Anda di halaman 1dari 6

Petuah Anak Rantauan

“Sudah kubilang kau dirumah saja don, kau itu perempuan. Dan saya tak mungkin tak jadi ke johor,
hidup saya disana sudah saya susun” ucap Among abang sulung mereka dengan sedikit berbisik.

“Terus mengapa kalau aku perempuan? Apakah aku tidak boleh mengejar cita-citaku? Kau tak
pernah mengerti perasaanku bang, dari kecil aku sudah menjaga abah dan mak, Dona ingin seperti
teman teman Dona yang lain yang hidup sukses di rantauan!” jawab Dona dengan rasa kesal.

Perdebatan dua saudara itu terdengar hingga ke bilik abah dan mak. Among yang selalu bersikeras
agar adik perempuan nya tidak pergi mencari kerja di rantauan, dan Dona yang dengan keras kepala
ingin mencari kerja di rantauan. Sejak kecil dona memang selalu berangan-angan untuk menjadi
wanita carrier di kota. Namun apa daya, dia tak sanggup meninggalkan abah dan mak di kampung.
Melihat abah dan mak yang sudah mengeriput, rasa nya teriris hati Dona untuk tega meninggalkan
mereka tinggal berdua.

Among bekerja sebagai karyawan harian di perusahaan Johor, Malaysia. Ia merantau sejak tamat
SMA, kuliah disana dan memulai hidup berlimang harta yang selalu ia bangga banggakan ke mak dan
abah. Sejak merantau Among selalu membagi penghasilan nya untuk keluarga. Hanya saja,
keberhasilan itu tak membuat Dona merasa cukup. Dona tak ingin kalah,ia juga ingin merasakan
merantau hingga berhasil seperti abang nya, membuktikan bahwa perempuan juga berhak mengejar
mimpi.

Di sebalik bilik,Abah yang baru saja selesai menunaikan sholat subuh mendengar perdebatan kedua
anaknya, lantas keluar dari kamar.

“Pergilah dona, kau jangan khawatirkan abah dan mak, kejarlah kalau benar itu angan mu” sahut
abah tiba tiba.

“Tak bah! Dona tak boleh tinggalkan mak dan abah! Kalau terjadi sesuatu dengan mak dan abah,
siapa yang akan ada dengan mak abah? lagipun anak perempuan itu garis hidup nya dirumah,bukan
kah begitu bah?” jawab Among dengan nada tingginya.

Abah berjalan ke arah kami sembari membenarkan sarung,dan duduk di hadapan kami.Abah
mengepal kedua tangan diatas perutnya yang membulat besar.

“Kau tak boleh egois kepada adik kau Among, kau hanya punya adik, dan adik hanya punya kau,
ajaran melayu tak pernah mengajarkan wanita berakhlak tanpa berilmu, dan berilmu tanpa
berakhlak,percuma ilmu mu tinggi jika kau masih mengatakan kodrat wanita seperti itu, sama saja
kau mengatakan ibumu” ucap Abah dengan tegas.

Mereka terdiam membisu. Among menyandarkan seluruh tubuhnya ke kursi,dan menghela nafas
panjang. lelaki muda itu tetap terdiam walaupun hatinya kesal tak terima.

“Kau kemas lah barang-barang segera, aku akan mengantarkan kau ke terminal sore ini,kita
berangkat ke ibukota, temui rekan ku, dia seorang manager salah satu perusahaan disana” perintah
Among tanpa menatap Dona yang masih menunduk kan kepalanya, karena mendengar abah sedang
berbicara tadi. Begitulah adat melayu di ajar.

Among berlalu begitu saja,meninggalkan Dona dan abah yang saling terdiam .

“Maafkan Dona bah, Dona janji akan menjaga diri dan jadi orang sukses, Dona akan buat mak dan
abah bangga, nanti jika Dona sudah punya banyak uang, dona akan bawa mak dan abah jalan jalan”
rintih Dona.

“Cukup ingat saja tunjuk ajar yang kami ajarkan untuk kau, percayalah itu akan menopang jalan
mu,jika sudah sukses nanti, pulanglah nak. Mak dan abah selalu menunggu” ucap abah sembari
mengelus kepala Dona.

Lepas berpamitan dengan mak dan abah, dona diantar menuju terminal bersama Among. Sepanjang
jalan Among hanya terdiam seribu kata, ia tak berkutik apapun. Mungkin rasa kesalnya kepada Dona
tadi pagi masih terasa. Dan Dona tidak menghiraukan itu, ia tidak peduli dengan sikap Among.

Sampai di terminal, Dona menurunkan semua barangnya untuk dipindahkan ke dalam bis. ia
menyempatkan diri untuk menghampiri abang nya yang sedang menikmati sebatang rokok di salah
satu kedai kopi.

“Heii among! Bis ku sudah mau berangkat, kau masih saja disitu !” gerutu Dona “Kau pergi saja! Aku
tak peduli.” sahut Among

Dona yang semakin kesal dengan jawaban abang nya lantas pergi begitu saja dan menaiki bis
keberangkatan.

Hamparan sawah mulai berganti dengan bangunan bangunan tinggi kota. Cuaca pun tak sesejuk
cuaca di kampung. Dona melepas pakaian hangat nya karena hawa panas kota mulai terasa.Tak
lama, bis berhenti di terminal tujuan, Dona mulai mengemas barang bawaan nya.Wajah Dona sangat
terlihat antusias ketika melihat orang orang kota yang selalu sibuk dengan kegiatan, berlalu lalang
dengan setelan yang rapi,rambut bergelombang,dan riasan yang menawan.

duh semoga saja aku bisa seperti itu. batin dona dari balik jendela bis.

Dona membaca secarik kertas yang dititipkan oleh abah sebelum pergi, kertas itu berisi alamat
kontrakan yang disarankan abah untuknya.Tempat Dona akan tinggal sementara waktu.Dona
melihat kearah seluruh sisi kota, dia teringat kembali kalimat Among kemarin pagi. “anak
perempuan itu garis hidupnya dirumah”

Kalimat itu membuat kening dona mengerut,dan garis bibirnya menciut.Perkataan Among membuat
tekad Dona semakin meng api-api.

“lihat saja aku akan buktikan,perempuan juga bisa bekerja dan berkreasi” batin Dona. Tak lama,Dona
tiba di kontrakan yang abah maksud.Halaman nya asri dengan atap yang

meruncing seperti tanduk kerbau.Dona tahu pasti pemiliknya pasti daerah tetangga.
Dona memasuki panggung kontrakan dan bertemu dengan pemilik kontrakan.Wanita paruh baya itu
berasal dari Sumatera Barat, ia akrab disapa Uni fela . Uni fela menyambut hangat kedatangan dona.
“Ondeh,rancak nyo,samo jo mandeh nyo..” sapa uni Fela dengan bahasa minang nya yang kental.
Dona hanya tersipu malu karena tak mengerti maksud Uni Fela.Ia ingat,mak pernah bilang. “Orang
minang itu pandai merayu” Wanita paruh baya itu terlihat

senang dengan Dona. Konon katanya, ia selalu menginginkan mempunyai menantu suku melayu.
Begitu Uni Fela menggoda Dona .merasa nyaman dengan rayuan yang ditebar Uni fela, membuat
nya memutuskan untuk mengontrak disana walaupun harga kontrakan uni fela sedikit lebih legit.

Dona menjatuhkan seluruh tubuhnya ke ranjang,mengadah ke langit -langit atap yang penuh dengan
jaring laba-laba. Dia memutar pikiran nya, darimana akan memulai kisah perantauan ini, tak
berbekal apapun, tak kuliah, hanya seorang gadis kampung yang bermimpi tinggi menjadi wanita
cantik nan molek yang bekerja didepan komputer, dan menjinjing tas belanja setiap pulang kantor.
Dona berhalusinasi hingga tertidur pulas.

Dikampung

Among dan mak Sedang membersihkan Halaman. Malam ini mak akan membuat tradisi

tepung tawar.

ini adalah salah satu tradisi suku melayu untuk mengungkapkan rasa syukur karena suatu
pencapaian atau keberhasilan. Seperti keberhasilan Among, ini seperti menjadi adat istiadat, dimana
para orangtua akan berbangga ketika anak nya pulang dari rantauan membawa keberhasilan, ini juga
bertujuan memotivasi penduduk kampung. Abah juga berpesan, acara ini juga kita khusus kan untuk
dona yang baru saja menyusul jejak abang nya, semoga ia mendapat pekerjaan yang baik dan
berkah.

Acaranya sederhana, hanya makan makan dan ritual tepung tawar yang biasanya dipimpin oleh
orangtua dan diperuntuk kan pada yang mencapai keberhasilan.

“Kabari adik kau mong,dan tanya kabar nya” perintah ayah pada Among.

Begitu mendengar kalimat “adik” Among spontan memasang wajah masam, ia berdecak. Walaupun
tak ia lihatkan ekspresi kesal itu kepada abah, namun ia yakin decakan nya didengar oleh abah.
Dengan rasa malas, Among meraih ponselnya.

“Halo dona? Kau dimana?”

“Tumben kau menelpon ku, kukira kau sudah lupa dengan ku” “Iya rencana nya begitu, ini hanya
karena disuruh abah saja”

“Aku di kontrakan ku, dekat dengan stasiun, pemiliknya orang sumatera barat namanya Uni fela,
kalau kau ingin kesini, kau tanya saja kontrakan Uni fela, pasti semua orang tau” “Baguslah kalau
begitu. Bagaimana kau sudah menemui manager yang kubilang?”
“Belum bang, badan ku terasa lelah sangat” “Hemm tak pe lah.. Kabari saja aku”

“ta..”

titttt

Telepon diputus Among tiba-tiba. Dona menggerutu kesal. Dua saudara ini memang tak pernah
berdamai.

Esok pagi nya..

Dona membuka mata pelan,ia melihat ke arah jam dinding.angka di jam dinding membuatnya
tersentak.dia spontan melompat dari ranjang nya.

“Astagaa.. Aku terlambat!”

Dona buru buru mandi dan mempersiapkan diri, Dona membuka blog-blog untuk mencari fashion
yang trendy, gaya rambut,dan riasan yang menarik.Tentu saja penampilan adalah hal yang
diperhatikan saat melamar pekerjaan.

Setelah bersiap Dona mengunci kontrakan dan memesan taxi, tujuan nya agar riasan nya tak rusak
diterpa angin. Biasa, selain heboh sendiri, perempuan juga terkadang menyusahkan.

Tak henti memperhatikan riasan nya,Dona tak sadar ia sudah tiba di kantor tujuan, Dona keluar dan
mengadah ke gedung yang menjulang tinggi. Ia membayangkan setiap paginya bekerja di kantor
yang megah ini. Dona menepis debu di rok nya agar bersih dan rapi, menyapu rambutnya yang
sedari tadi tak karuan,dan melangkahkan kaki dengan mantap.

Dona memasuki wilayah kantor.Ia kembali melihat karyawan karyawan dengan setelan nya yang
selalu rapi.Kantor ini dipenuhi perempuan, apalagi bergerak di bidang fashion wajar saja, secara
bidang itu lebih diguliti perempuan dengan alami pada umumnya.

Akhirnya Dona dipersilahkan masuk kedalam ruangan manager. Terlihat seorang lelaki dengan
setelan jas yang berbeda dengan lain nya. Menandakan dia setingkat atas dari yang lain nya.

“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Anisya Dona Kumala, usia saya 18 tahun, saya baru saja
tamat SMA tahun lalu, asal saya dari Meranti, pak”

Dona memperkenalkan dirinya pada salah satu manager perusahaan yang dimaksud Among. “Wow!
Anda terlihat bersemangat ya! Kalau saya boleh tau apa kegiatan kamu sebelumnya?” tanya
manager.

“Saya membantu mak dan abah saya pak, berkebun dan memasak”

jawab Dona dengan tetap tegas,walaupun sebenarnya ia tau ini adalah pertanyaan yang paling ia
takutkan,karena Dona tidak mempunyai pengalaman kerja apapun.

“Hemm.. lantas apa yang membuat kamu yakin melamar disini? Disini itu karyawan nya saja rata
rata D3 (diploma 3) loh, dan mereka pun rata rata sudah punya pengalaman kerja yang bagus,
sedangkan kamu, baru tamat sekolah menengah atas. apa yang membuat saya yakin untuk
mengangkat kamu sebagai karyawan?”

tanya nya sedikit ketus.

Dona terdiam sejenak, hatinya menciut. Mental nya terombang-ambing. Kalimat manager itu
membuat dona sadar, ternyata dia seminim itu untuk menggapai cita citanya yang tinggi, dia saja
tidak kuliah. Dia sadar ternyata dia masih terlalu awam untuk memasuki dunia pekerjaan. Dona
menghela nafas, dia tetap tersenyum walau hatinya terasa sangat menciut. Dengan kepercayan diri
dan ridho orangtua dona menjawab.

“Saya adalah seseorang yang rajin, tekun, telaten, dan jujur dalam sebuah pekerjaan. itu terbukti
dengan hasil panen kebun orangtua saya yang dapat menghasilkan lebih banyak apabila saya yang
turut serta berkebun, saya juga orang yang selalu ingin belajar dan mengenal hal baru dengan cepat,
saya yakin apabila saya diterima di perusahaan bapak, saya bisa belajar dan memahami dengan
cepat, walupun saya tidak mempunyai dasar kuliah dan pengalaman kerja” jawab dona mantap.

Hati nya beregup kencang. Ia pasrahkan semua pada tuhan, jika ia memang tidak diterima di
perusahaan ini, itu artinya dia harus belajar dan mencari pengalam kerja yang lain dulu .

manager tersenyum tipis,ia mengepalkan tangannya dan meletakkan nya diatas meja ,manager itu
menatap dona dengan serius.

“ Baik,saya akan kontrak kamu selama 3 bulan,dan apabila pencapaian kamu berhasil saya akan
angkat kamu menjadi karyawan tetap”

Dona tercengang,dia mengadahkan tangan nya sebagai rasa syukur kepada tuhan.

“Terima kasih banyak ya pak. Senang bisa bekerja dengan perusahaan bapak, semoga bapak sehat
selalu. jadi kapan saya bisa bekerja pak?”

jawab Dona terharu. “Besok” ucapnya.

Dona beranjak dari kursi nya dan bersalaman dengan pak manager yang masih telihat sumringah,
mungkin ini pertama kalinya ia melihat pelamar yang se antusias dan se semangat Dona.

Walaupun hanya sebagai karyawan kontrak, Dona tetap bersyukur karena pencapaian nya yang
mungkin belum tentu orang seusianya bisa mencapainya. Dona meraih ponsel di tas nya untuk
segera mengabari Among dan abah.

“Assalamualaikum abah.”

Suara Dona terdengar nyaring di telephone.

“Waalaikumsalam anak ku..” jawab abah dengan suara nya khas.

“Dona diterima kerja abah..di perusahaan brefana,perusahaan bidang fashion” ucap Dona antusias.
“Wah..hebat nya anak abah..selamat ya nak,semoga pekerjaan mu berkah” jawab abah
mengapresiasi.

Tiga bulan kemudian..

Ini adalah hari terakhir dona bekerja sebagai karyawan tetap, sejak berangkat kerja dona mulai
cemas tak karuan, karena jika tidak diangkat sebagai karyawan tetap,artinya ia harus kembali ke
rencana awalnya.

huhh..apapun yang terjadi saat ini itu adalah rencana tuhan yang terbaik

batin dona saat memasuki ruangan manager.

selama tiga bulan dona bekerja sebaik mungkin, ia berusaha menetapkan semua ajaran yang
dinasehatkan abah, jujur,sopan santun, berbudaya,dan tekun. Nasehat inilah yang mengantarkan
dona hingga saat ini. itulah mengapa abah berkata “jika ingin berhasil selain berilmu kita juga harus
berakhlak”. Itulah yang selalu diterapkan mak dan abah kepada kedua anaknya. karena kesuksesan
bukan hanya berasal dari seberapa tingginya pendidikan seseorang, tapi kesuksesan juga berasal dari
orang yang tekun berbudi pekerti dan selalu berusaha.

“ Dona, setelah saya memperhatikan kinerja kamu selama masa kontrak ini,dengan tidak ada
pengalaman kerja,usia yang masih muda, lulusan sma..”

manager berhenti berbicara. Jantung dona semakin berdegup kencang, keringat dingin bercucuran
di sela-sela pipinya, namun ia tetap tersenyum menghadapinya.

“ saya kagum sama kamu..kinerja kamu sangat baik. Dan selamat saya akan mengangkat kamu
menjadi karyawan tetap,di bagian pemasaran.”

lanjut manager dengan mantap.

Dona terharu tidak bisa berkata-kata, ia hanya terdiam sambil terus menutup mulutnya dengan
kedua telapak tangan nya.

saat keluar dari ruangan ,seluruh karyawan bergantian menyalami dona. Mereka semua tampak
mengapresiasi dona dengan pencapaian nya.dona benar-benar bersyukur,menjadi karyawan adalah
sebuah pencapaian yang baik untuk nya.

mencari ilmu memang wajib hukumnya tapi berakhlak adalah pondasinya.

-tamat.

Anda mungkin juga menyukai