Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam
Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad),
padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan
dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa,
perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab,
1
perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan
Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir,
perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz
(Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas
(3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril
Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan
maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal.
84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali
2
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik
kesesatan mereka.
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja
yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam
pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah
sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat
pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan
3
daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan
maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa,
35/127)
nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap
silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar
ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu
Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang
4
Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan
kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui
bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan
lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan
Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad
(Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini
pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang
diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya
mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak
bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau
5
menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama
mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di
antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid
142-143)
pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di
wilayah Irak. Beliau hidup pada 549-630 H. Diceritakan saat perayaan maulid
diadakan, Mudzaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan
6
Pertama: Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan
Kedua: Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah
orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah
dan Rasul-Nya.
yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan
dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada
tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur.
7
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari
mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269]