Anda di halaman 1dari 2

seorang gadis remaja dengan balutan cardigan berwarna peach itu sedang duduk di kursi penumpang

sebuah mobil. Menopang dagu dengan tangan kirinya, menatap kosong dedaunan dan jalanan basah
menandakan tempat itu telah dilewati oleh hujan.

Sedangkan lelaki dewasa disampingnya tampak serius mengemudikan mobilnya sesekali menatap gadis
disampingnya dengan tatapan sendu. Lelaki itu adalah Adam ayah gadis itu.

“Fania, sebentar lagi kita akan sampai dirumah baru kita sayang” tidak ada sahutan dari gadis
disampingnya lelaki dewasa itu melanjutkan dengan lirih “ayah harap kita bisa hidup bahagia disana.”

“iya ayah” sahut fania tanpa menoleh.

Adam terhenyak mendengar fania akhirnya brbicara setelah terdiam dalam waktu yan lama lalu
tersenyum lega.

Semenjak kejadian yang menimpa keluarganya satu bulan yang lalu tentu membuat Adam sangat sedih.

Kejadian dimana membuat kebahagiaannya dan sang buah hati seolah terenggut selamanya. Adam
berusaha menerima dan berdiri kokoh menopang anaknya keluar dari keterpurukan.

Namun kejadian itu masih terus membayangi hidup bahkan mimpi sang anak, membuat Fania terus
terdiam enggan merespon orang-orang didekatnya dan menutup dari dunia luar.

Hingga salah seorang teman menyarankan untuk menempati lingkungan dan suasana baru agar Fania
dapat melupakan kejadian kelam itu.

Setelah perjalanan Panjang mobil yang mereka tumpangi sampai di rumah baru mereka yang terletak di
desa Carmel di Monterey county, California, Amerika Serikat. Carmel terkenal dengan pemandangan
alam dan sejarah artistiknya yang kaya. Disana juga terdapat pantai yang sangat indah yang juga menjadi
daya Tarik dari desa tersebut.

Adam keluar dari mobil dan berjalan ke bagasi mengeluarkan semua barang mereka. Sedangkan Fania
masih di mobil sambil memandangi rumah didepannya.

Rumah bergaya eropa berlantai dua tampak sederhana dengan halaman luas dan indah. Saat keluar dari
mobil fania disambut udara sejuk membuatnya memejamkan mata menikmati suasana yang
menenangkan.

Fania pun juga Lelah terus seperti ini dan membuat ayahnya bersedih, namun apalah daya bayang-
bayang mengerikan itu masih terus menghantui dalam mimpinya setiap hari.

Seandainya ia bisa, fania ingin merubah mimpinya sendiri menjadi mimpi yang indah, mimpi yang
didalamnya terdapat keluarganya yang bahagia seperti dulu. menghalau bayang-bayang mengerikan itu

saat memasuki rumah itu, terlihatlah kardus-kardus berisi barang dari rumah lamanya yang diangkut
sebelum mereka datang.

“Fania, pilihlah kamar dilantai dua dan rapikan barang-baranngmu disana, ayah akan merapikan
lainnya.” ucap Adam sambil mengelus puncak kepala fania dengan sayang.
Fania menatap lama ayahnya yang sedang mengeluarkan barang kardus satu persatu. Lalu bekata “fania
akan membantu ayah setelah merapikan kamar.” Lalu berjalan menaiki tangga tanpa menoleh.

Meskipun begitu Adam tersenyum , ia sangat senang karena itu adalah kemajuan besar bagi anaknya
berinisiatif membantunya.

Disisi lain Fania berada di kamar yang tidak terlalu besar ataupun kecil. Fania berencana menempati
kamar itu karena terasa nyaman disana.

lalu perhatiannya teralihkan pada balkon yang menghadap ke hutan. Ia membuka pintu balkon itu dan
terlihatlah pemandangan hutan yang dilihatnya saat perajalanan tadi.

Hutan yang lebat dan sejuk namun tampak misterius. Ayahnya berkata dibelakang hutan itu terdapat
pantai indah namun di desa itu melarang warganya melewati hutan saat ke pantai. Dan harus
mengambil jalan memutar karena berbahaya.

Tidak tahu bahaya apa namun itulah aturan di desa itu, membuat warganya enggan bahkan ada juga
yang mengaitkannya dengan hal-hal mistis.

Namun entah kenapa Fania malah penasaran dengan hutan itu. Setelah sekian lama di balkon Fania
berballik dan mulai merapikan kamarnya.

…..

Malam harinya Fania merebahkan diri di kasur kamarnya setelah membantu ayahnya. Ia tampak
kelelahan.

Tok tok tok

Pintu terbuka tampaklah Adam yang berjalan mendekati Fania. Ia mendudukan diri disebelah Fania lalu
mengusap puncak kepala Fania. “apa kau menyukai kamarmu nak?”

“iya ayah aku merasa….. nyaman disisni.” Sahut Fania dengan lirih.

Adam tersenyum lega ”ayah senang mendengarnya” ucap Adam dengan tangan yang masih mengelus
sayang puncak kepala Fania

“sayang mandilah dan segera turun, ayah akan menyiapkan makan malam untuk kita” setelah mengecup
kening Fania Adam berjalan keluar menuju dapur.

…..

fania berada di tempat gelap ia mengamati sekeliling dengan was-was “tidak jangan mimpi ini lagi”
tiba-tiba lampu menyala menerangi ruangan tepat didepannya namun dibatasi dinding transparan, itu
adalah ruang tamu rumah lamanya dilantai sesosok perempuan penuh dengan genangan darah
terbaring tak berdaya namun masih bernafas. “IBUU” perempuan itu adalah Madelin ibunya. Air mata
Fania mulai berlinang, ia berusaha memberontak memecahkan dinding transparan itu. “ IBUUU ibu
tunggu aku akan menyelamatakanmu” fania mondar-mandir berusaha mencari sesuatu untuk
memecahkan dinding itu namun tak kunjung mendapatinya. Tiba-tiba ruangan didepannya berubah
kabur. Sebelum menghilang ia mendengar lirihan ibunya “selamatkan adikmu.” “TIDAAK IBUU JANGAN
PERGIII AKU JUGA AKAN MENYELAMATKAN

Anda mungkin juga menyukai