Oleh:
MUNZIR
Munzir
H. Baharudin, S.Pd.SD.
NIP. 19651231 198803 1 223
PENERAPAN ETNOMATEMATIKA
BERBANTUAN SELODOR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI HUBUNGAN ANTAR GARIS
DI KELAS IV/A SD NEGERI 2 BELEKA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Munzir
SD Negeri 2 Beleka, Jln. TGH. M. Munir Desa Beleke, Kab. Lombok Barat,
munzir.emen@gmail.com
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
SURAT PERNYATAAN................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................. ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................. 3
F. Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep/Teori yang Melandasi Karya Inovasi Pembelajaran ......... 4
1. Selodor Sebagai Media Pembelajaran ........................................ 4
2. Hakikat Pembelajaran Matematika ............................................. 7
3. Hubungan Antar Garis pada Etnomatematika ............................ 10
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 12
C. Hipotesis ......................................................................................... 13
BAB III. KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
A. Ide Dasar ........................................................................................ 14
B. Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran ........................................ 15
C. Proses Penemuan/Pembaharuan ..................................................... 16
D. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran ............................................. 17
E. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran ......................... 18
F. Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran ................... 25
G. Diseminasi ...................................................................................... 26
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Biodata.
2. Kartu Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
3. Fotokopi Ijazah.
4. Surat Pernyataan.
5. Berita Acara Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-6 Tahun 2018.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran matematika seringkali menjadi kendala yang menakutkan bagi
sebagian besar siswa. Hafalan dan hitungan membuat siswa malas untuk
memelajari matematika. Materi hafalan dan hitungan seakan-akan
mengganggu masa bermain mereka. Aktifitas bermain menjadi terganggu
dengan adanya tugas menghafal dan berhitung. Anak juga sering lupa dengan
materi yang sudah disampaikan. Anak cenderung suka bermain sambil belajar.
Permainan yang mengondisikan materi dikemas dalam pembelajaran sehingga,
anak-anak tidak menyadari bahwa mereka sedang belajar menghafal dan
berhitung. Akhirnya, menghafal dan berhitung tidak lagi menjadi sesuatu yang
menakutkan.
Kondisi anak yang lebih familiar dengan lingkungan bermain
menunjukkan kenyataan bahwa, bermain sambil belajar mempermudah guru
menyampaikan materi pelajaran. Suasana bermain membawa anak ke dalam
situasi positif, menyenangkan, dan diharapkan memudahkan siswa menerima
materi. Menggunakan permainan tradisional sebagai sarana penyampaian
materi matematika yang membuat materi terlihat menyenangkan merupakan
kolaborasi antara ilmu matematika dan kearifan lokal. Siswa memelajari
matematika sekaligus melestarikan budaya daerah. Unsur-unsur budaya daerah
dikembangkan untuk mendukung proses pengembangan interaksi belajar
mengajar di dalam kelas.
Dengan permainan tradisional, anak akan lebih mudah menyerap materi
yang sulit. Ingatan anak akan lebih membekas dengan penyampaian melalui
metode permainan. Aktivitas anak dalam permainan akan lebih bervairiasi,
lepas, dan tidak tertekan. Kondisi ini mempermudah anak belajar tanpa melalui
paksaan yang seringkali dibumbui dengan tekanan yang membuat anak merasa
tidak nyaman. Meskipun demikian, dalam bermain, anak dapat lepas kendali
tanpa mengindahkan materi apabila guru tidak mengantisipasi dengan cepat
jika ada anak yang keluar dari topik pelajaran. Anak-anak hiperaktif punya
kemungkinan lebih besar untuk lepas dari kontrol permainan dengan
mengenyampingkan materi pelajaran.
Melalui eksplorasi penggunaan permainan tradisional dalam
pembelajaran matematika diharapkan ada perubahan sudut pandang siswa akan
pelajaran matematika yang awalnya sulit dan menakutkan menjadi lebih mudah
serta menyenangkan. Siswa mempunyai peluang besar untuk menjadi dirinya
sendiri tanpa kekangan dari situasi kelas yang monoton. Imbas dari
pembelajaran yang menyenangkan yaitu peningkatan motivasi belajar serta
perolehan nilai yang memenuhi harapan. Selain itu, dampak pengiring dari
pembelajaran berbantuan permainan tradisional adalah adanya garansi
terjaganya budaya tradisional yang belakangan ini dirasakan mulai pudar tanpa
ada keinginan untuk melestarikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah
penelitian, antara lain: (1) matematika menjadi mata pelajaran yang
menakutkan bagi sebagian besar siswa, (2) siswa mudah lupa dengan materi
yang disampaikan, dan (3) hafalan dan hitungan membuat siswa malas
memelajari matematika.
Penelitian ini hanya mengkaji masalah Penerapan Etnomatematika
berbantuan Selodor dalam membantu siswa kelas IV/A SD Negeri 2 Beleka
Kabupaten Lombok Barat untuk memecahkan masalah hasil belajar siswa pada
materi hubungan antar garis, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan etnomatematika berbantuan selodor dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antar garis di kelas
IV/A SD Negeri 2 Beleka tahun pelajaran 2017/2018?
2. Faktor apa sajakah yang mungkin menjadi penghambat dalam penerapan
etnomatematika berbantuan selodor?
3. Faktor apa sajakah yang mungkin menjadi pendukung dalam penerapan
etnomatematika berbantuan selodor?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan
penerapan etnomatematika berbantuan modifikasi permainan tradisional
selodor sebagai upaya untuk memudahkan siswa dalam mengingat dan
mengenal hubungan antar garis. Tujuan pengiringnya yaitu mengetahui faktor-
faktor penghambat dan pendukung penerapan etnomatematika berbantuan
modifikasi permainan tradisional selodor.
D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah
penyampaian materi hubungan antar garis.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk
mencari alternatif pembelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam memelajari
hubungan antar garis.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi pengembangan metode
belajar yang lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
Refleksi diri
(observasi tak berstruktur)
Curah pendapat
Menentukan fokus
(brainstroming)
C. Hipotesis
1. Penerapan etnomatematika berbantuan selodor dapat dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi hubungan antar garis di kelas IV/A SD Negeri
2 Beleka tahun pelajaran 2017/2018.
2. Permasalahan dalam mengingat materi, informasi/materi terlalu berat,
keadaan lingkungan yang fluktuatif, dan tidak konsistennya sikap serta
minat siswa menjadi penghambat dalam penerapan etnomatematika
berbantuan selodor.
BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
A. Ide Dasar
Pelajaran matematika seringkali menjadi kendala yang menakutkan bagi
sebagian besar siswa. Hafalan dan hitungan membuat siswa malas untuk
memelajari matematika. Materi hafalan dan hitungan seakan-akan
mengganggu masa bermain mereka. Aktifitas bermain menjadi terganggu
dengan adanya tugas menghafal dan berhitung. Anak juga sering lupa dengan
materi yang sudah disampaikan. Anak cenderung suka bermain sambil belajar.
Permainan yang mengondisikan materi dikemas dalam pembelajaran sehingga,
anak-anak tidak menyadari bahwa mereka sedang belajar menghafal dan
berhitung. Akhirnya, menghafal dan berhitung tidak lagi menjadi sesuatu yang
menakutkan.
Kondisi anak yang lebih familiar dengan lingkungan bermain
menunjukkan kenyataan bahwa, bermain sambil belajar mempermudah guru
menyampaikan materi pelajaran. Suasana bermain membawa anak ke dalam
situasi positif, menyenangkan, dan diharapkan memudahkan siswa menerima
materi. Menggunakan permainan tradisional sebagai sarana penyampaian
materi matematika yang membuat materi terlihat menyenangkan merupakan
kolaborasi antara ilmu matematika dan kearifan lokal. Siswa memelajari
matematika sekaligus melestarikan budaya daerah. Unsur-unsur budaya daerah
dikembangkan untuk mendukung proses pengembangan interaksi belajar
mengajar di dalam kelas.
Dengan permainan tradisional, anak akan lebih mudah menyerap materi
yang sulit. Ingatan anak akan lebih membekas dengan penyampaian melalui
metode permainan. Aktivitas anak dalam permainan akan lebih bervairiasi,
lepas, dan tidak tertekan. Kondisi ini mempermudah anak belajar tanpa melalui
paksaan yang seringkali dibumbui dengan tekanan yang membuat anak merasa
tidak nyaman. Meskipun demikian, dalam bermain, anak dapat lepas kendali
tanpa mengindahkan materi apabila guru tidak mengantisipasi dengan cepat
jika ada anak yang keluar dari topik pelajaran. Anak-anak hiperaktif punya
kemungkinan lebih besar untuk lepas dari kontrol permainan dengan
mengenyampingkan materi pelajaran.
Melalui eksplorasi penggunaan permainan tradisional dalam
pembelajaran matematika diharapkan ada perubahan sudut pandang siswa akan
pelajaran matematika yang awalnya sulit dan menakutkan menjadi lebih mudah
serta menyenangkan. Siswa mempunyai peluang besar untuk menjadi dirinya
sendiri tanpa kekangan dari situasi kelas yang monoton. Imbas dari
pembelajaran yang menyenangkan yaitu peningkatan motivasi belajar serta
perolehan nilai yang memenuhi harapan. Selain itu, dampak pengiring dari
pembelajaran berbantuan permainan tradisional adalah adanya garansi
terjaganya budaya tradisional yang belakangan ini dirasakan mulai pudar tanpa
ada keinginan untuk melestarikan.
C. Proses Penemuan/Pembaharuan
Kember (2000: 25) menyatakan bahwa penelitian tindakan melukiskan
perputaran proses spiral yang meliputi bagian perencanaan, tindakan,
observasi/pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan pernyataan di atas, model
penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah sistem spiral refleksi.
Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang
berbeda, namun secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Bagan dari model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Identifikasi masalah
Reconnaissance Revisi
Penelaahan lapangan perencanaan
Hubungan antar garis tindakan
Perencanaan Perencanaan
tindakan tindakan baru
Pelaksanaan Pelaksanaan
tindakan tindakan
Observasi Observasi
Siklus 1 Siklus 2
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan
sedangkan mitra peneliti bertindak sebagai observer. Selama
pelaksanaan tindakan, peneliti mencoba menyampaikan mengenai
konsep hubungan antar garis dengan membawa media berupa benang
yang dipotong-potong, dan diletakkan sedemikian sehingga
membentuk hubungan antar garis. Siswa menyebutkan nama
hubungan antar garis secara klasikal maupun individual.
Selanjutnya, pada pertemuan kedua, sesuai dengan
perencanaan, peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan sedangkan
mitra peneliti bertindak sebagai observer. Pada pertemuan ini, peneliti
mengkondisikan siswa untuk bermain tebak-tebakan hubungan antar
garis dengan teman sebangkunya. Masing-masing siswa memunyai
seperangkat gambar hubungan antar garis. Setiap siswa bergantian
mengajukan pertanyaan dengan menunjukkan gambar, kemudian
teman sebangkunya menyebutkan nama hubungan antar garis
tersebut.
Pada akhir siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
c. Observasi
Berdasar hasil catatan lapangan, observasi, dan tes tertulis pada
siklus 1, siswa terkesan hanya melaksanakan kewajiban sebagai
seorang pelajar. Mengikuti pelajaran dengan baik dan patuh pada
instruksi guru. Belum muncul inisiatif mengungkapkan gagasan. Guru
masih kurang atraktif dalam pengondisian kegiatan belajar mengajar.
Pada pertemuan kedua, siswa terlihat sedikit aktif dengan kegiatan
yang dilakukan bersama dengan teman sebangkunya. Guru mulai
dapat memberikan instruksi-instruksi yang mengaktifkan siswa. Dari
hasil evaluasi pada siklus pertama diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.2. Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas IV/A SDN
2 Beleka Sebelum Perbaikan dengan Siklus 1.
Nilai
No. Nama Siswa Sebelum
Siklus 1
Perbaikan
1. Aditya Restu A. 60 73,33
2. Adyani Afifa Syahira 66,67 73,33
3. Ahmad Ario Gunawan 66,67 73,33
4. Ahmad Jawhari 66,67 73,33
5. Ahmad Rafli Dwi I.P. 60 60
6. Ahmad Rifki Gusnaidi 73,33 80
7. Ahmad Zainul Khairi 66,67 73,33
8. Al Faizul Mahfudza 60 73,33
9. Alif Putra Agustian 66,67 73,33
10. Aniswatun 60 60
11. Annisa Dwi Safira 60 73,33
12. Aprizal Cahyadi 66,67 73,33
13. Arini 60 60
14. Daffa' Alief Akbar 66,67 73,33
15. Elsa Adeliani 66,67 73,33
16. Fadla Akbarul Awal 66,67 73,33
17. Faza Alya Azahra 73,33 80
18. Gilang Ramadiansyah 66,67 73,33
19. Hafuza Fadlin Niyaz 60 73,33
20. Handika Yudha 66,67 73,33
21. Ilham Febrian 60 73,33
22. Imam Amrur Rozi 60 60
23. Iqbal Maulana 60 66,67
24. Irwanda Ramadan 60 66,67
25. Johandi 66,67 73,33
26. M. Deni Saputra 66,67 73,33
Nilai Tertinggi 73,33 80
Nilai Terendah 60 60
Nilai Rata-rata 64,36 71,28
Hasil tes tertulis pada akhir siklus 1 menunjukkan nilai rata-rata
kelas 71,28 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80.
d. Refleksi
Berdasar hasil catatan lapangan, observasi, dan tes tertulis dapat
diambil beberapa masukan, antara lain: (1) perlu diadakan tindakan
kedua yang memungkinkan pembelajaran berlangsung lebih aktif, (2)
perlu perbaikan tindakan oleh guru yang memungkinkan siswa dapat
mengungkapkan gagasan lebih leluasa, (3) pengemasan kegiatan
belajar mengajar perlu diperhatikan agar penyampaian materi dapat
mendukung siswa dalam memahami konsep hubungan antar garis, dan
(4) meskipun ada peningkatan pada nilai, namun proses pembelajaran
belum terlihat mengaktifkan siswa secara maksimal serta
memungkinkan siswa mencurahkan gagasan dengan leluasa.
Selanjutnya data pada tabel 4.1 dapat dijelaskan dalam bentuk
diagram, sebagai berikut:
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
NILAI
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
NOMOR URUT SISWA
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan perencanaan, peneliti bertindak sebagai pemberi
tindakan sedangkan mitra peneliti bertindak sebagai observer. Pada
pertemuan ini, peneliti mengajak siswa bermain selodor di halaman
sekolah. Peneliti dibantu beberapa orang siswa menggambar lapangan
selodor. Peneliti mengarahkan siswa bermain selodor bersama.
Pada pertemuan kedua, sesuai dengan perencanaan, peneliti
bertindak sebagai pemberi tindakan sedangkan mitra peneliti
bertindak sebagai observer. Peneliti membagi kelas ke dalam
beberapa kelompok. Masing-masing kelompok menggambar
lapangan selodor. Kegiatan selanjutnya, siswa bermain selodor antar
kelompok. Setelah kegiatan bermain selodor usai, siswa bermain
mencocokkan gambar hubungan antar garis dengan cara
menempelkan hubungan antar garis yang dibuat oleh siswa dengan
hubungan antar garis yang dibuat oleh guru.
Pada akhir siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
c. Observasi
Berdasar hasil catatan lapangan, observasi, dan tes tertulis pada
siklus 2 pertemuan kesatu, siswa terlihat lebih aktif dan lebih mampu
mengungkapkan gagasan. Pembelajaran yang dilaksanakan
memberikan kesempatan siswa beraktifitas untuk menarik kesimpulan
mengenai konsep hubungan antar garis. Meskipun, beberapa siswa
terlihat diam dan hanya melihat kegiatan yang dilakukan oleh teman-
temannya dan guru. Pada pertemuan kedua, siswa aktif di dalam
kelompok, curah pendapat terjadi di setiap kelompok, seluruh siswa
aktif, dan berdasar hasil tes pada siklus 2 pertemuan kedua,
pemahaman akan materi hubungan antar garis meningkat yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas 80 dengan nilai terendah
66,67 dan nilai tertinggi 100.
Tabel 3.3. Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas IV/A SDN
2 Beleka Sebelum Perbaikan, Siklus 1 dengan Siklus 2.
Nilai
No. Nama Siswa Sebelum
Siklus 1 Siklus 2
Perbaikan
1. Aditya Restu A. 60 73,33 80
2. Adyani Afifa Syahira 66,67 73,33 80
3. Ahmad Ario Gunawan 66,67 73,33 80
4. Ahmad Jawhari 66,67 73,33 80
5. Ahmad Rafli Dwi I.P. 60 60 66,67
6. Ahmad Rifki Gusnaidi 73,33 80 100
7. Ahmad Zainul Khairi 66,67 73,33 86,67
8. Al Faizul Mahfudza 60 73,33 80
9. Alif Putra Agustian 66,67 73,33 86,67
10. Aniswatun 60 60 66,67
11. Annisa Dwi Safira 60 73,33 80
12. Aprizal Cahyadi 66,67 73,33 80
13. Arini 60 60 73,33
14. Daffa' Alief Akbar 66,67 73,33 86,67
15. Elsa Adeliani 66,67 73,33 86,67
16. Fadla Akbarul Awal 66,67 73,33 80
17. Faza Alya Azahra 73,33 80 93,33
18. Gilang Ramadiansyah 66,67 73,33 80
19. Hafuza Fadlin Niyaz 60 73,33 80
20. Handika Yudha 66,67 73,33 80
21. Ilham Febrian 60 73,33 80
22. Imam Amrur Rozi 60 60 66,67
23. Iqbal Maulana 60 66,67 73,33
24. Irwanda Ramadan 60 66,67 73,33
25. Johandi 66,67 73,33 80
26. M. Deni Saputra 66,67 73,33 80
Nilai Tertinggi 73,33 80 100
Nilai Terendah 60 60 66,67
Nilai Rata-rata 64,36 71,28 80
d. Refleksi
Berdasar hasil catatan lapangan, obervasi tindakan, dan tes
setelah dilaksanakan siklus 2 sebagaimana dideskripsikan di atas
memberikan informasi, bahwa: (1) siswa terlihat lebih aktif ketika
dikondisikan dalam kerjasama kelompok, (2) kegiatan curah pendapat
dalam kelompok kecil memungkinkan siswa untuk mengungkapkan
gagasan, dan (3) berdasar hasil tes tertulis, ada peningkatan
pemahaman siswa mengenai konsep hubungan antar garis.
Selanjutnya data pada tabel 4.2 dapat dijelaskan dalam bentuk
diagram, sebagai berikut:
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
NILAI
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
NOMOR URUT SISWA
Gambar 3.3. Diagram Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas IV/A SDN 2
Beleka Sebelum Perbaikan, Siklus 1 dengan Siklus 2.
G. Diseminasi
Karya inovasi pembelajaran ini telah diseminarkan pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika ke-6 Tahun 2018, yang diselenggarakan oleh
PPPPTK Matematika, pada tanggal 15 sampai dengan 16 November 2018.
Adapun berita acara seminar terlampir.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasar hasil tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, peneliti berkeyakinan
bahwa penerapan etnomatematika berbantuan selodor dapat meningkatkan
pemahaman siswa mengenai hubungan antar garis. Peningkatan pemahaman
mengenai hubungan antar garis belum maksimal, namun berdasarkan hasil
observasi tindakan dalam empat pertemuan menunjukkan peningkatan kualitas
proses belajar mengajar. Dengan peningkatan kualitas proses belajar mengajar
akan berbanding lurus dengan prestasi belajar.
Penerapan etnomatematika berbantuan selodor tidak harus berhenti
dalam kegiatan penelitian ini. Namun penerapan etnomatematika dapat
diterapkan dalam materi dan situasi yang berbeda. Etnomatematika berbantuan
selodor dapat dimodifikasi dan direplikasi dengan tujuan mendapatkan pola
yang jauh lebih baik. Harapan peneliti melalui modifikasi dan replikasi,
etnomatematika berbantuan selodor dapat digunakan pada materi dan kelas
yang lain.
B. Saran
1. Guru
Ada baiknya penerapan etnomatematika berbantuan selodor
dikombinasikan dengan alat peraga yang jauh lebih baik seperti, cat
berwarna cerah maupun penggunaan media audio visual.
2. Kepala Sekolah
Memberi motivasi pada pendidik di sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran berbasis etnomatematika.
3. Siswa
Meningkatkan motivasi belajar dan keberanian diri siswa untuk
mengungkapkan gagasan dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA