Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

Matematika Terapan

“Turunan Sinus Dan Cosinus”

Oleh

Kelompok 1
Anggota:
Ahmad Taher ( 1308069 )
Christian Pranata Saragi ( 1308103 )
Satria Rijal ( 1308143)
Resty Hardi ( 1308056 )
Tika Diana ( 1308104 )
Tevi Eka Oktiadi (1308112 )
Angga Jonius (1308081)
Rivo
Kode seksi : 59228
Dosen pembimbing : Adree Octova.S.Si,M.T
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013-2014
KATA PENGANTAR

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 1


Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Solusi SPL dengan Invers Matriks”
Makalah ini ditulis dari hasil kerja kelompok dan sumber-sumber buku panduan
yang kami peroleh yang berkaitan dengan Solusi SPL dengan Invers Matriks, serta tak
lupa pula Penulis ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang terlibat
khususnya kepada dosen mata kuliah Matematika Terapan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata, Penulis berharap
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam hal menambah wawasan kita.

Padang, 25 Oktober 2013

Penyusun

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 2


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sistem persamaan linear terdiri atas persamaan-persamaan linear. Sistem persamaan
linear terbagi- bagi atas beberapa sub materi. seperti: sistem persamaan linear satu
variabel, sistem persamaan liner dua variabel, sistem persamaan linear tiga variabel dan
sistem persamaan linear lebih dari dua variabel. Semakin banyak variabel yang ada akan
semakin sulit untuk menentukan penyelesaiannya.
Sistem persamaan linear ini muncul di berbagai masalah baik teori maupun praktik.
Penulisan koefisien bilangan pada sistem persamaan linear yang terdiri dari m persamaan
linear dan n bilangan tak diketahui dapat disingkat dengan hanya menuliskan susun empat
persegi panjang dari bilangan-bilangan itu. susunan ini dinamakan matriks.
Sedangkan pengertian matrik adalah kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang
yang disusun menurut baris dan kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks
disebut dengan elemen atau anggota matriks. Dengan representasi matriks, perhitungan
dapat dilakukan dengan lebih terstruktur yang sering dijumpai adalah matriks yang
entrinya bilangan-bilangan real atau kompleks.
Penyelesaian masalah sistem persamaan linear dapat dilakukan langsung dengan
cara Operasi Baris Elementer (OBE), eliminasi gauss-jordan, aturan Cramer, determinan,
matriks ataupun operasi lainnya.
Dalam pembahasan penyelesaian sistem persamaan linear kali ini penulis akan
menggunakan matriks, karena bentuk matrik dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear.

I.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang berkenaan
dengan masalah ini, antara lain:
a) Siswa belum paham tentang Sistem Persamaan Linear Menggunakan Matriks.
b) Masih kurangnya manfaat penggunaan Sistem Persamaan Linear Menggunakan
Matriks dalam kehidupan sehari-hari.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 3


I.3 Rumusan Masalah
Dalam mempelajari matematika, kita akan memerlukan atau membutuhkan
Sistem persamaan linear untuk pengetahuan dan untuk di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Menentukan sistem persamaan linear memiliki banyak cara, maka untuk itu,
dengan identifikasi masalah yang ada di atas, maka permasalahan dibatasi pada
“Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Menggunakan Matriks

I.4 Tujuan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
a) Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Matematika
b) Mengembangkan kemampuan dan pengetahuan tentang Sistem Persamaan Linear
Menggunakan Matriks.
c) Menemukan solusi dari suatu permasalahan yang terkait dengan Sistem
Persamaan Linear Menggunakan Matriks.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 4


BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Sistem Persamaan Linear
Persamaan linear adalah suatu persamaan dimana variabel yang terlibat berderajat
paling tinggi satu. Jika kita mempunyai beberapa persamaan linear maka sekumpu-
lan persamaan linear itu disebut sistem persamaan linear. Suatu pasangan beberapa
bilangan disebut solusi dari suatu SPL jika pasangan tersebut memenuhi kebenaran
masing-masing persamaan dari SPL tersebut.
Sebagai contoh, perhatikan SPL dengan dua persamaan dan dua variabel
berikut
2x1 + x2 = 4
2x2 = 4
:
Dari persamaan kedua kita mendapatkan x2 = 2, sehingga dengan menyulihkan-
nya pada persamaan pertama kita peroleh x1 = 3. Dengan demikian SPL di atas
mempunyai solusi x1 = 3; x2 = 2, dan tidak ada solusi lain. Jadi solusi SPL di
atas adalah tunggal.
Sekarang, perhatikan SPL berikutnya
x1 + 2x2 = 3
3x1 + 6x2 = 9
:
Perhatikan bahwa jika kita mengalikan persamaan kedua dengan 1=3 maka
diperoleh persamaan pertama. Dengan kata lain, SPL ini ekuivalen dengan satu persamaan
x1 + 2x2 = 3
Kita mempunyai banyak pilihan dari pasangan x1 dan x2 yang memenuhi
persamaan ini. Jika kita mengambil t 2 R sebarang maka x1 = 3+2t; x2 = t merupakan
solusi persamaan ini. Dengan demikian SPL semula mempunyai solusi tak hingga banyak.
Selanjutnya, perhatikan SPL
x1 + 2x2 = 2
4x1 + 8x2 = 6
Jika kita mengalikan persamaan kedua dengan 1=4 maka kita peroleh persamaan
x1 + 2x2 = 3

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 5


Jadi SPL semula ekuivalen dengan
x1 + 2x2 = 2
x1 + 2x2 = 3=2

Jelas bahwa tidak ada pasangan x1 dan x2 yang memenuhi persamaan ini. Oleh
karena itu SPL ini tidak mempunyai solusi. Jika kita mempunyai sebuah SPL maka persis
hanya satu dari tiga kemungkinan berikut dipenuhi:
a. SPL mempunyai solusi tunggal
b. SPL mempunyai solusi tak hingga banyak
c. SPL tidak mempunyai solusi.
Pada tiga contoh di atas kita tidak menemui kesulitan untuk menguji eksistensi solusi
karena banyaknya persamaan dan variabel hanya dua. Jika persamaan atau variabelnya
lebih banyak tentu masalahnya sedikit lebih sulit. Kita akan mempelajari metode praktis
untuk menguji eksistensi solusi SPL secara umum. Sistem persamaan linear yang terdiri
dari m buah persamaan linear dengan n buah variabel x1, ..., xn mempunyai bentuk umum
a11x1 + ... + a1nxn = b1
a21x1 + ...+ a2nxn = b2
...
...
am1x1 +.... + amnxn = bm

Sistem ini dapat kita nyatakan dalam bentuk persamaan matriks


AX = B

Dimana

a11 … a1n x1 b1
A= … … … X= … B= …
am1 … amn xn bm

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 6


Dalam hal ini, A disebut matriks koe¯sien, X adalah matriks variabel, dan B
matriks konstan. Mulai sekarang kita akan mengidentifkasi SPL melalui persamaan
matriks
AX = B seperti di atas. Selain itu, kita juga akan mengenali sifat-sifat SPL melalui
pengetahuan kita perihal matriks-matriks ini.
Oleh karena itu, perhatikan kembali SPL berikut
a11x1 + ...+ a1nxn = b1
a21x1 + ...+ a2nxn = b2


am1x1 + ...+ amnxn = bm

Jika kita menukar posisi dua buah persamaan atau mengalikan salah satu
persamaan dari SPL di atas dengan sebarang bilangan tak nol maka hal itu tidak akan
mempengaruhi solusi. Demikian pula jika kita menambahkan kelipatan suatu persamaan
kepada persamaan lain maka tidaklah mengubah solusi SPL semula. Semua sifat ini akan
kita gunakan dalam menyederhanakan SPL sehingga solusinya mudah diperoleh.
Untuk kepraktisan kita akan bekerja dengan matriks lengkap dari SPL
bersangkutan, yaitu matriks hasil penggabungan matriks koefsien dan matriks konstanta.
Kita akan menotasikan matriks lengkap ini dengan [AB]. Sebagai contoh, perhatikan SPL

2x1 + x2 + 3x3 = 1
x1 + x2 = 2
3x1+ 2x2 + x3 = 0
SPL ini mempunyai matriks lengkap
2 1 3 1
1 1 0 2
3 2 1 0

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 7


II.2 Sistem Persamaan Linear Homogen
Jelas bahwa hanya tiga kolom pertama yang mempunyai 1 utama sehingga x1, x2,
x3 merupakan variabel-variabel utama. Adapun x4 dan x5 adalah variabel-variabel non
utama.

Setelah kita mengenal matriks eselon baris, sekarang kita dapat menetapkan salah
satu prosedur mendapatkan solusi SPL, yaitu melalui tahap-tahap berikut:
1. Mengenali matriks lengkap [AjB]
2. Mengubah [AjB] ke bentuk eselon baris [A0jB0]
3. Jika setiap kolom matriks A0 mempunyai 1 utama maka solusi bersifat tunggal
4. Variabel non utama dari matriks A0 memunculkan parameter

Contoh. Tentukan solusi dari


x1 + x2 - x3 + x4 = 1
-2x1 - 2x2 + 3x3 - x4 + x5 = 0
Solusi: Kita lakukan OBE pada matriks lengkap untuk memperoleh bentuk eselon baris

II.3 Operasi Baris Elementer (OBE)


Perhatikan matriks berukuran m £ n berikut

a11 ⋯ a1n
A= [ ⋮ ⋱ ⋮ ]
am1 ⋯ amn

Kita menyebut masing-masing (ai1⋯ain) sebagai baris-baris dari matriks A. Pada


matriks A kita dapat melakukan operasi-operasi berikut:
a. mengalikan suatu baris dengan bilangan tak nol
b. menambahkan kelipatan suatu baris pada baris lain
c. menukarkan sebarang dua buah baris
Ketiga operasi di atas disebut operasi baris elementer. Suatu matriks A~ yang
diperoleh dari proses sejumlah hingga OBE pada matriks A, dikatakan ekuivalen (baris)
dengan matriks A. Dalam hal ini kita akan menggunakan notasi A~A.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 8


II.3 Matriks
Matriks adalah suatu kumpulan data yang disusun menurut baris dan kolom dan
dituliskan di dalam tanda kurung [ ]. Bilangan-bilangan dalam matriks disebut dengan
entri/unsur. Berikut adalah contoh matriks

a11 … a1n
A = a21 … …
am1 … amn

Matriks A adalah matriks berukuran m x n, m menunjukkan banyaknya baris dan n


menunjukkan banyaknya kolom. Matriks A dapat juga dinotasikan dengan [aij]mxn atau
[aij]. Entri yang terletak pada baris i dan kolom j pada matriks A dinyatakan sebagai aij.
Transpose dari matriks A dinyatakan dengan dengan AT didefinisikan sebagai matriks n x
m yang didapatkan dengan mempertukarkan baris-baris dan kolom-kolom dari A; sehingga
kolom pertama dari AT adalah baris pertama dari A, kolom kedua dari AT adalah baris
kedua dari A, dan seterusnya, sehingga diperoleh

a11 … an1
AT= … … …
a1m … anm

Suatu matriks A dengan jumlah baris n dan jumlah kolom n disebut matriks bujur
sangkar ordo n dan entri a11, a22, …, ann disebut sebagai diagonal utama. Jika A
adalah sebuah matriks bujur sangkar maka trace dari A, yang dinyatakan sebagai tr(A),
didefinisikan sebagai jumlah entri-entri pada diagonal utama A.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 9


II.4 Bentuk Matriks dari Suatu Sistem Linear
Perkalian matriks memiliki aplikasi penting dalam sistem persamaan linear.
Perhatikan sistem yang terdiri dari m persamaan linear dengan n faktor yang tidak
diketahui berikut ini.
a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = b1
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = b2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
am1x1 + am2x2 + … + amnxn = bm
Karena dua matriks adalah setara jika dan hanya jika entri-entri yang bersesuaian adalah
setara, maka kita dapat menukar m persamaan dalam sistem ini dengan persamaan matriks
tunggal.
a11 a12 ... a1n x1 b1
a21 a22 ... a2n x2 = b2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
am1 am2 ... amn xn bn

Jika kita menyebut matriks-matriks di atas masing-masing sebagai A, x dan b,


maka sistem asli yang terdiri dari m dari persamaan dengan n faktor yang tidak diketahui
telah digantikan dengan persamaan matriks tunggal berikut ini.
Ax = b
Matriks A pada persamaan ini disebut matriks koefisien dari sistem tersebut.
Matriks yang diperbesar dari sistem tersebut diperoleh dengan menggabungkan b ke A
sebagai kolom terakhir, sehingga bentuk matriks yang diperbesar menjadi

a11 a12 ... a1n b1


[A|b] = a21 a22 ... a2n b2

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
Am1 am2 ... amn bn

II.5 Metode Eliminasi Gauss


Metode eliminasi Gauss adalah suatu prosedur yang didasarkan pada gagasan untuk
mereduksi matriks yang diperbesar dari suatu sistem menjadi matriks yang diperbesar lain
yang cukup sederhana sehingga penyelesaian sistem dapat diperoleh hanya dengan

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 10


melakukan inspeksi terhadap sistem tersebut. Pada contoh 4 suatu sistem linear dengan
faktor-faktor yang tidak diketahui x1, x2, dan x3 menggunakan reduksi matriks yang
diperbesar sehingga diperoleh
0 0 1 3

0 1 0 2

1 0 0 1

Atau dengan kata lain diperoleh penyelesaian x1 = 1, x2 = 2, dan x3 = 3. Ini


merupakan contoh matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi.
Sifat-sifat dari matriks ini adalah
a) Jika satu baris tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka bilangan tak nol pertama
pada
baris itu adalah 1. Bilangan 1 ini disebut 1 utama.
b) Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini akan
dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks.
c) jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan dari 1
utama pada baris yang lebih tinggi.
d) setiap kolom yang memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat-tempat lainnya.

Matriks yang memiliki tiga sifat pertama di atas merupakan matriks dalam bentuk
eselon baris. Jadi matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi sudah pasti merupakan
matriks dalam bentuk eselon baris, tetapi tidak sebaliknya.
Contoh : Misalkan suatu matriks yang diperbesar dari suatu sistem persamaan linear telah
direduksi melalui operasi baris menjadi bentuk eselon baris tereduksi berikut ini.
Selesaikan sistem tersebut.
a.
0 0 1 3 2
0 1 0 2 6
1 0 0 4 1
b.
0 0 0 1
0 1 2 0
1 0 0 0

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 11


Penyelesaian
a. sistem persamaan yang bersesuaian adalah
a + 4d = -1
b + 2d = 6
c + 3d = 2

karena a, b, c bersesuaian dengan 1 utama pada matriks yang diperbesar maka


ketiganya disebut sebagai variabel utama. Variabel-variabel yang bukan utama
(dalam hal ini d) disebut sebagai variabel bebas. Dengan menyelesaikan variabelvariabel
utama dalam bentuk variabel bebas akan diperoleh
a = -1 – 4d
b = 6 – 2d
c = 2 - 3d
dari bentuk persamaan-persamaan ini terlihat bahwa dapat kita tetapkan nilai
sebarang untuk variabel bebas d, misalnya t, yang selanjutnya akan menentukan
nilai variabel-variabel utama a, b, dan c. Jadi akan terdapat takterhingga banyaknya
penyelesaian dengan penyelesaian umumnya dinyatakan dalam rumus-rumus
a = -1 - 4t, b = 6 – 2t, c = 2 – 3t, dan d = t.
b. persamaan terakhir dalam sistem persamaan yang bersesuaian adalah
0a + 0b + 0c = 1
Karena persamaan ini tidak dapat dipenuhi, maka sistem ini tidak memiliki solusi.emester
ganjil 2011/2012
II.6 Metode Eliminasi.

Berikut adalah prosedur eliminasi tahap demi tahap yang dapat


digunakan untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi. Untuk memberi
gambaran supaya mudah dipahami kita ambil sebuah contoh, yaitu

2 4 5 6 5 1
2 4 10 6 12 28
0 0 2 0 7 12

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 12


Langkah
1. Perhatikan kolom paling kiri yang tidak seluruhnya terdiri dari nol.
2 4 5 6 5 1
2 4 10 6 12 28
0 0 2 0 7 12

2. Jika perlu, pertukarkan baris paling atas dengan baris lain untuk menempatkan
entri taknol pada puncak kolom yang kita peroleh pada langkah 1.

2 4 5 6 5 1
0 0 2 0 7 12
2 4 10 6 12 28
B1  B2
3. Jika entri yang kini berada pada puncak kolom yang kita peroleh pada langkah
1 adalah a, kalikan baris pertama dengan 1/a sehingga terbentuk 1 utama.

2 4 5 6 5 1
0 0 2 0 7 12
1 2 5 3 6 14
½ B1
4. Tambahkan kelipatan yang sesuai dari baris paling atas ke baris-baris dibawahnya
sehingg semua entri di bawah 1 utama menjadi nol.
0 0 5 0 17 29
0 0 2 0 7 12
1 2 5 3 6 14
B3 – 2 B1
5. Sekarang tutuplah baris atas dari matriks dan mulailah lagi dengan langkah 1 pada
submatriks yang tersisa. Lanjutkan langkah ini hingga seluruh matriks berada dalam
bentuk eselon baris.

0 0 5 0 17 29
0 0 2 0 7 12
1 2 5 3 6 14

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 13


Tutup baris paling atas kolom taknol paling kiri dalam submatriks
0 0 5 0 17 29
0 0 1 0 7/2 6
1 2 5 3 6 14
-1/2 b1

0 0 0 0 1/ 2 1
0 0 1 0 7/2 6
1 2 5 3 6 14
b2 – 5 b1

0 0 0 0 1/ 2 1
0 0 1 0 7/2 6
1 2 5 3 6 14

baris paling atas submatriks ditutup kolom taknol paling kiri dalam submatriks baru
0 0 0 0 1 2
0 0 1 0 7/2 6
1 2 5 3 6 14
2b
Keseluruhan matriks kini berada dalam bentuk eselon baris. Untuk memperoleh bentuk
eselon baris tereduksi kita membutuhkan langkah tambahan berikut.
6. Mulai dengan baris taknol terakhir dan bergerak ke atas, tambahkan kelipatan yang
sesuai dari tiap baris di atasnya untuk memperoleh nol di atas 1 utama.

0 0 0 0 1 2
0 0 1 0 0 1
1 2 5 3 6 14

0 0 0 0 1 2
0 0 1 0 0 1
1 2 5 3 0 2
B1 - 6 B3

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 14


0 0 0 0 1 2
0 0 1 0 0 1
1 2 0 3 0 7

B1 + 5 B2
Matriks terakhir di atas berada dalam bentuk eselon baris tereduksi. Langkah 1 –
Langkah 5 menghasilkan matriks dalam bentuk eselon baris, prosedur ini disebut dengan
ELIMINASI GAUSS. Sedangkan prosedur sampai Langkah 6 menghasilkan bentuk eselon
baris tereduksi, disebut dengan ELIMINASI GAUSS-JORDAN.

II.7 Metode Invers Matriks


Jika A adalah matriks bujursangkar, dan jika terdapat matriks B yang ukurannya
sama sedemikian rupa sehingga AB = BA = I, maka A disebut dapat dibalik (mempunyai
invers) dan B disebut invers dari A. Jika matriks B tidak dapat didefinisikan, maka A
dinyatakan sebagai matriks singular.
Contoh matrik singular :

3 6 0
2 5 0
1 4 0

Sifat-sifat invers:
1. Jika B dan C kedua-duanya adalah invers dari matriks A, maka B = C.
2. Matriks
dapat dibalik jika ad – bc 0, dan inversnya dapat dihitung sesuai dengan rumus
1
A-1 = = -c a
𝑎𝑑−𝑏𝑐
d -b
3. Jika A dan B adalah matriks-matriks yang dapat dibalik dengan ukuran yang sama,
maka AB dapat dibalik dan (AB)-1 = B-1A-1.
Metode Menentukan A-1. Untuk mencari invers dari matriks A yang dapat dibalik,
kita harus mencari suatu urutan operasi baris elementer yang mereduksi A menjadi
identitas dan melakukan urutan operasi yang sama terhadap I untuk memperoleh A-1.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 15


Contoh . Tentukan invers dari
1 0 8
N= 2 5 3
1 2 3
Penyelesaian.
Matriks A direduksi menjadi matriks identitas melalui operasi-operasi baris dan
secara
simultan melakukan operasi yang sama terhadap I untuk memperoleh A-1. Caranya adalah
matriks dengan bentuk :
[A|I]
Matriks A (sisi kiri) direduksi menjadi I dengan menggunakan operasi-operasi baris
sehingga diperoleh
[I|A-1]
Suatu matriks A yang tidak dapat dibalik , tidak dapat direduksi menjadi matriks I melalui
operasi baris elementer. Dengan kata lain bentuk eselon baris tereduksi dari A memiliki
paling tidak satu baris bilangan nol. Jadi jika terdapat satu baris bilangan nol saja pada sisi
kiri maka dapat disimpulkan bahwa matriks tersebut tidak dapat dibalik dan
perhitungan dapat dihentikan
contoh : dapatkan invers matriks
1 2 5
A= 2 4 1
1 6 4
Karena terdapat satu baris bilangan nol pada sisi kiri maka A tidak dapat dibalik (A tidak
mempunyai invers).
 Penyelesaian Sistem Linear Dengan Inversi Matriks.
Jika A adalah suatu matriks n x n yang dapat dibalik, maka untuk setiap matriks b, n x 1,
sistem persamaan Ax = b memiliki tepat satu solusi, yaitu x = A-1b.
Contoh : Tentukan penyelesaian sistem linear berikut dengan menggunakan A-1.
x1 + 2x2 + 3x3 = 5
2x1 + 5x2 + 3x3 = 3
x1 + 8x3 = 17

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 16


Penyelesaian.
Dalam bentuk matriks sistem di atas dapat ditulis sebagai Ax = b di mana
1 0 8
A= 2 5 3
1 2 3

x1
X= x2
x3

17
b= 3
5
Berdasarkan Contoh 8, invers dari matrik A adalah
5 2 1
A-1= 13 5 3
40 16 9
Dengan demikian penyelesaian dari sistem ini adalah

x = A-1b
5 2 1 5 1
13 5 3 3 = -1
40 16 9 7 2

atau x1 = 1, x2 = -1 dan x3 = 2.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 17


BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
 SPL adalah suatu himpunan berhingga dari persamaan yang peubahnya
berpangkat satu, bukan merupakan hasil kali atau akar peubah dan bukan
sebagai argument fungsi trigonometri, fungsi logaritma atau fungsi
eksponensial.
 Matriks adalah kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang yang disusun
menurut baris dan kolom.
 Bentuk matriks dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian sistem
persamaan linear, pada pembahasan ini matriks akan digunakan untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dan sistem persamaan
linear tiga variabel.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 18


Daftar Pustaka
Anton, H. and C. Rorres, 2005, Elementary Linear Algebra, 9 th ed, John Wiley &
Sons, Inc.
http://en.wikibooks.org/wiki/Linear_Algebra/Solving_Linear_Sistems
Anton, Howard (1985), Aljabar Linear Elementer, Erlangga.

Solusi SPL dengan Invers Matriks | 19

Anda mungkin juga menyukai