Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Anak

Perempuan Dibalik Jendela


Pagi yang cerah, burung-burung berkicau dengan riangnya di atas pohon yang
tumbuh di pekarangan sebuah rumah. Terdengar suara anak-anak bermain di
pekarangan itu “Ayo tendang bolanya lebih keras” pinta Ramdan kepada Fernia.
“Mana mungkin aku bisa menendang bola lebih keras lagi, aku kan perempuan”
balas Fernia. “Argh.. tidak enak ya punya adik perempuan, tidak bisa diajak main
bola” kata Ramdan jengkel. Fernia tersindir dengan perkataan kakaknya itu “Ya
sudah kalau begitu, kakak main aja sendiri”. “Ya udah deh tendang bolanya sekuat
kamu aja! gitu aja marah, kamu kan tau kalau kakak belum punya teman di sini”
kata Ramdan sambil tersenyum supaya adiknya mau menemaninya bermain bola.

Ramdan, Fernia dan orangtuanya baru saja pindah rumah kemarin siang. Mereka
pindah rumah karena Ayahnya dipindah tugaskan sebagai seorang polisi.

Kali ini Fernia menendang bola sangat keras. Bola itu melambung tinggi sampai
Ramdan Tidak bisa menangkapnya. “Wah bolanya masuk ke pekarangan rumah
sebelah Fer” Ramdan menunjuk ke pekarangan rumah sebelah. “Cepat kamu ambil
bolanya Fer! nanti hilang”. “Loh kok aku yang disuruh ambil, kan kakak yang
menyuruh tendang lebih keras” Fernia kesal melihat kelakuan kakaknya itu. “Kan
kamu yang nendang, jadi kamu yang ambil” kata Ramdan sambil melotot.

Fernia terpaksa pergi ke pekarangan milik tetangga mereka. Pagar yang pendek itu
dengan mudah dilompatinya.
Sampai di pekarangan itu Fernia mulai mencari bola milik kakaknya. Dia mencari
ke semua sudut pekarangan itu tetapi tidak ditemukannya bola itu.

“Huh kemana ya bola itu? kok enggak ada” keluh Fernia. “Apa masuk ke dalam
rumah itu ya?” pikir Fernia. Fernia menatap rumah itu dan berjalan menuju kesana.
Akan tetapi sebelum sampai ke rumah itu, Fernia melihat ada seorang perempuan
berambut panjang memakai gaun bewarna putih melihat ke arahnya dari balik
jendela. Fernia kaget dan langsung berteriak “Aarghh… Hantu!”.

Ramdan yang mendengar teriakan adiknya langsung berlari mencarinya.


Ditemukannya Fernia dalam keadaan menangis ketakutan. Ramdan yang bingung
bertanya kepada adiknya “Ada apa Fer?”. “Ada hantu kak” kata Fernia sambil
menahan tangisnya. “Ha, mana hantunya?” tanya Ramdan penasaran. Fernia
menunjuk ke salah satu jendela di lantai satu. Ramdan melihat ke arah jendela
tersebut tetapi tidak ada apa-apa disitu. “Mana? Enggak ada hantunya” kata
Ramdan kecewa. “Tapi tadi ada cewek pakai gaun warna putih kak” jelas Fernia.
“ah kamu itu, terlalu banyak nonton TV jadinya penakut” bentak Ramdan. Lalu
Ramdan mengajak adiknya untuk pulang.

Malam harinya hujan turun dengan lebatnya. Ramdan menggerutu di dalam


kamarnya “Huh gara-gara Fernia bola kesayanganku jadi hilang”. Ramdan yang
kesal akhirnya tertidur.

Diaarrr… suara petir terdengar sangat keras. Ramdan terbangun dari tidurnya. Dia
melihat jam dinding yang ada pada kamarnya. Masih jam 3 pagi ternyata. “Aduh
kok dingin banget ya?” kata Ramdan pelan. Ternyata Ramdan lupa untuk menutup
jendela kamarnya. Ramdan pun bangun dari tempat tidurnya untuk menutup
jendela. Ketika hendak menutup jendela Ramdan melihat ke arah luar. Kebetulan
sekali, jendela kamar Ramdan menghadap langsung ke arah rumah tetangganya
yang kata Fernia berhantu.

Diaarrr… tiba-tiba suara petir terdengar lagi. Cahaya petir tersebut menerangai
gelapnya malam untuk beberapa detik. Dalam beberapa detik itulah Ramdan
melihat seorang perempuan berambut panjang memakai gaun putih sedang melihat
ke arahnya dari sisi jendela yang berhadapan langsung dengan jendela kamar
Ramdan yang berada di lantai dua. Ramdan terkejut dengan apa yang dilihatnya,
dia tidak bisa bergerak dalam beberapa saat.

Akhirnya Ramdan tersadar, dia langsung menutup jendela kamarnya dan berlari ke
arah tempat tidurnya. Di atas tempat tidurnya Ramdan sangat ketakutan dia tidak
bisa berhenti gemetar. Dia masih terbayang-bayang dengan kejadian yang barusan
dia alami.

Keesokan paginya, saat sarapan Ramdan menceritakan semua kejadian yang telah
dialaminya kepada orangtuanya. Akan tetapi orangtua Ramdan tidak percaya
dengan apa yang dikatan oleh anaknya itu. “Ah mungkin kamu hanya mimpi Dan”
kata Ayah. “Tidak Yah, Ramdan tidak sedang bermimpi, Fernia juga melihatnya
kemarin siang.” balas Ramdan dengan kesal. “Iya Yah, Fernia melihat juga” sahut
Fernia. Ayah hanya tertawa mendengar cerita anak-anaknya tersebut. “Sudah-
sudah ayo cepat dihabiskan sarapannya nanti telat loh pergi ke sekolahnya, ini kan
hari pertama kalian di sekolah yang baru” kata Mama yang mulai capek
mendengar cerita anak-anaknya. “Iya Ma” jawab Ramdan dan Fernia.

Pukul satu siang Ramdan pulang sekolah. Setelah sampai rumah Ramdan melihat
Mamanya sedang berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut
melihat ke arah Ramdan. “Wah ini Ramdan ya?” tanya perempuan tersebut. “Iya
itu Ramdan anak pertama saya” jawab Mama Ramdan. “Ramdan ayo beri salam
sama tante Heni” pinta Mama kepada Ramdan. Ramdan memberi salam kepada
tante Heni.

“Tante Heni ini yang punya rumah di samping kita, dia jarang pulang ke rumahnya
karena pekerjaannya sebagai desainer baju yang mengharuskan dia untuk sering
keluar kota” kata Mama menjelaskan. “Ramdan… Mama kamu tadi cerita kalau
Ramdan melihat hantu di rumah tante ya?” tanya tante Heni sambil tersenyum.
“Iya tante, rumah tante angker ya?” jawab Ramdan. Tante Heni dan Mama tertawa.
Ramdan bingung melihat Mama dan tante heni tertawa “kok pada ketawa?”.
“Begini Ramdan kamu salah sangka, yang kamu lihat itu bukan hantu tapi manekin
milik tante yang tante taruh di dekat jendela di lantai dua. Tante punya banyak
manekin untuk dijadikan model gaun yang tante buat di manekin itu juga tante
kasih rambut palsu supaya kelihatan seperti manusia asli” jelas tante Heni. Ramdan
malu ketika mendengar penjelasan dari tante Heni “oh jadi itu cuma manekin ya
tante”. “Makannya jadi cowok jangan penakut” kata Mama. “Iya Ma… Ramdan
ganti baju dulu ya Ma” sahut Ramdan sambil menaiki tangga menuju kamarnya.

Tak lama setelah itu tante Heni pamit kepada Mama dia mau pergi keluar kota lagi
karena ada pekerjaan. Di dalam mobil tante Heni baru merasa ada yang aneh “Kok
aneh ya padahal aku meletakkan manekin cuma di lantai dua, tapi kenapa Fernia
juga melihat seorang perempuan memakai gaun putih yang berambut panjang di
lantai satu?”.

Anda mungkin juga menyukai