Anda di halaman 1dari 5

TELAAH JURNAL:

ETIKA MELAYANI PASIEN MUSLIM PADA STADIUM TERMINAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK TUTORIAL N

Nur Atikah Luthfiyyah (192010101052)

Girindra Syifa F (192010101018)

Claudya Seline Diana Putri (192010101098)

Faradila Arsy (192010101056)

Ditya Pramudyaning Tias (192010101021)

Tiara Rahma Putritama (192010101143)

Dewi Rofiqoh Fillah Rohmania (192010101135)

Hafidh Restu Pranika (192010101053)

Setiari Hudan Amili (192010101149)

Diaz Erlangga Andisyah Putro (192010101142)

Muhammad Izzudin Amin (192010101037)

PEMBIMBING:

Dr. Kristianningrum Dian Sofiana, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
A. Abstrak
Semua orang pasti akan mati. Bagi muslim, mati dalam keadaan Islam adalah tujuan
terpenting akhir hidup karena hal itu diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran.
Sakaratul maut merupakan saat kritis peralihan dari kehidupan ke kematian. Saat tersebut
sangat penting bagi pasien muslim dan keluarganya. Bila pada saat terakhir kehidupan,
seseorang mengucapkan kalimat tauhid ‘Laailahailallah’ maka terbuka peluang masuk surga.
Mengucapkan kalimat tauhid saat sakaratul maut bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu
dibimbing dan dituntun oleh keluarga pasien stadium terminal, suatu upaya yang disebut
talkin. Rumah Sakit sebagai penyedia layanan kesehatan paripurna, perlu memberikan
fasilitas dan kemudahan kepada pasien stadium terminal dan keluarganya untuk melakukan
talkin sesuai kepercayaannya tersebut. Adanya perhatian pihak rumah sakit terhadap hal itu
akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien.

B. Latar Belakang

Kematian adalah sesuatu yang pasti dialami oleh semua manusia. Jalan menuju kematian
yang dimiliki oleh tiap orang berbeda-beda tergantung pada takdirnya. Banyak pasien muslim
pada stadium terminal yang bahkan saat menuju kematiannya tidak ada yang membimbing
mereka untuk mengucapkan kalimat tauhid karena tidak ada yang memfasilitasi atau memang
tidak memiliki keluarga dan kerabat. Oleh karena itu, penulis membuat telaah mengenai
jurnal yang sudah mengulas tentang ‘Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal’.
Agar dapat menegaskan apa yang seharusnya dilakukan pada saat melayani pasien muslim
stadium terminal.

C. Pembahasan

Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal

Hasil Diskusi:

Hal yang paling menjadi beban bagi tenaga kesehatan adalah salah satunya bad
breaking news. Pasien terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian sehingga yang dapat dilakukan hanyalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas
hidupnya saja. Kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan
distress psikobiologis.Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga tentang
tindakan penenangan bagi pasien sakit terminal. Tempat perawatan yang tepat untuk pasien
terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang
memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi
tentang pilihan ini kepada keluarga dan pasien. keterlibatan anggota keluarga dan teman
dekat dapat mencegah kesepian. Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar
dari sekedar meminta rohaniawan.

Dalam hal kerohanian ini sendiri, dilaksanakan menurut adama dan kepercayaan
masing masing seperti yang sudah disebutkan dalam KODEKI Pasal 15. Sebagai sebuah
pelayanan kesehatan etika yang harus kita miliki adalah dengan memberi dukungan
psikologis sangat dibutuhkan sehingga perlu adanya kebebasan pada pasien untuk
berkomunikasi dengan keluarga atau orang-orang terdekatnya selama tidak mangganggu
kesehatan dari pasien sendiri. Tenaga medis juga lebih mengarahkan pasien untuk lebih
mendekatkan diri pada Alla SWT dan memfasilitasi keluarga dan pasien untuk melakukan hal
tersebut. Dari pihak rumah sakit sendiri harus menyiapkan sarana untuk bidang kerohanian
ini sehingga misalkan seorang pasien yang sedang berada dalam keadaan tidak seorang
keluargapun yang boleh berada disampingnya, dari tenaga kesehatan sendiri bisa
membimbing pasien untuk mengucapkan kalimat-kalimat tauhid sebelum meninggal dunia.
Kegiatan diatas dinamakan talkin yaitu prosedur menuntun kematian umat islam sehingga
diharapkan ia akan dapat meninggal dalam keadaan khusnul khotimah sehingga penting bagi
tenaga kesehatan untuk mengetahui kapan taklin harus dilaksanakan.

Menurut Jurnal:

Sepanjang kehidupan manusia di dunia, ada 3 titik penting yang sangat bermakna
yaitu kelahiran, pernikahan dan kematian. Yang kedua, tidak semua orang mengalaminya,
namun yang pertama dan ketiga semua orang pasti mengalaminya. QS 03. Ali Imran 185.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati . …” QS 21. Al-Anbiya 35.“Tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” QS 29.
Al-Ankabut 57. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami
kamu akan dikembalikan.“ Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Sumpah Dokter,4
keyakinan pasien harus dihormati, ditaati dan difasilitasi. Ini salah satu hak pasien, yang pada
saat-saat kritis, pasien dan keluarganya tentu memiliki intens berkomunikasi dengan Tuhan.
Pada umumnya rumah sakit sudah menyediakan fasilitas untuk kebutuhan ibadah, misalnya
mushola atau masjid, dan ulama, yang tahu dan mampu melayani jiwa pasien. Rumah sakit
membagi ruang rawat inap sesuai fasilitas ruangnya. Pasien di ruang Very Important Pasien
(VIP) boleh ditunggu keluarga di dalam ruang selama 24 jam sehari, dan boleh menerima
kunjungan setiap waktu. Bila pasien mengalami perburukan keadaan yang dinilai masih
reversibel, maka perlu dipindah ke ruang rawat intensif (Intensive Care Unit - ICU) yang
peraturannya lebih ketat. Selain itu sebagai ruangan tempat merawat pasien dengan penyakit
kritis, membutuhkan suasana yang lapang, sehingga jika terjadi kegawatan maka kelapangan
ruang dapat memadai bagi staf medis untuk melakukan pertolongan.

Kesempatan terakhir menjelang kematian, masih ada satu peluang emas yang bisa
menjamin seseorang bisa diterima Allah di surga. “Tuntunlah orang yang hendak meninggal
dunia di antara kalian supaya mengucapkan kalimat La ilaha illalah“ (HR Muslim). Kalimat
laa ilaaha illalahu (kalimat tauhid) adalah kunci kebahagiaan abadi bagi seseorang yang
sedang mengalami sakaratul maut. Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Tidaklah ucapan itu,
kecuali pasti masuk surga“ (HR. Al-Bukhari). Pasien dalam keadaan sakaratul maut perlu
dituntun untuk mengucapkan kalimat tauhid, yang disebut talkin.5 Talkin adalah
proses/upaya mengingatkan kepada seeorang yang sedang menghadapi sakaratul maut, untuk
mengucapkan laa ilaaha illallah (cukup satu kali) menjelang dicabutnya nyawa.
Temuantemuan neuroscience telah membuktikan bahwa pasien yang sudah berada di stadium
terminal, bahkan pasien yang sudah hilang kesadarannya dapat dirangsang melalui stimulus
suara dari luar. Salah satu anggota keluarga membisikkan kalimat tauhid ke telinga pasien
secara berulang, sampai terdengar pasien mengucapkannya. Waktu yang dibutuhkan sangat
bervariasi, beberapa menit sampai mungkin lebih dari satu jam. Kalau sudah diucapkan,
maka tugas keluarga sudah selesai, dan berdoa untuk mengiringi kematian saudaranya.

UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 ayat (l) menyatakan bahwa
setiap pasien mempunyai hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis dikatakan bahwa
pasien mempunyai hak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. .Sesuai dengan UU No 44 tahun
2009 pasal 29, menjadi kewajiban rumah sakit untuk memberi informasi kepada keluarga
pasien bila keadaan pasien sudah masuk ke stadium terminal dan memberi kesempatan dan
mengatur ruang untuk pelayanan akhir hidup.

D. Kesimpulan
Bahwa saat pasien ada pada stadium terminal kenyamanan bagi pasien menjelang ajal
termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis adalah hal yang paling utama yang
harus dilakukan. Pemberitahuan tentang keadaan pasien pada keluarga pasien atas
persetujuan pasien juga diperlukan agar keluarga dapat menghabiskan waktu bersama dan
membimbing pasien untuk terus beribadah pada Allah SWT serta membimbingnya untuk
melakukan talkin.. Seharusnya pasien diberikan kelonggaran untuk menemui keluarga dan
kerabatnya. Ketika pasien sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat maka pihak rumah
sakitlah yang harus memfasilitasi pelaksanaan talkin pada pasien muslim stadium terminal
ini. Penting juga untuk saling koordinasi antara keluarga dan tenaga medis agar tahu kapan
talkin harus dilaksanakan.

E. Daftar Pustaka

Digdowirogo, H. S., D. B. Setyanto, dan P. Prawiroharjo. 2019. Etika melayani pasien


muslim pada stadium terminal. 3(1):33–37.

Anda mungkin juga menyukai