Anda di halaman 1dari 46

INVESTIGASI DAN IDENTIFIKASI CACAT PIPA DI UNIT 4

PLTP PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA


KAMOJANG

PROYEK MANUFAKTUR 1

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma Empat Program Studi Proses Manufaktur di Jurusan Teknik Mesin

Oleh:

RAHMANDANI WINARTA

NIM: 161244026

PROGRAM STUDI D4 – PROSES MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA


POWER STATION PLTP PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY
AREA KAMOJANG

Oleh:

MOCH FANDI RAFIANTONO

NIM: 161244017

Menyetujui
Bandung, 28 Juni 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Waluyo M Bintoro,SST.,M.Eng Muhammad Haikal. P


NIP 196207301986031003 NIP/NRP 754121

Penguji Ketua Program Studi

Parno Raharjo, Ph.D Aris Suryadi, S.T,M.T


NIP 195808241984031003 NIP 196503211990121001
PERNYATAAN PENULIS

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Proyek Manufaktur 1 dengan judul


Implementasi Reliability Centered Maintenance Pada Power Station PLTP PT. Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang, dengan analisis kehandalan dari power station
berdasarkan temuan kerusakan selama tahun 2016 s/d 2019 bebas dari unsur tindakan
plagiarisme, dan sesuai dengan ketentuan tata tulis yang berlaku.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur plagiarisme, maka hasil penilaian
dari Proyek Manufaktur 1 ini dicabut dan bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Demikian penyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar


sepenuhnya.

Bandung, 29 Juni 2019

Moch Fandi Rafiantono


NIM: 161244017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proyek manufaktur 1 dan
menuntaskan laporan dengan judul “Implementasi Reliability Centered Maintenance Pada
Power Station PLTP Pt. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang” yang
dilaksanakan di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dengan baik sebagai syarat
mata kuliah proyek manufaktur 1 yang wajib dilaksankan oleh setiap mahasiswa di Jurusan
Teknik Mesin, program studi D4- Proses Manufaktur Politeknik Negeri Bandung. Proyek
manufaktur ini dilaksanakan pada periode 7 Oktober 2019 hingga 31 Desember 2019.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan proyek manufaktur 1 telah memberikan banyak
pengalaman yang sangat berharga untuk mengenali dunia kerja dan dalam pengaplikasian
keilmuan Teknik Mesin yang telah dipelajari selama 3 tahun di bangku kuliah formal.
Dalam proses melaksanakan proyek manufaktur 1 hingga penyusunan laporan ini, tidak
terlepas dari begitu banyak bantuan, bimbingan, doa, kerendahan hati dan kebaikan dari
berbagai pihak sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu Penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rafiudin dan Ibu Warsiah selaku orang tua dari penulis yang tak henti-henti
mendoakan serta sebagai motivator penulis untuk selalu bersemangat sehingga
penulis mampu menyelesaikan kerja praktik dan menyusun laporan ini.
2. Waluyo M Bintoro,SST.,M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
motivasi, nasihat, dan kesabaranya dalam membimbing penulis.
3. Bapak Muhammad Haikal Pasha selaku dosen pembimbing industri di PLTP PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang mamberikan ilmu dan pengalaman
hidup, dan merperkenalkan dunia kerja kepada penulis.
4. Frida Rafianti sebagai kakak dari penulis yang selalu memberikan semangat dan
mengigatkan penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
5. Rahmandani Winarta, Adam Mandawa Putra selaku teman PKL dan teman
sekontrakan yang telah berukar informasi dan memberikan banyak bantuan dan
membuat hidup di perantauan menjadi lebih seru dan menyenangkan di Kamojang.
6. Serta pihak-pihak lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Penulis berharap laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan berguna terutama bagi penulis. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam pembuatan laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan laporan yang telah dibuat
dan demi kemajuan penulis kedepannya mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Bandung, 5 November 2019

Moch Fandi Rafiantono


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 8
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 9
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 10
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .......................................................................... 11
DAFTAR RUMUS .................................................................................................................. 12
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 13
I.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 13
I.2 Tujuan ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
I.3 Ruang Lingkup ............................................................... Error! Bookmark not defined.
I.4 Sistematika Penulisan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II DESKRIPSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN........................................ 17
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ....................................................... 31
III.1 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ............................................................... 31
III.2 Studi Kasus .................................................................................................................. 31
III.3 Solusi............................................................................................................................ 43
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 44
IV.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 44
IV.2 Saran ............................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 45
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 46
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel I. 1 Tabel ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
A
DAFTAR ISTILAH

Geometri : Definisi Geometri


Toleransi : Sebutkan definisi toleransi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama Pemakaian Pertama Kali di


Halaman
GDT 3
NDT 5

Lambang Nama Pemakaian Pertama Kali di


Halaman
 6
 9
DAFTAR RUMUS

Gaya 4
Lain 5
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pada era modern seperti saat ini masih banyak daerah di Indonesia yang belum bisa
menikmati listrik, karena belum optimalnya pemanfaatan dan pengolahan sumber energi
tersebut. Masih banyak pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil sehingga proses
produksinya dapat mencemari lingkungan selain itu bahan bakar fosil termasuk ke dalam
energy yang tidak terbaruka. Hal ini memicu ke khawatiran dari banyak pihak di masa yang
akan datang dikarenakan keterbatasan sumber pasokan pada pembangkit listrik. Oleh karena
itu untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah beberapa jenis pembangkit listrik yang
menggunakan energi yang terbarukan salah satunya adalah pemanfaatan panas bumi
(geothermal).
Energy panas atau geothermal adalah energy panas yang tersimpan dibawah permukaan
bumi. Energy panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di manca negara seperti
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia,
dan Jepang. Amerika saat ini bahkan sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang
geothermal dengan nama Enhanced Geothermal Systems (EGS).
Melihat di Indonesia memiliki banyak gunung-gunung aktif, maka jika ditinjau lebih
jauh, energi panas bumi (geothermal) memiliki potensi lebih baik dibandingkan dengan sumber
energi alternatif lainnya, selain ramah lingkungan, untuk panas bumi (geothermal) memiliki
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan dapat dimanfaatkan untuk skala besar.
Energi geotermal dihasilkan dari inti perut bumi akibat terjadinya aktivitas magma. Indonesia
memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, yaitu sekitar 27.500 MW atau setara dengan
11 miliyar barel minyak bumi yang tersebar di 256 titik diseluruh Indonesia. Salah satunya
yang berada di daerah Kamojang, Jawa Barat
PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pemanfaatan panas bumi untuk kebutuhan pembangkit tenaga listrik. PT.
Pertamina Geothermal Energy memiliki beberapa wilayah kerja panas bumi salah satunya
terletak di Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Saat ini PGE area Kamojang
mampu menghasilkan energy listrik sebesar 60 MW pada unit IV dan 35 MW pada unit V.
Salah satu system paling penting didalam suatu pembangkit yaitu power station. power
station memiliki fungsi sebagai system yang menghasilkan tenaga listrik. Komponen paling
kritis yang terdapat di power station yaitu, lube oil system dan steam turbine. Mengingat
pentingnya fungsi dari komponen tersebut, kehandalan dari komponen sangat mempengaruhi
dalam kegiatan pembangkitan energy listrik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kurva yang
menggambarkan kehandalan dari komponen tersebut.
Pada laporan ini penulis akan menjelaskan tentang kurva kehandalan berdasarkan data
temuan kerusakan yang terjadi pada lube oil system dan steam turbine selama 2016 sampai
dengan 2019 untuk meningkatkan target produksi dari perusahaan dengan metode Reability
Centered Maintenance ( RCM).

1.2 Tujuan Kerja Praktikum

Tujuan umum penulisan dan kerja praktik ini adalah :


1. Memenuhi prasyarat untuk menyelesaikan studi tingkat diploma empat di Program
Studi Proses Manufaktur, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung.
2. Mahasiswa dapat memahami tentang energi panas bumi dari hulu hingga ke hilir
serta mengetahui dan mengamati secara langsung peralatan/mesin-mesin yang
dipergunakan di industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
3. Mahasiswa mengetahui secara langsung sistem kerja dan organisasi yang ada di
perusahaan serta mendapatkan gambaran awal untuk terjun ke lapangan dalam
menerapkan kajian-kajian teoritis pendidikan yang telah ditempuh.
4. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang telah di peroleh dengan menyelesaikan
masalah yang ada di perusahaan.
5. Memahami proses dalam industri pembangkit.
Tujuan khusus penulisan dari kerja praktik ini adalah:
1. Mempelajari proses pembangkit listrik tenaga panas bumi yang terjadi di PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.
2. Mengetahui dan mempelajari cara penggunaan metode Reability Centered
Maintenance (RCM).
3. Mengetahui kehandalan dari power station PLTP unit 4 Kamojang
4. Mendapatkan kehandalan dari power station untuk meningkatkan target produksi
perusahaan

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan kerja praktik adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan kehandalan dari Power Station dengan menggunakan
metode RCM?
2. Bagaimana bentuk kurva kehandalan dari Power station PLTP Unit 4 PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang ?
3. Berapa porsentase nilai kehandalan untuk meningkatkan target produksi?

1.4 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya bahasan yang ada di PLTP PT. PGE Area Kamojang, maka
dalam pembuatan laporan Kerja Praktiki ini penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas. Pada penulisan ini penulis hanya akan membahas tentang pengaruh kehandalan power
station PLTP unit 4 dengan sub system steam turbine dan lube oil system untuk menaikan
target produksi berdasarkan data kerusakan yang ada di perusahaan dengan menggunakan
metode RCM.
1.5 Metode Pengambilan Data

1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap alat proses yang dijadikan objek permasalahan.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
langsung kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode studi literature dan studi pustaka ini penulis lakukan dengan membaca buku-buku
manual oprasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia di perusahaan. Data-data
tersebut selanjutnya di bandingkan dengan keadaan nyata yang ada di lapangan.

4. Metode Browsing Internet


Metode browsing internet ini penulis lakukan dengan mencari materi yang berkaitan dengan
objek yang diamati melalui browsing internet.

1.6 Waktu dan Tempat

Tempat : PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGI


Alamat : Jl. Raya Kamojang, Desa Laksana, Kec.Ibun, Kab.Bandung
Waktu : 7 Oktober 2019 s.d. 31 Desember 2019

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan Kerja Praktik ini, maka laporan ini terdiri dari
empat bab yang tersusun secara sistematis.

Bab I. Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,
metode penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan, sistematika laporan.

Bab II. Tinjauan Umum Perusahaan


Bab ini membahas tentang Bab ini menguraikan tinjauan umu perusahaan, yang antara lain
meliputi Sejarah singkat Perusahaan, Ruang lingkup Kegiatan Perusahaan, Struktur Organisasi
Perusahaan dan Fasilitas pabrik.

Bab III. Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Perusahaan


Disusun sesuai dengan tempat tugas di perusahaan, dan lingkup pekerjaan yang ditangani
selama Praktek Kerja Lapangan (PKL), serta masalah yang dihadapi selama PKL. Laporan
disesuaikan dengan kartu bimbingan kegiatan PKL.

Bab IV. Kesimpulan dan Saran


Bab ini memberikan gambaran tentang kesimpulan yang dapat diambil dari isi bab-bab
sebelumnya. Saran dibuat berdasarkan pengalaman, temuantemuan selama melaksanakan PKL
untuk kesempurnaan pelaksanaan PKL pada masa yang akan datang.
BAB II
DESKRIPSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1.PT. PERTAMINA (Persero)

2.1.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)

Sampai saat ini minyak bumi masih menjadi komoditas utama di


Indonesia, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi
menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan
industri petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk
kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal
ini ditujukan untuk menghindari praktik monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan
alam.

Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh


Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun
usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler
yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15
Juni 1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di
Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa
Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian
Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921.
Penemuanpenemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan
maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac,
Caltex dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran
minyak di Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan
pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas
perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan
Minyak Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT
PERMINA dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968
berdasarkan PP No. 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu
perusahaan yang bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
(PN PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada
tanggal 15 September 1971. Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT.
PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi (Persero),
yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang
mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di Indonesia.

Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina (Persero):

Tabel 0.3 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero)

1945 : Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik


Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan perusahaan
minyak nasional pertama di Indonesia.

April 1954 : PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara

(TMSU)

10 Desember 1957 : TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional

(PT PERMINA)

1 Januari 1959 : NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak

Indonesia (PT PERMINDO)

Februari 1961 : PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara


Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi sebagai
satu-satunya distributor minyak di Indonesia.

1 Juli 1961 : PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No. 198/1961)

20 Agustus 1968 : Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional

(PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968


15 September : PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA
1971 berdasarkan UU No. 8/1971

17 September : PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero) sesuai PP


No. 31/2003
2003

Selain pemenuhan kebutuhan energi di bidang migas, sebagai salah satu elemen
penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia, PT. Pertamina (Persero)
mendirikan anak perusahaan PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) yang bergerak
dalam bisnis produksi panas bumi dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) bekerja sama
dengan PT. PLN dalam hal penjualan uap dan listrik.

Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT.
Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) bekerja sama dengan PT. PLN membangun unit
bisnis produksi panas bumi dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di berbagai
wilayah di Indonesia. Saat ini PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) telah
mempunyai empat buah area kerja, yaitu:

Tabel 0.4 Kapasitas Produksi Area PT. PGE

(Sumber: Booklet Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang)

No Unit Kerja Kapasitas Terpasang (MW)

1 Area Sibayak 12

2 Area Ulubelu 110

3 Area Kamojang 235

4 Area Lahendong 80

2.1.2 Visi dan Misi, Logo, Slogan Perusahaan

1. Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero)


Visi dan misi PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut:
a) Visi

• Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.


b) Misi

• Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

2. Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero)

Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal


logo kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah
dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis
PERTAMINA. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya
dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra)
termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR
dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana
karena adanya perubahan kebijakan ataupergantian direksi. Wacana perubahan
logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA
(PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo yaitu agar
dapat membangun semangat baru, membangun perubahan corporate cultre bagi
seluruh pekerja, mendapatkan pandangan (image) yang lebih baik diantara global
oil dan gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi
perubahanperubahan yang terjadi, antara lain :

1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.

2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan dan semakin


banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir.

Slogan RENEWABLE SPIRIT yang diterjemahkan menjadi “SEMANGAT


TERBARUKAN”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan
berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait dengan persaingan yang
sedang dan akan dihadapi perusahaan.
Gambar 2.1 Logo PT PERTAMINA (Persero)

Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan


dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat
pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA
sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal
10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang /tanda pengenal PERTAMINA
masih dapat /tetap dipergunakan.

Arti Logo :

1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan


representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak
maju dan progresif

2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil


PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis dimana:

• Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab

• Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan


lingkungan

• Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam


menghadapi berbagai macam kesulitan

2.1.3 Tata Nilai Perusahaan


Nilai-nilai budaya yang diterapkan diseluruh lini kegiatan perusahaan
dan pada setiap insan PGE dalam melaksanakan dan menyelenggarakan usahanya
dirumuskan sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero), yakni tatanan nilai Six-
C(6C), yaitu:
1.Clean

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak


menoleransi suap, menjujung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

2.Competitive

Mampu berkompetensi dalam skala nasional dan intenasional, mendorong


pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.

3.Capable

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki kompetensi
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.

4.Customer focused

Beriorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan


pelayanan terbaik kepada pelanggan.

5.Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan


berdasarkan prinsi-prinsip bisnis yang sehat.

6.Confident

Berperan dalam membangun ekonomi nasional, menjadi pelopor usaha panas


bumi dan membangun kebanggaan bangsa.

2.2 PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)

2.2.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE)

PGE merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero)


dengan PT Pertamina Dana Ventura. Perusahaan ini bergerak dibidang
pemanfaatan energi panasbumi. Perusahaan mempunyai peran penting bagi
masyarakat dalam berkontribusi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
dan terbarukan khususnya di Indonesia. Pemanfaatan energi panas bumi telah
dilakukan sejak tahun 1980an.
Sejak tahun 1974 Pertamina telah melakukan kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi dengan mengidentifikasi sebanyak 70 wilayah Panas Bumi dengan
temperatur tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Wilayah tersebut tersebar di seluruh Indonesia antara lain Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi. Upaya ini menunjukkan keberhasilan
dengan diresmikannya lapangan Kamojang di daerah Jawa Barat pada tanggal 29
Januari 1983. Energi panas bumi lapangan tersebut digunakan untuk
menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 1
dengan kapasitas pembangkitan sebesar 30 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama
kali beroperasi PLTP Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi. Pada 2004,
PLTP pertama di Sulawesi dengan kapasitas 20 MW beroperasi di daerah
Lahendong.
Dengan diberlakukannya Keppres Nomor 76 Tahun 2000, maka
Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli pengelolaan energi panas bumi di
Indonesia. Oleh sebab itu, Pertamina mengembalikan 16 dari 31 Wilayah Kerja
Pengusahaan (WKP) panas bumi yang dikelolanya kepada pemerintah.
Pada tanggal 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi
PT Pertamina (Persero). Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2003, PT
Pertamina (Persero) diamanatkan untuk mengalihkan usaha panas bumi yang
selama ini dikelola untuk dialihkan kepada Anak
Perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk. Untuk itu, PT
Pertamina (Persero) membentuk PT Pertamina Geothermal Energy (Perusahaan)
sebagai anak Perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha dibidang panas
bumi. Perusahaan akhirnya didirikan berdasarkan akta Nomor 10 tanggal 12
Desember 2006 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor W7-
00089HT.01.01-TH.2007 tertanggal 3 Januari 2007.
Maksud didirikannya Perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan
usaha di bidang energi panas bumi dari sisi hulu dan/atau sisi hilir, baik di dalam
maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang
kegiatan usaha di bidang panas bumi tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip
perseroan terbatas. Kegiatan eksplorasi untuk mengetahui keberadaan energi
panasbumi di Kamojang dimulai pada tahun 1926-1928 oleh Pemerintah Belanda
dengan pemboran dangkal pada kedalaman 120 meter. Pada tahun 1971-1972
dilakukan studi kelayakan dengan kerja sama antara Geothermal Survey of
Indonesia (GSI) dan New Zealand Geothermal Project. Selanjutnya dilakukan
penyelidikan geologi, geofisika, dan geokimia sampai dengan tahun 1974, kerja
sama antara Pertamina dengan ENEX-GSI.
Melalui Keppres RI Nomor 16 tahun 1974, Pertamina diberi kuasa
melakukan pengelolaan panasbumi di Indonesia. Pemboran pertama Pertamina
bekerja sama dengan pemerintah New Zealand dilakukan pada tanggal 22
September 1974 dan sampai dengan tahun 1979, telah diselesaikan pemboran lima
buah sumur eksplorasi dan sepuluh buah sumur pengembangan.
Pada tanggal 27 November 1978, diresmikan pemakaian monoblok
250 KW oleh Menteri Pertambangan waktu itu, Prof. Dr.
Subroto. Tanggal 29 Januari 1983, Kamojang ditetapkan sebagai lapangan
produksi panasbumi pertama di Indonesia, menyusul kemudian diresmikannya
PLTP Unit I berkapasitas 30 Mwe yang dioperasikan PT PLN oleh Presiden
Republik Indonesia dan Perdana Menteri Selandia Baru. Tanggal ini ditetapkan
sebagai titik awal beroperasinya lapangan panasbumi Kamojang Uap yang
digunakan untuk memutar turbin PLTP 30 Mwe tersebut berasal dari jalur PL-401
yang pendanaannya berasal dari hibah pemerintah Selandia Baru dalam rangka
pengembangan energi panasbumi di Indonesia.
Pemboran sumur pengembangan selanjutnya diarahkan kepada upaya
untuk memenuhi kebutuhan uap total 1100 ton/jam untuk dipasok ke PLTP Unit II
dan Unit III yang masing-masing berkapasitas 55 Mwe yang dioperasikan oleh PT
Indonesia Power. Persiapan tersebut selesai pada tahun 1989 dan pada tanggal 2
Februari 1988 diresmikan pengoperasian Unit II dan Unit II oleh Presiden
Indonesia. Pada kurun waktu 1989-1996 dilakukan persiapan pemanfaatan uap
panasbumi untuk peningkatan kapasitas menjadi 200 Mwe.
Peningkatan tersebut direalisasikan dengan dibangunnya PLTP Unit IV yang
berkapasitas 60 Mwe oleh PT Pertamina Geothermal Energy dan diresmikan oleh
Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 11 Desember 2007 dan komersial pada 26
Januari 2008.
Area Kamojang yang pertama kali beroperasi pada tahun 1982 ini
memiliki kapasitas total PLTP sebesar 230 Mwe. PT Pertamina Geothermal
Energy mensuplai uap untuk PLTP Unit I, II, dan III ke PT. Indonesia Power
dengan total kapasitas terpasang 140 Mwe serta PLTP unit IV dan V milik PT
Pertamina Geothermal Energy dengan kapasitas masingmasing 60 MWe dan 30
Mwe. Jumlah pemakaian uap yang digunakan untuk membangkitkan listrik
sebesar 140 Mwe PLTP Unit I, II, III membutuhkan uap sebanyak 1100 ton/jam
atau 18,3 ton tiap 1 MWh sedangkan untuk membangkitkan listrik sebesar 60 Mwe
PLTP Unit IV membutuhkan uap sebanyak 410 ton/jam atau 6,9 ton tiap MWh.
Reservoir di Kamojang memiliki karakteristik yaitu memiliki sistem
dominasi uap dengan suhu 23ºC-2-5ºC, tekanan 30-34 bar dan jenis fluida
saturated. Kualitas uap yang dibutuhkan turbin memiliki water content kurang
dari 1% dan TDS kurang dari 8 ppm. Uap yang mengarah ke turbin mengandung
silika kurang dari 1 pp, dan NCG (non condensable gas) kurang dari 1%. Di Area
Geothermal Kamojang terdapat 4 buah pipe line II-4 (PL) uap yaitu PL 401, 402,
403, dan 404 yang dialirkan ke PLTP Unit I, II, II dan PL 405 yang dialirkan ke
PLTP Unit IV.

2.2.2 Visi, Misi dan Logo Perusahaan

1. Visi

2014 #1 Geothermal Entitiy in Indonesia


2017 Leading Geothermal Company in Indonesia

2021 Leading Geothermal Company in Asia

2035 World Class Geothermal Energy Enterprise

2. Misi

Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha geothermal secara profesional


yang berwawasan lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
Logo Perusahaan

Gambar 2.2 Logo PT Pertamina Geothermal Energy

2.2.3 Tata Nilai Perusahaan

Nilai-nilai budaya yang diterapkan diseluruh lini kegiatan perusahaan


dan pada setiap insan PGE dalam melaksanakan dan menyelenggarakan usahanya
menginduk tatanan nilai milik PT Pertamina Persero, yakni tatanan nilai Six-
C(6C), yaitu:

2.2.4 Kebijakan Perusahaan

PT. Pertamina Geothermal Energy (PT PGE) Area Kamojang


melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan energi panas bumi untuk
memasok uap dan listrik ke pelanggan. Sesuai dengan Visi, Misi, dan Kebijakan
Perusahaan PT PGE dengan mengutamakan aspek Mutu, Kesehatan &
Keselamatan Kerja dan Lingkungan serta Pengamatan secara terpadu, terintegrasi
dan berkelanjutan dalam setiap kegiatan meliputi:

1. Mematuhi dan melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan serta


persyaratan terkait yang berlaku bagi perusahaan.
2. Menjadikan Kinerja Mutu, Kesehatan, & Keselamatan Kerja dan Lingkungan
serta Pengamanan sebagai salah satu kineja penilaian dan Penghargaan
terhadap seluruh Pekerja dan Mitra Kerja.
3. Memastikan kondisi yang aman, sehat, dan mencegah serta menanggulangi
terjadinya insiden keamanan, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan (pencemaran air, udara dan tanah) dengan mengurangi
Resiko melalui identifikasi, evaluasi, pengendalian dan pemantauan terhadap
potensi bahaya dan ancaman.
4. Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas pasokan uap dan listrik dengan
menjaga kehandalan fasilitas dan serta berwawasan lingkungan sesuai
komitmen kepada pelanggan dengan memperhatikan aspek Mutu, Kesehatan
& Keselamatan Kerja dan Lingkungan serta Pengamanan.
5. Komitmen untuk melaksanakan Konservasi sumber daya, efisiensi energi,
konservasi air, pengurangan emisi, pengurangan serta pemanfaaan limbah dan
sampah, perlindungan keanekaragaman hayati, pencegahan kerugian dan
senantiasa melakukan upaya peningkatan berkelanjutan terhadap sistem
manajemen Mutu, kesehatan & keselamatan kerja dan lingkungan serta
pengamatan di setiap aspek.
6. Mengembangkan dan memelihara Budaya Mutu, Kesehatan & Keselamatan
Kerja dan Lingkungan serta Pengamanan guna melaksanakan pekerjaan secara
benar, aman dan berwawasan lingkungan dengan meningkatkan Kompetensi
dan mendorong seluruh Pekerja dan Mitra Kerja untuk melaporkan semua
potensi bahaya dan insiden.
7. Mengoptimalkan program Corporate Social Responsibillity guna menciptakan
dan memelihara hubungan yang sehat dan harmonis dengan stakeholders
(perusahaan, pelanggan, pekerja, mitra kerja, instansi pemerintah, institusi dan
terkait dan masyarakat sekitar) serta mendukung peningkatan kemandirian
ekonomi masyarakat.
8. Secara aktif mengkomunikasikan kebijakan Perusahaan kepada seluruh
stakeholders.
Kebijakan ini menjadi tanggung jawab setiap Pekerja dan Mitra Kerja yang ada
di lingkungan PT PGE Area Kamojang sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing.

2.2.5 Lokasi
Lokasi daerah panas bumi Kamojang terletak disebelah Barat laut
Garut berjarak kurang lebih 25 km dari kota Garut, berada pada ketinggian antara
1640-1750 mdpl. Letak astronomis berada pada 107°31,5’ - 107°31,5’ BT dan
7°5’5 - 7°16,5’ LS. Di sebelah timur
Kamojang terdapat gunung Gandapura, gunung Masigit dan gunung Guntur,
sedangkan di sebelah barat ada gunung Rakatak. Lokasi area panas bumi
Kamojang dapat dilihat dari peta lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar 2.3
berikut:
Gambar 2.3 Peta Lokasi Area Panas Bumi Kamojang

(Sumber: PT. Pertamina Geothermal Energy)


2.2.6 Struktur Organisasi

PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang berbentuk struktur


organisasi fungsional, artinya seorang atasan mendelegasikan wewenang pada
bawahannya berdasarkan fungsi dan pemisahan tugasnya masing-masing.
Sehingga setiap fungsi mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
masing-masing dalam mengurus keperluan tiap fungsi masing-masing. Dilihat dari
struktur organisasinya pada Gambar 2.4 organisasi dan garis kordinasi dari
Presiden Direktur PT. Pertamina Gheotermal Energi hingga ke Manager yang
menangani fungsinya masingmasing seperti manager engineering, manager service
umum, manager operation dan maintenance dan sebagainya seperti pada gambar
dibawah ini.
PRESIDENT
DIRECTOR

INTE RNAL C OMPANY


AUD ITOR S E CRETARY

HSE

DIRE CTOR
DIRE CTOR DIRE CTOR
PLAN NING &
OPER ATION FIN ANCE
DEVEL OPMENT

GENERAL MANAG ER
AREA K AMOJAN G

MANAGE R MANAGER MANAGER MANAGER


MANAGER MANAGER
GENERA L OPERATION & POWER PLANT WORKSHOP &
ENGINERING FINANCE
SERVICE S PRODUCTION OPERATION MAINTENANCE
(8 ) (5 )
(14 ) ( 18 ) ( 40 ) (7 )

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT PGE Area Kamojang

(Sumber: Overview PLTP Kamojang)

Pertamina Gheotermal Energi Area Kamojang PLTP Unit IV & Unit V juga
memiliki struktur organisasi sendiri untuk mempermudah kordinasi dan
pelaksanaan kerja di setiap unit yang ada pada power plant.

Dari struktur organisasi PLTP Kamojang pimpinan tertinggi adalah


Manager Power Plant Operation yang dibantu oleh dua asistennya yaitu di bagian
operation dan maintenance. Kerja praktik dilakukan pada Operation Supervisor
dan dibawah bimbingan seorang shift leader dan operator yang bertugas dalam
mengontrol semua kinerja setiap operasi unit.

Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada struktur organisasi Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang sebagai berikut:
Gambar 2.5 Struktur organisasi di PLTP Kamojang

(Sumber: Overview PLTP Ka)


BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

III.1 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

III.1.1 Registrasi Berkas Mahasiswa PKL

Peserta PKL melakukan registrasi untuk melengkapi berkas yang belum


lengkap. Setelah registrasi selesai peserta PKL diperintahkan untuk mengikuti kegiatan
simulasi. Kegiatan simulasi ini mengenai cara menanggulangi ancaman, hambatan, tantangan
dan gangguan (ATHG). ATHG dapat terjadi di sebuah PLTP misalnya akibat bencana alam
seperti gempa bumi. Gempa bumi akan berdampak pada terganggunya operasi PLTP tersebut.
Skenario simulasi ini adalah terjadinya gempa bumi di daerah Kamojang. Gempa bumi tersebut
mengakibakan trafo induk terbakar sehingga sistem otomatis akan membuang uap kedalam
rock muffler. Pembuangan uap tersebut akan menimbulkan suara bising sampai terdengar
kedaerah pemukiman warga sehingga warga merasa terganggu dan melakukan demontrasi
untuk mengetahui apa yang terjadi pada PLTP serta menuntut agar PLTP ditutup karena
menganggap membahayakan lingkungan.
III.1.2 Over View PLTP PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang

Peserta PKL dijelaskan cara sistem yang bekerja pada PGE area Kamojang, mulai dari
tahap awal hingga ke tahap akhir.
PLTP (Pembangkit Listrik Panas Bumi) adalah suatu sistem yang memanfaatkan energi
dari panas bumi untuk membangkitkan energi listrik. Sumber dari uap yang digunakan pada
sistem pembangkit berasal langsung dari air yang secara alami dipanaskan di dalam bumi.
Energi panas bumi berasal dari fluida di batuan reservoir yang terpanaskan oleh magma
didalam perut bumi. Fluida geothermal tersebut terperangkap dalam batuan kedap air sehingga
bertekanan dan bersuhu cukup tinggi dengan melakukan pengeboran sampai kedalaman 2000
m. Lapisan batuan ini berperan sebagai “panci” alami yang memanaskan air yang berada
diatasnya (pada reservoir). Fluida geothermal akan mengalir sendiri dari sumur menuju
permukaan melalui fasilitas pipa produksi. Berbeda dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga
Uap) yang memerlukan boiler untuk memanaskan air dan mengubahnya menjadi uap
bertekanan, pada PLTP air sudah menguap dengan sendirinya karena panas dari magma yang
merambat melalui batuan kedap air.
PT. Pertamina Geothermal Energy memiliki 14 wilayah kerja panas bumi (WKP). WKP ini
dioperasikan secara sendiri dan kotrak operasi bersama, salah satunya berada di area Kamojang
sebanyak 235 MW yang terdiri dari lima unit yaitu :
 KMJ 1 sebesar 30 MW
 KMJ 2 sebesar 55 MW
 KMJ 3 sebesar 55 MW
 KMJ 4 sebesar 60 MW
 KMJ 5 sebesar 35 MW

Dari kelima WKP tersebut unit KMJ 1 – KMJ 3 menyuplai uap ke Indonesia Power sedangkan
untuk unit KMJ 4 dan KMJ 5 digunakan untuk pengoperasian sendiri oleh PGE.
Pada area Kamojang setidaknya terdapat 86 sumur yang digunakan sebagai sumur
produksi, injeksi dan monitoring. PGE melakukan eksploitasi dengan melakukan pengeboran
ke dalam bumi ±2000m hingga menemukan reservoir air yang dipanaskan oleh magma didalam
perut bumi, lalu membuat fasilitas pipa produksi sehingga fluida geothermal panas tersebut
yang memiliki tekanan dan suhu tinggi akan secara otomatis mengalir menuju permukaan.
Setelah fluida panas geotermal tersebut melewati mulut sumur prduksi, maka uap dari
beberapa sumur produksi bergabung menjadi satu jalur pipa (pipeline) untuk selanjutnya
dialirkan ke power plant untuk dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Dalam fluida
tersebut terkandung uap air dan juga non-condesable gas, agar umur steam turbin panjang
dibutuhkan uap yang kering dan bersih. Oleh karena itu untuk memasikan kualitas uap sesuai
yang dibutuhkan dipasang scrubber sebelum masuk turbin untuk memastikan semua sisa uap
air tidak terbawa ke turbi. Dengan metode siklon uap yang bersih masuk ke atas sedangkan
yang lainnya akan kebawah.
Gambar 1

Uap dari scrubber mengalir menuju turbin dan sebagian kecil digunakan untuk gas extraction
sistem. Turbin berfungsi mengubah energi potensial uap yang terdapat pada uap panas bumi
tersebut menjadi energi kinetik. Uap masuk melalui dua pipa inlet menuju ruang turbin lalu
uap bergerak secara aksial melewati moving blade dan stationary blade sehingga menyebabkan
putaran pada rotor turbin. Fungsi dari double inlet adalah agar memiliki uap maksimal sehingga
gaya resultannya bernilai nol.
Setelah melewati turbin, uap bergerak munuju kondenser yang memilki kondisi vakum
dengan tekanan sekitar 0,14 bar untuk di kondesasikan dengan metode direct contact dengan
air dalam jumlah besar dengan menggunakan metode spray, ini menyebabkan uap berubah
menjadi fase cair. Air kondensat dengan temperatur sekitar 50̊ C dipompakan oleh dua unit hot
well pump (HWP) menuju cooling tower.
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan air panas kondensat yang dipompakan,
air tersebut di dinginkan agar dapat digunakan kembali di kondenser. Dengan adanya tambahan
uap terus menerus dari sumur produksi untuk memutar turbin yang dikondensasikan di
kondenser maka muncul tambahan air kondensat. Tambahan air ini diinjeksikan ke dalam
sumur injeksi melalui jalur pipa kondensat hal ini perlu dilakkan karena ada regulasi
membuang air kondensat ke badan air selain itu hal ini juga perlu dilakukan untuk merawat
reservoir agar tetap menjadi sistem yang sustainable.
Didalam uap panas bumi terdapat non-condesable gas yang tidak dapat
dikondensasikan di kondenser sehingga apabila gas ini terakumulasi di kondenser akan
menyebabkan vakum di kondenser memburuk. Gas extraction sistem ini berfungsi untuk
menarik ncg dan juga menciptakan vakum di kondenser. Sistem ini terdiri dari steam ejector
dan liquid vacuum pump. Non-condesable gas lalu dialirkan menuju cooling tower untuk
dilepaskan di ventstage. Turbin di couple oleh generator berkapasitas 60 MW yang berfungsi
merubah energi kinetik menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh generator sebesar
13,8 kV. Selanjutnya tegangan ini dinaikkan menggunakan trafo step up sehingga tegangannya
menjadi 150 kV yang kemudian dialrikan ke listrik Jawa-Bali milik PLN.

III.1.3 Area Sumur Produksi

Peserta PKL diarahkan serta ditunjukkan pada fasilitas pemipaan, fasilitas


instrumentasi dan kontrol serta fasilitas pengaman yang terdapat pada PGE area Kamojang.
Berikut beberapa komponen dalam fasilitas produksi khusunya daerah sekitar sumur sebelum
masuk ke dalam PLTP :

Pada rangkaian ini terdapat beberapa komponen, yaitu:


 Master Valve
Komponen ini berfungsi untuk menyalurkan atau mengisolasi fluida dari dalam sumur.
Valve ini dioperasikan pada posisi buka penuh atau tutup penuh. Pada umumnya Area
Kamojang menggunakan master valve dengan spesifikasi ASTM A216-WCC.

 Top Valve
Komponen ini berfungsi untuk pengukuran tekanan, temperatur, logging sumur. Letak dari
top valve berada paling atas, umumnya diatas tee. Wing Valve
Wing valve beerfungsi untuk menyalurkan atau mengisolasi fluida panas bumi ke sistem
pemipaan transmisi ataupun pipa uji. Pada umumnya Area Kamojang menggunakan valve
dengan spesifikasi ASTM A216-WCC.
 Side Valve
Side valve berfungsi untuk keperluan bleeding (membuang gas) agar kepala sumur tetap
panas dan mengurangi akumulasi gas-gas di kepala sumur saat master valve di tutup. Selain itu
di sisi side valve dipasang pressure gauge untuk memonitor tekanan kepala sumur. Side valve
yang dipasang berukuran 31 8 inch dengan dengan spesifikasi ASTM A216-WCC.

 Wing valve
Wing valve terletak di bawah top valve yang tersambung ke pipeline dan rock
muffler yang berfungsi menyalurkan dan mengisolasi fluida panas bumi.

 Steam trap
Bertujuan untuk membuang uap yang terkondensasi pada pipa secara otomatis.
Pembuangan uap ini bertujuan agar uap tetap kering dan menghindari water hammer
pada pipa.

 Blow Down
Blow down berfungsi untuk membuang kondensat pada pipa secara manual. Pada saat jalur pipa
sedang tidak mengalirkan uap dan heating-up, valve blow down harus dibuka dan valve steam
trap ditutup sedangkan pada saat jalur sudah mengalirkan uap valve blow down harus ditutup
dan valve steam trap dibuka. Contoh dari blow down dapat dilihat pada
 S-Bend
Berfungsi untuk menurunkan elevasi pipa dari kepala sumur dengan elbow 45˚. Komponen ini
biasanya terletak pada well head serta daerah tinggi yang akan disalurkan ke daerah rendah.

 Safety Device
Digunakan untuk mencegah tekanan berlebih pada pipa. Apabila ada tekanan yang berlebih
maka Pressure Safety Valve (PSV) akan terbuka dan mengeluarkan tekanan, apabila tekanan
masih berlebih, maka rapture disk akan pecah.

 Katup
Katup yang digukan pada PGE area Kamojang yaitu gate valve, globe valve, butterfly valve,
dan check valve.

 Silencer
Berfungsi untuk meredam suara kebisingan uap dan air bertekanan yang dikeluarkan ke
atmosfer untuk flashing. Flashing berfungsi untuk menstabilkan tekanan uap pada pipa.

 Rock Muffler

Berfungsi untuk meredam kebisingan uap bertekanan tinggi yang sengaja dibuang ke atmosfer
pada saat melakukan pembukaan awal sumur yang bertujuan membersihkan uap, dan
menstabilkan tekanan sebelum dialirkan ke jalur pipa produksi.
 Expansion/ U-Loop
Expansion/ U-Loop berfungsi untuk mengurangi pemuaian pipa (thermal expansion)
sehingga pipa tidak akan putus terlebih pada saat musim panas atau pada saat terjadi gempa
bumi. Ada dua jenis loop, yaitu vertical loop dan horizontal loop. Selain itu, vertical loop juga
berfungsi agar tidak menghalangi jalan yang dilalui pipa.

III.1.4 Area PLTP


Berikut merupakan penjelasan komponen-komponen yang ada pada PLTP PT. PGE
Area Kamojang :

 Scrubber

Bentuk dari scrubber hampir menyerupai separator dan biasanya dipasang di dekat dengan
turbin. Scrubber memiliki fungsi untuk membuang zat-zat pengotor dan kondensat (uap air dan
ncg) yang terbentuk sebelum uap memasuki turbin sehingga ketika uap memasuki turbin uap
yang masuk berupa uap bersih dan kering. Dengan adanya scrubber maka uap yang mengalir
masuk menuju turbin sudah menjadi uap kering sepenuhnya tanpa adanya kondensat/kotoran
yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja turbin.
 Turbin

Turbin adalah suatu mesin penggerak untuk mengubah energi potensial uap yang
terdapat pada uap panas bumi menjadi energi kinetik (memutar sudu turbin). Bagian turbin yang
berputar disebut rotor turbin yang berfungsi menggerakan atau memutar bebannya (generator
listrik). Rotor turbin ini terletak di dalam casing turbin. Pada PLTP Kamojang turbin yang
digunakan adalah turbin dengan kondensor (condensing unit turbine). Uap yang keluar dari
turbin langsung dialirkan menuju kondensor untuk dikondensasikan. Pada PLTP PGE Area
Kamojang menggunakan dua tipe turbin yang berbeda, untuk PLTP PGE unit empat
menggunakan tipe dual inlet double flow sedangakan untuk PLTP PGE unit lima menggunakan
single flow multistage.

Gambar 3.20 Moving Blade dan Rotor Turbin PLTP Kamojang Unit 5

 Kondensor
Fungsi dari kondensor adalah megkondensasikan uap yang keluar dari turbin yang
bertujuan menciptakan tekanan vakum (tekanan berada dibawah tekanan atmosfer) agar
enatalpi keluar turbin menjadi lebih rendah. Proses terjadinya kondisi vakum terjadi secara
termodinamik, hal ini dimungkikan karena setelah uap keluar dari turbin yang sebagian besar
masih berupa uap akan bercampur dengan air dingin di kondensor sehingga akan mencapai
kesetimbangan massa dan energi. Adanya proses spraying uap panas dengan air akan
mengakibatkan volume uap menyusut dan mengakibatkan terjadinya kondisi vakum.
Kevakuman bergantung pada kandungan NCG (Non-Condesable Gas), kebersihan kondensor,
dan temperatur kondensasi dari fluida pendingin.

 Hot Well Pump (HWP)

Hot Well Pump (HWP) merupakan suatu pompa sentrifugal vertikal yang
digunakan untuk mengalirkan air kondensat yang cukup panas sekitar 50 ̊ C dari kondensor
menuju cooling tower.

Gambar 3.21 Hot Well Pump


 Cooling Tower

Fungsi dari cooling tower adalah untuk menurunkan temperatur air kondensat yang keluar
dari kondensor sehingga nantinya dapat digunakan kembali. Air kondensat yang terlah
diturunkan temperaturnya ini sebagian akan dikembalikan/digunakan kembali ke kondensor
untuk membantu mengkondensasikan uap berikutnya dan sebagian lagi akan dialirkan kembali
ke sumur injeksi untuk dikembalikan kembali ke dalam perut bumi sehingga menjadikannya
energi yang ramah lingkungan dan energi yang terbarukan.

 Strainer
Strainer adalah alat yang digunakan untuk memisahkan antara uap yang masuk
dengan material-material padat yang mungkin ikut terbawa pada aliran uap. Strainer berfungsi
melindungi turbin agar tidak rusak akibat adanya material-material yang terbawa oleh uap.
Strainer berbentuk meshing-meshing simetris dengan ukuran tertentu.

Gambar 3.27 Strainer

 Auxiliary Cooling Water Pump (ACWP)

Auxiliary Cooling Water Pump merupakan salah satu pompa sentrifugal yang berfungsi
untuk mengalirkan air pendingin dari basin cooling tower ke inter condenser, after condenser,
LRVP dan heat exchanger kemudian akan dialirkan lagi ke kondensor.
Gambar 3.28 Auxiliary Cooling Water Pump
 Component Cooling Water Pump (CCWP)

Component Cooling Water Pump atau pompa CCWP merupakan suatu pompa yang
berfungsi untuk mengalirkan air pendingin untuk perpindahan panas bagi komponen-komponen
seperti lube oil cooler, air compressor dan generator air cooler secara sistem closed loop.

Gambar 3.29 Component Cooling Water Pump


 Heat Exchanger

Heat exchanger berfungsi untuk menukar panas antara ACW dan CCW. ACW yang
memiliki temperatur lebih rendah dibanding dengan CCW akan mendinginkan temperature
CCW. Setelah terjadi proses pertukaran kalor, ACW yang mengalami kenaikan temperatur akan
dialirkan ke cooling tower untuk didinginkan kembali. Sedangkan CCW yang mengalami
penurunan temperatur akann dialirkan kembali ke closed system. Tipe heat exchanger yang
digunakan adalah tipe plate.
Gambar 3.30 Heat Exchanger
 Generator

Gambar 3.31 Generator


Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik menjadi energi
lsitrik. Tenaga mekanik bisa berasal dari panas, air, uap, dsb. Pada PLTP teanga mekaniknya
berasal dari uap. Generator memiliki dua komponen mekanis penting yaitu rotor dan stator. Di
bagian rotor terletak magnet permanen dan di bagian stator terletak konduktor. Selama terdapat
gerak relatif antara medan magnet dengan konduktor atau sebaliknya, maka tegangan akan
diinduksikan di dalam konduktor. Oleh karena itu, agar tercipta beda tegangan di antara
konduktor pada stator, maka rotor harus selalu bergerak sehingga terjadi perubahan fluks gaya
magnet yang melewati konduktor.

III.2 Studi Kasus


III.3 Solusi

Khusus Praktik Kerja Lapangan Diploma Empat, berdasarkan penjelasan pada butir ke-
2. Solusi dari Kendala dan Permasalahan yang terjadi di lapangan harus dibandingkan
dengan referensi (peraturan perundangan/ pedoman pekerjaan) yang masih berlaku di
Indonesia.

Kendala atau permasalahan serta solusinya dapat ditunjukkan dalam bentuk foto disertai
penjelasannya, ditampilkan dalam bentuk tabel
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa terhadap pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.

IV.2 Saran
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya (pasca
PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).
DAFTAR PUSTAKA

Baker, A.A., Sosro, K., dan Suditomo, B. (1998): Pembakaran Hutan di Kalimantan, Majalah
Kehutanan, 5, 23 – 25.

Cotton, F.A. (1998): Kinetics of Gasification of Brown Coal, Journal of American Chemical
Society, 54, 38 – 43.

Hill, R. (1997): The Mathematical Theory of Plasticity, Oxford Press, Oxford, 545 – 547.

Kramer, A., Djubiantono, T., Aziz, F., Bogard, J.S., Weeks, R. A., Weinand, D.C., Hames,
W.E., Elam, J.M., Durband, A.C, dan Agus (2005): The First Hominid Fossil
Recovered from West Java, Indonesia, Journal of Human Evolution, 48, 661-667.

Kumai,H., Itihara, M., Sudijono, Shibasaki, T., Aziz, F., Yoshikawa, S., Akahane, S.,Soeradi,
T., Hayashi, T., dan Furuyama, K., (1985): Geology and Stratigraphy of the Mojokerto
Area, 55-61 dalam Watanabe, N., dan Kadar,D., Eds, Quaternary Geology of the
Hominid Fossil Bearing Formations in Java, 378 p., Geological Research and
Development Centre, Bandung-Indonesia.

Stark, H. (1998): The Dynamics of Surface Adsorption, Proceedings of the International


Congress on Current Aspects of Quantum Chemistry, London, U.K., Carbo R., Editor,
Prentice Hall, 24 – 36.

Wijaya, R. (1996): Diagnosis Penyakit Tipus dengan Metode PCR, Disertasi Program Doktor,
Institut Teknologi Bandung, 25 – 29.

Pustaka dari Situs Internet:

Dillmann, T. dan Ruβ, J. (2001): Implicit Options in Life Insurance Contracts, the case of lump
sum options in differed annuity contracts,
http://www.actuaries.org/members/en/AFIR/colloquia/Tokyo/D illman_
Ruβ.pdf,179-193, Download(diturunkan/diunduh) pada 5 September 2006.

Hardin, J. dan Rocke, D.M. (2002): The Distribution of Robust Distance,


http://www.cipic.ucdavis.edu/~dmrocke/preprints.html.,downlo
ad(diturunkan/diunduh) pada 25 Desember 2006.

Jorion, P. (1997): In Defense of VaR, http://www.gsm.uci.edu/jorion/oc/ntalib2.html,


Download (diturunkan/diunduh) pada 20 Desember 2006.

Wang, S. (2001): A Risk Measure that Goes Beyond Coherence,


http://www.stats.uwaterloo.ca/Stats_Dept/IIPR/2001- reports/IIPR-01-18.pdf.
Download (diturunkan/diunduh) pada 20 Desember 2006.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai