Narkoba di Jakarta
Oleh:
Fakultas Hukum
Universitas Pancasila
DKI Jakarta
May 2019
DAFTAR ISI
Analisis ......................................................................................................16
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Peningkatan Jumlah Narkoba di Jakarta Selatan”
untuk mata kuliah Sosiologi Hukum.
Tidak tertinggal juga ucapan terima kasih untuk anggota kelompok kami
yang sudah bekerja sama dengan baik, dan saling membantu. Kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah, Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, kami menerima kritik
dana saran yang sifatnya membangun dan membantu makalah ini agar mendekati
kesempurnaan.
III
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa anggota upper class menjadi sasaran empuk bagi pengedar
narkoba?
2. Apa bentuk partisipasi pemerintah dalam mencegah dan menghentikan
penggunaan narkoba?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa/i mengetahui mengapa anggota upper class menjadi
sasaran empuk bagi pengedar narkoba
2. Agar mahasiswa/i mengetahui apa bentuk partisipasi pemerintah dalam
mencegah dan menghentikan penggunaan narkoba
2
BAB II
A. Stratifikasi Sosial
Pitirim A. Sorokin 1 pernah mengatakan bahwa sistem lapisan
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
teratur. Barangsiapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah
yang sangat banyak dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan
atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang
berhatga dalam pandangan masyarkat mempunyai kedudukan yang rendah
Dalam stratifikasi sosial terdapat dua tipe sistem stratifikasi sosial,
yaitu: 1) dapat terjadi dengan sendirinya, dan 2) sengaja disusun untuk
mengejar tujuan bersama. Sistem stratifikasi sosial juga memiliki sifat yang
berbeda, yaitu: 1) masyarakat yang bersifat tertutup (closed social
stratification), 2) masyarakat yang bersifat terbuka (open social
stratification), dan 3) masyarakat yang bersifat campuran.
Social class atau kelas sosial memiliki beberapa definisi, karena
istilah kelas sendiri memiliki tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class system, yang
memiliki arti semua orang dan keluarga yang sadar akan keududkan mereka
itu diketahu dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian,
pengertian kelas paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan
apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya.
Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang
berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu lapisan yang berdasarkan
atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group).
Pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan harus
diadakan.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dan
dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas bagi semua
1
Pitirim A. Sorokin, Social and Cultural Mobility, (Collier-Macmillan Limited, London: The Free
Press of Glencoe, 1959), hlm. 11.
3
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub
kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan
kecakapannya. Max Weber juga masih menyebutkan adanya golongan yang
mendapatkan kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan stand.
Joseph Schumpeter mengatakan bahwa kelas-kelas dalam
masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata.
B. Social Class berdasarkan Ukuran Kekayaan
Sebagaimana disebutkan dalam 2.1, terdapat kelas sosial yang
berdasarkan ukuran kekayaan (materiil). Secara garis besar pelapisan kelas
sosial ini terbagi tiga, yaitu:
1. Upper class (kelas atas)
2. Middle class (kelas menengah)
3. Lower class (kelas bawah)
Sifat pelapisan sosial ini bersifat terbuka. Dimana semua orang
memiliki kesempatan untuk melakukan mobilitas sosial (social mobility)
secara horizontal, naik maupun turun.
Upper class dalam masyarakat modern adalah kelas sosial yang
tersusun atas anggota-anggota masyarakat yang memiliki status sosial
tertinggi, biasanya adalah anggota-anggota masyarakat terkaya dalam
masyarakat dan memegang kekuasaan politik yang besar. Menurut
pandangan ini, upper class biasanya dibedakan oleh kekayaan berlimpah
yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Middle class adalah anggota-anggota masyarakat adalah anggota-
anggota masyarakat yang berada di tengah-tengah hierarki sosial. Dalam
Marxisme, lapisan kelas ini merupakan yang salah satu yang
diidentifikasikan sebagai kelas pekerja (working class), akan tetapi dalam
kelas menegah ini ada pula yang tidak termasuk kelas pekerja (masih
tergolong sebagai borjuis) dan karenanya ada pembagian dalam middle
class yaitu middle-upper dan middle-lower.
Lower class adalah kelas yang paling identik dikenal sebagai kelas
pekerja, dan dipaggil juga proletar. Kelas bawah adalah anggota-anggota
4
masyarakat yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang bergaji rendah dan
hidup dalam ketidakstabilan ekonomi.
C. Narkoba
Narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah,
sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran,
halusinasi, serta daya rangsang. Sementara menurut UU Narkotika pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat buatan atau pun yang
berasal dari tanaman yang memberikan efek halusinasi, menurunnya
kesadaran, serta menyebabkan kecanduan
Ada beberapa ahli yang memberikan definisi narkoba antara lain :
1. Smith Kline dan French Clinical
Pengertian narkoba menurut para ahli yang tergabung di perusahan
farmasi Smith Kline dan French Clinical di Amerika Serikat. Narkoba
adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau
pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja dengan mempengaruhi
susunan saraf sentral.
2. Ghoodse
Menurut Ghoodse, pengertian narkoba adalah zat kimia yang
dibutuhkan untuk merawat kesehatan, saat zat tersebut masuk kedalam
organ tubuh maka akan terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam
tubuh. Lalu dilanjutkan lagi dengan ketergantungan secara fisik dan
psikis pada tubuh, sehingga jika zat tersebut dihentikan
pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis.
3. Wresniwiro
Menurut Wresniwiro, pengertian narkoba adalah zat atau obat yang bisa
menyebabkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut
bekerja dengan mempengaruhi saraf pusat manusia.
5
1. Golongan I: narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk menyebabkan ketergantungan. Misalnya
adalah heroin/putaw, kokain, ganja, dan lain- lain.
2. Golongan II: narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terkakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan bertujuan
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mangakibatkan ketergantungan. Misalnya adalah morfin, petidin,
turunan/garam narkotika dalam golongan tersebut dan lain-lain.
3. Golongan III: narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Misalnya adalah kodein, garam- garam narkotika
dalam golongan tersebut dan lain- lain. Berdasarkan cara pembuatannya,
narkotika dibedakan menjadi 3 jenis yaitu narkotika alami, narkotika
semisintesis dan narkotika sintesis, yaitu:
1) Narkotika Alami : Narkotika alami adalah narkotika yang zata
adiktifnya diambil dari tumbuh- tumbuhan (alam), seperti :
a) Ganja
Ganja adalah tanaman yang daunnya menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus dengan
jumlah jari yang selalu ganjil (5,7, dan 9). Biasa tumbuh di
daerah tropis. Di Indonesia tanaman ini banyak tumbuh di
beberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Pulau Jawa, dan lain –lain. Cara penyalahgunaannya
adalah dengan dikeringkan dan dijadikan rokok yang dibakar
dan dihisap.
b) Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika
latin dan Eropa yang biasanya digunakan para pemadat kelas
tinggi. Penyalahgunaannya adalah dengan menyuling daun
6
hasis/ganja diambil sarinya dan digunakan dengan cara
dibakar.
c) Koka
Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi
dengan buah yang berwarna merah seperti biji kopi. Wilayah
kultivasi tumbuhan ini berada di Amerika Latin (Kolombia,
Peru,Bolivia,dan Brazilia). Koka diolah dan dicampur
dengan zat kimia tertentu untuk menjadi kokian yang
memiliki daya adatiktif yang lebih kuat.
d) Opium
Opium adalah Bunga dengan warna yang indah. Dari getah
bunga Opium dihasilkan candu(opiat). Di mesir dan daratan
cina, opium dulu digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit
pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu.7
Opium banyak tumbuh di segitiga emas antara Burma,
Kamboja, dan Thailand, atau didaratan Cina dna segitiga
emas Asia Tengah , yaitu daerah antara Afghanostan, Iran,
dan Pakistan. Dalam kalangan perdagangan internasional,
ada kebiasaan (keliru) menamai daerah tempat penanaman
opium sebagai daerah emas. Diberi nama demikian karena
perdagangan opiat sangat menguntungkan. Karena
bahayanya yang besar, daerah seperti itu keliru jika diberi
predikat emas. Daerah sumber produksi opiate sepantasnya
disebut” segitiga setan” atau “segitiga iblis”.
7
a) Morfin
Dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa
sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan). Pada
tahun 1803, seorang apoteker Jerman berhasil mengisolasi
bahan aktif opium yang memberi efek narkotika yang
kemudian diberi nama Morfin. Morfin merupakan bahasa
latin yang diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang
bernama Morpheus.8Namun dalam perkembangannya
morfin yang dulunya dipakai dalam dunia medis
disalahgunakan dengan menkonsumsi secara sembarangan
yang berdampak pada hilangnya kesadaran. Morfin
merupakan salah satu dari jenis narkoba.
b) Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk
c) Heroin
Tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya
sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan.
Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw, atau
pete/pt . bentuknya seperti tepung terigu: halus, putih, agak
kotor.
d) Kokain : hasil olahan dari biji koka.
3) Narkotika Sintetis : adalah narkotika palsu yang dibuat dari
bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan
pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba
(subtitusi). Contohnya :
a) Petidin : untuk obat bius local, operasi kecil, sunat dsb
b) Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.
c) Naltrexone : untuk pengobatan pecandu narkoba.
Selain untuk pembiusan, narkotika sintesis biasanya diberikan oleh
dokter kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan suggesti (relaps) atau sakaw.
Narkotika sintesis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila
8
sudah benar- benar bebas, asupan narkoba sintesis ini dikurangi
sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total.
Zat adiktif terdiri dua kata “zat” dan “adiktif” menurut etimologi
adalah wujud, hakekat, sesuatu yang menyebabkan ada dan bisa juga berarti
subtansinya ynag merupakan pembentukan suatu benda. Sementara adiktif
berarti sifat ketagihan dna menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.
Zat menurut Dadang Hawari adalah bahan atau subtansi yang dapat
mempengaruhi fungsi berfikir, perasaan dan tingkah laku pada orang yang
memakainya. Zat tersebut mengakibatkan kondisi dan bersifat siktif,
9
penyalahgunaannya dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat
(substance use di sender), yang ditandai dengan perilaku maladaftif yang
berkaitan dengan pemakaian zat itu yang lebih dapat kurang dikatakan
teratur. Golongan adiktif lainnya adalah zat- zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya : rokok,
kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan, thinner dan zat- zat lain seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,
cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi,
alkohol, rokok, serta zat- zat lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan juga tergolong narkoba. Bahan atau zat atau obat yang
disalahgunakan sebagai berikut: pertama, sama sekali dilarang, yakni
narkotika golongan I (heroin,ganja,kokain) dan psikotropika golongan
(MDMA/ekstasi,LSD,sabu-sabu, dll). Kedua, penggunaannya harus dnegan
resep dokter, misalnya amfetamin, sedative, dan hipnotika). Ketiga,
diperjualbelikan secara bebas, misalnya glue, thiner, dan lain- lain. Dan
keempat, ada batas umur dalam penggunaanya, mislanya alkohol dna rokok.
Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat psikoaktif yaitu “ zat
yang mempunyai pengaruh pada system saraf pusat (otak) sehingga bila
digunakan akan mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran dan peasaan.
Penyalahgunaan zat psikoaktif ini merupakan suatu pola penggunaan zat
yang bersifat patologik(tidak sehat). Paling sedikit satu bulan lamanya
sedemikian rupa penggunaanya sehingga menimbulkan gangguan pada
fungsi social dna pekerjaan. Penekanaan satu bulan lamanya tidak boleh
diterjemahkan secara harfiah, namun menunjukkan demikian seringnya
sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.
Berdasarkan definisi-definisi yang terungkap di atas, dapat diambil
konklusi yang signifikan bahwa narkotika, psikotropika, alkohol dan zat
adiktif merupakan bahan-bahan yang dapat memberikan pengaruh secara
langsung terhadap system kerja syaraf, menimbulkan perubahan-perubahan
khusus kepada fisik dan penggunaan yang secara berlebihan akan
menimbulkan perubahan- perubahan khusus pada fisik dan penggunaan
yang secara berlebihan akan mengakibatkan ketergantungan pada diri
10
pemakainya, dan jika dilihat dari sifat adiksinya, maka baik narkotika,
psikotropika, maupun alkohol ketiganya dapat digolongkan kepada zat
adiktif yang bersifat psikoaktif.
11
2. Faktor Masyarakat
a. Kelas Sosial Ekonomi
Pada umumnya pemakai berasal dari sosial ekomoni menengah ke
atas. Hal ini mungkin terjadi karena mereka mudah mendapatkan
informasi dan relatif memiliki uang yang cukup untuk membeli
narkoba.
b. Tekanan kelompok
Kebanyakan pemakai mulai mengenal narkoba dari teman
sekelompoknya. Bila kelompok pemakai narkoba menekankan
anggotanya berbuat hal yang sama maka penolakan terhadap
tekanan tersebut dapat mengakibatkan anggota yang menolak akan
dikucilkan dan akan dikeluarkan dari kelompok.
Jadi, hubungan antara upper class dengan narkoba adalah upper
class cenderung lebih mudah untuk mendapatkan narkoba dari para
pengedar. Hal ini dikarenakan upper class memiliki uang dan koneksi yang
lebih luas daripada middle class maupun lower class. Karena mudahnya
mengakses narkoba bagi upper class, pengguna narkoba di kelas sosial
merekapun meningkat.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara
Indonesia. DKI Jakarta merupakan pusat bisnis, politik, dan kebudayaan,
tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan
perusahaan asing. Jakarta merupakan kota di Indonesia dengan populasi
terpadat, dengan total 10.374.235 jiwa. Kota ini adalah tempat dimana
ekonomi berkembang dengan pesat. Identik sebagai tempat di mana banyak
anggota upper class singgah, Jakarta memiliki tingkatan penduduk dalam
masyarakat. Antara lain adalah upper middle class, lower upper class, dan
upper upper class.
Jumlah penduduk upper middle class, lower upper class, dan upper
upper class yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab
meningkatnya jumlah pengguna narkoba di daerah Jakarta.
Salah satu contoh dari upper class adalah para selebriti. Kita sering
menjumpai berita mengenai selebriti yang tertangkap basah menggunakan
12
narkoba. Mulai dari Rafi Ahmad sampai Ridho Rhoma dan masih banyak
lagi lainnya. Dalam makalah ini, kelompok kami akan menganali
13
Studi Kasus
Usai sidang, raja dangdut itu memberi pernyataan yang bersifat pembelaan
terhadap putranya.
"Ridho menggunakan itu motivasinya bukan untuk fun, bukan untuk hura-
hura, bukan untuk pesta pora. Tetapi dalam rangka katakanlah untuk membuat
posturnya lebih ideal sebagai artis sebagai penyanyi dan bintang film. Bukan untuk
hal negatif. Itu saja motifnya. Jadi tidak ada hal yang lain-lain," ujar Rhoma Irama
usai sidang.
"Insya Allah saya akan mendampingi terus sampai selesai," kata Rhoma
Irama.
14
Analisis
Muhammad Ridho Irama atau lebih dikenal dengan Ridho Rhoma, adalah
penyanyi dangdut dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia juga merupakan putra
bungsu dari Raja Dangdut Rhoma Irama.
Sejak kecil, Ridho telah mencintai musik dangdut. Ia pertama kali naik
panggung musik dangdut ketika masih duduk di bangku SMP kelas 3. Demi
meningkatkan pamor musik dangdut di negeri sendiri, Ridho membentuk grup band
dengan aliran pop dangdut, Sonet 2. Pada 22 Januari 2009 album perdana bersama
Sonet 2 Band diluncurkan. Tentunya masih dengan campur tangan sang raja
dangdut.
Pada tanggal 25 Maret 2017 dini hari, Ridho Rhoma ditangkap polisi di
sebuah hotel di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat karena kedapatan
menyimpan narkoba jenis sabu seberat 0,7 gram.
Ridho Rhoma pada akhirnya divonis 10 bulan penjara, tetapi ini sebelum
dia akhirnya ketangkap lagi.
Menurut faktor yang telah ditulis di 2.4, Ridho Rhoma dapat tergolong
dalam faktor kelas sosial ekonomi. Sebagai yang tertera dalam judul kami, kasus
Ridho Rhoma merupakan salah satu dari banyaknya artis yang terjerat kasus
narkoba. Sebagaimana judul kami menyatakan pengaruh kelas sosial terhadap
peningkatan jumlah pengguna narkotika di Jakarta, banyak artis yang menggunakan
narkoba dengan berbagai alasan.
15
Walaupun terdapat berbagai alasan, artis mudah mengakses narkoba karena
kelas sosialnya. Dengan kekayaannya dan status sosialnya, banyak pengedar baik
kelas kakap maupun kelas teri mengelilinginya.
16
BAB III
Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Liputan 6. 2017, 12 Juli. Rhoma Irama Sebut Alasan Ridho Rhoma Pakai Narkoba. Diakses
25 Mei 2018, dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/3019569/rhoma-irama-sebut-
alasan-ridho-rhoma-pakai-narkoba
Tribun News. 2018, 22 Desember. Operasi Narkoba di Klub Malam Lola, 122 Pengunjung
Jalani Tes Urine. Diakses pada 25 Mei 2019, dari
http://jakarta.tribunnews.com/2018/12/22/operasi-narkoba-di-klub-malam-lola-122-
pengunjung-ja lani-tes-urine
Mantsios, Gregory. 2010. Race, class, and gender in the United States: an integrated study
(8th ed.). New York. Worth Publishers
Soerjono, S. dan Sulistyowati, Budi. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit
PT RajaGrafindo Persada.
18