123dok Analisis Dan Desain Perencanaan Struktur Scaffolding Sebagai Alat Penyokong Bekisting Beton PDF
123dok Analisis Dan Desain Perencanaan Struktur Scaffolding Sebagai Alat Penyokong Bekisting Beton PDF
TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
FRANSISKA
100404044
DOSEN PEMBIMBING
Dalam perkembangan dunia konstruksi sekarang ini, sangat banyak usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, baik secara struktur
besar proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula masalah yang akan dihadapi
Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi
karena dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang
maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun dari segi waktu. Dengan
adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam dunia konstruksi, salah satu
Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah
dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5 – 20 kN (500
kuat untuk menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ).
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis dan Desain /
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam ujian sarjana Teknik Sipil bidang Studi Struktur pada
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan. Hal
Dengan tangan terbuka dan hati yang tulus penulis menerima saran kritik Bapak
dan Ibu dosen serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan tugas akhir ini.
Penulis juga menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan,
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Sanci Barus M.T., selaku pembimbing yang telah banyak
2. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., selaku dosen pengajar yang
ii
5. Teristimewa kepada kedua Orang Tua Saya, yang telah mendukung Saya
dengan memberikan semangat dan doa agar Saya dapat dengan cepat
Penulis
FRANSISKA
10 0404 044
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
iv
4.1 Hasil Perhitungan Kekuatan Per Titik pada batang 1-4 .......................... 65
v
Universitas Sumatera Utara
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 70
LAMPIRAN 1 ........................................................................................................... 72
FOTO DOKUMENTASI.......................................................................................... 94
LAMPIRAN 2 ........................................................................................................... 97
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4 Koordinat Area ....................................................................................... 50
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR FOTO
Gambar 4.6 Scaffolding Miring diakibatkan beban beton cor lantai 12cm ................ 96
ix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Dalam perkembangan dunia konstruksi sekarang ini, sangat banyak usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, baik secara struktur
besar proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula masalah yang akan dihadapi
Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi
karena dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang
maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun dari segi waktu. Dengan
adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam dunia konstruksi, salah satu
Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah
dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5 – 20 kN (500
kuat untuk menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ).
i
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
kemajuan pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai jenis material dan
sangat banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
yang dilakukan merupakan usaha untuk memperbaiki dan mencapai hasil kerja
yang lebih baik. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, semakin besar
proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula masalah yang akan dihadapi
oleh perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu perusahaan jasa konstruksi harus
konstruksi karena dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil
yang maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun dari segi waktu.
Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam dunia konstruksi,
ada. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengelola proyek adalah mengganti
digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini
pemasangannya. Jika perancah ini dirawat dengan baik, maka dapat dipakai
bertahun- tahun.
bawah ini :
1. Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah
serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang
luasan bangunan yang akan dibangun, seperti untuk bangunan bertingkat maupun
untuk bangunan yang memiliki volume horizontal yang luas. Pemilihan tipe
acuan dan perancah lebih ditentukan oleh kemampuan untuk dapat digunakan
berulang – ulang dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengurangi mutu
konstruksi.
Dalam teknik konstruksi acuan perancah, baja digunakan dalam berbagai bentuk,
Gambar 1.1
mungkin untuk secara akurat memprediksi perilaku dan kekuatan yang sangat
inersia I dalam sistem pendukung perancah. Ini berarti bahwa momen inersia
perancah baja.
Gambar 1.2
dan FEMOOP. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beban kritis yang
1.3.Perumusan Masalah
cara untuk mengetahui stabilitas dan kapasitas beban maksimum yang dapat
Pembatasan masalah yang diambil dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
Metode yang akan digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data – data dan keterangan dari
bertingkat-tingkat.
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga
tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan,
2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah
goyang atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi yang
dizinkan.
diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh karena itu
maka ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai dengan gambar
perencanaan.
4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam
adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran tidak naik
5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat digunakan
berkali – kali.
6. Rapat, Sambungan – sambungan pada cetakan harus rapat dan lubang – lubang
yang disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan agregat
7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan dalam
dengan tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan memperoleh efisiensi
8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien mungkin
digunakan satu kali pakai. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan organis,
bahan buatan, dan / atau gabungan keduanya. Depresiasi acuan perancah jenis ini
sangat tinggi, karena banyak volume bahan terbuang pada proses pembuatan serta
10
Universitas Sumatera Utara
2. Semi Sistem Modern, Sistem ini dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran –
ukuran untuk komponen tertentu dengan masa penggunaan satu kali atau lebih.
Karena kemungkinan dapat digunakan secara berulang, maka biaya investasi yang
proses pemasangan dan pembongkaran. Dengan kualitas hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan sistem lain, acuan perancah dengan sistem ini dapat
kecepatan kerja, sistem ini telah dilengkapi dengan berbagai alat bantu yang
1. Kayu
Menurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1, memberikan pedoman bahwa acuan
perancah harus terbuat dari bahan – bahan baik yang tidak mudah meresap air dan
11
Universitas Sumatera Utara
Kayu yang akan digunakan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
b. Partikel – partikel yang dikandung kayu reaktif dan tidak merusak beton.
sekecil mungkin.
Untuk pekerjaan yang cukup besar, kayu lapis banyak dipergunakan sebagai bahan
Keuntungan dari kayu lapis adalah bahwa kayu lapis dapat dibengkokkan dan
berulang – ulang.
12
Universitas Sumatera Utara
3. Aluminium
Karena adanya sifat – sifat tertentu yang lebih menguntungkan seperti berat dan
digunakan pada konstruksi acuan perancah bila dibandingkan dengan logam lain.
Tetapi karena harganya yang lebih mahal, menyebabkan penggunaannya yang sangat
dibatasi.
Campuran aluminium yang paling sesuai untuk konstruksi acuan perancah adalah :
Kadar patahnya dapat dikatakan cukup baik (250 N/mm2 – 400 N/mm2) dan
4. Baja
Penggunaan baja sebagai acuan perancah pada konstruksi untuk beton dengan syarat
tertentu.
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 ANALISIS DAN PENCEGAHAN KERUNTUHAN
scaffolding :
maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka penggunaan bahan baku dengan
kualitas baik menjadi mutlak diperlukan. Selain itu juga diperlukan biaya
pemeliharaan (maintenance) yang cukup, agar seluruh alat dan bahan yang
penggunaan alat kerja (ringan dan berat), yang berujung pada biaya yang harus
dikeluarkan.
penuangan beton campuran disarankan dengan cara vertical atau tegak lurus
plat acuan.
14
Universitas Sumatera Utara
c. Hindari adanya pembebanan titik akibat penumpukan penuangan pada satu
diperlukan) dari saat pengecoran biasa, hal tersebut untuk mempercepat proses
e. Untuk syarat–syarat campuran beton yang lain, sama dengan aturan campuran
pada umumnya.
Kondisi lahan yang tidak rata, dapat mempengaruhi ketegakan, dan kesamarataan
ketinggian dapat diatur sesuai keinginan. Selain itu penggunaan tanah urug yang
konstruksi. Hal itu disebabkan karena tambahan beban (beban bahan dan beban
kerja) yang cukup besar dan datang secara tiba – tiba pada saat pengecoran, dapat
15
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Tindakan Pencegahan
dan satu unit perancah scaffolding dengan satu kaki < 1,5 ton (spesifikasi teknis
material pabrik ).
2. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan bracing /
3. Bahan – bahan perancah harus menggunakan bahan yang baik sebelum dilakukan
pemasangan perancah.
dan kekuatan.
8. Kejutan gaya yang besar ( beban titik ) tidak boleh dibebankan pada perancah.
9. Semua perancah tempat tenaga kerja bekerja, harus dilengkapi dengan platform
10. Setiap bagian dari tempat bekerja yang dimungkinkan tenaga kerja terjatuh dari
16
Universitas Sumatera Utara
11. Hal – hal yang harus perhatikan bila menggunakan perancah kayu :
b. Desain dimensi, dan jarak perancah kayu harus dihitung sesuai dengan
dan kekuatan.
f. Dimensi, dan jarak kayu melintang harus mampu menahan beban yang
dipikulnya.
terpasang
h. Tiang – tiang kayu yang berdiri bebas harus dikopel secara diagonal /
1. Tidak adanya tangga penghubung antara elevasi – elevasi frame scaffolding, hal
itu dapat menyebabkan kesulitan bagi pekerja yang berujung pada kurang
2. Tata letak perancah harus diperhatikan, agar tidak mengganggu pergerakan dan
aktivitas pekerja.
17
Universitas Sumatera Utara
3. Penggunaan pengamanan bagi pekerja menjadi penting untuk struktur perancah
yang tinggi.
- December 1999.
Menurut Gunanusa Utama Fabricators 2010 Ada banyak jenis scaffolding yang saat
a) Modular scaffold
b) Frame scaffold
dan perlengkapannya
c) Independent scaffold
18
Universitas Sumatera Utara
dihubungkan satu dengan yang lain secara melintang dan membujur
d) Hanging scaffold
Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap dan
e) Mobile scaffold
Scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi roda pada
Scaffolding terdiridari tiang satu deret yang disambung dengan ledger, putlog
diikat pada ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur tetap atau
bangunan
g) Tube scaffold
h) Scaffolding Overhead
Scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian luar suatu
bangunan yang sifatnya dibangun keatas atau kebawah yang berdii sendiri
19
Universitas Sumatera Utara
Gambar jenis-jenis Perancah Pipa ( Single Tube Scaffolding ) :
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 : Scaffolding Hanging
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 : Spur Scaffold
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.7 : Drop Scaffold
23
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.9 : Bird Cage Scaffolding
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.11 : Gambar Perancah Kayu Bulat (Round Pole Scaffolding)
25
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.13 : Gambar perlengkapan perancah pipa (coupler scaffold)
26
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Komponen-komponen dari scaffolding
Menurut Alkon 1997 dalam struktur pendirian scaffold ada banyak macam bagian
antara lain :
harus berdiri dengan dilandasi / diatas Base plates atau Jack Base pada
dasar yang tidak rata, pipa harus lurus dengan ukuran medium (22mm X 1
ó X 6m)
standart dan ledger harus diikat dengan clamp mati ( right angle coupler ).
pelataran kerja. Jarak standart dari transom adalah 3.4 feet ( 1 m ) pada
Adalah pipa silang yang harus disediakan pada setiap konstruksi perancah,
27
Universitas Sumatera Utara
yang berfungsi sebagai penguat / membuat kekakuan pada konstruksi
Handrail dipasang diatas midrail dan harus diikat dengan clamp mati (
Right angle coupler ), berfungsi sebagai palang pengaman agar orang tidak
Midrail terpasang pada guardrail post dibawah dari Handrail dan di atas toe
board, fungsinya adalah untuk menjaga agar orang tidak jatuh pada saat
Fungsinya adalah untuk menjaga agar peralatan atau material yang berada
Timber sole ditempatkan dibawah dari tiang vertical, di bawah base plates
atau jack base. Fungsinya adalah untuk menahan agar tiang vertical tidak
lebih luas.
28
Universitas Sumatera Utara
9) Base Plates ( plat dasar )
Base Plates dipasang diatas timber sole dan dibawah sebagai alas
vertical dan menjaga agar tiang vertical tidak bergeser dan di pakukan ke
timber sole.
Jack Base digunakan untuk landasan tiang vertical apabila dasar dari
perancah / scaffolding tidak rata, karena jack base bisa diajas untuk
29
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15
tangga, jala pengaman, tali berjalan, komponen pengikat / kunci, hoist, kabel-
Beban yang timbul akibat pengaruh dari luar terhadap scaffolding, yaitu :
30
Universitas Sumatera Utara
c. Beban Hidup ( Live Loads )
1) Berat pelaksana / pekerja yang tidak boleh lebih dari 80 kg setiap orang
Adapun kategori berat beban hidup yang dapat ditanggung oleh scaffolding sesuai
kg/bay
kg/bay
kg/bay
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Alkon 1997 hal-hal terpenting yang harus dilakukan dalam penggunaan
kencang
scaffolding
Menurut Gunanusa Utama Fabricators 2010, Agar proses pendirian dan pemakaian
scaffolding aman dan tidak mengalami kecelakaan pada pekerja yang bekerja pada /
yaitu :
a. memakai pakaian kerja yang rapi, tidak sempit atau terlampau longgar
32
Universitas Sumatera Utara
d. memakai sarung tangan kulit ( hand gloves )
2.5 Perundang-undangan
penggunaan scaffolding yang tidak tepat. Dan didalam peraturan pemerintah telah
kesehatan kerja :
a) Pasal 1 (e)
tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seorang yang berdiri diatas
33
Universitas Sumatera Utara
c) Bab II, Pasal 13
(1) ayat 1) “Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat
sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, alat-alat dan bahan-
(2) ayat 2) “Lantai perancah harus diberi pagar pengaman apabila tinggi
Menurut Slamet Eko W 2010 tentang jenis perlindungan terjatuh (fall protection)
(1) Guard rails (pegangan tangan): rail atas (tinggi: 42 inchi atau sekitar
107 cm), rail tengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe board
34
Universitas Sumatera Utara
(2) Floor opening atau hole covers (penutup lobang lantai): harus betul-
displacement.
(1) Full Body Harness harus dilengkapi dengan D-ring mounted pada
(2) Penggunaan safety belts atau sabuk safety (bukan full body harness)
dilarang.
supleyer.
c) Lanyard
(3) D-ring depan dan samping hanya digunakan untuk positioning saja.
35
Universitas Sumatera Utara
(4) Ujung yang lain pada lanyard harus di kaitkan pada tempat kaitan
atau gantungan atau “titik jangkar” (anchor point) pada batas atau di
(5) Snap hook dari ujung lanyard yang dikaitkan pada anchor point harus
D-ring belakang.
(6) Panjang ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak melebihi 6 feet
(1.8m)
(8) Lanyard yang sudah terkena impact atau akibat dari jatuh sebaiknya
(9) Lanyard harus disimpan di tempat yang terjaga baik suhu serta
kelembabannya.
36
Universitas Sumatera Utara
d) Anchor Point
(2) Palang pipa pada struktur dapat digunakan sebagai anchor point,
anchor point:
(plastic pipe)
(3) Sesuatu yang memiliki sisi atau pinggiran yang tajam tidak dapat
terkoyak.
Untuk ketentuan dalam pemerikasaan scafolding agar ditaati maka harus ada
Undang-undangnya, yaitu :
37
Universitas Sumatera Utara
2) Occupational Health Safety & Welfare ACT 1984
kerja”.
a. Pemasangan scaffolding
tenggelam apabila kondisi dasar adalah tanah, kalau dasar konkret beton
periksa ketebalannya.
2) Periksa semua kondisi material (pipa, clamp, papan, coupler dll) sebelum
tidak ada kabel power di atasnya, tidak terlalu dekat lobanglobang galian,
38
Universitas Sumatera Utara
tidak ada pekerjaa-pekerjaan pengangkatan di sekitarnya (lifting) di sekitar
dan cara-cara kerja yang aman (tool box meeting), juga memeriksa semua
menaikkan material.
Untuk scaffolding yang di gantung atau di atas bangunan konstruksi, misal hanging
scaffold yang harus dilakukan adalah membuat penahan atau pengikat dulu dengan
pengikat bisa dari hand drail, transom, ledger tergantung dari posisi scaffolding
39
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan penggunaan tangga portable pada scaffolding :
1) Tangga yang terbuat dari metal dengan batas ketinggian 9 meter dan 15
a) Tangga lipat dibuat hanya untuk tempat yang betul-betul terbuka dan
d) Ujung tangga paling tidak harus tiga anak tangga dari titik penyangga
diatas platform
membelakangi
40
Universitas Sumatera Utara
f) Dilarang keras untuk untuk memperggunakan tangga yang terbuat dari
i) Hanya satu orang pekerja yang dianjurkan berada pada tangga dalam
j) Tangga yang sudah rusak tidak boleh di gunakan lagi, dan keluarkan
kondisi scaffolding agar tidak mengalami kerusakan dan senantiasa dapat dipakai
1) Perancah harus sebelumnya diperiksa oleh petugas yang berwenang / ahli untuk
2) Perancah harus diperiksa ulang seminggu (7 hari) sekali atau sesudah angin
kencang / cuaca buruk. Agar dapat diketahui lebih dini jika mengalami
kerusakan.
41
Universitas Sumatera Utara
3) Perancah harus diperiksa si pemakai setiap harinya untuk memastikan kondisi
4) Scaffolding yang sudah layak pakai harus di lengkapi dengan scaffold tag yang
5) Perancah yang belum siap pakai atau ada salah satu dari bagian scaffolding
tersebut yang hilang atau terlepas harus dilengkap dengan tanda merah ( red tag)
board ).
c. Pembongkaran Scaffolding
scaffolding yang terpasang, karna bila dilakukan pembongkaran tanpa / tidak sesuai
dengan ketentuan maka akan bisa terjadi kecelakaan. Yang perlu dilakukan :
42
Universitas Sumatera Utara
2. Pembongkaran perancah harus dilakukan oleh orang yang memasangnya, dan
3. Jangan sekali-kali membongkar perancah dimulai dari bawah atau tengah, dari
konstruksi scaffolding.
4. Perancah tidak boleh dibongkar salah satu dari konstruksinya, kecuali bila masih
tetap menjamin keselamatan pemakainya, atau atas ijin dari pengawas yang
berwenang.
pembongkarannya.
7. Semua material yang telah dibongkar harus disusun rapi tidak boleh dibiarkan
berserakan.
1. Pengujian Statis
43
Universitas Sumatera Utara
Pengujian ini dilaksanakan terhadap sebuah papan dengan jalan meletakkan ujung
papan pada dua buah tumpuan yang berjarak 1,8 meter, beban diletakkan pada
Disamping kerusakan yang mungkin terjadi, perlu pula diukur kelengkungan papan
dengan ketentuan :
2. Pengujian Dinamis
Pada pengujian ini papan diletakkan pada dua buah tumpuan dengan jarak 3,4 meter
pada ketinggian papan 150 mm dari permukaan lantai. Beban dinamis yang
diberikan adalah loncatan satu atau dua orang pada papan dengan jarak 2,7 atau 2
44
Universitas Sumatera Utara
BAB III
3.1 Pendahuluan
bidang penelitian dan industri, sehingga impian para ahli dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan industri telah menjadi kenyataan. Pada saat sekarang ini,
yang rumit dalam penggunaan sehari-hari. Metode elemen hingga adalah suatu
metode pemaparan bagaimana perjalanan aksi hingga timbul reaksi dalam materi,
atau metode untuk memperkirakan besar reaksi dan reaksi apa yang timbul dari
industri, hal ini dikarenakan dapat berperan sebagai research tool pada
diselesaikan dengan metode elemen hingga seperti rekayasa struktur, steady state
dan time dependent heat transfer, fluid flow, dan electrical potential problem,
Analisa Tegangan: pada struktur rangka, balok dan frame; pada struktur
pelat berlubang,dst.
45
Analisa Getaran.
Aliran Fluida (Fluid Flow), termasuk aliran dalam media berpori (tanah).
persamaan aljabar.
46
meshing/diskritisasi
namun terdapat kelemahan pada akurasi hasil perhitungan yang paling tidak
ketika mesh dilakukan pada domain dengan bentuk model yang terdapat ujung
runcing sehingga dibutuhkan elemen segitiga pada saat membagi-bagi objek dan
tidak jarang, mesh yang dilakukan pada domain objek menggunakan elemen
47
persamaan (3.2.1)
N 0 N2 0 N3 0
N 1
0 N1 0 N2 0 N 3
48
sebagai berikut:
u1
v node1
1
u
de 2 node2
v2
u3
node3
v3
(3.2.3)
membaginya menjadi tiga luasan (A1, A2, A3) seperti pada Gambar 3.4 dan dari
dengan luas total segitiga, sehingga terdapat 3 luasan yang dibandingkan dengan
49
1 x y
1
A1 1 x 2 y2
1
x2 y3 x3 y 2 y 2 y3 x x3 x2 y (3.2.1.1)
2 2
1 x3 y3
A1
L1 (3.2.1.2)
Ae
Begitu juga dengan nilai A2 dan nilai A3 dengan nilai sebagai berikut:
1 x y
1
A2 1 x3 y3
1
x3 y1 x1 y3 y3 y1 x x1 x3 y (3.2.1.3)
2 2
1 x1 y1
1 x y
1
A1 1 x1 y1
1
x1 y 2 x2 y1 y1 y 2 x x2 x1 y (3.2.1.4)
2 2
1 x2 y2
50
A2
L2 (3.2.1.5)
Ae
A3
L3 (3.2.1.6)
Ae
A1 A2 A3
L1 L2 L3 1 (3.2.1.7)
Ae Ae Ae
Dan ketiga nilai L1, L2, L3, merupakan nilai untuk persamaan bentuk yaitu:
51
LU (3.2.2.2)
matriks yaitu:
x 0
L 0 (3.2.2.3)
y
y x
Nilai B pada persamaan (3.2.2.4) merupakan matriks regangan yang akan dicari
dimana:
x 0
B LN 0 N (3.2.2.5)
y
y x
a1 0 a2 0 a3 0
B 0 b1 0 b2 0 b3 (3.2.2.6)
b1 a1 b2 a2 b3 a3
52
x 2 y 3 x3 y 2 x y x1 y 3 x y x1 y1
a1 , a2 3 1 , a3 1 2 (3.2.2.7)
2 Ae 2 Ae 2 Ae
y 2 y3 y y1 y y2
b1 , b1 3 , b1 1 (3.2.2.8)
2 Ae 2 Ae 2 Ae
persamaan berikut:
h T
k e B cBdV dz B cBdA hB T cBdA
T
(3.2.3.1)
Ve Ae 0 Ae
1 v 0
E
c v 1 0 ( PlaneStress ) (3.2.3.2)
1 v2
0 0 1 v 2
1 v 1 v 0
E 1 v ( PlaneStrain) (3.2.3.3)
c v 1 v 1 0
1 v 1 2v
0 0 1 2v 21 v
ini:
h
me N NdV
T
dxN
T
NdA hN T NdA (3.2.3.4)
Ae Ae 0 Ae
53
N1 N1 0 N1 N 2 0 N1 N 3 0
0 N1 N1 0 N1 N 2 0 N 1 N 3
N N 0 N2 N2 0 N2 N3 0
me h 2 1 dA (3.2.3.5)
Ae
0 N 2 N1 0 N2 N2 0 N2 N3
N 3 N1 0 N3 N2 0 N3 N3 0
0 N 3 N1 0 N3 N2 0 N 3 N 3
(1973)
m!n! p!
L Ln2 L3p dA
m
2A (3.2.3.6)
A
1
m n p 2!
2 0 1 0 1 0
0 2 0 1 0 1
hA 1 0 2 0 1 0
me (3.2.3.7)
2 0 1 0 2 0 1
1 0 1 0 2 0
0 1 0 1 0 2
pada bagian sisi segitiga misalkan sisi antara titik 2 dan titik 3 dari segitiga
fsx
fe N
T
dl (3.2.3.8)
2 3
l
fsy
54
sebagai berikut:
0
0
1 fx
xfe l 23 (3.2.3.9)
2 fy
fx
fy
Dimana l23 merupakan panjang sisi dari titik 2 ke titik 3 sebuah segitiga. Setelah
matriks gaya, kekakuan dan massa diperoleh maka matriks global dapat diperoleh
hingga. Alasan utama mengapa elemen segitiga lebih jarang digunakan dibanding
dengan elemen segiempat dan elemen lainnya adalah pada matriks regangan
tidaklah konstan
Gambar 3.5 kemudian, objek tersebut dibagi menjadi elemen segiempat kecil
(mesh), dimana tiap elemen segiempat terdapat empat noda dengan 2 DOF
(Degree of Freedom)
55
perpindahan pada elemen segitiga juga berlaku untuk elemen segiempat dimana:
u1
v node1
1
u 2
node2
v
de 2
u3 node3
v3
u 4
v node4
4
(3.3.1.1)
Namun pada elemen segiempat, terdapat dua jenis koordinat yg akan digunakan
, dan koordinat lokal elemen (x,y) seperti pada Gambar 3.6 dengan
hubungan antara koordinat lokal dan koordinat natural adalah sebagai berikut:
xa , yb (3.3.1.2)
56
Maka persamaan matriks untuk fungsi bentuk elemen segiempat dapat dituliskan
sebagai berikut:
N 0 N2 0 N3 0 N4 0
N 1
0 N1 0 N2 0 N3 0 N 4
Dengan nilai Ni( i= 1, 2, 3, 4) dapat diperoleh dengan cara yang sama untuk
N1
1
1 1
4
N 2 1 1
1
4
(3.3.1.4)
N 3 1 1
1
4
N 4 1 1
1
4
57
Dengan cara yang sama untuk Elemen segitiga, matriks regangan didapat
1 1 1 1
a 0
a
0
a
0
a
0
1 1 1 1
0 0 0 0 (3.3.2.1)
b b b b
1
1
1 1 1 1 1
1
b a b a b a b a
Terlihat bahwa matriks regangan untuk elemen segiempat memiliki nilai yang
1 1
ke hB cBdA
T
abhB
T
cBdd (3.3.2.2)
A 1 1
persamaan:
hab 1 1
mij 1 i j 1 1 j (3.3.2.3)
4 3 3
Sebagai contoh,
hab 1 4 hab
1 111 11
1
m33 (3.3.2.4)
4 3 3 9
58
4 0 2 0 1 0 2 0
0 4 0 2 0 1 0 2
2 0 4 0 2 0 1 0
hab 0 2 0 4 0 2 0 1
me (3.3.2.5)
9 1 0 2 0 4 0 2 0
0 1 0 2 0 4 0 2
2 0 1 0 2 0 4 0
0 2 0 1 0 2 0 4
Dan persamaan matriks gaya yang bekerja pada objek didapat dengan
0
0
fx
fx
fe b (3.3.2.6)
fy
fy
0
0
beban dari segala arah dan memiliki bentuk lengkung ataupun bentuk khusus
lainnya seperti tangki air atau bentuk cangkang. Pada bagian ini akan dijelaskan
segiempat
59
permukaan yang datar. Pada elemen cangkang, terdapat enam derajat kebebasan
de1
de2
de (3.4.1.1)
de3
de4
ui
v
i
w
d ei i (3.4.1.2)
xi
yi
zi
60
segiempat dengan matriks hasil elemen pelat. Untuk mencari matriks kekakuan,
61
massa elemen pelat (3.4.1.7) sehingga didapat matriks massa untuk elemen
cangkang (3.4.1.8)
62
Matriks elemen lokal yang didapat pada sub bab sebelumnya dapat
Ke T T keT (3.4.2.1)
Me T T meT (3.4.2.2)
Fe T T fe (3.4.2.3)
T3 0 0 0 0 0 0 0
0 T3 0 0 0 0 0 0
0 0 T3 0 0 0 0 0
0 0 0 T3 0 0 0 0
T (3.4.2.4)
0 0 0 0 T3 0 0 0
0 0 0 0 0 T3 0 0
0 0 0 0 0 0 T3 0
0 0 0 0 0 0 0 T3
63
Nilai lk, mk, dan nk (k = x, y, z) adalah cosinus dari sudut arah lokal menuju arah
global
64
Data :
65
Universitas Sumatera Utara
Asumsi :
Kombinasi Beban :
Besar beban titik (beban struktur) yang harus dipikul oleh tiap tiang adalah :
P titik = 835 kg
P awal = 835 kg
Beban Kejut = 20 kg
66
Universitas Sumatera Utara
Akibat kondisi lapangan yang sulit diprediksi, maka nilai reduksi dari
Maka besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan beban adalah :
perancah (scaffolding) yang ada, KUAT untuk menahan beban struktur yang ada.
K = 1
L = 150 cm
r = Rotate Radius
Cc = π. √ 2E/fy
R = (KL/r)/Cc FS
Fs = (5/3)+ (3R/8-R3/8)
Cek Bearing Load Scaffolding ------- 1.43 < 2.74 ton ------------ Ok
67
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Analisis Beban Maksimum Scaffolding
memerlukan waktu yang lama dan perhitungan yang panjang. Oleh karena itu, untuk
memverifikasi hasil analisis dari beban maksimum yang dapat dipikul oleh
68
Universitas Sumatera Utara
Beban Maksimum
Perhitungan manual dengan hasil output dari SAP2000 menunjukan hasil yang
mendekati dimana pada perhitungan manual didapat besar kekuatan tiap tiang
scaffolding untuk menahan beban adalah : 1.646 kg sedangkan pada hasil output
69
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat dibuat dari hasil analisis dan pembahasan di dalam
ketinggian).
kuat untuk menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ) yang
ada, besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan beban adalah :
hasil yang didapat lebih akurat dan detail dalam memperkirakan kapasitas
diinginkan.
(lateral).
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk mengembangkan hasil yang telah
pada jenis bahan, alat dan beban kerja yang ada pada pelaksanaan
pembangunan.
71
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
1. Define Material
72
Universitas Sumatera Utara
3. Define Material Pilih Material “Q235” Pilih Modify/ Show Material
73
Universitas Sumatera Utara
5. Define Pilih Section Properties Pilih Frame Sections Add New
74
Universitas Sumatera Utara
7. Define Pilih Section Properties Pilih Area Sections Add New Sections
8. Define Pilih Section Properties Pilih Area Sections Add New Sections
75
Universitas Sumatera Utara
9. Define Pilih Section Properties Pilih Load Patterns
10. Define Pilih Section Properties Pilih Load Patterns Modify Load
Pattern
76
Universitas Sumatera Utara
11. Define Pilih Section Properties Pilih Load Cases
12. Define Pilih Section Properties Pilih Load Cases Define Load Cases
77
Universitas Sumatera Utara
13. Define Pilih Mass Source Define Mass Source
78
Universitas Sumatera Utara
15. Define Pilih Load Combinations Add New Combo “COMB 1” &
“COMB 2” Modify / Show Combo Edit Dead Load & Live Load
79
Universitas Sumatera Utara
17. Draw Set Select Mode Draw Frame/Cable/Tendon Edit Property of
Object
80
Universitas Sumatera Utara
19. Assign Pilih Area Loads Pilih Uniform (Shell) Edit Area Uniform
Loads
81
Universitas Sumatera Utara
21. Assign Pilih Joint Pilih Restrains
82
Universitas Sumatera Utara
23. Analyze Pilih Set Analysis Options Edit Analysis Options
83
Universitas Sumatera Utara
25. Analyze Pilih Run Analysis Set Load Cases to Run
84
Universitas Sumatera Utara
27. Design Pilih Steel Frame Design Pilih Steel Design / Check of Structure
85
Universitas Sumatera Utara
29. Edit Steel Stress Check Information (AISC-LRFD99)
86
Universitas Sumatera Utara
31. Steel Stress Check Information (AISC-LRFD99) Hasil dari Steel Details 1
– Summary Data
87
Universitas Sumatera Utara
33. Display Pilih Show Forces/Stresses Pilih Frames/Cables Edit
88
Universitas Sumatera Utara
35. Hasil dari Axial Force Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30
(A-1)
89
Universitas Sumatera Utara
37. Hasil dari Torsion Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30 (A-
1)
90
Universitas Sumatera Utara
39. Hasil dari Moment 3-3 Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30
(A-1)
91
Universitas Sumatera Utara
41. Display Pilih Show Tables Choose Tables for Display Analysis
Results Element Output Objects and Elements Pilih ketiga table : Joints,
42. Display Pilih Show Tables Choose Tables for Display Analysis
92
Universitas Sumatera Utara
43. Tampilan dari Element Forces - Frames
44. Tampilan dari Element Forces – Frames Pilih File Export All Tables
to Excel
93
Universitas Sumatera Utara
FOTO DOKUMENTASI
Gambar 4.6 Scaffolding Miring diakibatkan beban beton cor lantai 12cm
Teruna, Daniel Rumbi. & Simbolon, Albert. 2013. “Analysis and Design of
Scaffolding Structures for Supporting Concrete Framework”.Report
John Enright, Robert Harriss, and Gregory J Hancock. 2000. “ Stability of Braced
Scaffolding and Formwork with Spigot Joints”. Journal. Fifteenth International
Specialty Conference on Cold-Formed Steel Structures St.Louis, Missouri U.S.A.
Aldecira G. Diogenes, Aurea S.Holanda and Evandro Parente Jr. 2010. “Stability
Analisys of Modular Steel Shoring Systems”. Journal Mecanica Computacional
Vol XXIX, Buenos Aires, Argentina.
Brosur dan spesifikasi perancah. (2000). Slab & Beam, Formwork & Scaffolding
by : Beton Concrete Form specialist.
Yaldi, G. Datu, I.K. (2001). Efisiensi Pemanfaatan Bekisting Sistem Kayu dan
Sistem Peri pada Bangunan Gedung Bertingkat. Tugas Akhir D-IV. Politeknik
Negeri Bandung.
xi
Universitas Sumatera Utara