PROYEK MANUFAKTUR 1
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma Empat Program Studi Proses Manufaktur di Jurusan Teknik Mesin
Oleh:
RAHMANDANI WINARTA
NIM: 161244026
Oleh:
NIM: 161244017
Menyetujui
Bandung, 28 Juni 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur plagiarisme, maka hasil penilaian
dari Proyek Manufaktur 1 ini dicabut dan bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 8
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 9
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 10
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .......................................................................... 11
DAFTAR RUMUS .................................................................................................................. 12
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 13
I.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 13
I.2 Tujuan ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
I.3 Ruang Lingkup ............................................................... Error! Bookmark not defined.
I.4 Sistematika Penulisan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II DESKRIPSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN........................................ 17
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ....................................................... 31
III.1 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ............................................................... 31
III.2 Studi Kasus .................................................................................................................. 31
III.3 Solusi............................................................................................................................ 43
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 44
IV.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 44
IV.2 Saran ............................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 45
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 46
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel I. 1 Tabel ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
A
DAFTAR ISTILAH
Gaya 4
Lain 5
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan kerja praktik adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan kehandalan dari Power Station dengan menggunakan
metode RCM?
2. Bagaimana bentuk kurva kehandalan dari Power station PLTP Unit 4 PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang ?
3. Berapa porsentase nilai kehandalan untuk meningkatkan target produksi?
Mengingat banyaknya bahasan yang ada di PLTP PT. PGE Area Kamojang, maka
dalam pembuatan laporan Kerja Praktiki ini penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas. Pada penulisan ini penulis hanya akan membahas tentang pengaruh kehandalan power
station PLTP unit 4 dengan sub system steam turbine dan lube oil system untuk menaikan
target produksi berdasarkan data kerusakan yang ada di perusahaan dengan menggunakan
metode RCM.
1.5 Metode Pengambilan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap alat proses yang dijadikan objek permasalahan.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
langsung kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode studi literature dan studi pustaka ini penulis lakukan dengan membaca buku-buku
manual oprasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia di perusahaan. Data-data
tersebut selanjutnya di bandingkan dengan keadaan nyata yang ada di lapangan.
Bab I. Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,
metode penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan, sistematika laporan.
(TMSU)
(PT PERMINA)
Selain pemenuhan kebutuhan energi di bidang migas, sebagai salah satu elemen
penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia, PT. Pertamina (Persero)
mendirikan anak perusahaan PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) yang bergerak
dalam bisnis produksi panas bumi dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) bekerja sama
dengan PT. PLN dalam hal penjualan uap dan listrik.
Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT.
Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) bekerja sama dengan PT. PLN membangun unit
bisnis produksi panas bumi dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di berbagai
wilayah di Indonesia. Saat ini PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) telah
mempunyai empat buah area kerja, yaitu:
1 Area Sibayak 12
4 Area Lahendong 80
• Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
Arti Logo :
2.Competitive
3.Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki kompetensi
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
4.Customer focused
5.Commercial
6.Confident
1. Visi
2. Misi
2.2.5 Lokasi
Lokasi daerah panas bumi Kamojang terletak disebelah Barat laut
Garut berjarak kurang lebih 25 km dari kota Garut, berada pada ketinggian antara
1640-1750 mdpl. Letak astronomis berada pada 107°31,5’ - 107°31,5’ BT dan
7°5’5 - 7°16,5’ LS. Di sebelah timur
Kamojang terdapat gunung Gandapura, gunung Masigit dan gunung Guntur,
sedangkan di sebelah barat ada gunung Rakatak. Lokasi area panas bumi
Kamojang dapat dilihat dari peta lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar 2.3
berikut:
Gambar 2.3 Peta Lokasi Area Panas Bumi Kamojang
HSE
DIRE CTOR
DIRE CTOR DIRE CTOR
PLAN NING &
OPER ATION FIN ANCE
DEVEL OPMENT
GENERAL MANAG ER
AREA K AMOJAN G
Pertamina Gheotermal Energi Area Kamojang PLTP Unit IV & Unit V juga
memiliki struktur organisasi sendiri untuk mempermudah kordinasi dan
pelaksanaan kerja di setiap unit yang ada pada power plant.
Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada struktur organisasi Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang sebagai berikut:
Gambar 2.5 Struktur organisasi di PLTP Kamojang
Peserta PKL dijelaskan cara sistem yang bekerja pada PGE area Kamojang, mulai dari
tahap awal hingga ke tahap akhir.
PLTP (Pembangkit Listrik Panas Bumi) adalah suatu sistem yang memanfaatkan energi
dari panas bumi untuk membangkitkan energi listrik. Sumber dari uap yang digunakan pada
sistem pembangkit berasal langsung dari air yang secara alami dipanaskan di dalam bumi.
Energi panas bumi berasal dari fluida di batuan reservoir yang terpanaskan oleh magma
didalam perut bumi. Fluida geothermal tersebut terperangkap dalam batuan kedap air sehingga
bertekanan dan bersuhu cukup tinggi dengan melakukan pengeboran sampai kedalaman 2000
m. Lapisan batuan ini berperan sebagai “panci” alami yang memanaskan air yang berada
diatasnya (pada reservoir). Fluida geothermal akan mengalir sendiri dari sumur menuju
permukaan melalui fasilitas pipa produksi. Berbeda dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga
Uap) yang memerlukan boiler untuk memanaskan air dan mengubahnya menjadi uap
bertekanan, pada PLTP air sudah menguap dengan sendirinya karena panas dari magma yang
merambat melalui batuan kedap air.
PT. Pertamina Geothermal Energy memiliki 14 wilayah kerja panas bumi (WKP). WKP ini
dioperasikan secara sendiri dan kotrak operasi bersama, salah satunya berada di area Kamojang
sebanyak 235 MW yang terdiri dari lima unit yaitu :
KMJ 1 sebesar 30 MW
KMJ 2 sebesar 55 MW
KMJ 3 sebesar 55 MW
KMJ 4 sebesar 60 MW
KMJ 5 sebesar 35 MW
Dari kelima WKP tersebut unit KMJ 1 – KMJ 3 menyuplai uap ke Indonesia Power sedangkan
untuk unit KMJ 4 dan KMJ 5 digunakan untuk pengoperasian sendiri oleh PGE.
Pada area Kamojang setidaknya terdapat 86 sumur yang digunakan sebagai sumur
produksi, injeksi dan monitoring. PGE melakukan eksploitasi dengan melakukan pengeboran
ke dalam bumi ±2000m hingga menemukan reservoir air yang dipanaskan oleh magma didalam
perut bumi, lalu membuat fasilitas pipa produksi sehingga fluida geothermal panas tersebut
yang memiliki tekanan dan suhu tinggi akan secara otomatis mengalir menuju permukaan.
Setelah fluida panas geotermal tersebut melewati mulut sumur prduksi, maka uap dari
beberapa sumur produksi bergabung menjadi satu jalur pipa (pipeline) untuk selanjutnya
dialirkan ke power plant untuk dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Dalam fluida
tersebut terkandung uap air dan juga non-condesable gas, agar umur steam turbin panjang
dibutuhkan uap yang kering dan bersih. Oleh karena itu untuk memasikan kualitas uap sesuai
yang dibutuhkan dipasang scrubber sebelum masuk turbin untuk memastikan semua sisa uap
air tidak terbawa ke turbi. Dengan metode siklon uap yang bersih masuk ke atas sedangkan
yang lainnya akan kebawah.
Gambar 1
Uap dari scrubber mengalir menuju turbin dan sebagian kecil digunakan untuk gas extraction
sistem. Turbin berfungsi mengubah energi potensial uap yang terdapat pada uap panas bumi
tersebut menjadi energi kinetik. Uap masuk melalui dua pipa inlet menuju ruang turbin lalu
uap bergerak secara aksial melewati moving blade dan stationary blade sehingga menyebabkan
putaran pada rotor turbin. Fungsi dari double inlet adalah agar memiliki uap maksimal sehingga
gaya resultannya bernilai nol.
Setelah melewati turbin, uap bergerak munuju kondenser yang memilki kondisi vakum
dengan tekanan sekitar 0,14 bar untuk di kondesasikan dengan metode direct contact dengan
air dalam jumlah besar dengan menggunakan metode spray, ini menyebabkan uap berubah
menjadi fase cair. Air kondensat dengan temperatur sekitar 50̊ C dipompakan oleh dua unit hot
well pump (HWP) menuju cooling tower.
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan air panas kondensat yang dipompakan,
air tersebut di dinginkan agar dapat digunakan kembali di kondenser. Dengan adanya tambahan
uap terus menerus dari sumur produksi untuk memutar turbin yang dikondensasikan di
kondenser maka muncul tambahan air kondensat. Tambahan air ini diinjeksikan ke dalam
sumur injeksi melalui jalur pipa kondensat hal ini perlu dilakkan karena ada regulasi
membuang air kondensat ke badan air selain itu hal ini juga perlu dilakukan untuk merawat
reservoir agar tetap menjadi sistem yang sustainable.
Didalam uap panas bumi terdapat non-condesable gas yang tidak dapat
dikondensasikan di kondenser sehingga apabila gas ini terakumulasi di kondenser akan
menyebabkan vakum di kondenser memburuk. Gas extraction sistem ini berfungsi untuk
menarik ncg dan juga menciptakan vakum di kondenser. Sistem ini terdiri dari steam ejector
dan liquid vacuum pump. Non-condesable gas lalu dialirkan menuju cooling tower untuk
dilepaskan di ventstage. Turbin di couple oleh generator berkapasitas 60 MW yang berfungsi
merubah energi kinetik menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh generator sebesar
13,8 kV. Selanjutnya tegangan ini dinaikkan menggunakan trafo step up sehingga tegangannya
menjadi 150 kV yang kemudian dialrikan ke listrik Jawa-Bali milik PLN.
Top Valve
Komponen ini berfungsi untuk pengukuran tekanan, temperatur, logging sumur. Letak dari
top valve berada paling atas, umumnya diatas tee. Wing Valve
Wing valve beerfungsi untuk menyalurkan atau mengisolasi fluida panas bumi ke sistem
pemipaan transmisi ataupun pipa uji. Pada umumnya Area Kamojang menggunakan valve
dengan spesifikasi ASTM A216-WCC.
Side Valve
Side valve berfungsi untuk keperluan bleeding (membuang gas) agar kepala sumur tetap
panas dan mengurangi akumulasi gas-gas di kepala sumur saat master valve di tutup. Selain itu
di sisi side valve dipasang pressure gauge untuk memonitor tekanan kepala sumur. Side valve
yang dipasang berukuran 31 8 inch dengan dengan spesifikasi ASTM A216-WCC.
Wing valve
Wing valve terletak di bawah top valve yang tersambung ke pipeline dan rock
muffler yang berfungsi menyalurkan dan mengisolasi fluida panas bumi.
Steam trap
Bertujuan untuk membuang uap yang terkondensasi pada pipa secara otomatis.
Pembuangan uap ini bertujuan agar uap tetap kering dan menghindari water hammer
pada pipa.
Blow Down
Blow down berfungsi untuk membuang kondensat pada pipa secara manual. Pada saat jalur pipa
sedang tidak mengalirkan uap dan heating-up, valve blow down harus dibuka dan valve steam
trap ditutup sedangkan pada saat jalur sudah mengalirkan uap valve blow down harus ditutup
dan valve steam trap dibuka. Contoh dari blow down dapat dilihat pada
S-Bend
Berfungsi untuk menurunkan elevasi pipa dari kepala sumur dengan elbow 45˚. Komponen ini
biasanya terletak pada well head serta daerah tinggi yang akan disalurkan ke daerah rendah.
Safety Device
Digunakan untuk mencegah tekanan berlebih pada pipa. Apabila ada tekanan yang berlebih
maka Pressure Safety Valve (PSV) akan terbuka dan mengeluarkan tekanan, apabila tekanan
masih berlebih, maka rapture disk akan pecah.
Katup
Katup yang digukan pada PGE area Kamojang yaitu gate valve, globe valve, butterfly valve,
dan check valve.
Silencer
Berfungsi untuk meredam suara kebisingan uap dan air bertekanan yang dikeluarkan ke
atmosfer untuk flashing. Flashing berfungsi untuk menstabilkan tekanan uap pada pipa.
Rock Muffler
Berfungsi untuk meredam kebisingan uap bertekanan tinggi yang sengaja dibuang ke atmosfer
pada saat melakukan pembukaan awal sumur yang bertujuan membersihkan uap, dan
menstabilkan tekanan sebelum dialirkan ke jalur pipa produksi.
Expansion/ U-Loop
Expansion/ U-Loop berfungsi untuk mengurangi pemuaian pipa (thermal expansion)
sehingga pipa tidak akan putus terlebih pada saat musim panas atau pada saat terjadi gempa
bumi. Ada dua jenis loop, yaitu vertical loop dan horizontal loop. Selain itu, vertical loop juga
berfungsi agar tidak menghalangi jalan yang dilalui pipa.
Scrubber
Bentuk dari scrubber hampir menyerupai separator dan biasanya dipasang di dekat dengan
turbin. Scrubber memiliki fungsi untuk membuang zat-zat pengotor dan kondensat (uap air dan
ncg) yang terbentuk sebelum uap memasuki turbin sehingga ketika uap memasuki turbin uap
yang masuk berupa uap bersih dan kering. Dengan adanya scrubber maka uap yang mengalir
masuk menuju turbin sudah menjadi uap kering sepenuhnya tanpa adanya kondensat/kotoran
yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja turbin.
Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak untuk mengubah energi potensial uap yang
terdapat pada uap panas bumi menjadi energi kinetik (memutar sudu turbin). Bagian turbin yang
berputar disebut rotor turbin yang berfungsi menggerakan atau memutar bebannya (generator
listrik). Rotor turbin ini terletak di dalam casing turbin. Pada PLTP Kamojang turbin yang
digunakan adalah turbin dengan kondensor (condensing unit turbine). Uap yang keluar dari
turbin langsung dialirkan menuju kondensor untuk dikondensasikan. Pada PLTP PGE Area
Kamojang menggunakan dua tipe turbin yang berbeda, untuk PLTP PGE unit empat
menggunakan tipe dual inlet double flow sedangakan untuk PLTP PGE unit lima menggunakan
single flow multistage.
Gambar 3.20 Moving Blade dan Rotor Turbin PLTP Kamojang Unit 5
Kondensor
Fungsi dari kondensor adalah megkondensasikan uap yang keluar dari turbin yang
bertujuan menciptakan tekanan vakum (tekanan berada dibawah tekanan atmosfer) agar
enatalpi keluar turbin menjadi lebih rendah. Proses terjadinya kondisi vakum terjadi secara
termodinamik, hal ini dimungkikan karena setelah uap keluar dari turbin yang sebagian besar
masih berupa uap akan bercampur dengan air dingin di kondensor sehingga akan mencapai
kesetimbangan massa dan energi. Adanya proses spraying uap panas dengan air akan
mengakibatkan volume uap menyusut dan mengakibatkan terjadinya kondisi vakum.
Kevakuman bergantung pada kandungan NCG (Non-Condesable Gas), kebersihan kondensor,
dan temperatur kondensasi dari fluida pendingin.
Hot Well Pump (HWP) merupakan suatu pompa sentrifugal vertikal yang
digunakan untuk mengalirkan air kondensat yang cukup panas sekitar 50 ̊ C dari kondensor
menuju cooling tower.
Fungsi dari cooling tower adalah untuk menurunkan temperatur air kondensat yang keluar
dari kondensor sehingga nantinya dapat digunakan kembali. Air kondensat yang terlah
diturunkan temperaturnya ini sebagian akan dikembalikan/digunakan kembali ke kondensor
untuk membantu mengkondensasikan uap berikutnya dan sebagian lagi akan dialirkan kembali
ke sumur injeksi untuk dikembalikan kembali ke dalam perut bumi sehingga menjadikannya
energi yang ramah lingkungan dan energi yang terbarukan.
Strainer
Strainer adalah alat yang digunakan untuk memisahkan antara uap yang masuk
dengan material-material padat yang mungkin ikut terbawa pada aliran uap. Strainer berfungsi
melindungi turbin agar tidak rusak akibat adanya material-material yang terbawa oleh uap.
Strainer berbentuk meshing-meshing simetris dengan ukuran tertentu.
Auxiliary Cooling Water Pump merupakan salah satu pompa sentrifugal yang berfungsi
untuk mengalirkan air pendingin dari basin cooling tower ke inter condenser, after condenser,
LRVP dan heat exchanger kemudian akan dialirkan lagi ke kondensor.
Gambar 3.28 Auxiliary Cooling Water Pump
Component Cooling Water Pump (CCWP)
Component Cooling Water Pump atau pompa CCWP merupakan suatu pompa yang
berfungsi untuk mengalirkan air pendingin untuk perpindahan panas bagi komponen-komponen
seperti lube oil cooler, air compressor dan generator air cooler secara sistem closed loop.
Heat exchanger berfungsi untuk menukar panas antara ACW dan CCW. ACW yang
memiliki temperatur lebih rendah dibanding dengan CCW akan mendinginkan temperature
CCW. Setelah terjadi proses pertukaran kalor, ACW yang mengalami kenaikan temperatur akan
dialirkan ke cooling tower untuk didinginkan kembali. Sedangkan CCW yang mengalami
penurunan temperatur akann dialirkan kembali ke closed system. Tipe heat exchanger yang
digunakan adalah tipe plate.
Gambar 3.30 Heat Exchanger
Generator
Khusus Praktik Kerja Lapangan Diploma Empat, berdasarkan penjelasan pada butir ke-
2. Solusi dari Kendala dan Permasalahan yang terjadi di lapangan harus dibandingkan
dengan referensi (peraturan perundangan/ pedoman pekerjaan) yang masih berlaku di
Indonesia.
Kendala atau permasalahan serta solusinya dapat ditunjukkan dalam bentuk foto disertai
penjelasannya, ditampilkan dalam bentuk tabel
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa terhadap pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.
IV.2 Saran
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya (pasca
PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).
DAFTAR PUSTAKA
Baker, A.A., Sosro, K., dan Suditomo, B. (1998): Pembakaran Hutan di Kalimantan, Majalah
Kehutanan, 5, 23 – 25.
Cotton, F.A. (1998): Kinetics of Gasification of Brown Coal, Journal of American Chemical
Society, 54, 38 – 43.
Hill, R. (1997): The Mathematical Theory of Plasticity, Oxford Press, Oxford, 545 – 547.
Kramer, A., Djubiantono, T., Aziz, F., Bogard, J.S., Weeks, R. A., Weinand, D.C., Hames,
W.E., Elam, J.M., Durband, A.C, dan Agus (2005): The First Hominid Fossil
Recovered from West Java, Indonesia, Journal of Human Evolution, 48, 661-667.
Kumai,H., Itihara, M., Sudijono, Shibasaki, T., Aziz, F., Yoshikawa, S., Akahane, S.,Soeradi,
T., Hayashi, T., dan Furuyama, K., (1985): Geology and Stratigraphy of the Mojokerto
Area, 55-61 dalam Watanabe, N., dan Kadar,D., Eds, Quaternary Geology of the
Hominid Fossil Bearing Formations in Java, 378 p., Geological Research and
Development Centre, Bandung-Indonesia.
Wijaya, R. (1996): Diagnosis Penyakit Tipus dengan Metode PCR, Disertasi Program Doktor,
Institut Teknologi Bandung, 25 – 29.
Dillmann, T. dan Ruβ, J. (2001): Implicit Options in Life Insurance Contracts, the case of lump
sum options in differed annuity contracts,
http://www.actuaries.org/members/en/AFIR/colloquia/Tokyo/D illman_
Ruβ.pdf,179-193, Download(diturunkan/diunduh) pada 5 September 2006.