Laporan Pendahuluan Ansietas
Laporan Pendahuluan Ansietas
ANSIETAS
Disusun oleh :
1501460029
D4 KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2018
1. Definisi
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan
respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan
adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapi.
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatis yang menandakan suatu kegiatan berlebih dari susunan autonomic
(Kaplan dan Saddock, 2005). Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan/anxiety dan kegelisahan/restlessness merupakan salah satu masalah
yang banyak mendapat perhatian dan penelitian para sufi maupun para ahli psikologi.
Cemas dan gelisah adalah bentuk ketakutan diri terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.
Perasaan cemas biasanya muncul manakala seseorang berada dalam suatu keadaan yang
ia duga akan merugikan dan mengancam diri, jabatan karier atau usaha bisnis nya, di
mana ia merasa tidak berdaya menghadapinya. Sebenarnya apa yang dicemaskan itu
belum tentu terjadi. Rasa cemas itu pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun
sendiri yang kemudian melahirkan prilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa
mengambang, tidur seperti di awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar.
Ansietas berbeda dengan takut. Takut adalah penilaian intelektual dari stimulus
yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan sumber
dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya dapat
menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons
emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan
berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif seperti terlihat pada gambar :
Respon adaptif ———————————————————— Respon Maladaptif
___________________________________________________________________
antisipasi ringan sedang berat panik
Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang respon
ansietas yaitu :
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada.
Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan
pertumbuhan dan ktreativitas.
b. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatau yang lebih terarah.
c. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan. Ansietas berat
sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatau yang terinci spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
d. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan. Berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Karena panik melibatkan
disorganisasi keperibadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat bahkan kematian.
3. Etiologi
4. Faktor Predisposisi
5. Faktor Presipitasi
6. Patofisiologi
Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf
otonom atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih
besar tingkatannya dari orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia otak seperti
Serotonin dan GABA (gamaaminobutyricacid) berperan dalam perkembangan cemas.
Amygdala sebagai pusat komunikasi antara bagian otak yang memproses input sensori
dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan
informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan
cemas atau takut) . Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut,
memori, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
Locus Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan
mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga menyebabkan
seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD {Post traumatic sindrom
disorder}). Hippocampus bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan
berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori Striatum, berperan dalam
kontrol motorik yang terlibat dalam OCD (Obsessive Compulsive).
7. Manifestasi Klinik
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan
terbagi dalam beberapa fase, yaitu :
Fase 1
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan
diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh
merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan
nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan
menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari
kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan
mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985).
Fase 2
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot,
gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol
emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat
bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi
tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi
kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya
gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat
pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia
berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa
berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-
gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya
dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam
tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase
tiga ini dapat terlihat gejala seperti. intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan
kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir,
gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian
(Asdie, 1988).
8. Gangguan-Gangguan Kecemasan
Fobia, panik, gangguan kecemasan menyeluruh, Stress pasca trauma dan gangguan
obsesif-kompulsif merupakan gangguan yang berpusat pada kecemasan. Pada kali ini
akan dibahas mengenai gangguan kecemasan. Gangguan-gangguan kecemasan itu
meliputi:
1. Gangguan Fobia.
Ketakutan terhadap suatu benda atau kejadian atau situasi tertentu yang sedemikian
besarnya sehingga orang akan selalu berusaha menghindarkan diri. Fobia
spesifik ialah rasa takut yang tidak rasional terhadap suatu objek (objek fobia) atau
situasi misalnya serangga atau hewan, ruang kecil, air, elevator atau terbang. Objek
atau situasi tersebut menyebabkan individu mengalami ansietas yang ekstrem atau
menimbulkan respon panik. Ada beberapa kategori fobia spesifik :
Fobia lingkungan alam : rasa takut terhadap badai, air, ketinggian, atau fenomena
alam lain.
Fobia injeksi: darah, jarum suntik.
Fobia situsional : rasa takut berada dalam situasi tertentu.
Fobia hewan : rasa takut terhadap hewan atau serangga. Rasa takut ini sering
muncul pada masa kanak-kanak dan dapat terus berlanjut sampai dewasa.
Fobia social : rasa takut yang terus menerus dan tidak rasional dalam berbicara di
depan public atau acara-acara social lain.
2. Gangguan Agorafobia
Agorafobia yaitu ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Orang-orang
dengan agoraphobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penuh sesak,
berjalan di jalan ramai, menyebrangi jembatan, naik bus/kereta api, makan dirumah
makan, atau keluar dari rumah.
Gejala gangguan panic dengan Agorafobia
Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15 samapi
30 menit disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu ada gejala-
gejala berikut :
Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa serangan panic atau
perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap tempat atau situasi yang
diyakini tidak mungkin melarikan diri darinya. Menghindari tempat atau situasi
tersebut, distress yang ekstrem. Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic
Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika berada diluar
rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal, berada bersama orang
lain dilingkungan luar rumah. Menghindari situasi tersebut atau menoleransi
hanya ketika merasa stress dan takut. Individu menyadari bahwa responnya
ekstrem.
3. Ganguan Panik.
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens dan meningkat yang
berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional
yang besar juga ketidak nyamanan fisiologis.
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panic yang berulang dan tidak
terduga. Serangan-serangan panic melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai
dengan simtom-simtom fisik seperti jantung berdebar-debar; nafas cepat, nafas
tersengal, atau kesulitan bernafas, berkeringat banyak dan rasa lemas serta pusing
tujuh keliling (glas, 2000).
Gejala gangguan panik. Serangan panik berulang adalah episode intermiten tingkat
ansietas atau rasa takut paling tinggi yang berlangsung 15 sampai 30 menit, disertai
empat atau lebih gejala berikut :
Frekuensi jantung cepat, jantung berdegup keras, atau frekuensi jantung sangat
meningkat.
Berkeringat.
Gemetar, menggigil.
Merasa tidak mampu bernafas.
Merasa tersedak.
Nyeri dada.
Mual atau distress gastrointestinal.
Pening pusing atau merasa ingin pingsan.
Merasa segala sesuatu tidak nyata atau merasa terpisah dari diri sendiri
(depersonalisasi).
Khawatir menjadi gila atau kehilangan kendali.
4. Gangguan Kecemasan Menyeluruh.
Gangguan ini memiliki kriteria diagnosis, diantaranya yaitu:
Kecemasan yang menyeluruh dan menetap, yang ditandai oleh:
ketegangan motorik
hiperaktif syaraf otonomik
rasa khawatir berlebihan tentang hal yang akan datang
kewaspadaan yang berlebihan
Suasana perasaan cemas berlangsung selama paling sedikit satu bulan.
Tidak disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa lainnya.
5. Stress Pasca Trauma.
Gangguan mental ini ditandai dengan kecemasan yang akut dan berulang setelah
pengalaman yang traumatic, yaitu kejadian yang mengancam keselamatan jiwa.
Misalnya pemerkosaan, bencana alam, kecelakaan dan lain-lain. Reaksi penderita
traumatik adalah berupa ketakutan yang hebat,mudah terkejut, tidak berdaya, cemas,
depresi, mati rasa, dan lain-lain. Kejadian-kejadian yang menyebabkan individu
mengingat pada hal yang traumatic adalah:
Ingat kembali dalam bentuk bayangan.
Sering bermimpi buruk tentang hal yang traumatik.
Merasakan seolah-olah kejadian berlangsung kembali.
Timbul reaksi fisiologis ketika dihadapkan pada hal yan mengingatkan kejadian
traumatik.
Distress ketika dihadapkan pada hal yang mengingatkan traumatic.
Akibatnya individu akan berusaha untuk menghindari hal yang berhubungan
dengan trauma serta menunjukkan gejala yang tak mampu berespons atau
menghadapi masalahnya. Gejala yang dilakukan individu biasanya:
Berusaha menghindari pikiran, percakapan, dan perasaan yang mengingatkan.
Menghindari aktivitas, tempat, dan orang yang mengingatkan.
Tidak mampu mengingat hal penting dari kejadian.
Menurunnya aktivitas secara mencolok.
Merasa tersisih dari orang lain.
6. Gangguan stress akut
Gangguan stress akut sama dengan gangguan stress pasca trauma, yakni individu
mengalami suatu situasi traumatic, tetapi respon yang muncul bersifat lebih disosiatif.
Individu merasa bahwa peristiwa tersebut tidak nyata, berpikir bahwa ia tidak nyata,
dan melupakan bebrapa aspek peristiwa tersebut melalui amnesia, keterpishan
emosional dan ketidak sadarn yang membingungkan terhadap lingkungan (DSM-IV-
TR, 2000).
7. Gangguan Obsesif-kompulsif.
Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak kedalam pikiran.
Obsesif merupakan pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang
sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Sementara
istilah kompulsif menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan
untuk melakukan sesuatu. Dan pikiran obsesif sering membawa dampak munculnya
tindakan kompulsi. Kompulsi ialah tingkah laku yang repetitive atau tindakan mental
repetitive yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang
harus dilakukan. Persamaan antara obsesi dan kompulsi adalah sebagai berikut:
Suatu pikiran atau dorongan kuat mendesak kedalam alam bawah sadar secara
terus menerus.
Timbul perasaan takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan
pikiran atau dorongan itu.
Dirasakan sebagai hal yang asing, tidak disukai, tidak dapat diterima, dan tidak
dapat ditekan.
Penderita tetap sadar, tetap mengenal wajar dan tidak wajar rasional dan tidak
rasional walaupun obsesi atau kompulsi sangat hebat.
Pada gangguan jenis obsesif-kompulsif ini individu yang mengalaminya akan
berusaha menghilangkan kecemasannya dengan merangkai pemikiran dan
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. Penderita menyadari bahwa pikiran dan
perbuatannya tersebut tidak dapat diterima nalar dan logika yang sehat, tidak pada
tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak dapat
menghilangkannya dan tidak mengerti mengapa mempunyai dorongan yang
begitu kuat untuk berfikir dan berbuat demikian, apabila tidak melakukannya
maka akan mengalami atau timbul kecemasan yang hebat.
9. Sumber Dan Mekanisme Koping
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).
Terapi obat untuk kelainan ansietas : Antiansietas (ansiolitik, tranquilizer minor,
sedatif, hipnotik, antokonvulsans)
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
e. Terapi psikoreligius
Bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan kepada ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori
konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang
berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan
ansietas: konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak
berdaya, yang ada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
Terjadinya ansietas berhubungan erat dengan hal masalah anak (30%), hubungan antar
manusia (27%), persoalan suami/istri dalam perkawinan (23%) dan masalah dalam
pekerjaan (21%). (Mujaddid, 2001:706)
Kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata
sebagai predisposisi ansietas.
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu serta pengobatan sebelumnya tidak
berhasil.
Masalah Keperawatan:
1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
V. Psikososial
a. Konsep diri:
Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
Identitas: gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada seseorang
yang bekerja dengan sressor yang berat.
Peran: menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
Ideal diri: berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus
eksternal dari keyakinan kontrol.
Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional
terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Masalah Keperawatan : 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
b. Hubungan Sosial:
Orang yang berarti: keluarga
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial
c. Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
5. Afek: labil
10. Tingkat kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan
orang (ansietas berat)
11. Memori: pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
Nutrisi
Tidur
5. Klien dapat menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
VIII. Mekanisme Koping: adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik).
Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiaran kelompok
atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
Diagnosa Medik:
1. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih hal
yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu
istirahat dengan tenang (inability to relax)
Ketegangan Motorik:
Hiperaktivitas Otonomik:
2. Jantung berdebar-debar
4. Mulut kering
Terapi Medik:
2. Chlordiazepoxide 6. Clorazepate
3. Lorazepam 7. Alprazolam
4. Clobazam 8. Razepam
TUK 4
1. gali cara klien mengurangi ansietas di masa lalu
2. tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari
respons koping yang digunakan
3. dorong klien untuk menggunakan respons koping
adaptif yang dimilikinya
4. bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup
memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang baru
5. latih klien dengan menggunakan ansietas sedang
6. beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
Klien dapat menggunakan 7. libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumb
mekanisme koping yang dan dukungan sosial dalam membantu klien mengguna
adaptif koping adaptif yang baru
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta
Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-
dengan-ansietas.html#ixzz2Z6K0IAyk