Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No.

2 September 2016

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SENJARAWI BANDUNG
Kadek Devi Pramana1, Okatiranti2 Tita Puspita Ningrum3
1
Universitas BSI, devitresnisuwari91@gmail.com
2
Universitas BSI, okatiranti@yahoo.com
³ Universitas BSI, teitafutsufeita@gmail.com

ABSTRAK
Sebanyak 26,5% usia 18 tahun keatas menderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang
sering dialami oleh usia lanjut. Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah kecemasan.
Kecemasan disebabkan karena berbagai keadaan seperti khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai
dengan berbagai keluhan fisik dan gangguan kesehatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi pada usia lanjut di
Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung. Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan
desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang
memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 40 usia lanjut. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik non probability sampling dengan pendekatan puposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner Skala HARS dan pengukuran TD dilakukan menggunakan
sphygmomanometer air raksa secara manual. Analisa data dengan persentase dan rumus chi square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (62.5%) mengalami tingkat kecemasan
sedang, sebagian kecil responden (27.5%) mengalami tingkat kecemasan berat, dan sebagian kecil
responden lainnya (10%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Sementara itu, sebagian besar
responden (87.5%) mengalami hipertensi sedang, sebagian kecil responden (7.5%) mengalami
hipertensi berat, sebagian kecil responden lainnya (5%) mengalami hipertensi ringan. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa asymsig < 0,05. Nilai C = 0,63 termasuk ke dalam interval (0,51 < C <
0,75), maka korelasi antara tingkat kecemasan dengan hipertensi termasuk kategori derajat asosiasi
kuat. Peneliti menyarankan agar perawat dapat melakukan upaya promotif dan preventif untuk
mengurangi angka kejadian hipertensi pada usia lanjut melalui pendidikan kesehatan tentang
mekanisme koping untuk mengurangi kecemasan pada usia lanjut.
Kata Kunci: Hipertensi, Kecemasan, Usia Lanjut

ABSTRACT
A total of 26.5% population aged 18 years old and over suffer from hypertension. Hypertension is a
disease that is often experienced by the elderly. One of risk factor for hypertension is anxiety. Anxiety
in the elderly due to various circumstances such as worry, fidgety, fear and restless, that
accompanied by a variety of physical complaints and disorders. The purpose of this study was to
identify the correlation between anxiety with hypertension in the elderly in Social Institution of Tresna
Werdha Senjarawi Bandung. This research is a correlation study with cross sectional design. There is
40 elderly who meet the inclusion criteria and became sample in this study. Data is collected using
HARS scale and blood pressure measurements performed using manual mercury sphygmomanometer.
Analysis of the data used univariate or percentage and chi square formula. The results showed most
of respondents (62.5%) experienced moderate levels of anxiety, a small portion of respondents
(27.5%) experienced severe anxiety level, and a few other respondents (10%) experienced mild
anxiety level. Meanwhile, the majority of respondents (87.5%) had moderate hypertension, a small
portion of respondents had severe hypertension(7.5%) and had mild hypertension (5%). Statistical
analysis showed that asymsig <0.05. Value C = 0,63 belong to the interval (0.51 <C <0.75), the
correlation between the level of anxiety and hypertension included in strong association degress
categories. Researchers suggested that nurses can perform promotive and preventive efforts to reduce

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 116


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
the incidence of hypertension in the elderly through health education about koping mechanisms to
reduce anxiety in the elderly.
Keywords: anxiety, hypertension, elderly.
Sistem saraf simpatis akan mengaktifasi
PENDAHULUAN respons tubuh, sedangkan sistem saraf
Kemajuan pengetahuan dan teknologi ilmu parasimpatis akan meminimalkan respons
kesehatan mengakibatkan meningkatnya umur tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan
harapan hidup manusia, artinya jumlah orang adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh
lanjut usia akan bertambah dan ada terhadap ancaman dari luar), bila korteks otak
kecenderungan akan meningkat dengan cepat menerima rangsang akan dikirim melalui saraf
(Lilik, 2011), seperti yang ditunjukkan oleh simpatis ke kelenjar adrenal yang akan
BPS (2015) persentase jumlah penduduk usia melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) yang
lanjut di Indonesia mencapai 8,5%, dan merangsang jantung dan pembuluh darah
diperkirakan pada tahun 2020 jumlah usia sehingga efeknya adalah nafas menjadi lebih
lanjut meningkat menjadi 10,0 %. Di Provinsi dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah
Jawa Barat persentase jumlah usia lanjut meningkat atau hipertensi (Suliswati dkk,
cukup tinggi, yakni mencapai 8,1%, dan 2012).
diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
usia akan meningkat menjadi 9,7%. Menurut darah persisten di mana tekanan sistoliknya
data sensus penduduk 2010 dalam Survey diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
METER, 2013 persentase jumlah lanjut usia diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
umur 60+ mencapai 6,6%. Menurut WHO hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
dalam Reny, 2014 yang dikatakan usia lanjut sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥
tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hasil
meliputi usia lanjut 60–74 tahun, usia tua 75– Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
89 tahun, dan usia sangat tua >90 tahun. menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi
Menurut Sheiera 1974 dalam Reny, 2014 di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini
terdapat mitos–mitos usia lanjut seperti mitos terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah
kedamaian dan ketenangan. Usia lanjut dapat pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
santai menikmati hasil kerja dan jerih prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
payahnya di masa muda dan dewasanya, badai 26,5%, dimana hanya 25,8% penduduk yang
dan berbagai goncangan kehidupan seakan– sudah mengetahui memiliki hipertensi dan
akan sudah berhasil dilewati, namun pada hanya 0,7% kasus yang minum obat
kenyataannya sering ditemui stres karena (Riskesdas, 2013).
kemiskinan dan berbagai keluhan serta Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
penderitaan karena penyakit, paranoid, “Apakah Ada Hubungan Tingkat Kecemasan
masalah psikotik dan kecemasan. dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Lanjut
Pada orang usia lanjut akan sering mengalami di Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Kota
kecemasan, mereka mengatakan Bandung?”
kecemasannya tentang rasa takutnya terhadap Tujuan penelitian ini adalah untuk
kematian, kehilangan keluarga atau teman mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan
karib, kedudukan sosial, pekerjaan, uang, atau Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia
mungkin rumah tangga (Reny, 2014). Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha
Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek Senjarawi Kota Bandung.
yang spesifik yang secara subjektif dialami
dan dikomunikasikan secara interpersonal. KAJIAN LITERATUR
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 (dalam
pada sesuatu yang akan terjadi dengan Lilik, 2011) seorang dapat dinyatakan sebagai
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
dengan perasaan tidak menentu dan tidak bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
berdaya (Suliswati dkk, 2012). mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
Kecemasan dapat diekspresikan melalui sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
respons fisiologis, yaitu tubuh memberi dan menerima nafkah dari orang lain. UU
respons dengan mengaktifkan sistem saraf No.13 tahun 1998 (dalam Lilik, 2011) tentang
otonom (simpatis maupun parasimpatis).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 117


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah jiwa. Masalah kesehatan jiwa yang sering
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. timbul pada lansia meliputi depresi, demensia,
Menurut Stieglitz 1945, ada 4 penyakit yang dan kecemasan (Maryam dkk, 2008).
sangat erat hubungannya dengan proses Kecemasan pada usia pertengahan memiliki
menua, yaitu : gejala–gejala yang sama dengan gejala–gejala
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : yang dialami oleh setiap orang hanya saja
hipertensi, kelainan pembuluh darah, objek yang menyebabkan kecemasan itu
gangguan pembuluh darah di otak, berbeda dan lanjut usia sering mengalami
koroner dan ginjal kecemasan dengan masalah–masalah yang
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti ringan (Maryam dkk, 2008). Kecemasan
: diabetes melitus dan ketidakseimbangan merupakan perasaan campuran berisikan
tiroid ketakutan dan keprihatinan mengenai masa–
c. Gangguan pada persendian, seperti : masa mendatang tanpa sebab khusus untuk
osteoarthritis, penyakit kolagen lainnya ketakutan tertentu (Chaplin, 2005). Kecemasan
d. Berbagai macam neoplasma pada usia lanjut merupakan perasaan yang
Menurut “The National Old People’s tidak menyenangkan yang dialami oleh usia
Welfare Council”, di Inggris dalam Reny, lanjut atau berupa ketakutan yang tidak jelas
2014 mengemukakakn bahwa penyakit atau dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi
gangguan pada lanjut usia ada 12 macam, terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang
yaitu : (Nugroho, 2008).
a. Depresi mental Kecemasan dapat mempengaruhi aspek
b. Gangguan pendengaran interpersonal maupun personal lansia.
c. Bronkhitis kronis Kecemasan tinggi akan mempengaruhi
d. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan kordinasi dan gerak reflex, kesulitan
e. Gangguan pada koksa / sendi panggul mendengarkan, menarik diri dan menurunkan
f. Anemia keterlibatan dengan orang lain (hubungan
g. Demensia dengan orang lain terganggu). Kecemasan
h. Gangguan penglihatan dapat pula mempengaruhi kemampuan
i. Ansietas / kecemasan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir,
j. Dekompensasi kordis diantaranya adalah tidak mampu
k. Diabetes melitus, osteomielitis dan memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah
hipotiroidisme lupa, lapangan persepsi menurun dan bingung.
l. Gangguan pada defekasi. (Reny, 2014) Secara afektif lansia akan mengekspresikan
Kecemasan adalah merupakan respon dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebih
emosional terhadap penilaian individu yang sebagai respon emosi terhadap kecemasan
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar (Suliswati dkk, 2005).
dan tidak diketahui secara khusus Kecemasan disebabkan oleh perubahan system
penyebabnya (Ermawati Et al, 2009). saraf pusat pada lansia. Di dalam sistem saraf
Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex
yang spesifik yang secara subjektif dialami Cerebri-Limbic sistem RAS (Reticular
dan dikomunikasikan secara interpersonal. Activating System)-Hypothalamus yang
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran memberikan impuls kepada kelenjar hipofisis
pada sesuatu yang akan terjadi dengan untuk mensekresikan mediator hormonal
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan terhadap target organ (kelenjar adrenal),
dengan perasaan tidak menentu dan tidak sehingga memacu sistem saraf otonom melalui
berdaya (Suliswati dkk, 2012). mediator hormonal yang lain
Proses menua mempengaruhi keadaan (catecholoamine). Hiperaktivitas sistem saraf
psikologis seseorang, seperti perubahan emosi otonom menyebabkan timbulnya kecemasan.
menjadi mudah tersinggung, depresi, rasa Keluhan dari perubahan tersebut sangat
cemas yang dialami seseorang dalam beraneka ragam meliputi perubahan fisiologis
merespon perubahan fisik yang terjadi pada seperti: Peningkatan tekanan darah, palpitasi,
dirinya (Proverawati, 2011). Penurunan yang jantung berdebar, denyut nadi meningkat,
terjadi pada lansia mempengaruhi kesehatan tekanan nadi menurun, napas cepat dan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 118


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. 3). Suara kadang – kadang meninggi
muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa b. Kecemasan Sedang
tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap
epigastrium, nausea, diare, tidak dapat lingkungan menurun. Individu memfokuskan
menahan kencing, dan sering kencing. hal –hal penting saat itu dan menyampingkan
Perubahan psikologis terhadap kecemasan hal lain.
seperti: Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat Respon fisiologi
dan tidak ada koordinasi, menarik diri, 1). Sering nafas pendek
menghindar, gangguan perhatian, konsentrasi 2). Nadi (ekstra systole) dan tekanan
hilang, mudah lupa, bingung, lapangan darah naik
persepsi menurun, kesadaran diri yang 3). Gelisah
berlebihan, khawatir yang berlebihan, takut Respon kognitif
kecelakaan, takut mati dan lain-lain 1). Lapang persepsi menyempit
(Videbeck, 2008). 2). Rangsang luar tidak mampu diterima
Kecemasan yang tersering pada usia lanjut Respon perilaku dan emosi
adalah tentang kematiannya. Orang mungkin 1). Gerakan tersentak – sentak (meremas
menghadapi pikiran kematian dengan rasa tangan)
putus asa dan kecemasan, bukan dengan 2). Berbicara banyak dan lebih cepat
ketenangan hati dan rasa integritas. Kerapuhan c. Kecemasan Berat
sistem saraf anotomik yang berperan dalam Pada kecemasan berat lapangan persepsi
perkembangan kecemasan setelah suatu menjadi sangat sempit, individu cenderung
stressor yang berat. Usia lanjut dipandang memikirkan hal yang kecil saja dan
sebagai masa degenerasi biologis yang disertai mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu
oleh penderitaan berbagai dengan masa lagi berpikir realistis dan membutuhkan
penyakit dan keudzuran serta kesadaran bahwa banyak pengarahan untuk memusatkan
setiap orang akan mati, maka kecemasan akan perhatian pada area lain.
kematian menjadi masalah psikologis yang Respon fisiologi
penting pada lansia, khususnya lansia yang 1). Nafas pendek
mengalami penyakit kronis. Pada orang lanjut 2). Nadi dan tekanan darah naik
usia biasanya memiliki kecenderungan 3). Berkeringat dan sakit kepala
penyakit kronis (menahun/berlangsung Respon kognitif
beberapa tahun) dan progresif (makin berat) 1). Lapang persepsi sangat sempit
sampai penderitanya mengalami kematian 2). Tidak mampu menyelesaikan masalah
(Effendi, 2009). Respon perilaku dan emosi
Tingkat Kecemasan 1). Perasaan ancaman meningkat
a. Kecemasan Ringan 2). Verbalisasi cepat
Kecemasan ringan berhubungan dengan d. Kecemasan Sangat Berat / Panik
ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari– Pada tingkatan ini lapang persepsi individu
hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
melebar dan individu akan selalu berhati–hati sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan waspada. Individu terdorong untuk belajar dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan telah diberikan pengarahan.
kreatifitas. Respon fisiologi
Respon fisiologi : 1). Nafas pendek
1). Sesekali nafas pendek 2). Sakit dada
2). Nadi dan tekanan darah naik Respon kognitif
Respon kognitif 1). Lapang persepsi sangat sempit
1). Lapang persepsi melebar 2). Tidak dapat berpikir logis
2). Mampu menerima rangsangan yang Respon perilaku dan emosi
kompleks 1). Agitasi, mengamuk dan marah
Respon perilaku dan emosi 2). Ketakutan, dan berteriak–teriak
1). Tidak dapat duduk tenang (Ermawati et al, 2009)
2). Tremor halus pada tangan Faktor yang mempengaruhi kecemasan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 119


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
a. Umur jaringan untuk memperbaiki diri atau
Semakin meningkatnya umur seseorang mengganti diri serta mempertahankan struktur
semakin baik tingkat kematangan seseorang dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
walau sebenarnya tidak mutlak (Isaac, 2004). bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi)
Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dan memperbaiki kerusakan yang diderita
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja sehingga penyakit tidak menular banyak
dari segi kepercayaan masyarakat yaitu muncul pada usia lanjut. Faktor yang juga
semakin tua umur seseorang semakin mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan
konstruktif dalam menggunakan koping tubuh lansia adalah pola hidup yang kurang
terhadap masalah maka akan sangat sehat berdampak pada penurunan daya tahan
mempengaruhi konsep dirinya. Umur tubuh, masalah umum yang dialami adalah
dipandang sebagai suatu keadaan yang rentannya terhadap berbagai penyakit
menjadi dasar kematangan dan perkembangan (Nugroho, 2008). Salah satu penyakit
seseorang (Videbeck, 2008). degeneratif yang perlu diwaspadai adalah
b. Jenis Kelamin hipertensi. Hipertensi seringkali disebut
Gangguan kecemasan lebih sering dialami sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena
perempuan daripada laki – laki, dikarenakan termasuk penyakit yang mematikan, tanpa
perempuan lebih peka terhadap emosinya yang disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
pada akhirnya peka juga terhadap perasaan sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun
cemasnya. Perempuan cenderung melihat muncul, gejala tersebut seringkali dianggap
hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat
detail sedangkan laki – laki cenderung global menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani,
atau tidak detail (Isaac, 2004). 2006).
c. Pendidikan Pada usia lanjut hipertensi lebih sering
Sesorang dengan tingkat pendidikan yang ditemukan hanya berupa tekanan sistolik.
rendah mudah mengalami kecemasan, karena Tingginya hipertensi sejalan dengan
semakin tinggi pendidikan akan bertambahnya umur, disebabkan oleh
mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang perubahan struktur pada pembuluh darah
(Isaac, 2004). besar, terutama menyebabkan peningkatan
d. Mekanisme Koping tekanan darah sistolik biasanya setelah usia ≥
Ketika mengalami kecemasan, seseorang akan 60 tahun (Sherwood, 2007). Hanns Peter, 2009
menggunakan mekanisme koping untuk mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan
mengatasi dan ketidakmampuan mengatasi dengan usia ini adalah produk samping dari
kecemasan secara konstruktif menyebabkan keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri
terjadinya perilaku patologis (Isaac, 2004). utama, terutama aorta, dan akibat dari
e. Status Kesehatan berkurangnya kelenturan. Dengan
Setelah orang memasuki masa usia lanjut mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan
fisik yang bersifat patologis berganda, daya penyesuaian diri. Kekakuan pembuluh
seseorang yang sedang sakit dapat darah disertai dengan penyempitan dan
menurunkan kapasitas seseorang dalam kemungkinan pembesaran plague yang
menghadapi kecemasan (Isaac, 2004). menghambat gangguan peredaran darah
Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah persisten dimana tekanan sistoliknya darah menyebabkan beban jantung bertambah
diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik berat yang akhirnya dekompensasi dengan
diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, peningkatan upaya pemompaan jantung yang
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan memberikan gambaran peningkatan tekanan
sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 darah dalam sistem sirkulasi.
mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST),
mengalami penurunan akibat proses dan pada umumnya merupakan hipertensi
degeneratif (penuaan) yaitu proses primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun
menghilangnya secara perlahan kemampuan kombinasi sistolik dan diastolik merupakan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 120


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk lanjut sensitivitasnya sudah berkurang,
orang lanjut usia (Sherwood, 2007). sedangkan peran ginjal juga sudah
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia berkurang dimana aliran darah ginjal
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada dan laju filtrasi glomerulus menurun
: (Price & Wilson, 2006).
a. Elastisitas dinding aorta menurun c. Pendidikan
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku Tingkat pendidikan secara tidak
c. Kemampuan jantung memompa darah langsung juga mempengaruhi tekanan
menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur darah. Tingginya risiko terkena
20 tahun kemampuan jantung memompa hipertensi pada pendidikan yang
darah menurun menyebabkan menurunnya rendah, kemungkinan disebabkan
kontraksi dan volumenya karena kurangnya pengetahuan pada
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal seseorang yang berpendidikan rendah
ini terjadi karena kurangnya efektivitas terhadap kesehatan dan sulit atau
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi lambat menerima informasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah (penyuluhan) yang diberikan oleh
perifer (Reny, 2014). petugas sehingga berdampak pada
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya perilaku/pola hidup sehat (Anggara &
Hipertensi Prayitno, 2013 ).
a. Faktor Genetik d. Jenis Kelamin
Seseorang yang berasal dari keluarga Prevalensi terjadinya hipertensi pada
dengan riwayat hipertensi, mempunyai pria sama dengan wanita. Namun
resiko yang lebih besar untuk wanita terlindung dari penyakit
menderita hipertensi dibandingkan kardiovaskuler sebelum menopause.
dengan keluarga yang tanpa riwayat Wanita yang belum menopause
hipertensi. Ekspresi dari hipertensi dilindungi hormon estrogen yang
pada seseorang sepertinya merupakan berperan dalam meningkatkan kadar
hasil dari perubahan–perubahan pada High Density Lipoprotein (HDL).
genetik. Telah terbukti bahwa bukan Kadar kolesterol HDL yang tinggi
hanya tekanan darah, tetapi juga merupakan faktor pelindung dalam
mekanisme pengaturan sistem renin- mencegah terjadinya proses
angiotensin-aldosteron, sistem saraf aterosklerosis (Price & Wilson, 2006).
simpatis, semuanya dipengaruhi secara e. Obesitas
genetik. Teknik biomolekular modern Telah lama diketahui bahwa kejadian
telah memungkinkan pemeriksaan gen hipertensi berhubungan dengan
yang bertanggungjawab terhadap obesitas, namun mekanisme yang pasti
terjadinya hipertensi pada seseorang masih belum jelas. Selective insulin
(Price & Wilson, 2006). resistance adalah suatu keadaan
b. Umur apabila seseorang mengalami
Semakin bertambahnya umur, maka gangguan kemampuan insulin dalam
tekanan darah juga akan meningkat. metabolisme glukosa, namun efek
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri fisiologis lain dari insulin masih
akan mengalami penebalan oleh terjadi seperti etensi sodium,
karena adanya penumpukan zat perubahan struktur dan fungsi
kolagen pada lapisan otot, sehingga vaskular, transport ion, dan aktivitas
pembuluh darah akan berangsur– sistem saraf simpatis sehingga akan
angsur menyempit dan menjadi kaku. mengakibatkan hipertensi (Price &
Peningkatan umur akan menyebabkan Wilson, 2006).
beberapa perubahan fisiologis, pada f. Konsumsi garam
usia lanjut terjadi peningkatan Konsumsi garam yang tinggi
resistensi perifer dan aktivitas dihubungkan dengan terjadinya
simpatik. Pengaturan tekanan darah hipertensi esensial, terlihat dari
yaitu refleks baroreseptor pada usia penelitian epidemiologi terhadap

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 121


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
tekanan darah orang yang konsumsi Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat
makanannya garam tinggi. Namun pada kriteria yang berbeda, maka harus dipilih
demikian kebanyakan dari mereka kriteria yang tertinggi untuk
tidak menderita hipertensi, pasti ada mengklasifikasikan status tekanan darah
perbedaan sensitivitas terhadap garam. seseorang. Misalnya, 160/90 mmHg harus di
Suatu respon tekanan darah yang klasifikasikan stadium 2, dan 180/120 mmHg
sensitif terhadap garam / sodium harus di klasifikasikan stadium 4.
didefinisikan sebagai kenaikan rata –
rata tekanan darah arteri sebesar = METODE PENELITIAN
5 mmHg setelah konsumsi tinggi Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat
garam selama 2 minggu. Beberapa penting dalam penelitian, memungkinkan
penelitian telah membuktikan bahwa pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
pengurangan konsumsi garam dapat dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil
menurunkan tekanan darah sistolik (Nursalam, 2013). Desain penelitian yang
rata – rata 3-5 mmHg, dengan efek digunakan dalam penelitian ini adalah studi
yang lebih besar pada orangtua yang korelasi dengan rancangan operasional silang
menderita hipertensi berat (Price & (cross sectional), artinya pengumpulan data
Wilson, 2006). kedua variabel dilakukan secara bersama–
g. Stress / Cemas sama (Notoatmodjo, 2012).
Kecemasan, stress emosional, Desain studi korelasi mengkaji hubungan
ketakutan dan kegelisahan dapat antara variabel, peneliti dapat mencari,
mengakibatkan stimulasi simpatis menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan,
yang meningkatkan frekuensi denyut dan menguji berdasarkan teori yang ada.
jantung, curah jantung dan resistensi Desain studi korelasi bertujuan untuk
vaskuler, efek simpatis ini mengungkapkan hubungan korelatif antar
meningkatkan tekanan darah. variabel, dengan demikian pada desain studi
Kecemasan atau stress meningkatkan korelasi peneliti melibatkan minimal dua
tekanan darah sebesar 30 mmHg variabel. Studi korelasi biasanya dilakukan
(Perry & Potter, 2010). bila variabel – variabel yang diteliti dapat
Kriteria tekanan darah orang dewasa berusia diukur secara serentak dari suatu kelompok
18 tahun keatas * subjek (Nursalam, 2013).
Tekanan Darah Populasi adalah wilayah generalisasi yang
No Kriteria Sistolik Diastolik terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
mmHg mmHg kualitas dan karakteristik tertentu yang
1. Normal < 130 < 85 ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
2. Normal 130 – 139 85 – 89 kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
tinggi 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
3. Hipertensi semua usia lanjut di Panti Sosial Tresna
Ringan 140 – 159 90 – 99 Werdha Senjarawi Kota Bandung yang
Sedang 160 – 179 100 – 109 berjumlah 77 usia lanjut.
Berat 180 – 209 110 – 119 Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
Sangat ≥ 210 ≥ 120 karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Berat tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel dalam
Tabel 2.1. Kriteria tekanan darah orang penelitian ini adalah semua sampel yang
dewasa berusia 18 tahun keatas * memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 40
usia lanjut. Menurut Arikunto (2006), apabila
(The Fifth Report of The Joint National subyeknya <100 lebih baik diambil semua.
Comitee on Detection, Evaluation and Sampling merupakan cara mengambil sampel
Treatment of High Blood Pressure. Arch dari populasinya dengan tujuan sampel yang
Intern Med 1993 Jan 25, 153:161 dalam diambil dapat mewakili populasi yang akan
smeltzer, 2002) diteliti (Nasir dkk, 2011). Tehnik sampling
*Catatan : Tidak sedang memakai obat merupakan cara – cara yang ditempuh dalam
antihipertensi dan tidak sedang sakit akut. pengambilan sampel agar memperoleh sampel

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 122


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan Variabel dependen adalah variabel yang
subyek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
1995 & Nursalam, 2008 dalam Nursalam, adanya variabel independen (Sugiyono, 2013).
2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah Tingkat Kecemasan.
menggunakan tehnik non probability sampling Instrumen penelitian adalah alat – alat yang
yaitu tehnik pengambilan sampel yang tidak akan digunakan untuk pengumpulan data
memberikan peluang/kesempatan sama bagi (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang
setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
menjadi sampel, dengan pendekatan puposive pedoman wawancara. Wawancara merupakan
sampling. Puposive sampling yaitu tehnik tehnik pengambilan data dimana penelitian
penentuan sampel dengan pertimbangan mendapatkan keterangan secara lisan dari
tertentu (Sugiyono, 2013). seseorang (Riyanto, 2011).
Dalam menentukan besar sampel dalam Instrumen berupa wawancara dalam penelitian
penelitian ini berdasarkan pada kriteria inklusi ini menggunakan skala HARS (Hamilton
dan eksklusi. Rating Scale for Anxiety) untuk mengukur
a. Kriteria inklusi variabel dependen yaitu tingkat kecemasan
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum pada responden (Hawari, 2011).
subyek penelitian pada populasi target dan Validitas instrument adalah keadaan yang
sumber (Riyanto, 2011) menggambarkan instrument tersebut benar-
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : benar mengukur apa yang ingin diukur
1. Usia lanjut yang bersedia menjadi (Notoatmodjo, 2012). Peneliti tidak melakukan
responden uji validitas karena kuesioner tingkat
2. Usia lanjut yang tidak mengalami kecemasan HARS sudah terstandar secara
gangguan mental dan penurunan internasional dan telah diterbitkan (Norman,
kesadaran 2005). Uji validitas ini telah digunakan oleh
3. Usia lanjut yang mengalami hipertensi peneliti sebelumnya yaitu (Rizka, 2014)
b. Kriteria eksklusi dengan korelasi Product Moment dengan nilai
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari validitas 0,93 (Fiaka, 2015).
subyek penelitian yang tidak boleh ada, dan Uji reliabilitas adalah suatu nilai yang
jika subyek mempunyai kriteria eksklusi maka menunjukkan konsistensi suatu alat ukur
subyek harus dikeluarkan dari penelitian sehingga apat dipercaya untuk digunakan
(Riyanto, 2011) sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2010).
Kriteria eksklusi dala penelitian ini adalah : Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas karena
1. Usia Lanjut yang tidak berada di tempat kuesioner tingkat kecemasan HARS sudah
saat penelitian terstandar internasional dan telah diterbitkan
2. Usia lanjut yang tidak bersedia menjadi (Norman, 2005). Uji reliabilitas telah
responden digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang (Rizka, 2014) dengan menggunakan rumus
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Alpha Cronbach (Arikunto, 2010) dengan nilai
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh reliabilitas 0,97 (Fiaka, 2015).
informasi tentang hal tersebut, kemudian Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). atau mendeskripsikan karakteristik setiap
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel penelitian (Notoatmodjo,2012).
variabel independen (variabel bebas) dan Dalam penelitian ini analisis univariat
variabel dependen (variabel terikat). menggunakan distribusi persentase karena data
Variabel independen adalah variabel yang penelitian bersifat ordinal.
mempengaruhi atau yang menjadi sebab Analisa ini dilakukan dengan mendeskripsikan
perubahannya atau timbulnya variabel atau menggambarkan setiap variabel yang
dependen (Sugiyono, 2013). digunakan penelitian yaitu tingkat kecemasan
Variabel independen dalam penelitian ini dengan kejadian hipertensi pada usia lanjut.
adalah Hipertensi. Analisis univariat pada penelitian ini

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 123


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
dilakukan pada variabel penelitian yang 2 3 (Oij  Eij )2
meliputi: 2  
i 1 j 1 Eij
a) Tingkat Kecemasan pada usia lanjut
dikelompokkan dengan cara mengisi Kriteria uji :
kolom kode responden, memasukkan data Tolak Ho jika  2 hitung >  2 tabel ,
dan menentukan data sesuai dengan terima Ho dalam hal lainnya.
tingkat kecemasan responden yaitu : Koefisien Kontingensi:
Tidak ada kecemasan, kecemasan ringan,
kecemasan sedang, kecemasan berat, 2
C
kecemasan berat sekali/panik. Kemudian 2  n
menghitung persentase kecemasan dengan
Kriteria Derajat Asosiasi
menggunakan rumus. Tabel 3.3 Kriteria Derajat Asosiasi
b) Hipertensi pada usia lanjut
Kriteria Arti
dikelompokkan dengan cara mengisi
kolom kode responden, memasukkan 0,00 - 0,25 Derajat asosiasi lemah
hasil pengukuran tekanan darah dan Derajat asosiasi cukup
menentukan kriteria hipertensi responden 0,26 - 0,50 kuat
yaitu : Hipertensi ringan, hipertensi 0,51 - 0,75 Derajat asosiasi kuat
sedang, hipertensi berat, dan hipertensi Derajat asosiasi sangat
sangat berat. Kemudian menghitung 0,76 - 1,00 kuat
persentase hipertensi dengan (Hidayat, 2014)
menggunakan rumus.

Rumus Persentase : PEMBAHASAN


Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, dan
P = Persentase Pendidikan
F = Jumlah data berdasarkan jumlah Persen
kriteria yang dinilai Karakteristik Frek
tase
n = Jumlah keseluruhan data responden uensi
(%)
(Notoatmodjo, 2005). Laki-
11 27.5
laki
Jenis kelamin
Persentase Kategori Perem
29 72.5
puan
0% Tidak Satupun Total 40 100
1%-30% Sebagian Kecil <55 1 2.5

31%-49% Hampir 56-65 4 10


Separuhnya Umur 66-75 18 45
50% Separuhnya
51%-80% Sebagian Besar 76-85 12 30
>85 5 12.5
81%-99% Hampir Total 40 100
Seluruhnya
SD 17 42.5
100% Seluruhnya 
SMP 15 37.5
Pendidikan
Analisa bivariat yaitu analisis yang dilakukan SMA 7 17.5
terhadap dua variabel yang diduga
S1 1 2.5
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo,
Total 40 100
2012). Penelitian ini menggunakan analisis chi
square (Hidayat, 2014).
Statistik Uji :
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 124
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian kecil Berat : 3 7.5
responden (27.5%) berjenis kelamin laki –laki (180-209/110-
dan sebagian besar responden (72.5%) berjenis 119 mmHg)
kelamin perempuan. Umur responden tidak Sangat Berat 0 0
terbagi rata, sebagian kecil responden (2.5%) : (>210/>120
berumur <55 tahun, sebagian kecil responden mmHg)
lainnya (10%) berumur 56-65 tahun, hampir Total 40 100
separuhnya responden (45%) berumur 66-75
tahun, sebagian kecil responden (30%) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar
berumur 76-85 tahun, dan sebagian kecil responden (87.5%) termasuk kategori
responden lainnya (12.5%) berumur >85 hipertensi sedang, sebagian kecil responden
tahun. Hampir separuhnya responden (42.5%) (7.5%) termasuk kategori hipertensi berat,
berpendidikan SD, hampir separuhnya sebagian kecil responden lainnya (5%)
responden lainnya (37.5%) berpendidikan termasuk kategori hipertensi ringan.
SMP, sebagian kecil responden (17.5%) 4.1.4. Hubungan Tingkat Kecemasan
berpendidikan SMA, sebagian kecil responden Dengan Hipertensi Pada Usia Lanjut
lainnya (2.5%) berpendidikan S1. Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Kecemasan
4.1.2. Tingkat Kecemasan Pada Usia Lanjut Dengan Hipertensi Pada Usia Lanjut
Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Tingkat Hipertensi
Tot
Kecemasan Pada Usia Lanjut Kecemasa
Ber Rin Sed al
Tingkat n
Persen at gan ang
Kecemasan Frekuensi (%) Kecem
asan
F 3 0 8 11
 2 hitung =
Tidak Ada 0 0 100, 0,0 22,9 27,5
Berat % 27,273
Kecemasan 0% % % %
Kecem F 0 2 2 4
Ringan 4 10 asan
0,0 100, 5,7 10,0 df = 4
Ringa %
Sedang 25 62.5 n % 0% % %
Kecem F 0 0 25 25
Berat 11 27.5 asan  2tabel =
Sedan 0,0 0,0 71,4 62,5
% 9,488
Berat 0 0 g % % % %
Sekali / Total F 3 2 35 40
Panik Sig. =
100, 100, 100, 100, 0,000
%
Total 40 100 0% 0% 0% 0%

Tabel di atas merupakan tabulasi silang dari


Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan dengan hipertensi. Dari 11
responden (62.5%) termasuk kategori tingkat responden yang termasuk kategori tingkat
kecemasan sedang, sebagian kecil responden kecemasan berat, 3 responden diantaranya
(27.5%) termasuk kategori tingkat kecemasan termasuk hipertensi berat, dan 8 responden
berat, dan sebagian kecil responden lainnya diantaranya termasuk hipertensi sedang. Dari 4
(10%) termasuk kategori kecemasan ringan. responden yang termasuk kategori tingkat
4.1.3. Hipertensi Pada Usia Lanjut kecemasan ringan, 2 responden diantaranya
Tabel 4.3. Distribusi Hipertensi Pada termasuk hipertensi ringan, dan 2 responden
Usia Lanjut diantaranya termasuk hipertensi sedang. Dari
Hipertensi Persen 25 responden yang termasuk kategori tingkat
Frekuensi
(%) kecemasan sedang, seluruhnya termasuk
Ringan: (140- 2 5 hipertensi sedang.
159/90-99 Analisis yang digunakan pada penelitian ini
mmHg) adalah menggunakan analisis chi square.
Sedang : 35 87.5 Berdasarkan hasil perhitungan statistik
(160-179/100- tersebut diperoleh nilai  2 hitung sebesar
109 mmHg) 27,273. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 125


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
asymsig < 0,05. Oleh karena itu Ha diterima 1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha
dan H0 ditolak artinya secara statistik terdapat Senjarawi
hubungan tingkat kecemasan dengan Diharapkan lebih memperbanyak program
hipertensi. Untuk melihat sejauh mana kegiatan dengan para usia lanjut misalnya,
keeratan hubungan yang terjadi antara tingkat dengan mengadakan penyuluhan tentang
kecemasan dengan hipertensi, maka digunakan kesehatan usia lanjut dan kegiatan senam
koefisien kontingensi, karena nilai C=0,63 usia untuk mencegah terjadinya
termasuk ke dalam interval (0,51 < C < 0,75), kecemasan yang berdampak hipertensi.
maka korelasi antara tingkat kecemasan 2. Bagi peneliti selanjutnya
dengan hipertensi termasuk kategori derajat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
asosiasi kuat. referensi serta dapat melakukan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terkait dengan kejadian hipertensi pada
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai usia lanjut dengan mengambil variabel lain
berikut : untuk memperbanyak referensi terkait
1. Sebagian besar responden (62.5%) dengan kejadian hipertensi.
termasuk kategori tingkat kecemasan
sedang, sebagian kecil responden REFERENSI
(27.5%) termasuk kategori tingkat Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013).
kecemasan berat, dan sebagian kecil Faktor-Faktor Yang Berhubungan
responden lainnya (10%) termasuk Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas
kategori kecemasan ringan. Hal ini Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun
menunjukkan bahwa sebagian besar 2012. Program Studi S1 Kesehatan
usia lanjut di Panti Sosial Tresna Masyarakat STIKes MH. Thamrin.
Werdha Senjarawi Kota Bandung Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
termasuk dalam kategori kecemasan 5(1):20-25.
sedang. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
2. Sebagian besar responden (87.5%) Suatu Pendekatan Praktek (Revisi VI
termasuk kategori hipertensi sedang, ed.). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
sebagian kecil responden (7.5%) Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
termasuk kategori hipertensi berat, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
sebagian kecil responden lainnya (5%) Rineka Cipta.
termasuk kategori hipertensi ringan. Bickley, L.S. (2012). Buku Ajar Pemeriksaan
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi
besar usia lanjut di Panti Sosial Tresna 8. Jakarta:EGC.
Werdha Senjarawi Kota Bandung Badan Pusat Statistik. (2015). Kebutuhan Data
termasuk dalam kategori hipertensi Ketenagakerjaan Untuk Pembangunan
sedang. Berkelanjutan.Pdf
3. Tedapat hubungan antara tingkat http://www.ilo.org.
kecemasan dengan kejadian hipertensi Chaplin, J. (2005). Kamus Lengkap Psikologi.
pada usia lanjut di Panti Sosial Tresna Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Werdha Senjarawi Kota Bandung Effendi, F .(2009). Keperawatan Kesehatan
dengan nilai  2 hitung sebesar Komunitas : Teori dan Praktik dalam
27,273. Hasil uji statistik Keperawatan. Jakarta : Salemba
menunjukkan bahwa asymsig < 0,05. Medika.
Nilai C = 0,63 termasuk ke dalam Ermawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan
interval (0,51 < C < 0,75), maka Jiwa dengan Masalah Psikososial.
korelasi antara tingkat kecemasan Jakarta: CV. Trans Info Media.
dengan hipertensi termasuk kategori Fajar, H. (2014). Hubungan Tingkat Stress
derajat asosiasi kuat. Dengan Tekanan Darah Pada Lansia
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian Hipertensi di Gamping Sleman
ini, peneliti memiliki beberapa saran yang Yogyakarta. Skripsi pdf. Sekolah Tinggi
dapat diberikan, yaitu : Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 126


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
Fiaka, A.D. (2015). Hubungan Tingkat Huriawati, (ed). Patofisiologi Konsep
Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Klinis, Proses – Proses Penyakit. EGC.
pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Jakarta : p.1183-95.
Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Proverawati, A. (2011). Menopause dan
Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi. Sindrom Premenopause. Yogyakarta :
http://opac.say.ac.id/52/1/ayu%20full% Nuha Medika
20scripshit.pdf. Diakses pada Maret Reny, Y.A. (2014). Buku Ajar Asuhan
2016 Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda
Hanns, P. (2009). Hipertensi. Diterjemahkan NIC dan NOC. Jakarta: Trans Info
oleh Lily Endang Joeliani. Jakarta : PT Medika.
Bhuana Ilmu Populer. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Hawari, D. (2011). Manajemen Stress Cemas Jakarta : Badan Penelitian dan
dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit Pengembangan Kesehatan Kementerian
FKUI. Kesehatan RI.
Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Jakarta : Salemba Medika. Nuha Medika.
Isaac. (2004). Panduan Belajar Keperawatan Rizka, F. (2014). Hubungan Kesiapan dengan
Kesehatan dan Psikiatrik. Edisi 3. Tingkat Kecemasan Menghadapi Real
Jakarta : EGC Teaching pada Mahasiswa DIV Bidan
Lilik, M.A. (2011). Keperawatan Lanjut Usia . Pendidik Anvullen Stikes „Aisyiyah
Yogyakarta: Graha Ilmu. Yogyakarta‟ tahun 2014. Skripsi.
Maryam, S dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Saputri, D.(2010). Hubungan Stres dengan
Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Hipertensi pada Penduduk di Indonesia
Medika. Tahun 2007. Tesis. Program Pasca
Nasir, A dkk. (2011). Buku Ajar Metodologi Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Indonesia.
Nuha Medika. Sherwood, L. (2007). Fisiologi Manusia :
Nugroho, W. (2008). Perawatan Lanjut Usia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
Perawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Smeltzer, S C. (2002). Buku Ajar
Norman, M. (2005). Hamilton Anxiety Rating Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
Scale (HARS) Report. Atlanta: & Suddarth (8 ed.). Jakarta: Penerbit
Psychiatric Associates of Atlanta, LLC. Buku Kedokteran EGC.
(Online) tersedia dalam Stuart, G W & Sundeen, S J. (2010). Buku
http://atlantapsychiatry.com.pdf. Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :
Diakses pada Mei 2016 EGC
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Kuantitatif Kualitatif. Bandung:
Rineka Cipta. Alfabeta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
PT.Rineka Cipta Remaja. Alfabeta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Suliswati, dkk. (2012). Konsep Dasar
Penelitian Kesehatan (Revisi ed.). Keperawatan KesehatanJiwa. Jakarta:
Jakarta: PT.Rineka Cipta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu SurveyMeter. (2013). Satu Langkah Menuju
Keperawatan: Pendekatan Praktis (3 Impian Lanjut Usia Kota Ramah Lanjut
ed.). Jakarta: Salemba Medika. Usia 2030 KotaBandung.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). http://surveymeter.org/read/104/SatuLan
Fundamental of Nursing Buku 2 Edisi 7. gkahMenujuImpianLanjutUsiaKotaRam
Jakarta : Salemba Medika. ahLanjutUsia2030KotaBandung.
Price, S. & Wilson, L.(2006). Penyakit diakses pada April 2016.
sererovaskuler. Dalam : Hartanto

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 127


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016
Sustrani, L. (2005). Info Lengkap Untuk
Lansia Hipertensi. Jakarta : Pustaka
Utama.
Videbeck, S L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Warner, J. (2006). Anxiety Often Missed In
Ederly. Web MD Health News.
http://www.Webmd.com/anxietypanic/g
uide/20061101/anxiety-missed-ederly.
Wijayanti, I. (2009). Hubungan antara
Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Pundong Bantul
Yogyakarta. Skripsi.
Yuliarti, D. (2007). Faktor – Faktor yang
Berhubungan dengan Hipertensi pada
Usia Lanjut di Posbindu Kota Bogor
Tahun 2007. Tesis. Depok : Program
Pasca Sarjana FKM UI

BIODATA PENULIS
Penulis pertama adalah Kadek Devi Pramana,
S.Kep., merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas BSI Bandung .
Penulis kedua, Okatiranti, S.Kp., M.Biomed
adalah sebagai Pembimbing I serta Dekan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI
Bandung.
Penulis ketiga, Tita Puspita Ningrun, S.Kep.,
Ners adalah sebagai Pembimbing II serta staf
akademika Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas BSI Bandung dan Mahasiswa
Magister Keperawatan peminatan keperawatan
medical bedah di Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran Bandung.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 128


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai