Anda di halaman 1dari 14

Nama Asisten : Jedi Riazi

Tanggal Praktikum : Senin, 8 Mei 2023


Tanggal Pengumpulan : Rabu, 17 Mei 2022

PENGUJIAN KARAKTERISTIK FISIK LIMBAH


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Aurelia Benedikta Demira Tobing (240210210032)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: aurelia21003@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Limbah merupakan bahan yang dihasilkan setelah proses utama selesai
yang umumnya akan dibuang oleh masyarakat. Limbah tidak dibuang begitu saja
untuk menjaga lingkungan dan ekosistem. Pengolahan limbah merupakan proses
yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari limbah ke lingkungan dan
kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting mengetahui mengenali karakteristik
fisik dari limbah seperti pH, suhu, warna, bau, dan endapan, agar bisa
mengidentifikasinya secara sederhana mana limbah yang dapat langsung dibuang
ke lingkungan atau perlu pengolahan terlebih dahulu. Praktikum ini bertujuan
mengenali sifat-sifat fisik limbah. Dalam hasil pengamatan yang didapat bahwa
dapat disimpulkan hampir semua kelompok memenuhi standar mutu pH pada
kisaran 6,0-9,0, semua kelompok memenuhi standar mutu suhu pada kisaran 25-
32℃, tetapi tidak ada kelompok yang memenuhi standar mutu TSS karena kurang
tepatnya metode penyaringan yang digunakan.
Kata kunci: Karakteristik fisik, limbah cair, pengolahan

PENDAHULUAN Sayangnya dengan berkembangnya


Teknologi yang semakin industri pangan hingga usaha
maju menjadi salah satu faktor berbasis pangan, tidak diimbangi
pendukung dalam kemajuan segala dengan sarana dan prasarana
aspek dikehidupan manusia, salah pengolahan limbah yang mencukupi.
satunya di dalam industri. Industri Limbah adalah zat atau
pangan sudah ada sejak lama dan bahan buangan yang merupakan hasil
semakin berkembang hingga dari suatu proses kegiatan yang
sekarang, dari ruang lingkup yang dilakukan oleh manusia, atau limbah
besar (tingkat industri) dan usaha adalah bahan sisa yang dihasilkan
pangan lingkup kecil hingga dari suatu kegiatan dan proses suatu
menengah di masyarakat (UMKM). produksi baik skala rumah tangga,

1
industri, pertambahan, dan lain-lain limbah terlalu asam atau basa maka
(Ramayanti & Amna, 2019). Untuk bisa membahayakan lingkungan.
menjaga lingkungan dan ekosistem Kedua warna, warna dari limbah
sebagiknya limbah tidak dibuang tergantung pada jenis limbah. Ketiga
begitu saja sebelum diolah karena bau, bau limbah bisa menjadi
bisa membahayakan bagi kesehatan masalah bagi lingkungan karena bisa
dan bisa menjadi tempat tumbuhnya menjadi pencemaran udara. Keempat
mikroorganisme sehingga limbah kekeruhan, kekeruhan terkait dengan
bisa menghasilkan bau busuk dan jumlah partikel yang terlarut
mengganggu lingkungan sekitar. didalamnya. Kelima konsistensi,
Pengolahan limbah merupakan limbah yang terlalu kental atau padat
proses yang dilakukan untuk bisa menyebabkan masalahan ketika
mengurangi dampak negatif dari pengolahannya. Keenam suhu, suhu
limbah ke lingkungan dan kesehatan pada limbah berpengaruh dengan
manusia. Pengolahan limbah reaksi kimia yang terjadi di
bertujuan untuk menghilangkan atau dalamnya dan bisa membahayakan
mengurangi kontaminasi pada lingkungan apabila suhu limbah
limbah sehingga aman untuk dibuang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
atau didaur ulang. Ketujuh volume, dalam pengolahan
Oleh karena itu, penting membutuhkan ruang penyimpanan
mengetahui mengenali karakteristik apabila penyimpanan yang
fisik dari limbah agar bisa dibutuhkan besar maka biaya
mengidentifikasinya secara pengolahannya juga akan lebih
sederhana mana limbah yang dapat tinggi.
langsung dibuang ke lingkungan atau
perlu pengolahan terlebih dahulu. METODOLOGI
Limbah memiliki berbagai Alat dan Bahan
karakteristik fisik yang perlu Alat yang diperlukan pada
diperhatikan sebelum pengolahan. praktikum kali ini adalah botol-botol
Pertama pH, ukuran keasaman dan kecil, thermometer, pH meter kertas
kebasaan dari limbah. Apabila lakmus, gelas ukur, dan timbangan.

2
Bahan yang diperlukan pada didinginkan dengan desikator selama
praktikum kali ini adalah air bersih, 15 menit. Terakhir, hitung TSS.
air sungai, air limbah industri, air
selokan, dan air limbah rumah HASIL DAN PEMBAHASAN
tangga. Pada hasil pengamatan yang
dilakukan didapat bahwa kelompok 1
Prosedur untuk sampel limbah rumah tangga
Uji Karakteristik Warna, Bau, memiliki pH 7, suhu 26℃, warnanya
Suhu, dan pH Limbah sedikit oranye karena warna dari
Sampel terlebih dahulu sambal dengan TSS 554 mg/L,
disiapkan sebanyak 100 mL. Pertama baunya seperti bumbu masakan, dan
uji tingkat pH limbah menggunakan banyak endapan rempah seperti biji
pH meter dan kertas lakmus. Suhu cabai dan minyak.
limbah diukur menggunakan Pada kelompok 2 untuk
thermometer. Warna limbah sampel limbah cuci sayur memiliki
dibandingkan dengan warna air pH 6, suhu 30℃, warnanya keruh
bersih. Aroma bau pad alimbah juga kehijauan dengan TSS 164 mg/L,
dibandingkan dengan bau air bersih. baunya seperti aroma sayur
kangkung, endapannya berupa
Uji Total Solid Suspended (TSS) potong-potongan dari sayur. Warna
Limbah hijau keruh diduga dari pigmen

Untuk mengamati endapan, klorofil sayur. Walaupun pigmen

diambil 1 liter contoh air limbah dan klorofil tidak dapat larut dengan

disaring menggunakan kertas saring mudah, tetapi ketika melalui proses

dan corong. Limbah yang disaring pemasakan bisa menyebabkan

akan tertampung pada erlenmeyer. sebagian pigen larut dalam air.

Kemudian endapan atau residu Pada kelompok 3 untuk


dipindahkan ke cawa alumunium. sampel limbah lab memiliki pH 7,
Cawan di oven pada suhu 106℃ suhu 27℃, warnanya merah muda
selama 120 menit. Kemudian dan keunguan dengan TSS 91 mg/L,
aromanya seperti bau sabun, dan

3
tidak ditemukannya endapan dimana seperti asam amino. Warna keruh
endapan tersuspensi sempurna. pada limbah tahu bisa dikarenakan
Warna merah muda dan keunguan partikel-partikel yang terdispersi di
pada limbah diduga bisa karena dalamnya seperti serat-serat kedelai,
bahan-bahan kimia yang terlarut lemak, protein, dan zat tambahan
didalamnya. Wangi sabun lainnya yang digunaka ketika proses
dikarenakan dalam lab penggunaan pembuatan.
wastafel dan air sering untuk Pada kelompok 6 untuk
mencuci alat-alat lab dengan sabun. sampel limbah cuci daging memiliki
Pada kelompok 4 untuk pH 6 suhu 25℃ warnanya merah
sampel limbah kaki lima memiliki kecoklatan dengan TSS 198 mg/L,
pH 7 dan suhunya 25℃, dan berbau busuk, dan tidak terdapatnya
warnanya keruh tanpa aroma dengan endapan. Warna merah kecoklatan
TSS 269 mg/L, endapan yang bisa disebabkan oleh larutnya darah
ditemukan juga sangat sedikit. dari daging pada air. Karena limbah
Pada kelompok 5 untuk yang terpapar oleh udara luar
sampel limbah tahu memiliki pH 4 sehingga bisa munculnya bakteri atau
dengan suhu 24℃, warna limbah mikroorganisme dan menyebabkan
sangat keruh dan memiliki bau asam kebusukan yang nantinya muncul
dan kedelai basi dengan TSS 280 bau busuk.
mg/L, tidak ditemukannya endapan. Pada kelompok 7 untuk
Limbah tahu umumnya bersifat asam sampel limbah tekstil memiliki pH 7,
karena dalam pembuatannya suhu 29℃, warnanya keruh dengan
menggunakan cuka dan asam sitrat TSS 203 mg/L, tidak berbau,
sebagai penggumpal. Selain itu, endapannya pasir. Bahan kimia
limbah tahu mengandung sisa-sisa seperti alkaline dalam
kulit kedelai dan ampas yang menghilangkan kotoran atau noda
mengandung senyawa-senyawa pada serat tekstil bisa menjadi
organik. Dimana apabila bahan baku penyebab limbah tekstil bersifat basa
ini terurai maka akan menghasilkan dan dalam produksi tekstil pH
senyawa organik yang bersifat asam optimalnya yaitu dalam kondisi basa.

4
Limbah tidak berbau karena 7, suhunya 28℃, berwarna keruh
penggunaan bahannya menggunakan dengan TSS 1142 mg/L, dan berbau
bahan alami seperti kapas dan sutra. busuk, terdapat endapan berupa
Lalu, dalam proses produksi butrian berwarna hitam. Bau busuk
penggunaan bahan kimia yang bisa diakibatkan kandungan bakteri
memungkinkan sebagai sumber atau mikroorganisme yang
aroma dari limnbah tidak memiliki terkandung didalamnya, sedangkan
aroma yang kuat dan terbatas karena endapan yang ada bisa berasal dari
sudah diatur agar tidak memberikan pasir atau kotoran yang ada pada
dampak negatif pada masyarakat. selokan.
Endapan pasir dikarenakan limbah Pada kelompok 10 untuk
diambil dari selokan yang terdapat sampel limbah sungai memiliki pH 7,
tanah didalamnya, sehingga suhunya 29℃, berwarna keruh
terdapatnya pasir pada sampel dengan TSS 119 mg/L, dan berbau
limbah. seperti sampah, terdapat endapan
Pada kelompok 8 untuk butiran berwarna cokelat dan abu.
sampel limbah ikan memiliki pH 7, Dikarenakan terdapatnya sampah di
suhu 26℃, warnanya keruh cokelat sungai bisa menjadi penyebab utama
dengan TSS 624 mg/L, berbau amis mengapa air limbah tersebut berbau
busuk, dan tidak ditemukan adanya sampah, endapannya juga bisa
endapan. Warna coklat pada air berasal dari tanah atau sampah-
limbah bisa dikarenakan partikel sampah yang ada.
padat seperti kotoran ikan, lalu Bau pada limbah diamati
mikroorganisme seperti alga, bakteri, secara organoleptik menggunakan
atau jamur. Bau amis busuk yang indera penciuman. Bagian atas dari
dihasilkan limbah disebabkan karena gelas ukur dikipas-kipaskan sehingga
adanya pembusukan oleh bau limbah bisa tercium. Hal ini
perkembangan bakteri dan bertujuan agar hidung tidak terlalu d
mikroorganisme pada limbah. ekat degan air limbah yang bisa jadi
Pada kelompok 9 untuk mengandung zat yang berbahaya atau
sampel limbah selokan memiliki pH mencegah penciuman bau limbah

5
yang menyengat secara tiba-tiba berfungsi sebagai makanan bagi
yang bisa menyebabkan gangguan bakteri (Herlambang, 2005). Apabila
penciuman. limbah yang menghasilkan aroma
Aroma limbah yang muncul tidak sedap tidak segera ditangani,
bisa disebabkan oleh bahan organik maka bisa menyebabkan pencemaran
yang membusuk, atau senyawa kimia udara, sumber lalat, dan
seperti fenol. Mikroorganisme akan menimbulkan penyakit (Sunarsih,
mengurai bahan organik menjadi gas 2018).
CO2, H2O dan gas NH3. Gas NH3 Potential Hydrogen (pH)
inilah yang menimbulkan bau busuk merupakan variabel pending dalam
(Wiryani, 2007). Senyawa organik memeprtahankan kualitas air.
pada limbah cair akan dihancurkan Parameter pH digunakan alam
oleh bakteri ketika proses semakin menentukan tingkat keasaman atau
lambat dan disertai dengan bau kebasaan yang dimiliki suatu zat,
busuk (Sari & Rahmawati, 2020). larutan, atau benda (Boyd et al.,
Umumnya, limbah cair menghasilkan 2011). Skala pH berkisar dari 1
bau yang lebih kuat jika hingga 14. Nilai pH 1-7 termasuk
dibandingkan dengan kondisi aerob. kondisi asam, pH 7-14 termasuk
Hal ini dikarenakan kondisi kondisi basa, dan pH 7 adalah
anaerobik terjadinya dekomposisi kondisi netral (Ningrum, 2018)
senyawa oleh bakteri, sehingga Mengetahui tingkatan pH sangatlah
menghasilkan senyawa yang berbau penting karena dapat mempengaruhi
seperti H2S dan ammonia. reaksi-reaksi. Tingkatan pH pada
Penghilangan bau pada limbah bisa limbah dipengaruhi oleh kandungan
dengan biofilter (Herlambang, 2005). bahan-bahan kimia. Mengetaui
Biofilter membantu derajat keasaman membantu dalam
menyempurnakan proses penguraian menentukan perlu dan tidaknya suatu
bahan pencemar yang dimakan oleh limbah untuk dilakukan pengolahan
bakteri pada permukaan media pendahuluan (pretreatment) untuk
biofilter, air yang mengalir mencegah terjadinya gangguan
membawa bahan pencemar dimana ketika proses pengolahan limbah cair

6
secara konvensional. Merujuk pada karena efeknya terhadap reaksi
standar baku mutu Kep.MEN.LH kimia, laju reaksi, kehidupan
51/1995 bahwa pH yang ditetapkan organisme air, dan penggunaan air
yaitu 6,0 – 9,0. Apabila pH tidak (Metcalf, 2003). Apabila terjadinya
memenuhi standar baku mutu, maka kenaikan temperatur sebesar 10℃
air limbah harus diberi treatment maka bsia menyebabkan turunnya
khusus terlebih dahulu sebelum kadar oksigen sebesar 10% dan bisa
dibuang. Secara umum, pH limbah mempercepat metabolisme dua kali
cair domestik yaitu endekati angkat lipat (Indrayani, 2018). Selain itu,
netral (Soeparman, 2002). suhu juga berkaitan dengan
Berdasarkan hasil data yang didapat kelangsungan hidup dari organisme
bahwa Limbah rumah makan, limbah yang memanfaatkannya. Untuk
lab, limbah kaki lima, limbah tekstil, organisme air suhu optimumnya
limbah ikan, limbah selokan, dan sekitar 25-30℃. Jika suhu terlalu
limbah sungai memiliki ph netral rendah <10℃ atau terlalu tinggi
karena berada pada angka 7. 40℃ dapat menyebabkan
Sedangkan limbah cuci sayur dan pertumbuhan mikroorganisme
limbah cuci daging memiliki pH basa berhenti. Menurut standar baku
karena berada di rentang 8-14. limbah domestik, suhu yang
Limbah tahu bersifat asam karena pH memenuhi standar yaitu berkisar 25-
nya <7. Dapat disimpulkan bahwa 32℃. Berdasarkan hasil data yang
hampir semua sampel kelompok didapat bahwa semua sampel
memenuhi standar mutu kecuali kelompok sudah memenuhi standar
kelompok 5 untuk sampel limbah mutu.
tahu. Hal ini disebabkan sampel TSS (Total Suspended Solid)
limbah yang diambil merupakan atau total padatan tersuspensi
limbah yang belum diolah sehingga merupakan segala macam zat padat
belum dibuang ke lingkungan. dari padatan total yang tertahan pada
Suhu merupakan tingkat saringan dengan ukuran partikel
panas atau dinginnya air. Suhu maksimum nya 2,0 µm dan dapat
termasuk parameter yang penting mengendap (Widyaningsih, 2011).

7
Tujuan pengukuran nilai TSS yaitu partikel padatan yang tinggi bisa
untuk menganalisis dan menyebabkan terjadinya kerusakan
mengevaluasi mutu air sehingga pada ekosistem air, mengurangi
efisiensi unit pengolahan bisa kualitas air, sampai penurunan
ditentukan (Hidayat, Suprianto, & kualitas hidup karena meningkatnya
Dewi, 2016). Kekeruhan pada air resiko penyakit.
berkaitan dengan nilai TSS Berdasarkan hasil
dikarenakan keruhnya air disebabkan pengamatan yang didapat bahwa
oleh kandungan zat yang tersuspensi semua sampel tidak ada yang
di dalamnya. Zat yang tersuspensi memenuhi syarat standar mutu TSS,
pada air terdiri dari bermacam- hal ini bisa dikarenakan kurang
macam zat, seperti bahan-bahan tepatnya metode penyaringan yang
anorganik atau organik yang digunakan. Berdasarkan SNI 6989.3-
terkandung pada air (Alaerts & 2019, pengujian uji padatan
Santika, 1987). Berdasarkan tersuspensi total menggunakan
Peraturan Menteri Lingkungan metode gravimetri. Prosedur yang
Hiudp dan Kehutanan Republik tepat dalam pengujian TSS yaitu,
Indonesia Nomor pertama basahi terlebih dahulu
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 penyaring dengan sedikit air.
Tentang Baku Mutu Air Limbah Kemudian, sampel yang digunakan
Domestik, bahwa maksimal diaduk hingga homogen dan dengan
kandungan TSS pada air limbah kuantitatif tertentu sampel
sebesar 30 mg/L. Selain itu, dimasukkan ke media penyaring, dan
berdasarkan Peraturan Menteri di nyalakan sistem vakum. Media
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun penyaring dibilas sebanyak 3 kali
2014 Tentang Baku Mutu Air dengan masing-masing 10 ml air
Limbah untuk industri tekstil bahwa bebas mineral dan dilanjutkan
maksimal kadar TTS yaitu 50 mg/L. penyaringan menggunakan sistem
Apabila TSS tidak memenuhi standar vakum hingga tiris. Media penyaring
yang ditetapkan, maka bisa menjadi (glass-fiber filter) dipindahkan
pencemaran lingkungan karena secara hati-hati dari peralatan

8
penyaring ke media penimbang disebabkan karena adanya
(cawan petri). Apabila menggunakan organisme, bahan yang tersuspensi,
cawan Gooch, dipindahkan cawan ekstrak senyawa-senyawa organik,
dari rangkaian alatnya. Media serta tumbuh-tumbuhan. Limbah
penimbang dikeringkan dalam oven berwarna cokelat, maka umur air
minimal selama 1 jam dengan kurang dari 6 jam. Limbah berwarna
kisaran suhu 103-105 ℃, dinginkan abu-abu muda, abu-abu setengah tua
di desikator, timbang, dan ulangi menandakan bahwa air mengalami
langkah berikut hingga berat pembusukan oleh bakteri. Untuk
konstan. Setelah itu TSS dihitung menghilangkan warna pada limbah
menggunakan rumus berikut: bisa menggunakan metode adsorpsi,
(W 1−W 0 )× 1000 koagulasi/flokulasi, degradasi
TSS (mg/L) =
V elektrokimia, membran tukar kation,
Keterangan : dan lainnya (Mizwar & Diena,
 W 0 adalah berat media 2012).
penimbang yang berisi
media penyaring awal (mg)
 W 1 adalah berat media
KESIMPULAN
penimbang yang berisi
media penyaring dan residu Penting mengenali karakteristik fisik
kering (mg)
limbah terlebih dahulua dalam
 V adalah volume contoh uji
(ml) menentukan pengolahan limbah.
Pengolahan limbah dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif limbah
Apabila limbah berwarna, kepada lingkungan dan masyarakat.
maka air tersebut sudah tercemar Dalam hasil pengamatan yang
karena air normal tidak berwarna didapat bahwa dapat disimpulkan
(Ratnani et al., 2013). Umumnya, hampir semua kelompok memenuhi
warna limbah cair dikategorikan standar mutu pH pada kisaran 6,0-
menjadi beberapa bagian, ada yang 9,0, semua kelompok memenuhi
berwarna limbah cair, cokelat terang, standar mutu suhu pada kisaran 25-
abu-abu terang, dan abu-abu gelap 32℃, tetapi tidak ada kelompok
atau hitam. Warna keruh bisa yang memenuhi standar mutu TSS

9
karena kurang tepatnya metode Industri Batik, Jurnal
Rekayasa Proses, 12(1), 41-
penyaringan yang digunakan.
50

Metclaf and Eddy, 2003, Wastewater


Engineering: Treatment,
Disposal, and Reuse, Mc
Graw Hill Inc., New York.

Mizwar, A., & Diena, N. N. F.


(2012). Penyisihan Warna
Pada Limbah Cair Industri
DAFTAR PUSTAKA
Sasirangan dengan Adsorpsi
Alaerts, G dan Santika. 1987. Karbon Aktif. Infoteknik,
Metode Penelitian Air. Usaha 13(1), 11-16.
Nasional. Surabaya
Ningrum, Susanti Oktavia., 2018,
Boyd, C.E., Tucker, C.S., dan Analisis Kualitas Badan Air
Viriyatum, R., 2011, dan Kualitas Air Sumur di
Interpretation of pH, Acidity, Sekitar Pabrik Gula Rejo
and Alkalinity in Aquaculture Agung Baru Kota Madiun,
and Fisheries, North Jurnal Kesehatan
American Journal of Lingkungan, 10(1), 1-12.
Aquaculture, vo.73, pp. 403-
408. Ramayanti, D., & Amna, U. (2019).
Analisis Parameter COD
Herlambang, A. (2005). (Chemical Oxygen Demand)
Penghilangan Bau Secara dan pH (potential Hydrogen)
Biologi dengan Biofilter Limbah Cair di PT. Pupuk
Sintetik. Jurnal Air Iskandar Muda (PT. PIM)
Indonesia, 1(1). Lhokseumawe. QUIMICA:
Jurnal Kimia Sains dan
Hidayat, D., Suprianto, R., & Dewi, Terapan, 1(1), 16-21.
P. S. (2016). Penentuan
kandungan zat padat (total Ratnani, R. D., Hartati, I., &
dissolve solid dan total Kurniasari, L. (2013).
suspended solid) di perairan Pemanfaatan eceng gondok
Teluk Lampung. Analit: (eichornia crassipes) untuk
Analytical and menurunkan kandungan cod
Environmental Chemistry, (chemical oxygen demond),
1(1). ph, bau, dan warna pada
limbah cair tahu. Laporan
Indrayani, Lilin., dan Nur Rahmah, Penelitian dan Pengabdian
2018, Nilai Parameter Kadar Masyarakat.
Pencemar sebagai Penentu
Tingkat Efektivitas Tahapan Sari, D., & Rahmawati, A. (2020).
Pengolahan Limbah Cair Analisa kandungan limbah

10
cair tempe air rebusan dan air
rendaman kedelai. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Media
Husada, 9(1), 36-41.

Soeparman, H.M., dan Suparmin,


2002, Pembuangan Tinja dan
Limbah Cair: Suatu
Pengantar, Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sunarsih, L. E. (2018).
Penanggulangan Limbah:
Deepublish.

Widyaningsih, V. 2011. Pengolahan


Limbah Cair Kantin Yogma
Fisip UI. Skripsi. Program
Studi Teknik Lingkungan UI.
Depok

Wiryani, E. (2007). Analisis


Kandungan Limbah Cair
Pabrik Tempe. Universitas
Diponegoro. Semarang.
BIOMA. ISSN, 1410-8801.

11
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Limbah
Suhu
Kelompok Sampel pH (degree Warna Bau Endapan Foto
C)
Banyak
terdapat
Limbah Keruh Bau bumbu endapan
1A Rumah 7 26 kemerahan masakan rempah seperti
Makan (++++) (sambal) biji cabai dan
minyak yang
cukup banyak

Terdapat
endapan
Limbah Keruh
Bau sayur berupa
2A Cuci 6 30 kehijauan
kangkung potongan-
Sayur (+)
potongan
sayur

Bau bahan
kimia yang
Pink-ungu Endapan
Limbah tercampur
3A 7 27 muda, tersuspensi
Lab sabun dan
Keruh (+) sempurna
agak
menyengat

Limbah
4A Kaki 7 25 Keruh (+) - Sangat sedikit
Lima

Limbah Keruh (++ Bau asam, endapan putih


5A 4 24
Tahu +++) kedelai basi halus

12
Merah
Limbah kecoklatan
6A Cuci 6 25 Busuk -
Daging Keruh (++
+)

Endapan kecil
Bening
Limbah seperti pasir
7A 7 29 agak keruh -
Tekstil dengan jumlah
(++)
cukup banyak

Keruh
Limbah
8A 7 26 cokelat (++ Amis busuk -
Ikan
+++)

Endapan
butiran
Limbah
9A 7 28 Keruh (++) Busuk berwarna
Selokan
hitam, tetapi
sangat sedikit

Sedikit
Limbah endapan
10A 7 29 Keruh (+) Bau sampah
Sungai butiran coklat-
abu

13
Tabel 2. Perhitungan TSS Limbah
Berat Berat Volume
Berat KS + TSS
Kelompok Sampel Kertas Endapan Penyaringan
Endapan (g) (mg/L)
Saring (g) (g) (mL)
Limbah
1A Rumah 0.4323 0.4877 0.0554 100 554
Makan
Limbah
2A 0.4333 0.4497 0.0164 100 164
Cuci Sayur
3A Limbah Lab 0.4326 0.4417 0.0091 100 91
Limbah
4A 0.4334 0.4603 0.0269 100 269
Kaki Lima
Limbah
5A 0.4323 0.4407 0.0084 30 280
Tahu
Limbah
6A 0.4325 0.4523 0.0198 100 198
Cuci Daging
Limbah
7A 0.4329 0.4532 0.0203 100 203
Tekstil
Limbah
8A 0.4331 0.4955 0.0624 100 624
Ikan
Limbah
9A 0.4329 0.5471 0.1142 100 1142
Selokan
Limbah
10A 0.4336 0.4455 0.0119 100 119
Sungai

14

Anda mungkin juga menyukai