Anda di halaman 1dari 6

Uji Toksisitas Surfaktan Deterjen Sintetik (LAS) terhadap

Mortilitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ade, A C., Dania, M N dan Sueb


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, Kota Malang 65145

E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak. Homologus LAS dengan variasi panjang rantai karbon menunjukkan tingkat
toksisitas yang berbeda, semakin panjang rantai karbon dalam senyawa LAS maka semakin
tingki tingkat toksisitasnya (Hampel, 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat toksisitas senyawa LAS yang merupakan salah satu komponen penyusun
detergen dengan melihat persentase kematian Ikan Nila. Penelitian ini dilakukan dengan
membuat larutan Linear Alkylbenzene Sulfonates (LAS) yang terkandung dalam detergen
dengan konsentrasi 100%, 10%, 0,1% dan 0% dimana pada setiap konsentrasi diisi dengan
Ikan Nila sebanyak 3 ekor. Pengamatan dilakukan selama tiga hari dengan interval waktu 24,
48 dan 72 jam. Nilai LC50, diketahui bahwa pada perlakuan deterjen LAS, nilai LC50 24 jam
yaitu 0,0502514%, nilai LC50 48 jam yaitu 0,0000821% dan nilai LC50 72 jam yaitu -
0,0001009%.

1. Pendahuluan
Biodegradasi LAS adalah sebuah transformasi yang melibatkan mikroorganisme dengan bentuk
sulpho phenyl carboxylates (SPCs) sebagai perantara biodegradasi (Swisher, 1987). Tahapan
biodegradasi LAS adalah dengan menghilangkan molekul utama dan meniadakan aktifitas antar muka
atau tegangan permukaan (interfacial activity) serta toksisitas terhadap mikroorganisme yang berada
di lingkungan tersebut (Kimerle, 1989).
Aktifitas perubahan tegangan permukaan oleh surfaktan (LAS) saat proses biodegradasi
menyebabkan aktifitas toksik pada perairan yang sangat penting dibanding dengan aktifitas lainnya.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan atau korelasi antara aktifitas perubahan
tegangan permukaan dengan toksisitas perairan (Oya et al., 2010). Setiap komponen yang berbeda
menyebabkan derajat toksisitas yang berbeda, rantai karbon yang pendek pada bagian ekor lipid akan
menyebabkan toksisitas yang rendah dan juga sebaliknya (Environmental Risk Assessment, 2013).
Persentase pengurangan atau degradasi LAS dalam selokan yang bergantung pada biodegradasi,
absorbsi dan pengendapan terukur sebesar 68% dimana tekah dilakukan sebuah penelitian yang
memperlihatkan reduksi LAS yang signifikan dalam selokan, bergantung pada panjangnya selokan,
waktu dan aktifitas mikroorganisme dalam selokan (Matthijs et al, 1995).
Homologus LAS merupakan sebuah senyawa kimia dengan keberadaan gugus fungsional yang
sama dan dengan penyususunan jenis protein yang mirip. Homologus LAS dengan variasi panjang
rantai karbon menunjukkan tingkat toksisitas yang berbeda. Homologus LAS dengan rantai panjang
(C13 dan C14) menunjukkan persentasi letal sebesar 100 pada konsentrasi 0,1 – 0,25 mg/L, sedangkan
rantai karbon yang lebih pendek (C10, C11 dan C12) pada homologus LAS tidak menyebabkan letal
atau kematian dengan konsentrasi sampai dengan 5 mg/L (Hampel, 2002). Efek detergen yang
berbahaya dapat timbul dan mempengaruhi lingkungan perairan dan berdampak pada siklus biokimia
dan elemen biogenik (Okbah et al, 2013).

2. Metode

2.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
toksisitas berdasarkan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonates
(LAS) dalam detergen yang berpotensi untuk mempengaruhi mortalitas Ikan Nila (Oreochromis
niloticus).

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Hari Kamis tanggal 17 Oktober 2019 dengan interval waktu selama 24, 48
dan 72 jam. Lokasi penelitian ini dilakukan di Gedung O5 Ruang Ekologi lantai 1, tempat tersebut
dipilih untuk menghomogenkan kondisi lingkungan agar tidak ada faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil penelitian.

2.3 Populasi Sampel dan Teknik Sampling


Populasi sampel dari penelitian ini adalah seluruh jenis ikan yang hidup diperairan tawar, sedangkan
sampel dari penelitian ini adalah 12 Ikan Nila yang pada setiap konsentrasinya diisi dengan 3 ekor
Ikan Nila.

2.4 Cara Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan membuat larutan Linear Alkylbenzene Sulfonates (LAS) yang
terkandung dalam detergen dengan konsentrasi 100%, 10%, 0,1% dan 0% dimana pada setiap
konsentrasi diisi dengan Ikan Nila sebanyak 3 ekor. Pengambilan data dilakukan dengan menghitung
jumlah ikan yang mati pada setiap konsentrasi dengan interval waktu pengamatan yaitu 24, 48 dan 72
jam.

2.5 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai mortilitas Ikan Nila menggunakan rumus menurut
Muchlisin, dkk. (2016) yaitu SR = Nt/No x 100%, dimana SR merupakan nilai kelangsungan hidup
nila, Nt merupakan jumlah Ikan Nila yang hidup pada akhir penelitian dan No merupakan jumlah Ikan
Nila yang hidup pada awal penelitian. Selain itu dilakukan penentuan nilai LC50 dengan menggunakan
analisis probit. Kemudian hasil penghitungan dijabarkan secara deskriptif. Hasil analisis dibandingkan
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan/atau dilakukan eksplorasi melalui berbagai
macam jurnal nasional dan internasional. Analisis eksploratif yang dilakukan akan menjadi dasar dan
patokan dalam menganalisis hasil penelitian yang telah diperoleh.

Tabel 1. Tabel Hasil Penelitian Toksisitas Deterjen Sintetik LAS terhadap Mortilitas Ikan Nila
Σ Ikan Jumlah Ke
Nila matian Ikan Nila Sisa Ikan
Perlakuan Konsentrasi
Awal Nila Hidup
24 jam 48 jam 72 jam
3 100% 3 0 0 0
Deterjen 3 10% 2 1 0 0
Sintetik
3 0,10% 1 2 0 0
LAS
3 0% 1 0 1 0
Berdasarkan data hasil pengamatan (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada konsentarsi 100%, Ikan Nila
mati seluruhnya pada 24 jam; pada konsentrasi 10%, Ikan Nila mati 2 ekor pada 24 jam dan mati 1
ekor pada 48 jam; pada konsentrasi 0,1%, Ikan Nila mati 1 ekor pada 24 jam dan mati 2 ekor pada 48
jam; pada konsentrasi 0% (kontrol), Ikan Nila mati 1 ekor pada 24 jam dan mati 1 ekor pada 72 jam.

3. Hasil dan Diskusi

3.1 Konsentrasi 0% (Kontrol)

Konsentrasi 0%
1.2
1
0.8
Axis Title

0.6
0.4
0.2
0
24 jam 48 jam 72 jam
0% 1 0 1

Gambar 4. Mortilitas Ikan Nila pada Perlakuan Deterjen Konsentrasi 0%.

Berdasarkan hasil analisis data (Gambar 3), diketahui bahwa pada perlakuan deterjen LAS konsentrasi
0% pada 24 jam penelitian, Ikan Nila perlakuan mati 1 ekor, pada 48 jam tidak ditemukan Ikan Nila
yang mati, dan pada 72 jam ditemukan Ikan Nila mati 1 ekor, sehingga didapatkan pada konsentrasi
0% (control) Ikan Nila yang hidup sejumlah 1 ekor. Menurut penghitungan mortilitas diketahui bahwa
SR = 1/3x100% = 0,33%.
Hasil penelitian efek surfaktan LAS terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada pengamatan kelangsungan hidup (Gambar 3) menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsenterasi deterjen cair yang diberikan maka tingkat kematian sangat cepat dan semakin tinggi.
Prihessy (1999) menyatakan bahwa lingkungan perairan tercemar limbah deterjen dalam
konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air. Menurut Kusno (1991) bahwa dengan
konsentrasi yang rendah kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme secara tidak langsung
yaitu terakumulasinya surfaktan di dalam tubuh ikan. Deterjen mengandung bahan aktif sebagai
pembersih yaitu surfaktan (Hampel, dkk., 2004) hal ini dikarenakan hasil biodegradasi LAS
menghasilkan suatu senyawa aromatis (mengandung cincin benzen) yang sulit terdegradasi dan
bersifat toksik (Winarno, dkk., 2006).
3.2 Konsentrasi 0,1%

Konsentrasi 0,10%
2.5

Axis Title 2

1.5

0.5

0
24 jam 48 jam 72 jam
0,10% 1 2 0

Gambar 3. Mortilitas Ikan Nila pada Perlakuan Deterjen Konsentrasi 0,1%.

Berdasarkan hasil analisis data (Gambar 3), diketahui bahwa pada perlakuan deterjen LAS konsentrasi
0,1% pada 24 jam penelitian, Ikan Nila perlakuan mati 1 ekor, pada 48 jam mati 2 ekor, sehingga pada
72 jam didapatkan nilai 0. Menurut penghitungan mortilitas diketahui bahwa SR = 0/3x100% = 0%.
Hasil penelitian efek surfaktan LAS terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada pengamatan kelangsungan hidup (Gambar 3) menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsenterasi deterjen cair yang diberikan maka tingkat kematian sangat cepat dan semakin tinggi.
Deterjen mengandung bahan aktif sebagai pembersih yaitu surfaktan (Hampel, dkk., 2004) hal ini
dikarenakan hasil biodegradasi LAS menghasilkan suatu senyawa aromatis (mengandung cincin
benzen) yang sulit terdegradasi dan bersifat toksik (Winarno, dkk., 2006). Zahri (2008) menyatakan
bahwa perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku Ikan Nila yang berupa
kehilangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, mempengaruhi pertumbuhan, proses reproduksi,
biokimia serta terganggunya fungsi jaringan. Ikan Nila terlihat hypersensitif dan mengalami gangguan
adaptasi terhadap lingkungan dengan berenang ke dasar dan permukaan air tidak teratur, kadang
gerakannya tidak beraturan. Kondisi ini diduga bahwa ikan berusaha untuk mendapatkan oksigen.

3.3 Konsentrasi 10%

Konsentrasi 10%
2.5

2
Axis Title

1.5

0.5

0
24 jam 48 jam 72 jam
10% 2 1 0

Gambar 2. Mortilitas Ikan Nila pada Perlakuan Deterjen Konsentrasi 10%.

Berdasarkan hasil analisis data (Gambar 2), diketahui bahwa pada perlakuan deterjen LAS konsentrasi
10% pada 24 jam penelitian, Ikan Nila perlakuan mati 2 ekor, pada 48 jam mati 1 ekor, sehingga pada
72 jam didapatkan nilai 0. Menurut penghitungan mortilitas diketahui bahwa SR = 0/3x100% = 0%.
Hasil penelitian efek surfaktan LAS terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada pengamatan kelangsungan hidup (Gambar 2) menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsenterasi deterjen cair yang diberikan maka tingkat kematian sangat cepat dan semakin tinggi.
Deterjen mengandung bahan aktif sebagai pembersih yaitu surfaktan (Hampel, dkk., 2004) hal ini
dikarenakan hasil biodegradasi LAS menghasilkan suatu senyawa aromatis (mengandung cincin
benzen) yang sulit terdegradasi dan bersifat toksik (Winarno, dkk., 2006). Affandi dan Tang (2002)
menyatakan bahwa polutan dapat berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku
makanan, cara makan, penyerapan, pencernaan, asimilasi, ekskresi dan perubahan pada tingkat
hormonal yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan.

3.4 Konsentrasi 100%

Konsentrasi 100%
3.5
3
jumlah Kematian

2.5
2
1.5
1
0.5
0
24 jam 48 jam 72 jam
100% 3 0 0

Gambar 1. Mortilitas Ikan Nila pada Perlakuan Deterjen Konsentrasi 100%

Berdasarkan hasil analisis data (Gambar 1), diketahui bahwa pada perlakuan deterjen LAS konsentrasi
100% pada 24 jam penelitian, Ikan Nila perlakuan mati seluruhnya, sehingga pada 48 dan 72 jam
didapatkan nilai 0. Menurut penghitungan mortilitas diketahui bahwa SR = 0/3x100% = 0%.
Hasil penelitian efek surfaktan LAS terhadap kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada pengamatan kelangsungan hidup (Gambar 1) menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsenterasi deterjen cair yang diberikan maka tingkat kematian sangat cepat dan semakin tinggi.
Perlakuan dengan kadar deterjen 100% dalam waktu 24 jam semua ikan mati, hal ini sama dengan
hasil yang didapatkan dari penelitian Abduh (2011), bahwa benih Ikan Nila, ikan bawal dan ikan mas
mati 100% hanya selama masa penelitian 48 jam dengan konsentrasi derterjen cair 1000% mg/l.
Deterjen mengandung bahan aktif sebagai pembersih yaitu surfaktan (Hampel, dkk., 2004) hal
ini dikarenakan hasil biodegradasi LAS menghasilkan suatu senyawa aromatis (mengandung cincin
benzen) yang sulit terdegradasi dan bersifat toksik (Winarno, dkk., 2006). Berdasarkan kenyatan ini
didapatkan bahwa limbah deterjen merupakan toksitas yang mempunyai efek akut terhadap suatu biota
yang hidup di perairan. Menurut Abduh (2011), mengatakan bahwa suatu zat toksitas efeknya
terhadap organisme bersifat akut apabilah zat tersebut mampu mematikan dalam jangka waktu tidak
lebih dari 14 hari.

3.5 LC50
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan penghitungan Nilai LC50, diketahui bahwa pada
perlakuan deterjen LAS, nilai LC50 24 jam yaitu 0,0502514%, nilai LC50 48 jam yaitu 0,0000821%
dan nilai LC50 72 jam yaitu -0,0001009%. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi LC50
menunjukkan konsentrasi deterjen LAS 0,05% dapat mematikan Ikan Nila sebanyak 50% dalam
waktu 24 jam, konsentrasi deterjen LAS 0,00008% dapat mematikan Ikan Nila sebanyak 50% dalam
waktu 48 jam. hal ini terjadi karena tercemaranya air dengan deterjen. Kematian ikan dapat
disebabkan karena umur yang tua, air yang tercemar, stress, parasit, predator, dan alga beracun. Nedi
et al,.(2006) menambahkan bahwa kematian ikan akibat deterjen disebabkan karena rusaknya dinding
sel darah putih yang akan menurunkan daya tahan ikan terhadap racun sehingga ikan yang keracunan
akan cepat mengalami mati. Suatu zat toksitas efeknya terhadap organisme bersifat akut apabilah zat
tersebut mampu mematikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 14 hari (Abduh, 2011).

4. Kesimpulan
Deterjen mengandung bahan aktif sebagai pembersih yaitu surfaktan, hal ini dikarenakan hasil
biodegradasi LAS menghasilkan suatu senyawa aromatis (mengandung cincin benzen) yang sulit
terdegradasi dan bersifat toksik. Semakin tinggi konsenterasi deterjen cair yang diberikan maka
tingkat kematian sangat cepat dan semakin tinggi. Dibuktikan dengan adanya perlakuan dengan kadar
deterjen 100% dalam waktu 24 jam semua ikan mati. Suatu zat toksitas efeknya terhadap organisme
bersifat akut apabilah zat tersebut mampu mematikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 14 hari.

5. Referensi
Abdul, M. 2011. Uji Toksistas deterjen Terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bawal air
Tawar. Skripsi. Pontianak: Universitas Muhammadiyah pontianak.
Affandi, R., & U. M. Tang, 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru, Riau: Unri Press.
Environmental Risk Assessment. 2013. Linear Alkylbenzene Sulphonate CAS No. 68411-30-
3. Belgium : HERA
Hampel, M & Blasco, J. 2002. Toxicity of Linear Alkylbenzene Sulfonate and One Long-Chain
Degradation Intermediate, Sulfophenyl Carboxylic Acid on Early Life-Stages of Seabream
(Sparus Aurata). Regular Article of Ecotoxicology and Environmental Safety, Volume 51
Nomor 1 : halaman 53 – 59.
Hampel. 2004. Sublethal Effects of Linear Alkylbenzene Sulphonate on Larvae of the Seabream
(Sparusaurata): Histological Approach. Journal of Histology and Histopathology, 19:1061-
1073.
Kimerle, R A & Swisher, R, D. 1977. Reduction of aquatic toxicity of LAS by iodegradation. Water
Res. 11: 31.
Kusno. 1991. Pencegahan Pencemaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Matthijs, E., G, Debaere., N, Itrich., P, Masscheleyn., A, Rottiers & M, Stalmans. 1995. TW Federle,
The Fate of Detergent Surfactants in Sewer Systems, Wat. Sci. Tech. 31: 321-328.
Nedi, S., Thamrin., H. Marnis. 2006. Toksisitas Deterjen terhadap benih kakap putih (later calcarifer,
Bloch). Jurnal Perikanan. 33(2) : 75 – 81.
Okbah, M A., Ibrahim, A M A & Gamal, M N M. 2013. Environmental monitoring of linear
alkylbenzene sulfonates and physicochemical characteristics of seawater in El-Mex Bay
(Alexandria, Egypt). Article of Environ Monit Assess, Volume 185 Nomor 4: halaman 3103 –
3115.
Oya, M & N, Hisano. 2010. Decreases in Surface Activities and Aquatic Toxicities of Linear
Alkylbenzene Sulfonate and Alcohol Ethoxylates During Biodegradation. J. Oleo Sci. 59 : 31-
39.
Prihessy. Y. 1999. Penurunan Kadar Deterjen limbah Laundry dengan Cara Adsorpsi menggunakan
Karbon Aktif. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan.
Swisher, R D.1987. Surfactant biodegradation, 2nd Edition. New York : Marcell Dekker.
Winarno. 2006. Distribusi Surfaktan dan Fenol di Perairan Teluk Jakarta. Indo. J. Chem 6(3): 251 –
255.
Zahri, A. 2008. Pengaruh LAS Terhadap Mortalitas dan Kerusakan Struktural Jaringan Insang pada
Ikan Nila. Jurnal Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai