Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Peningkatan Jumlah Pengguna

Narkoba di Jakarta

Oleh:

Aaliyah Rania Flora 3018210359


Wiqi Marwiyah 3018210300
Amira Shafa Fairani 3018210311
Meidyanti Kania Andini 3018210355
Jasmine Amartya Alif 3018210345
Ryan Adam 3018210318
Rheza Lukianto 3018210325

Fakultas Hukum

Universitas Pancasila

DKI Jakarta

May 2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... I


Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

Bab II Upper Class dan Persebaran Narkoba .....................................................3

Studi Kasus ...............................................................................................15

Analisis ......................................................................................................16

Bab III Kesimpulan .............................................................................................18

Daftar Pustaka ........................................................................................................19

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Peningkatan Jumlah Narkoba di Jakarta Selatan”
untuk mata kuliah Sosiologi Hukum.

Tidak tertinggal juga ucapan terima kasih untuk anggota kelompok kami
yang sudah bekerja sama dengan baik, dan saling membantu. Kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah, Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, kami menerima kritik
dana saran yang sifatnya membangun dan membantu makalah ini agar mendekati
kesempurnaan.

Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan-


pengetahuan baru dan manfaat bagi para pembaca. Semoga Allah, Tuhan yang
Maha Esa meridhoi kami semua.

III
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, ras, budaya,


dan bahasa. Akan tetapi, di antara keanekaragaman itu terdapat masalah-
masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Salah satunya adalah Narkoba.
Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan) adalah sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 1, bahwa
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaram, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.”
Dalam Single Convention on Narcotic Drugs pada tahun 1961,
““Drug” means any of the substances in Schedules I and II, whether natural
or synthetic.” Apabila diartikan ialah obat-obatan terlarang adalah segala
macam substansi yang tertera pada golongan I dan II, baik yang alami
maupun sintetis. Akan tetapi selama obat-obatan ini digunakan untuk
kepentingan medis maka diperbolehkan.
Dampak dari penggunaan narkotika, zat psikotropika, dan obat-
obatan antara lain: dehidrasi, halusinasi, menurunnya tingkat kesadaran,
turunnya kualitas hidup, dan dapat menyebabkan kematian.
Belakangan ini di dalam masyarakat sedang marak terjadinya
penggunaan narkoba di kalangan kelas atas. Biasanya orang-orang tersebut
menggunakan narkoba di klub-klub malam, salah satunya adalah
penggunaan narkoba pada klub malam di Jakarta.

1
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa anggota upper class menjadi sasaran empuk bagi pengedar
narkoba?
2. Apa bentuk partisipasi pemerintah dalam mencegah dan menghentikan
penggunaan narkoba?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa/i mengetahui mengapa anggota upper class menjadi
sasaran empuk bagi pengedar narkoba
2. Agar mahasiswa/i mengetahui apa bentuk partisipasi pemerintah dalam
mencegah dan menghentikan penggunaan narkoba

2
BAB II

Upper Class dan Persebaran Narkoba

A. Stratifikasi Sosial
Pitirim A. Sorokin 1 pernah mengatakan bahwa sistem lapisan
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
teratur. Barangsiapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah
yang sangat banyak dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan
atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang
berhatga dalam pandangan masyarkat mempunyai kedudukan yang rendah
Dalam stratifikasi sosial terdapat dua tipe sistem stratifikasi sosial,
yaitu: 1) dapat terjadi dengan sendirinya, dan 2) sengaja disusun untuk
mengejar tujuan bersama. Sistem stratifikasi sosial juga memiliki sifat yang
berbeda, yaitu: 1) masyarakat yang bersifat tertutup (closed social
stratification), 2) masyarakat yang bersifat terbuka (open social
stratification), dan 3) masyarakat yang bersifat campuran.
Social class atau kelas sosial memiliki beberapa definisi, karena
istilah kelas sendiri memiliki tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class system, yang
memiliki arti semua orang dan keluarga yang sadar akan keududkan mereka
itu diketahu dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian,
pengertian kelas paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan
apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya.
Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang
berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu lapisan yang berdasarkan
atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group).
Pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan harus
diadakan.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dan
dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas bagi semua

1
Pitirim A. Sorokin, Social and Cultural Mobility, (Collier-Macmillan Limited, London: The Free
Press of Glencoe, 1959), hlm. 11.

3
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub
kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan
kecakapannya. Max Weber juga masih menyebutkan adanya golongan yang
mendapatkan kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan stand.
Joseph Schumpeter mengatakan bahwa kelas-kelas dalam
masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata.
B. Social Class berdasarkan Ukuran Kekayaan
Sebagaimana disebutkan dalam 2.1, terdapat kelas sosial yang
berdasarkan ukuran kekayaan (materiil). Secara garis besar pelapisan kelas
sosial ini terbagi tiga, yaitu:
1. Upper class (kelas atas)
2. Middle class (kelas menengah)
3. Lower class (kelas bawah)
Sifat pelapisan sosial ini bersifat terbuka. Dimana semua orang
memiliki kesempatan untuk melakukan mobilitas sosial (social mobility)
secara horizontal, naik maupun turun.
Upper class dalam masyarakat modern adalah kelas sosial yang
tersusun atas anggota-anggota masyarakat yang memiliki status sosial
tertinggi, biasanya adalah anggota-anggota masyarakat terkaya dalam
masyarakat dan memegang kekuasaan politik yang besar. Menurut
pandangan ini, upper class biasanya dibedakan oleh kekayaan berlimpah
yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Middle class adalah anggota-anggota masyarakat adalah anggota-
anggota masyarakat yang berada di tengah-tengah hierarki sosial. Dalam
Marxisme, lapisan kelas ini merupakan yang salah satu yang
diidentifikasikan sebagai kelas pekerja (working class), akan tetapi dalam
kelas menegah ini ada pula yang tidak termasuk kelas pekerja (masih
tergolong sebagai borjuis) dan karenanya ada pembagian dalam middle
class yaitu middle-upper dan middle-lower.
Lower class adalah kelas yang paling identik dikenal sebagai kelas
pekerja, dan dipaggil juga proletar. Kelas bawah adalah anggota-anggota

4
masyarakat yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang bergaji rendah dan
hidup dalam ketidakstabilan ekonomi.
C. Narkoba
Narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah,
sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran,
halusinasi, serta daya rangsang. Sementara menurut UU Narkotika pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat buatan atau pun yang
berasal dari tanaman yang memberikan efek halusinasi, menurunnya
kesadaran, serta menyebabkan kecanduan
Ada beberapa ahli yang memberikan definisi narkoba antara lain :
1. Smith Kline dan French Clinical
Pengertian narkoba menurut para ahli yang tergabung di perusahan
farmasi Smith Kline dan French Clinical di Amerika Serikat. Narkoba
adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau
pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja dengan mempengaruhi
susunan saraf sentral.
2. Ghoodse
Menurut Ghoodse, pengertian narkoba adalah zat kimia yang
dibutuhkan untuk merawat kesehatan, saat zat tersebut masuk kedalam
organ tubuh maka akan terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam
tubuh. Lalu dilanjutkan lagi dengan ketergantungan secara fisik dan
psikis pada tubuh, sehingga jika zat tersebut dihentikan
pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis.
3. Wresniwiro
Menurut Wresniwiro, pengertian narkoba adalah zat atau obat yang bisa
menyebabkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut
bekerja dengan mempengaruhi saraf pusat manusia.

Berdasarkan UU No.22/1997, jenis- jenis narkotika dapat dibagi menjadi 3


golongan, yaitu:

5
1. Golongan I: narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk menyebabkan ketergantungan. Misalnya
adalah heroin/putaw, kokain, ganja, dan lain- lain.
2. Golongan II: narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terkakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan bertujuan
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mangakibatkan ketergantungan. Misalnya adalah morfin, petidin,
turunan/garam narkotika dalam golongan tersebut dan lain-lain.
3. Golongan III: narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Misalnya adalah kodein, garam- garam narkotika
dalam golongan tersebut dan lain- lain. Berdasarkan cara pembuatannya,
narkotika dibedakan menjadi 3 jenis yaitu narkotika alami, narkotika
semisintesis dan narkotika sintesis, yaitu:
1) Narkotika Alami : Narkotika alami adalah narkotika yang zata
adiktifnya diambil dari tumbuh- tumbuhan (alam), seperti :
a) Ganja
Ganja adalah tanaman yang daunnya menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus dengan
jumlah jari yang selalu ganjil (5,7, dan 9). Biasa tumbuh di
daerah tropis. Di Indonesia tanaman ini banyak tumbuh di
beberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Pulau Jawa, dan lain –lain. Cara penyalahgunaannya
adalah dengan dikeringkan dan dijadikan rokok yang dibakar
dan dihisap.
b) Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika
latin dan Eropa yang biasanya digunakan para pemadat kelas
tinggi. Penyalahgunaannya adalah dengan menyuling daun

6
hasis/ganja diambil sarinya dan digunakan dengan cara
dibakar.
c) Koka
Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi
dengan buah yang berwarna merah seperti biji kopi. Wilayah
kultivasi tumbuhan ini berada di Amerika Latin (Kolombia,
Peru,Bolivia,dan Brazilia). Koka diolah dan dicampur
dengan zat kimia tertentu untuk menjadi kokian yang
memiliki daya adatiktif yang lebih kuat.
d) Opium
Opium adalah Bunga dengan warna yang indah. Dari getah
bunga Opium dihasilkan candu(opiat). Di mesir dan daratan
cina, opium dulu digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit
pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu.7
Opium banyak tumbuh di segitiga emas antara Burma,
Kamboja, dan Thailand, atau didaratan Cina dna segitiga
emas Asia Tengah , yaitu daerah antara Afghanostan, Iran,
dan Pakistan. Dalam kalangan perdagangan internasional,
ada kebiasaan (keliru) menamai daerah tempat penanaman
opium sebagai daerah emas. Diberi nama demikian karena
perdagangan opiat sangat menguntungkan. Karena
bahayanya yang besar, daerah seperti itu keliru jika diberi
predikat emas. Daerah sumber produksi opiate sepantasnya
disebut” segitiga setan” atau “segitiga iblis”.

2) Narkotika Semisintetis : adalah narkotika alami yang diolah dan


menjadi zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang
lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
kedokteran. Contohnya :

7
a) Morfin
Dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa
sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan). Pada
tahun 1803, seorang apoteker Jerman berhasil mengisolasi
bahan aktif opium yang memberi efek narkotika yang
kemudian diberi nama Morfin. Morfin merupakan bahasa
latin yang diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang
bernama Morpheus.8Namun dalam perkembangannya
morfin yang dulunya dipakai dalam dunia medis
disalahgunakan dengan menkonsumsi secara sembarangan
yang berdampak pada hilangnya kesadaran. Morfin
merupakan salah satu dari jenis narkoba.
b) Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk
c) Heroin
Tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya
sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan.
Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw, atau
pete/pt . bentuknya seperti tepung terigu: halus, putih, agak
kotor.
d) Kokain : hasil olahan dari biji koka.
3) Narkotika Sintetis : adalah narkotika palsu yang dibuat dari
bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan
pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba
(subtitusi). Contohnya :
a) Petidin : untuk obat bius local, operasi kecil, sunat dsb
b) Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.
c) Naltrexone : untuk pengobatan pecandu narkoba.
Selain untuk pembiusan, narkotika sintesis biasanya diberikan oleh
dokter kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan
kebiasaannya yang tidak kuat melawan suggesti (relaps) atau sakaw.
Narkotika sintesis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila

8
sudah benar- benar bebas, asupan narkoba sintesis ini dikurangi
sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total.

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah


maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh
dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan undang –
undang No.5 Tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4
golongan.
1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA,ekstasi, LSD,dan STP.
2. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4. Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diaxepam, dan lain-lain.
Berdasarkanilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan kedalam 3
golongan: depresan, stimulant, dan halusinogen.

Zat adiktif terdiri dua kata “zat” dan “adiktif” menurut etimologi
adalah wujud, hakekat, sesuatu yang menyebabkan ada dan bisa juga berarti
subtansinya ynag merupakan pembentukan suatu benda. Sementara adiktif
berarti sifat ketagihan dna menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.
Zat menurut Dadang Hawari adalah bahan atau subtansi yang dapat
mempengaruhi fungsi berfikir, perasaan dan tingkah laku pada orang yang
memakainya. Zat tersebut mengakibatkan kondisi dan bersifat siktif,

9
penyalahgunaannya dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat
(substance use di sender), yang ditandai dengan perilaku maladaftif yang
berkaitan dengan pemakaian zat itu yang lebih dapat kurang dikatakan
teratur. Golongan adiktif lainnya adalah zat- zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya : rokok,
kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan, thinner dan zat- zat lain seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,
cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi,
alkohol, rokok, serta zat- zat lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan juga tergolong narkoba. Bahan atau zat atau obat yang
disalahgunakan sebagai berikut: pertama, sama sekali dilarang, yakni
narkotika golongan I (heroin,ganja,kokain) dan psikotropika golongan
(MDMA/ekstasi,LSD,sabu-sabu, dll). Kedua, penggunaannya harus dnegan
resep dokter, misalnya amfetamin, sedative, dan hipnotika). Ketiga,
diperjualbelikan secara bebas, misalnya glue, thiner, dan lain- lain. Dan
keempat, ada batas umur dalam penggunaanya, mislanya alkohol dna rokok.
Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat psikoaktif yaitu “ zat
yang mempunyai pengaruh pada system saraf pusat (otak) sehingga bila
digunakan akan mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran dan peasaan.
Penyalahgunaan zat psikoaktif ini merupakan suatu pola penggunaan zat
yang bersifat patologik(tidak sehat). Paling sedikit satu bulan lamanya
sedemikian rupa penggunaanya sehingga menimbulkan gangguan pada
fungsi social dna pekerjaan. Penekanaan satu bulan lamanya tidak boleh
diterjemahkan secara harfiah, namun menunjukkan demikian seringnya
sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.
Berdasarkan definisi-definisi yang terungkap di atas, dapat diambil
konklusi yang signifikan bahwa narkotika, psikotropika, alkohol dan zat
adiktif merupakan bahan-bahan yang dapat memberikan pengaruh secara
langsung terhadap system kerja syaraf, menimbulkan perubahan-perubahan
khusus kepada fisik dan penggunaan yang secara berlebihan akan
menimbulkan perubahan- perubahan khusus pada fisik dan penggunaan
yang secara berlebihan akan mengakibatkan ketergantungan pada diri

10
pemakainya, dan jika dilihat dari sifat adiksinya, maka baik narkotika,
psikotropika, maupun alkohol ketiganya dapat digolongkan kepada zat
adiktif yang bersifat psikoaktif.

D. Hubungan Upper Class dengan Narkoba


Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin banyak terjadi pada
beberapa kalangan mulai dari masyarakat yang berekonomi rendah maupun
tinggi. Badan Narkotika Nasional Pusat (BNNP) mencatat bahwa pada
tahun 2013, korban penyalahgunaan narkoba mencapai angka sebesar 2,2
persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa
(Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2014). Korban
penyalahgunaan narkoba itu berusia antara usia 10-59 tahun. Keadaan ini
sungguh riskan karena paling banyak yang menjadi korban narkoba pada
usia produktif. Padahal usia produktif merupakan usia dimana individu
dapat meningkatkan taraf hidupnya mulai dari ekonomi, sosial, dan
kesehatan.
Penyalahgunaan narkoba disebabkan berbagai macam faktor, yang
terbagi dua menjadi faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal berupa pengetahuan, sikap, kepribadian, jenis
kelamin, usia, dorongan kenikmatan, perasaan ingin tahu, dan untuk
memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya. Faktor eksternal terbagi
lagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Lingkungan
a. Ketidakharmonisan keluarga
Banyak pemakai yang berasal dari broken home karena
keputusasaan dan kecewa maka pemakai terdorong untuk mencari
dunianya yang lain yaitu menggunakan narkoba sebagai pelarian.
b. Pekerjaan
Mereka lebih mudah untuk memperoleh narkoba tersebut
menggunakan uang yang mereka peroleh dari hasil mereka bekerja.

11
2. Faktor Masyarakat
a. Kelas Sosial Ekonomi
Pada umumnya pemakai berasal dari sosial ekomoni menengah ke
atas. Hal ini mungkin terjadi karena mereka mudah mendapatkan
informasi dan relatif memiliki uang yang cukup untuk membeli
narkoba.
b. Tekanan kelompok
Kebanyakan pemakai mulai mengenal narkoba dari teman
sekelompoknya. Bila kelompok pemakai narkoba menekankan
anggotanya berbuat hal yang sama maka penolakan terhadap
tekanan tersebut dapat mengakibatkan anggota yang menolak akan
dikucilkan dan akan dikeluarkan dari kelompok.
Jadi, hubungan antara upper class dengan narkoba adalah upper
class cenderung lebih mudah untuk mendapatkan narkoba dari para
pengedar. Hal ini dikarenakan upper class memiliki uang dan koneksi yang
lebih luas daripada middle class maupun lower class. Karena mudahnya
mengakses narkoba bagi upper class, pengguna narkoba di kelas sosial
merekapun meningkat.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara
Indonesia. DKI Jakarta merupakan pusat bisnis, politik, dan kebudayaan,
tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan
perusahaan asing. Jakarta merupakan kota di Indonesia dengan populasi
terpadat, dengan total 10.374.235 jiwa. Kota ini adalah tempat dimana
ekonomi berkembang dengan pesat. Identik sebagai tempat di mana banyak
anggota upper class singgah, Jakarta memiliki tingkatan penduduk dalam
masyarakat. Antara lain adalah upper middle class, lower upper class, dan
upper upper class.
Jumlah penduduk upper middle class, lower upper class, dan upper
upper class yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab
meningkatnya jumlah pengguna narkoba di daerah Jakarta.
Salah satu contoh dari upper class adalah para selebriti. Kita sering
menjumpai berita mengenai selebriti yang tertangkap basah menggunakan

12
narkoba. Mulai dari Rafi Ahmad sampai Ridho Rhoma dan masih banyak
lagi lainnya. Dalam makalah ini, kelompok kami akan menganali

E. Peran Pemerintah dalam Mencegah dan Menghentikan Narkoba


Peran pemerintah dalam mencegah dan menghentikan narkoba antara lain:
1. Membuat Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
2. Membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) dan BNNP
(Badan Narkotika Nasional Provinsi) berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.
3. Membuat program rehabilitasi pada 2015.
4. Penjadwalan hukuman mati kepada pengedar narkoba kelas
kakap berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
5. Pembatasan ekspor maupun impor narkoba dari jalur perairan.
6. Pembatasan ekspor maupun impor narkoba dari jalur udara.
7. Pengetatan pemeriksaan dalam tempat-tempat hiburan malam.
8. Pengetatan pemeriksaan oleh kepolisian/pihak yang berwenang.

13
Studi Kasus

Rhoma Irama Sebut Alasan Ridho Rhoma Pakai Narkoba

Liputan6.com, Jakarta Lanjutan persidangan kasus narkoba yang menjerat


Ridho Rhoma digelar pada Selasa (11/7/2017) di Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
Dalam sidang tersebut, hadir pula sang ayah, Rhoma Irama untuk mengawal
sekaligus memberi dukungan moril kepada putranya.

Usai sidang, raja dangdut itu memberi pernyataan yang bersifat pembelaan
terhadap putranya.

"Ridho menggunakan itu motivasinya bukan untuk fun, bukan untuk hura-
hura, bukan untuk pesta pora. Tetapi dalam rangka katakanlah untuk membuat
posturnya lebih ideal sebagai artis sebagai penyanyi dan bintang film. Bukan untuk
hal negatif. Itu saja motifnya. Jadi tidak ada hal yang lain-lain," ujar Rhoma Irama
usai sidang.

Soal dirinya yang menyempatkan ikut hadir dalam sidang tersebut, ia


menjanjikan untuk bisa selalu mengawal putranya dalam menjalani sidang kasus
narkoba tersebut.

"Insya Allah saya akan mendampingi terus sampai selesai," kata Rhoma
Irama.

Ridho ditangkap Satuan Narkoba Polres Jakarta Barat di kawasan Daan


Mogot, Jakarta Barat, pada Sabtu 25 Maret 2017 dini hari.

Ridho Rhoma ditangkap bersama rekannya yang berinisial MS karena


kedapatan memiliki barang bukti sabu-sabu seberat 0,76 gram berikut alat hisapnya,
serta dua butir obat penenang Dumolit.

14
Analisis

Muhammad Ridho Irama atau lebih dikenal dengan Ridho Rhoma, adalah
penyanyi dangdut dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia juga merupakan putra
bungsu dari Raja Dangdut Rhoma Irama.

Ridho mulai mengikuti jejak ayahnya untuk berkiprah di musik dangdut.


Saat ini Ridho sudah diperkenalkan pada masyarakat. Pada acara tahun baru 2009,
sang ayah, Rhoma, mengajak Ridho untuk tampil di panggung dangdut bersama
dengan grup band Soneta Group.

Sejak kecil, Ridho telah mencintai musik dangdut. Ia pertama kali naik
panggung musik dangdut ketika masih duduk di bangku SMP kelas 3. Demi
meningkatkan pamor musik dangdut di negeri sendiri, Ridho membentuk grup band
dengan aliran pop dangdut, Sonet 2. Pada 22 Januari 2009 album perdana bersama
Sonet 2 Band diluncurkan. Tentunya masih dengan campur tangan sang raja
dangdut.

Pada tanggal 25 Maret 2017 dini hari, Ridho Rhoma ditangkap polisi di
sebuah hotel di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat karena kedapatan
menyimpan narkoba jenis sabu seberat 0,7 gram.

Menurut berita dari Liputan6.com, Ridho Rhoma memakai narkoba untuk


tetap berenergi dalam menjalani pekerjaan-pekerjaannya sebagai penyanyi dangdut,
mengisi acara-acara hiburan di televisi swasta dan nasional, dan menjadi aktor.

Ridho Rhoma pada akhirnya divonis 10 bulan penjara, tetapi ini sebelum
dia akhirnya ketangkap lagi.

Menurut faktor yang telah ditulis di 2.4, Ridho Rhoma dapat tergolong
dalam faktor kelas sosial ekonomi. Sebagai yang tertera dalam judul kami, kasus
Ridho Rhoma merupakan salah satu dari banyaknya artis yang terjerat kasus
narkoba. Sebagaimana judul kami menyatakan pengaruh kelas sosial terhadap
peningkatan jumlah pengguna narkotika di Jakarta, banyak artis yang menggunakan
narkoba dengan berbagai alasan.

15
Walaupun terdapat berbagai alasan, artis mudah mengakses narkoba karena
kelas sosialnya. Dengan kekayaannya dan status sosialnya, banyak pengedar baik
kelas kakap maupun kelas teri mengelilinginya.

16
BAB III

Kesimpulan

1. Setelah mengetahui salah satu faktor eksternal penyebab penyalahgunaan


narkoba, dapat ditarik kesimpulan bahwa anggota upper class menjadi sasaran
empuk pengedar narkoba karena :
a. Faktor ekonomi mereka yang memadai. Faktor ini adalah yang membuat
mereka menjadi anggota upper class, dan karena faktor ini pula mereka
menjadi sasaran empuk sebab ketersediaan uang mereka yang banyak
apabila mereka kecanduan.
b. Faktor pekerjaan. Faktor pekerjaan ini dapat berupa contoh yang telah
kami bahas di bab sebelumnya, yaitu seorang artis. Artis pada bab
sebelumnya menggunakan narkoba agar tetap berenergi dalam
menjalani pekerjaan-pekerjaannya sebagai penyanyi dangdut, mengisi
acara-acara hiburan di televisi swasta dan nasional, dan menjadi aktor.
Dengan begitu bagi anggota upper class, banyak faktor yang menyebabkan
mereka menjadi sasaran empuk pengedar narkoba. Faktor-faktor yang sudah
kita sebutkan adalah faktor-faktor yang paling tersorot untuk anggota upper
class.
2. Beberapa bentuk partisipasi pemerintah dalam mencegah dan menghentikan
narkoba adalah:
a. Membuat Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
b. Membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) dan BNNP (Badan
Narkotika Nasional Provinsi) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2007.
c. Penjadwalan hukuman mati kepada pengedar narkoba kelas kakap
berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Bentuk partisipasi di atas telah dilakukan oleh pemerintah (dalam ruang
lingkup hukum sebagaimana yang tertera di makalah kami.

17
Daftar Pustaka

Akhbar-Williams, Tahira. 2010. Encyclopedia of African American Popular Culture,


Volume 1. California, Amerika Serikat. ABC-CLIO, LLC
Tirto. 2018, 14 Februari. Tiga Seruan BNN untuk Seluruh Pengusaha Hiburan Malam
Jakarta. Diakses 25 Mei 2018, dari https://tirto.id/tiga-seruan-bnn-untuk-seluruh-
pengusaha-hiburan-malam-jakarta-cEME

Liputan 6. 2017, 12 Juli. Rhoma Irama Sebut Alasan Ridho Rhoma Pakai Narkoba. Diakses
25 Mei 2018, dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/3019569/rhoma-irama-sebut-
alasan-ridho-rhoma-pakai-narkoba

Tribun News. 2018, 22 Desember. Operasi Narkoba di Klub Malam Lola, 122 Pengunjung
Jalani Tes Urine. Diakses pada 25 Mei 2019, dari
http://jakarta.tribunnews.com/2018/12/22/operasi-narkoba-di-klub-malam-lola-122-
pengunjung-ja lani-tes-urine

Mantsios, Gregory. 2010. Race, class, and gender in the United States: an integrated study
(8th ed.). New York. Worth Publishers

Soerjono, S. dan Sulistyowati, Budi. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit
PT RajaGrafindo Persada.

Soerjono, Soekanto. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta.


Rajawali Pers.

18

Anda mungkin juga menyukai