Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
A
rahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan yang
diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi arahan
peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah provinsi.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi berfungsi:
1. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah
provinsi;
2. Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
3. Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
4. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
6. Melindungi kepentingan umum.
VII - 2
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 3
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 4
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
1. Ketentuan larangan terhadap kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan
ekosistem
VII - 5
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 6
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 7
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
12. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi dan
penetapan lebar sempadan danau/waduk ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur;
13. Pemanfaatan untuk pemasangan reklame dan papan pengumuman;
14. Pemanfaatan untuk pemasangan bentangan kabel listrik, kabel telepon, dan
pipa air minum;
15. pemanfaatan untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan dan
jembatan;
16. Menyediakan taman minimal 10% (sepuluh persen) dari lebar sempadan;
17. Ketentuan larangan pendirian bangunan kecuali bangunan prasarana lalu
lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.
18. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang boleh dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan di dalam kawasan sempadan sungai wajib
memiliki dokumen lingkungan AMDAL dan izin lingkungan.
VII - 8
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 9
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
1. Di dalam kawasan suaka alam dilarang melakukan kegiatan budi daya apapun,
kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah
bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada;
2. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
3. Ketentuan larangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan perundang-
undangan;
4. Ketentuan larangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
5. Ketentuan larangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan
ekosistem;
6. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam secara terbatas dengan tetap
memperhatikan aspek peresapan air;
7. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
8. Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan
penelitian, wisata alam, dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan
penurunan fungsi kawasan;
9. Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan pembangunan prasarana
wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan, dan bangunan pencegah
bencana alam sesuai ketentuan yang berlaku;
10. Perlindungan terhadap kekayaan genetis.
11. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang boleh dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan di dalam kawasan suaka alam wajib memiliki
dokumen lingkungan AMDAL dan izin lingkungan.
VII - 10
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 11
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 12
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 13
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 14
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 15
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 16
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
10. Arahan zonasi untuk kawasan rawan bencana gunung api yang berisiko
sedang.
a. Pengendalian kegiatan permukiman dengan konstruksi beton bertulang,
kepadatan bangunan sedang-rendah dan pola permukiman menyebar.
b. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian
lahan basah dan kering, perikanan, perkebunan, pariwisata biotis dan
abiotis, dan pertambangan rakyat (batu dan pasir).
c. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai kawasan hutan
produksi dan kawasan pemanfaatan hutan.
11. Arahan zonasi untuk kawasan rawan bencana gunung api yang berisiko tinggi.
a. Sebagai kawasan lindung.
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kehutanan dan pariwisata
geofisik.
12. Zonasi kawasan rawan gempa bumi dengan tingkat kerentanan rendah,
sedang dan tinggi, ditetapkan dengan memperhatikan persyaratan
pengembangan kegiatan budidaya dan infrastruktur sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
a. Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi.
b. Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa.
c. Rehabilitasi dan konservasi lahan dengan melakukan mitigasi atas bencana
gempa bumi.
VII - 17
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 18
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 19
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 20
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 21
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 22
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 23
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
21. pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau
kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas;
22. setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan
dan upaya pemantauan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL; dan
23. memberikan perlindungan terhadap wilayah penghasil produk industri yang
spesifik dengan sertifikat indikasi geografis.
VII - 24
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 25
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 26
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
3. Arahan Peraturan Zonasi untuk jaringan jalur kereta api dan stasiun
Peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api disusun dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi.
b. Ketentuan larangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang
dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi
perkeretaapian.
VII - 27
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 28
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 29
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 30
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 31
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 32
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 33
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Rencana
Tata Ruang ini. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam rencana tata
ruang ini.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
dilakukan oleh pemerintah provinsi kepada tingkat pemerintah kabupaten/kota dan
kepada masyarakat (perorangan/kelompok). Pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif dilaksanakan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya
menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Gubernur
menetapkan prosedur insentif dan disinsentif dengan Peraturan Gubernur sesuai
peraturan perundang-undangan.
VII - 34
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Mekanisme pemberian insentif yang berasal dari pemerintah daerah provinsi diatur
dengan peraturan gubernur. Mekanisme pemberian insentif yang berasal dari
pemerintah daerah kabupaten/kota diatur dengan peraturan bupati/walikota.
Mekanisme pemberian insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
lainnya diatur berdasarkan kesepakatan bersama antar pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Beberapa isu yang dapat dijadikan kasus pemberian insentif antara lain :
1. Dalam rangka pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS dan pemanfaatan
sumberdaya air, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan meningkatkan upaya untuk
VII - 35
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
memperoleh insentif dan pembagian peran dalam pembiayaan (role sharing) dari
provinsi yang berbatasan.
2. Dalam rangka mewujudkan luasan kawasan lindung, Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dapat memberikan bantuan keuangan dan/atau jasa lingkungan kepada
kabupaten/kota dengan pertimbangan proporsi luas kawasan lindung dan apresiasi
terhadap upaya perwujudan program pencapaian luas kawasan lindung di
wilayahnya.
3. Dalam rangka pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS dan pemanfaatan
sumberdaya air, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memfasilitasi pengaturan
insentif dan pembagian peran dalam pembiayaan (role sharing) antar
kabupaten/kota yang secara geografis terletak di daerah hulu dan hilir DAS, yang
ditetapkan melalui pola kerjasama antardaerah.
4. Dalam rangka mewujudkan kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi teknis
berkelanjutan, Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada masyarakat
petani, dalam bentuk :
a. Keringanan retribusi daerah;
b. Kompensasi biaya sosial petani;
c. Pengembangan infrastruktur pertanian;
d. Pembiayaan penelitian serta pengembangan benih dan varietas unggul;
e. Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian;
f. Penghargaan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disinsentif non fiskal diatur sesuai dengan aturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan terkait dengan bidang
disinsentif yang diberikan.
Disinsentif dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dapat diberikan
dalam bentuk:
VII - 36
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
1. Pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah pemberi manfaat
kepada daerah penerima manfaat;
2. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana;
3. Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal
dari daerah penerima manfaat.
Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari pemerintah daerah provinsi diatur
dengan peraturan gubernur. Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari
pemerintah daerah kabupaten/kota diatur dengan peraturan Bupati/Walikota.
Mekanisme pemberian disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
lainnya diatur berdasarkan kesepakatan bersama antarpemerintah daerah yang
bersangkutan.
VII - 37
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
c. Memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai
peruntukannya.
2. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang, yaitu :
a. Tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan;
b. Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang yang tercantum dalam
izin pemanfaatan ruang.
3. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang yaitu :
a. Melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;
b. Melanggar ketentuan koefisien lantai bangunan yang telah ditentukan;
c. Melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan koefisien dasar hijau;
d. Melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi bangunan;
e. Melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi lahan;
f. Tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum sesuai dengan
persyaratan dalam izin pemanfaatan ruang.
VII - 38
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif sesuai dengan Peraturan
Pemerintah yang berlaku. Pelanggaran terhadap tindak pidana larangan dikenakan
sanksi pidana, berupa :
1. Ancaman pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Denda merupakan penerimaan Daerah dan
disetorkan ke Kas Daerah.
2. Dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana yang lebih tinggi
dari ancaman pidana di atas, maka diancam pidana yang lebih tinggi, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Bupati/Walikota dan Pejabat Pemerintah yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
RTRWP, diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
VII - 39
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
7.5.2 Evaluasi
1. Evaluasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelaporan dan pemantauan.
Evaluasi merupakan bagian dari tindakan pengawasan yang menghasilkan
kesimpulan dan rekomendasi pemanfaatan ruang untuk ditindaklanjuti.
2. Tujuan evaluasi adalah penilaian tentang pencapaian manfaat yang telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang, termasuk penemuan faktor-faktor yang
menyebabkan pencapaian lebih dan atau kurang dari manfaat yang telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang.
3. Subyek evaluasi terdiri dari lembaga atau instansi yang berwenang di bidang
penataan ruang (Dinas Tata Ruang & Permukiman atau Dinas Tata Kota atau Dinas
Pekerjaan Umum), serta unsur masyarakat yang dapat dilakukan oleh suatu forum
yang merepresentasikan kepentingan masyarakat (dewan pakar, tokoh
masyarakat, dan sebagainya).
VII - 40
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
VII - 41