Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH MAULID NABI

Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi

tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam

Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad),

padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham

mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat

dalam mengikuti setiap ajaran beliau.

Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang

PERTAMA KALI mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun

atau disebut juga Fatimiyyun di Mesir yang berhaluan Syiah Islamiliyah

(Rafidhah). Mereka berkuasa di Mesir pada 362-567 Hijriyah atau sekitar

abad keempat hingga keenam Hijriyah. (silsilah keturunannya disandarkan

pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.

Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun

memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari

‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan

dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa,

perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab,

1
perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan

Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup

Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir,

perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz

(Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas

(3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril

Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al

Hawliyah, hal. 145-146)

Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul

Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan

maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu

‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah

(keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.

Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril

Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal.

84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali

adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)

2
Fatimiyyun yang Sebenarnya

Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.

Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik

untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak

demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar

kesesatan mereka.

Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang

beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan

mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun

dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman

Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan

lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja

(penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara

yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam

menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi

pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah

sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat

pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan

3
daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan

maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih

utama daripada Daulah Fatimiyyun.”

Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia

yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa,

35/127)

Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?

Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki

nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak

ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.

Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah

diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap

mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki

silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar

ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu

mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al

Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang

yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az

4
Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan

kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui

bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan

mereka sampai pada Fatimah.”

Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari

klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul

A’yan, 3/117-118)

Perhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang

dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan

lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan

Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad

(Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini

pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang

diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya

mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak

bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah

Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)

‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam

kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau
5
menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama

mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di

antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada

sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki kenabian. Sungguh Bani

Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani.

Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar

mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid

Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnya Fadho-ihul

Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah,

142-143)

KEDUA, perayaan maulid di kalangan Ahlussunah wal jamaah (Aswaja)

pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di

wilayah Irak. Beliau hidup pada 549-630 H. Diceritakan saat perayaan maulid

diadakan, Mudzaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan

seluruh rakyatnya. Mereka menjamu mereka dengan hidangan makanan,

memberikan hadiah, bersedekah kepada fakir miskin, dan lainnya.

Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:

6
Pertama: Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.

Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan

dari imam madzhab.

Kedua: Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar

abad tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al

Ayubi pada tahun 546 H.

Ketiga: Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai

aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah

orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah

dan Rasul-Nya.

Keempat: Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun

yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan

dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada

tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur.

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫وممن تووشببهو بمقومومم فوههوو مممنههمم‬

7
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari

mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269]

mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/868-sejarah-kelam-maulid-nabi-2.html

Anda mungkin juga menyukai