Metode Ektraksi
Metode Ektraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan zat/senyawa kimia yang dapat larut terpisah dari zat
yang tidak larut dari bagian tanaman, bagian hewan termasuk biota laut dengan
pelarut/penyari cairan.
Zat senyawa yang terlarut/tersari tadi merupakan zat aktif dari dalam sel.
Tujuan dari penyari ini adalah menarik senyawa aktif yang terdapat dalam bahan alam
tersebut.
Secara umum proses ekstraksi dibedakan dengan dua metode/cara yaitu cara panas dan cara
dingin.
Pemilihan metode ekstraksi didasarkan atas sifat bahan maupun senyawa kandungan bahan
yang akan diisolasi.
Maserasi
Proses ini merupakan ekstraksi yang sederhana dan cocok industri kecil maupun besar.
Cairan penyari akan menembus dinding sel masuk ke sitoplasma dimana terdapat zat aktif.
Karena adanya perbedaan konsentrasi maka zat aktif akan keluar dari sel terlarut dalam
cairan penyari.
Caranya adalah 1 bagian simplisida direndam dalam 7,5 penyari selama 5 hari dengan
sesekali diaduk setiap hari.
Filtrat dituang dalam wadah sendiri, residu/ampasnya direndam lagi dengan cairan penyari
baru dengan perbandingan 1:4.
Kelebihan maserasi adalah prosesnya sederhana dan senyawa-senyawa yang termobil tidak
rusak.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses yang dilakukan oleh cairan penyari untuk menarik keluar zat
aktif yang beberapa terdapat pada tanaman obat.
Zat aktif berada di dalam sel, sehingga untuk dapat mengeluarkan zat aktif dari dalam sel
diperlukannya suatu cairan penyari atau pelarut tertentu.
Cairan penyari yang biasa digunakan adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton,
benzen dan etil asetat.
Proses ekstraksi yang terjadi adalah masuknya cairan penyari ke dalam sel, masuknya cairan
penyari ke sel (osmosis) akan semakin mudah apabila dinding sel sudah tidak menjadi utuh
lagi akibat adanya proses penyerbukan.
Cairan penyari yang masuk akan membuat zat aktif yang berada di dalam sel terlarut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan cairan penyari
yang berada di luar sel, maka pada tahap ini terjadi proses difusi.
Proses difusi akan terus terjadi sampai konsentrasi zat aktif yang berada di luar del dan di
dalam sel seimbang.
Pemilihan cairan penyari yang baik harus mempunyai harga yang murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, mempunyai reaksi netral, dan tidak mudah terbakar,
mempunyai sifat selektif yaitu hanya menarik zat yang berkhasiat yang dikehendaki tidak
mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan.
Zat aktif yang besifat polar harus menggunakan cairan penyari yang bersifat polar pula agar
komponen tersebut dapat berbentuk larutan.
Perbedaan konsentrasi berhubungan dengan ekstraksi yang mana makin besar perbedaan
konsentrasi maka makin besar daya dorong cairan penyari ke dalam sel untuk memindahkan
zat aktif yang berada di dalam sel agar terlarut dengan cairan penyari.
Berdasarkan orientasinya sifat larutan penyari yang digunakan harus sesuai dengan sifat
komponen kimia yang akan disari.
Sehingga dalam hal ini harus diketahui sebelumnya bagaimana tingkat kepolaran komponen
kimia tersebut apakah bersifat polar atau nonpolar.
Artinya pada pembahasan ini tetap berfokus pada polaritas komponen kimia yang terdapat
pada sampel yang akan disari.
Selain berdasarkan polaritasnya, orientasi yang biasa digunakan untuk memilih cara yang
tepat untuk ekstraksi adalah dengan melihat tekstur dari sampel.
Teksturnya dengan melihat dari kekerasannya seperti simplisia biji, kulit kayu, atau kulit
buah.
Selain itu tekstur lunak seperti simplisia daun, bunga dan daging buah.
Metode ekstrasi adalah upaya untuk menarik sari yang ada pada sampel.
Upaya ini sudah sejak lama dilakukan baik secara tradisional maupun yang dilakukan secara
lebih maju dengan menggunakan teknik yang lebih modern.
Pembagian metode ekstraksi cukup beragam, ada yang membaginya berdasarkan suhu dari
sistem ekstraksi yang digunakan, proses tersarinya sampel oleh cairan penyari dan
berdasarkan ragam metode yang bertujuan secara khusus untuk menarik komponen tertentu
saja seperti destilasi uap air untuk menarik berbagai komponen pada sampel yang
mengandung berbagai jenis golongan minyak atsiri.
Pembagian berdasarkan suhu tentulah bersesuaian dengan karakter komponen kimia yang
akan disari.
Maka untuk sifat komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dapat dipilih salah satu
metode yang melibatkan proses pemanasan demikian pula sebaliknya apabila komponen
kimia yang tidak tahan pemanasan dapat dipilih salah satu metode yang tidak melibatkan
proses pemanasan.
Pembagian berdasarkan proses tersarinya sampel bersesuaian dengan apa yang terjadi pada
cairan penyari pada saat proses ekstraksi berlangsung.
Apakah cairan penyari secara berkesinambungan dalam menyari sampel atau tidak.
Proses berkesinambungan pada hal ini adalah siklus yang terjadi pada cairan penyari apakah
berkesinambungan atau tidak.
Metode ini hanya untuk menyari senyawa-senyawa yang berasal dari sampel yang
mengandung minyak menguap.
Metode ekstraksi yang lain adalah metode ekstraksi cair-cair metode ini digunakan untuk
memisahkan komponen kimia sesuai dengan kepolarannya.
Maserasi
Maserasi merupakan jenis ekstraksi sederhana karena pengerjaan hanya dilakukan dengan
cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif.
Zat aktif akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang diluar sel, maka zat aktif (zat terlarut) ditarik keluar.
Peristiwa tersebut terjadi berulang kali hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar dan di dalam sel.
Metode maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan.
Najib, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta: Deepublish. 30-34.
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi umbi bawang tiwai dengan metode maserasi
menggunakan pelarut air dan etanol. Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena
lebih efektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang
diperlakukan untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak
menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, anrakinon, flavanoid, steroid, dammar dan klorofil.
Lemak, malam tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang
larut hanya terbatas. Sedangkan kerugiannya adalah etanol mahal harganya. Sedangkan air
dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena murah, mudah diperoleh, stabil, tidak
beracun, tidak mudah menguap, dan mudah terbakar. Sedangkan kerugiannya adalah sari
dapat ditumbuhi kapang.
Sa’adah, Hayatus dan Nurhasnawati, Henny. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol dan Air Pada
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr) Menggunakan
Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung. 1 (2): 149-153.
EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat
atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja,
karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-
sifat fisikanya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal
semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang
mungkin paling ekonomis.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat
organic atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan
analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang
kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan
suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut.
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud akibat proses pemanasan.
Ekstraksi dingin antara lain:
Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersbut terus berulang hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam sel.
Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu cara pengerjaannya yang lama
dan ekstraksi yang kurang sempurna.
Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan
ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang
ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga
dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus
diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi
jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit
dan lamanya poses ekstraksi.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua
pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu
kamar. tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat
volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan.
Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut,
kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat
menyumbat pori-pori saringan perkolator.
3. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu
tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut terus bersirkulasi didalam refluks
(menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran
pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama,
hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna (exhaustive
extraction).
7. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya
cara ini dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah menguap seperti minyak
atsiri), sehingga uap air menarik kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian
terkondensasi bersama-sama menghasilkan ekstrak cair (campuran).
8. Ekstraksi ultrasonik
Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek meningkatkan
permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa ditarik oleh pelarut.
Ekstraksi bisa dilakukan baik dari bahan segar maupun bahan yang telah dikeringkan.
1.1.2 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lain pada simplisia. perlu
diperhatikan, air yang digunakan mesti
air bersih seperti air mata air, air sumur dan air ledeng. simplisia seperti akr, batang dan buah
dapat dilakukan pengupasan kulit luar untuk mengurangi jumlah mikroba pada simplisia.
1.1.3 Penirisan
Penirisan dilakukan untuk mengurangi jumlah air yang masih menempel pada simplisia
sebelum dilakukan perajangan.
1.1.4 Perajangan
Perajangan dilakukan untuk memperluas permukaan bahan sehingga memperluas kontak
bahan dengan pelarut ekstraksi sehingga mempermudah proses ekstraksi. ketebalannya 3 mm
atau lebih sesuai dengan simplisianya. bisa dengan manual atau mesin. namun harus
menggunakan alat yang nirkarat. irisan yang terlalu tebal apabila dikeringkan dapat
mengakibatkan "face hardening" yaitu bagian luar kering dan bagian dalam masih basah.
namun jika terlalu tipis, kandungan zat aktif dan bau bisa berkurang. pada simplisia yang
mengandung minyak atsiri seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis
lainnya hendaknya perajangan tidak terlalu tipis dan pengeringan pada suhu yang tidak terlalu
tinggi.
Sumber :
Direktorat Obat Asli Indonesia. 2013. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis
Ekstrak Volume 2 Hal.5-7. Badan POM : Jakarta
2. Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode pemerasan infundasi, maserasi, perkolasi, digesti,
refluks atau ekstraksi fluida superkritis. Pemilihan metode ekstraksi dan cairan penyari yang
digunakan akan bergantung dari zat aktif yang akan disari. Sesuai monografi cairan penyari
yang digunakan adalah air dan etanol atau campuran keduanya. Ekstrak yang dihasilkan
harus memenuhi standar yang telah ditentukan sebagaimana tercantum di monografi
Farmakope Herbal Indonesia.
Untuk lebih memahami baca macam macam metode ekstraksi klik artikel Metode Ekstraksi
Macam macam metode ekstraksi sebagai berikut :
3. Metode Ekstraksi
3.1 Pemerasan Simplisia segar
Metode pemerasan digunakan untuk simplisia segar berupa umbi, rimpang, daun dan buah.
pemerasan dapat dilakukan secara langsung dari simplisia segar berupa bagian tumbuhan
seperti umbi (wortel), buah (mengkudu, jambu), rimpang (temulawak, jahe, kunyit),
daun(katuk, bayam). proses pemerasan diawali dengan penghancuran simplisia dan jika perlu
ditambahkan air secukupnya, diperas kemudian disaring.
3.2 Infundasi
Metode infundasi digunakan untuk menyari kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam
air panas. Penyarian ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar bakteri
dan jamur, oleh sebab itu ekstrak harus segera diproses sebelum 24 jam.
Cara ini sederhana pada umumnya :
Dimulai dengan membasahi simplisia dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga
empat kali bobot bahan, untuk karagen sepuluh kali bobot bahan. Bahan baku ditambah air
pada umumnya jika dinyatakan lain diperlukan 10 bagian air untuk 1 bagian bahan.
Dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90 derajat Celcius disebut Ekstraksi Infusa
Dipanaskan selama 30 menit pada suhu 90 derajat Celcius disebut Ekstraksi Dekokta.
Penyaringan dilakukan saat cairan masih panas kecuali bahan yang mengandung
minyak atsiri, didinginkan dahulu sebelum disaring.
3.3 Maserasi
Maserasi digunakan umumnya untuk simplisia kering. cairan yang direkomendasikan adalah
etanol atau campuran air dan etanol.
Etanol 96% untuk menarik/menyari senyawa aktif yang bersifat non polar
Etanol 70% untuk menarik /menyari senyawa aktif yang bersifat semipolar
Air untuk menarik/menyari senyawa aktif yang bersifat polar, namun air mudah
dikontaminasi bakteri dan jamur jika tidak diproses dengan baik, lingkungan yang bersih
Etanol minimal konsentrasi 30% sudah dapat menghilangkan bakteri dan jamur
Prosedur kerja maserasi secara teoritis sebagai berikut :
Masukkan 1 bagian simplisia kedalam bejana (misal 1 kg)
tambahkan air sebanyak 10 bagian (10 kg)
Rendam selama 6 jam sambil sekali sekali diaduk
Diamkan hingga 24 jam
Hasil penyarian (maserat) dipisahkan ke bejana lain dan jika dibutuhkan proses dapat
diulangi dengan jumlah dan cairan yang sama, namun hal ini biasanya tidak ekonomis namun
biasa dilakukan untuk mengekstraksi bahan simplisia yang mahal.
Maserat dikumpulkan dan diuapkan hingga mencapai kekentalan yang diinginkan.
Untuk penguapan akan dibahas di artikel TEKNOLOGI PEMBUATAN EKSTRAK
(BAGIAN 4).
3.4 Perkolasi
Perkolasi umumnya digunakan untuk mengekstraksi serbuk kering terutama simplisia yang
keras seperti kulit batang, kulit buah, biji, kayu dan akar. Penyari yang digunakan umumnya
etanol dan air. dibandingkan dengan maserasi, metode ini tidak memerlukan penyaringan
perkolat (hasil perkolasi), hanya kerugiannya adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama dan
jumlah penyari yang lebih banyak.
3.5 Digesti
Digesti adalah Metode ekstraksi maserasi dengan penambahan suhu (pemanasan) pada 40-50
derajat Celcius, bisa ditambahkan pengadukan (kinetik). Metode ini digunakan untuk
simplisia yang tahan pada suhu 40-50 derajat Celcius. Keuntungan digesti dibandingkan
maserasi :
Zat aktif yang tersari lebih banyak
waktu ekstraksi yang dibutuhkan lebih singkat dibandingkan maserasi.
Cairan penyari yang digunakan adalah etanol atau air. apabila menggunakan cairan penyari
air, proses penguapan penyari dapat menggunakan evaporator vakum agar suhu didih cairan
penyari tidak lebih dari 60 derajat Celcius.
CATATAN PENTING : Prosedur diatas umumnya digunakan sebagai acuan dasar dan
banyak digunakan diuniversitas, namun aplikasinya di industri akan ada banyak
modifikasi baik tahapan proses, cairan penyari, lama waktu ekstraksi, jumlah cairan
penyari, agar lebih efektif dan efisien.
Sumber :
Direktorat Obat Asli Indonesia. 2013. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis
Ekstrak Volume 2 Hal.9-12. Badan POM : Jakarta