utama Papua, seperti di beberapa kabupaten, misalnya Merauke,
Keerom, Timika, dan Nabire, jumlah penduduk pendatang sudah
melampaui penduduk asli. Dalam komposisi demografi semacam itu,
orang Papua tidak hanya harus berhadapan dengan kontrol otoritas
militer dan sipil Indonesia, tapi juga dengan penduduk pendatang
yang dominan dalam jumlah dan pengaruh.
Situasi ini sudah berlangsung lama, ibarat api dalam sekam. Pada
2011, saya menulis tentang ketegangan demografis yang menjadi
semacam bom waktu (Jakarta Post, 2 Februari 2011, “Demographic
Tensions in Papua: a time bomb?”). Pertumbuhan jumlah pendatang
yang cepat disertai dengan model pembangunan, yang oleh
antropolog Benny Giay disebut “pembangunan berbias pendatang”,
memicu sentimen rasial/etnis dan agama. Setahun setelahnya, dalam
artikel lain saya mengingatkan situasi yang mengarah ke darurat
kekerasan yang oleh Thomas Hobbes disebut bellum omnium contra
omnes, kekerasan semua melawan semua.
Masalah rumit seperti itulah yang merupakan basis material bagi sisi
horizontal dari peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-
akhir ini. Kendati masyarakat akar rumput seperti di Wamena masih
berusaha mengontrol diri agar tidak terperangkap dalam lingkaran
setan kekerasan komunal dengan pendatang, sesungguhnya telah
terjadi perkembangan ketegangan Papua dari oposisi vertikal ke arah
horizontal antara orang Papua dan penduduk suku-suku Nusantara.
Lubang-lubang Anggaran
DKI
majalah.tempo.co
2 mins read
Premanisme di Lahan Parkir
majalah.tempo.co
2 mins read
Sulitnya Meraup Pajak
majalah.tempo.co
1 min read
SBN dengan tawaran imbal hasil lebih tinggi juga menjadi pesaing
terberat perbankan dalam meraup dana masyarakat. Dampaknya
terlihat dari ketatnya likuiditas bank yang menyebabkan tersendatnya
kredit untuk menyokong produksi dan konsumsi.
Sebaliknya, subsidi yang selama ini tak tepat sasaran, seperti subsidi
bahan bakar minyak, sepantasnya dikurangi. Presiden Joko Widodo
semestinya berani mengambil langkah yang tak populer, yakni
memangkas subsidi minyak, demi menyehatkan perekonomian.
Antara Lantai dan Eternit
Jurnalisme
majalah.tempo.co
4 mins read
S
yahdan, Goenawan Mohamad mengisahkan kesan-kesannya
ketika menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Tempo sepanjang
1971-1993. “Pemimpin redaksi adalah pekerjaan 24 jam,”
katanya. “Selain itu, sebagai pemimpin redaksi, saya tidak pernah
benar-benar bisa punya teman. Tidak benar-benar punya musuh.”
Yang pertama adalah cerita tentang etos. Yang kedua tentang upaya
menjaga independensi.
Goenawan menyampaikan cerita itu kepada Arif Zulkifli, ketika itu
Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, pada pertengahan 2013. Enam
tahun kemudian, pada 28 Oktober lalu, Arif mengulang cerita
tersebut kepada tujuh orang yang mulai pekan lalu didapuk menjadi
pemimpin redaksi grup Tempo Media. Di antaranya Wahyu Dhyatmika
(Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, sebelumnya Pemimpin Redaksi
Tempo.co), Budi Setyarso (Pemimpin Redaksi Koran Tempo), dan Setri
Yasra (Pemimpin Redaksi Tempo.co, sebelumnya Redaktur Eksekutif
Majalah Tempo).
Selain Anton Septian, ada Anton Aprianto. Pria 40 tahun itu lulusan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Ia salah satu motor
liputan-liputan investigasi Tempo selama ini. Liputannya yang cukup
fenomenal adalah soal reklamasi Teluk Jakarta.