240210170010
Kelompok 2
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara
langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984),
sedangkan menurut Ginting (2007), Limbah adalah buangan yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan
menjadi limbah yang memiliki nilai ekonomis, yaitu limbah dimana dengan melalui
suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis
adalah suatu limbah yang walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara
apapun tidak akan memberikan nilai tamah kecuali sekedar untuk mempermudah
sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan permasalahan
pencemaran dan kerusakkan lingkungan (Kristanto, 2002). Penanganan limbah
perlu dilakukan untuk menurunkan kandungan bahan organik dan bahan lainnya di
dalam limbah, baik dalam bentuk cair maupun gas sehingga diperoleh konsentrasi
yang aman untuk dibuang. Selain itu, penanganan limbah juga bertujuan agar
limbah dapat dimanfaatkan kembali (recycling) sebagai bahan mentah baru, produk
baru, bahan bakar, pakan ternak ataupun pupuk.
Langkah awal dalam menangani limbah salah satunya yaitu dengan
mengetahui karakteristik dari limbah tersebut. Karakteristik limbah yang sangat
mudah dilihat dengan mata telanjang yaitu karakteristik fisik limbah cair. Salah satu
hal yang mempengaruhi karakteristik fisik ini adalah aktivitas penguraian bahan-
bahan organik pada air buangan oleh mikroorganisme. Penguraian ini akan
menyebabkan kekeruhan, perubahan warna, dan menimbulkan bau (Siregar, 2005).
Menurut Suripin (2002), karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi
kualitas air ditentukan oleh bahan padat keseluruhan yang terapung maupun
terlarut, kekeruhan, warna, bau dan rasa, dan temperatur (suhu) air.
Praktikum kali ini, dilakukan uji karakteristik fisik limbah. Sampel yang
digunakan dalam praktikum ini berasal dari berbagai jenis limbah berbentuk cair,
yaitu air sungai, limbah media, limbah air sawah, limbah industri pangan (limbah
Bilqis Khairunisa
240210170010
Kelompok 2
sayur buah, limbah daging dan limbah industri tahu,), limbah tekstil, limbah rumah
tangga, air selokan serta air keran.
Pengujian karakteristik limbah pangan pada praktikum kali ini dilakukan
pengamatan terhadap pH, suhu, warna, bau, dan endapan. Pengukuran pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter, besarnya suhu diukur dengan
menggunakan termometer, sifat warna diamati melalui penglihatan langsung
terhadap air limbah, dan sifat bau dilakukan secara penilaian sensori dengan cara
menghirup aroma baunya. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan karakteristik
fisik limbah cair.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Limbah Cair
Karakteristik
w
Kel. Sampel Suhu
Warna Bau pH endapan
(oC)
(mg/L)
Bening Bau
1 Air Sungai 26 7,30 14,67
kecoklatan detergen
Limbah Asam
2 Krem keruh 25 4,10 38,64
Tahu menyengat
Limbah Busuk
3 Keruh oranye 25 6,08 7191,92
Media asam
Tidak
4 Air Keran Bening 26 6,75 -4,43
berbau
Bau
Limbah
detergen,
5 Rumah Pink keruh 22,5 7,38 1,72
sedikit
Tangga
apek
Bau busuk
Limbah
6 Hitam pekat sangat 23 9,38 -10,03
Tekstil
menyengat
Limbah
Keruh
7 Sayur Sayur 22 7,68 15,83
kehijauan
Buah
Limbah Kuning keruh Amis
8 21 6,86 -1,91
Daging ++ daging ++
Tanah,
Air Bening, sedikit logam,
9 22 7,52 0,85
Selokan keruh lumut, bau
batu
Bilqis Khairunisa
240210170010
Kelompok 2
Karakteristik
w
Kel. Sampel Suhu
Warna Bau pH endapan
(oC)
(mg/L)
Bening
10 Air Sawah Bau tanah 23 7,00 4,96
kekuningan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan, masing-masing limbah memiliki warna,
bau, pH, suhu serta berat endapan yang berbeda-beda. Warna pada berbagai macam
limbah tergantung dari jenisnya, tetapi umumnya terdapat kekeruhan. Warna
limbah menunjukkan zat-zat terlarut yang terdapat pada limbah dan merupakan ciri
kualitatif yang dapat dipakai untuk mengetahui kondisi umum air limbah. Menurut
Sugiharto (1987), air buangan industri serta bangkai benda organisme menentukan
warna air limbah. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan
yang terdapat didalam air. Kekeruhan dapat menyebabkan terpantulnya sinar
matahari sehingga mengurangi oksigen yang dihasilkan tanaman dan mengganggu
kehidupan (Metcalf dan Eddy, 2003).
Bau merupakan karakteristik fisik yang menandakan pembusukan air
limbah. Berdasarkan hasil pengamatan, masing-masing limbah memiliki bau yang
spesifik kecuali pada sampel keran yang tidak berbau. Bau pada limbah timbul
disebabkan oleh bahan volatil, gas terlarut, hasil pembusukan bahan organik, dan
minyak (Metcalf dan Edd, 2003).
pH menunjukkan derajat keasaman limbah. Menurut Alaerts dan Santika
(1987), pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan mikrobiologi. Limbah
yang aman dibuang ke lingkungan harus memiliki pH mendekati 7 yaitu pH air
netral atau antara 6-8 karena perubahan tajam keasaman air limbah ke arah alkali
(pH > 7) maupun ke arah asam (pH < 7) dapat mengganggu biota di lingkungan
sekitar. Biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Menurut Mackereth dkk
(1989), standar baku pH untuk kehidupan biota akuatik adalah sekitar 7-8,5. Air
limbah yang tidak netral akan menyulitkan kelangsungan proses biologi, sehingga
memerlukan proses penetralan (Sugiharto, 1987). Pengaruh lain yang terjadi
apabila pH terlalu rendah adalah penurunan oksigen terlarut. Berdasarkan hasil
pengamatan, sampel limbah dengan nilai pH mulai dari yang terkecil (asam) hingga
Bilqis Khairunisa
240210170010
Kelompok 2
yang terbesar (basa) berturut-turut adalah sampel limbah tahu pH 4,10; sampel
limbah media pH 6,08; sampel air keran pH 6,75; sampel limbah daging pH 6,86;
sampel limbah larutan kimia pH 7,00; sampel air sungai pH 7,30; sampel limbah
rumah tangga pH 7,38; sampel air selokan pH 7,52; sampel limbah sayur buah pH
7,68; dan sampel limbah tekstil pH 9,38. Data tersebut menunjukkan bahwa sampel
dengan pH normal/netral adalah air sawah.
Setiap limbah memiliki suhu yang berbeda-beda. tetapi perbedaan suhu
tidak terlalu jauh. Pengamatan suhu dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan
dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Suhu
limbah cair yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu
lingkungan perairan. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan
mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air,
viskositas, dan tegangan permukaan (Sugiharto, 1987). Menurut Fardiaz (1992),
kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat yaitu jumlah oksigen terlarut
didalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan
air lainnya terganggu, dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan, dan
hewan air lainnya akan mati. Berdasarkan hasil pengamatan, suhu limbah tertinggi
adalah air sungai dan air keran yaitu 26oC dan suhu limbah terendah adalah limbah
daging yaitu 20oC.
Karakteristik fisik lain yang diuji selain warna, bau, suhu dan pH yaitu
adanya endapan. Berat endapan yang terdapat pada limbah pada praktikum kali ini
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
𝑤 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑔) − 𝑤 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑔)
Berat Endapan= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)