Sirrullah Bin Syaiful Syuriansyah - A42213113 PDF
Sirrullah Bin Syaiful Syuriansyah - A42213113 PDF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperolehi Gelar Sarjana
Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam(SPI)
Oleh:
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh Pemimbing
NIP.195509041985031001
viii
ABSTRAK
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) profil kerajaan kadriah
Pontianak Kalimantan Barat dalam kerajaan ini, dan bangsa Melayu dijadikan
bangsa yang utama dalam pembentukan kerajaan ini. Disamping itu, bentuk muka
bumi dan faktor geografis yang sterategis juga memberi pengaruh yang besar
dalam perkembangan Kerajaan Melayu Pontianak (2)Tokoh-tokoh yang memberi
pengaruh kepada perkembangan kerajaan Pontianak dalam memberi dampak
positif mahupun negatif kepada pemerintahan setelahnya seperti Sultan Sarif
Abdurrahman, Sultan Syarif Kasim, Sultan Syarif Usman, Sultan Syarif Hamid I,
Sultan Syarif Yusuf, Sultan Syarif Muhammad, Sultan Syarif Hamid II dan Sultan
Abu Bakar.(3) Peninggalan sejarah Kerajaan Pontianak dan budaya yang masih
dilestarikan oleh masyarakat Melayu Pontianak.
ABSTRACT
The results of this study indicate that (1) the profile of the Pontianak West
Kalimantan kingdom of kingdoms in this kingdom, and the Malays were made the
main nation in the formation of this kingdom. In addition, the shape of the earth
and the geographical factors that are strategic also have a major influence in the
development of the Malay Kingdom of Pontianak (2) Figures that influence the
development of the Pontianak kingdom in giving positive and negative impacts to
the subsequent governments such as Sultan Sarif Abdurrahman, Sultan Syarif
Kasim, Sultan Syarif Usman, Sultan Syarif Hamid I, Sultan Syarif Yusuf, Sultan
Syarif Muhammad, Sultan Syarif Hamid II and Sultan Abu Bakar. (3) Pontianak
Kingdom's historical heritage and culture that is still preserved by the people.
HALAMAN MOTTO................................................................................................ vi
ABTRACT ................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 70
B. Saran ................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
mones yang bererti satu dan archein yang bererti pemerintah monarki
oleh raja,1 Monarki atau sistem pemerintahan Kerajaan adalah sistem tertua di
dunia pada kurun ke-19. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 tahun
kerajaan di dunia tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. sedangkan
pada dekade kedelapan abad ke-20 hanya 40 Tahta saja yang masih ada dari
bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. hubungan perdagangan
Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab
Syeikh Muhammad Naqib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dalam
1
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 968.
Hamka dan Abdullah Bin Nuh bahkan Hamka menuduh teori yang mengatakan
Islam datang dari India adalah sebuah propaganda, bahwa Islam yang datang
saudagar kaya tapi bukan keturunan Raja. Oleh sebab itu, Berdasarkan sistem
kasta dalam Hindu, dirinya tak mungkin menjadi raja. namun, dalam pratiknya
2
Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009), 207.
Keraton dan Arca bentuk laki-laki dan perempuan yang ditempatkan di Candi.
Banjar, Kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif
Sungai Kapuas yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada
pertama dengan putri dari kerajaan Mempawah dan kedua dengan putri dari
besar dan memberi kesan sehingga sekarang antara sumbangan yang diberikan
oleh kerajaan Pontianak adalah pada lambang burung Garuda. Lambang negara
portofolio. memang tidak sendiri, karena di dalam Panitia teknis yang dibentuk
perubahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan teknologi yang
ada pada masa kini pastilah memberi dampak kepada hubungan sosial
Hal yang lain membuat peneliti tertarik yaitu kesenian budaya Melayu
yang masih kental dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Pontianak yang tidak
hilang ditelan jaman, Selain itu, faktor penulis tertarik untuk meneliti kerajaan
Interregnum3 Pada tahun 1944 sehingga 1945 dan untuk yang kali keduanya
Oleh karena itu, penulis menjadi tertarik untuk meneliti dengan lebih
3
Giorgio Agamben’s, The Kingdom and the Glory (Standford University Press: Oxford 2005), 1-
5.
B. Rumusan Masalah
2017 M?
C. Tujuan penelitian
2017 M .
D. Kegunaan Penelitian
ini menarik untuk dijadikan objek Dana memiliki beberapa faktor yang berikut:
Sejarah peradaban Islam fakultas adab dan humaniora UIN Sunan Ampel
Surabaya
3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin
antara kelas-kelas sosial yang berubah termasuk didalamnya nilai, sikap dan
adalah:5
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan terjadi secara cepat.
relatif cepat.
4
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar cet 4 ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), 334.
5
Ibid., 292-297.
Sultan Syarif Abu Bakar Al Kadri, maka perubahan yang dilakukan oleh
F. Penelitian Terdahulu
yang ditulis oleh Dwi Septiani daripada Universitas Islam Negeri Sunan
Salahuddin yang merupakan anak dari Sultan Ibrahim yang menjabat pada
6
Haris, et al, Kerajaan Tradisonal (Jakarta: Cv Putra Sejati Jaya, 1997), 97.
antara isinya yaitu Sultan Bima mengakui bahwa Kerajaan Bima Merupakan
Masyarakat bima juga memang sudah lebih dahulu mengenal agama Islam
daripada penyiar agama tanah Jawa, Melayu, bahkan dari para pedagang
Gujarat( India) dan Arabdi sape pada 1609 M Yang Awalnya dianuti oleh
kesultanan yang secara rasmi menjadi agama Islam sebagai agama yang
rasmi kesultanan, namun adat yang tidak bertentangan dengan Islam tetap
kaboju” (gotong royong) Dalam hidup dan kehidupannya adat ini sudah
jurusan sejarah dan Kebudayaan Islam fakultas Adab dan Humaniora Uin
7
Ibid., 98.
8
Syarifuddin jurdi-orang-orang Bima sering menyebut Bima Sebagai Mbojo daripada Bima,
kecuali apabila orang Bima sedang berada di luar daerah, menyebut daerahnya dengan Bima, yaitu
dengan mereka yang bukan berasal dari Bima, tetapi sesama Bima tetap menyebut Mbojo.,
Historigrafi Muhammadiyah Bima (Yogyakarta: center of nation building studies, 2009), 2.
9
M Hilir Ismail, Peran Kelsutanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara (Mataram:
Lengge,2004), 7-8.
Islam yang lain secara menyeluruh, yang membedakan skripsi ini dengan
penelitian yang sebelumnya adalah fokus kepada pembahasan dari segi waktu,
tempat, relaku dan peristiwa. dan seperti ini lebih cenderung ke arah Sejarah
Dalam meneliti penulisan karya ilmiah, karya tulis dan juga penulisan
skripsi, tentunya sangat dibutuhkan sebuah data yang dapat dihasilkan dalam
G. Metode Penelitian
Metode ialah teknisi, langkah atau cara yang dilakukan peneliti untuk
oleh peneliti sejarah berkaitan dengan penerapan metode sejarah ialah sebagai
berikut :
a. Sumber Primer
b. Sumber Sekunder
berikut :
dan ekstern kritik intern yang dilakukan untuk meneliti kebenaran isi
sesuai dengan permasalahan atau tidak sama sekali, apabila kritik intern
3. Interprestasi
10
Dundung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 59.
11
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995), 102.
4. Histriografi
hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai kisah sejarah yang disusun
secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Tahapan ini juga
tertulis.
H. Sistematika Pembahasan
peneliti membagi ke dalam lima bab untuk lebih jelasnya sistem etika dalam
pembahasan pembahasan dalam bab ini merupakan uraian pokok yang menjadi
bahasan selanjutnya.
tentang profil Kerajaan Melayu Pontianak, dalam bab ini akan dijelaskan letak
geografis dan demografis Kerajaan Melayu Pontianak. Bab ini juga menyentuh
Bab terakhir yaitu bab kelima yang merupakan bab penutup yang
meliputi kesimpulan dari pada bab-bab yang sebelumnya dan saran-saran, yang
Sungai Kapuas kecil dan sungai landak pada pagi hari Rabu tanggal 23
1151 H pada hari Senin pukul 10.00 pagi atau bersamaan dengan tahun 1739
tahun.12
Visi Syarif Abdul Rahman dalam membuka wilayah baru tidak dapat
dilepaskan dari latar sejarahnya. Sebagai keturunan dari Habib Husein Alkadri,
Wells,14 bakat berupa kecerdasan politik serta karisma politik dan spiritual
yang digabungkan dengan praktik perkawinan politik adalah modal utama bagi
12
Ansar Rahman, Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak (Pemerintah Kota Pontianak:
Romeo Grafika Pontianak, 2000), 3.
13
Ibid,. 60-61.
14
Jeyamalar Kathirithamby-Wells, “Strangers and Stranger-Kings: The sayyid in Eighteenth-
Century Maritime Southeast Asia,” (Journal of Southeast Asian Studies:2009), Vol. 40, No. 3,
Syarif Abdul Rahman. Modal ini mulanya digunakan untuk menjalin relasi
Ayahnya Sayid Habib Husein Al Kadrie, seorang keturunan Arab yang telah
menjadi warga kerajaan Mantan. Ibunya juga adalah seorang putri dari
kerajaan Matan, yang menurut penulis Belanda JJK Enthoven, adalah seorang
putri Dayak yang telah menganut agama Islam. 17 Tahun Lamanya Habib
penyiar agama dan tuan besar Mempawah setelah Raja Mempawah Opu Daeng
adalah putra tuan besar Mempawah dan ia pun menjadi menantu Raja Opu
ketika ia kawin lagi dengan Putri Raja Banjar yang bernama Ratu Syahranon,
adalah Putra asli Kalimantan Barat, putra dari seorang ulama Islam Habib
Husein Al Kadrie. Ibunya seorang putri kerajaan Matan, istrinya seorang putri
agama Islam dari ayahnya. Ia juga seorang pedagang yang di waktu mudanya
15
E. Netscher, “Geschiedenis der Eerste Al-qadris,” (Tijdshrijft voor Indische Taal: Land, en
Volkenkunde, 1855), 297-298.
pedagang Indonesia, Arab, India, Inggris, Belanda, Perancis dan Cina. Dari
dengan persenjataan di laut dan awak kapal yang tangguh dipimpin sahabatnya
juragan Daud.
cabang Sungai, mempunyai hasil dasar karet dan kelapa dengan sifat-sifat yang
b. Pada sisi sebelah kanan 23 lembar daun karet, sisi kiri 10 lembar daun
kelapa.
tiga
k. Daun karet dan kelapa melambangkan usaha pokok rakyat untuk mencapai
kemakmuran.
bercabang tiga.
m. Daun karet 23 lembar dan daun kelapa 10 lembar berarti berdirinya Kota
n. Angka 1771 adalah Tahun Masehi berdirinya Kota Pontianak. Tulisan kota
wilayah peneplant dan sedimen alluvial yang secara fisik merupakan jenis
tanah liat. Jenis tanah ini berupa gambut & bekas endapan lumpur sungai
Kapuas. Dengan kondisi tersebut, tanah yang ada sangat labil dan
endapan askresi baru dari berbagai komposisi dan bentuk, termasuk materi
organik.16
komunitas Cina. Atas ajakan ini, komunitas Cina telah tercatat sebagai
salah satu unsur penduduk Pontianak sejak akhir abad ke-18. Keberadaan
negeri” (Dayak) yang kala itu sering kali menjadi objek pajak para
16
Pemerintah kota Pontianak, “Kota Pontianak dalam angka 2016” dalam
http://bappeda.pontianakkota.go.id/statis-24-sosialbudaya.html (25 Disember 2018)
17
Harlem Siahaan, “Konflik dan Perlawanan Kongsi Cina di Kalimantan Barat 1770-1854,”
Disertasi, (Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM, 1996), 283.
penerapan sistem pacht dinilai dapat menjadi sumber keuangan yang lebih
18
E.B. Kielstra, Bijdragen tot de geschiedenis van Borneo's Westerafdeling XVI, (Leiden: E.J
Brill, 1889-1893) ,44-49.
19
P.J.Veth, “Verslag Over de Residentie Borneo’s Westkust 1827-1829,” (TNI I: 1871), 8.
20
P.J.Veth, Borneo’s Wester-Afdeeling, Geographisch, Statistich, Historisch 2de Deel.
(Zaltbommel: Joh Noman en Zoon, 1856), 44.
21
E.B. Kielstra, Bijdragen tot de geschiedenis van Borneo's Westerafdeling XVI, (Leiden: E.J
Brill, 1889-1893), 175.
Dalam suasana yang amat sibuk di dunia perdagangan pada abad ke-19,
membawa pengaruh yang amat besar bagi perkembangan Kota Pontianak. Hari
emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, Gambir, Pinang, sarang
22
Syarif Ibrahim Alqadrie, Sejarah Sosial Daerah Kotamadya Pontianak. (Jakarta: Dep-dikbud,
Proyek IDSN, 1984), 19.
23
Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia III.
(Jakarta, PN. Balai Pustaka, 1984), 51.
24
J.L. Vleming, “Het Chineesche Zakenle-ven” (Weltevreden: Nederland Indie 1926), 257.
mendapat izin dari sultan. Pada masa itu banyak didirikan kampung yang
berorientasi pada daerah atau negara di mana perdagangan tersebut berasal dan
Kemboja, Basir, Siagon, Arab, Tanjung, Kapur, Parit Mayor, dan sebagainya.
China, Eropah, dan bangsa lain yang berkaitan erat dengan perkembangan
di Pontianak secara bertahap dapat menarik penduduk yang ada di daerah asal
urbanisasi terdiri atas orang Melayu yang pada umumnya berasal daripada
mempawah dan Sambas, dan orang Cina yang bermata pencaharian sebagai
pedagang. Suku dayak yang merupakan penduduk asli daerah tersebut justru
kurang tertarik untuk berurbanisasi ke pontianak, padahal suku bangsa lain dari
dengan Suku bangsa lain. Hal ini disebabkan orang Dayak selalu mengikut
paling mulia kerana merupakan rahmat bagi kehidupannya. Oleh kerana itu,
menjadi Petani tentu saja tidak dapat menetap di Pontianak kerana tidak
tersedianya lahan pertanian yang cukup, apa lagi jika harus menganut sistem
1830 tercatat sebanyak 250.075 jiwa. Jumlah orang Cina yang menetap cukup
besar. Pada tahun 1770 para buruh tambang Cina berjumlah 10.000 jiwa, tahun
1810 berkisar 32.000 jiwa, tahun 1829 berjumlah 32.925 jiwa, dan tahun 1900
penduduk pribumi dan pendatang lainnya. Pada tahun 1830 jumlah penduduk
Kalimantan Barat tercatat 250.075 jiwa dengan perincian Suku Dayak 143.026
jiwa, Melayu 71.085 jiwa, Bugis 2.281 jiwa, Arab 955 jiwa, Eropa 13 jiwa, dan
25
Writser Jans Cator, The Economic Position of the Chinese in Netherlands Indie. (Oxford:
University of Chicago Press 1936), 149.
menyatakan bahwa etnis Melayu berjumlah 25.200 jiwa dan etnis Cina
berjumlah 8.403 jiwa dan etnis Cina berjumlah 1.159 jiwa. Selanjutnya,
Francis menambahkan bahwa etnis Melayu berjumlah 11.122 jiwa, etnis Cina
berjumlah 11.391 jiwa, etnis Arab berjumlah 900 jiwa, dan etnis Bugis
berjumlah 1814 jiwa. Van Lijden juga mengungkapkan bahwa etnis Melayu
berjumlah 7.486 jiwa, etnis Cina berjumlah 1.711 jiwa, etnis Dayak berjumlah
105 jiwa, dan etnis Arab berjumlah 216 jiwa. Dalam kartu statistik Van Mervil
dalam kurun waktu itu. Akan tetapi, berbagai laporan dari para pedagang dan
26
P.J.Veth, Borneo’s Wester-Afdeeling, Geographisch, Statistich, Historisch 2de Deel.
(Zaltbommel: Joh Noman en Zoon, 1856), xxxi.
27
Ibid., 13.
28
J.L. Vleming, Het Chineesche Zakenle-ven, 254.
29
Arsip Nasional Republik Indonesia (1973), 215.
pemukiman penduduk. Permukaan tanah yang relatif landai, pola aliran sungai
yang tidak teratur, dan hutan yang lebat memberikan kecenderungan penduduk
wilayah Kerajaan Pontianak dengan daerah hinterland dan ke arah hilir sungai
tinggi semakin bercabang hingga beranting, dan di daerah muara sungai akan
yang oleh penduduk dikenal dengan sebutan parit-parit yang berfungsi sebagai
30
Miksic, John N, “Penganalisaan Wilayah dan Pertumbuhan Kebudayaan Tinggi di Sumatera
Selatan” dalam Berkala Arkeologi V. (Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, Maret 1984), 10.
keamanan kota. Fungsi parit bagi keamanan kota adalah untuk memperkecil
kemungkinan serangan yang datangnya dari luar sehingga musuh tidak bisa
fungsi tersebut di atas. Peranan dan fungsi parit yang semakin besar dapat
sesuai dengan kemudahan yang tersedia oleh alam, artinya bahwa pemilihan
lokasi pemukiman tidak disertai dengan usaha penaklukan alam lebih dahulu.
Besar.
mengikuti aliran sungai ini disebut sebagai perkembangan kota organik, yaitu
yang berkembang dengan sendirinya karena adanya suatu aktivitas tertentu dan
31
J.L. Vleming, Het Chineesche Zakenle-ven in Nederland Indie. (Weltevreden, 1926), 257-258.
32
Aryandini Novita, “Pola Pemukiman Kota Batavia Abad XVII-XVIII”, Jurnal Penelitian Balai
Arkeologi Bandung. No-mor : 5/ Maret 1999.
Keraton sebagai pusat kota tradisional didiami oleh sultan dan para
hulubalang atau pembantu kerajaan, dan ini terdiri atas orang Bugis dan Arab.
Kampung Tambelan. Nama ini sesuai dengan asal Panglima Abdul Rani, salah
seorang utusan dari Kerajaan Riau yang ingin menyerang Kerajaan Pontianak,
tetapi dapat dikalahkan oleh sultan. Atas kebijakan sultan, ia diberi izin untuk
pada tahun 1772 oleh Lo Fong bersama dengan seratus orang pengikutnya
pengaruhnya telah tertanam dan menjadi anutan bagi Cina yang bermukim di
orang Cina di Pontianak. Hal ini kemudian menjadi dasar kebijakan sultan
33
Syarif Ibrahim Alqadrie, Sejarah Sosial Daerah Kotamadya Pontianak. (Jakarta: Dep-dikbud,
Proyek IDSN, 1984), 79.
VOC yang bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan negeri ini secara
Pemberian ini dikenal dengan nama Tanah Seribu atau Verken-depaal yang
meliputi areal seluas seribu kali seribu meter persegi. Daerah ini meru-pakan
dan pertokoan Nusa Indah), orang Eropa dan pejabat pemerintahan Belanda
34
Arsip Nasional Republik Indonesia, Borneo-West 16/26, (5 Juli 1779), 263.
35
Arsip Nasional Republik Indonesia, Borneo-West 16/26, (5 Juli 1779), 262.
berkembang terutama setelah tahun 1840, demikian pula daerah selatan tepi
Sungai Kapuas karena semakin banyaknya orang Eropa yang menetap, baik
pada tahun 1893, sekolah-sekolah Belanda H.I.S., H.C.S., dan sebagainya. Tepi
kiri Sungai Kapuas merupakan daerah perda-gangan orang Cina dan ramai
dikunjungi kapal api, perahu, dan sampan. Sepanjang kanan Sungai Kapuas
dan Sungai Landak banyak36 dihuni orang Cina yang bermata pencaharian
boundary antar kelompok suku dan berkaitan juga dengan pembagian lapangan
36
Ibrahim Alqadrie, Sejarah Sosial Daerah Kotamadya Pontianak, 78-79.
saudara dan anak istrinya pula dibangun. Dalam 3 tahun pertama, daerah ini
pada awalnya para pedagang pun tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar
masjid kecil yang pertama kali didirikan telah menjadi tempat orang menuntut
ilmu dan ajaran agama Islam. Para pedagang yang datang telah mengetahui
bahwa Pangeran Syarif Abdurrahman adalah putra dari ulama besar Habib
Husein Alkadrie yang telah mahsur sejak di Mantan dan Mempawah. Keluarga
37
Rahman, Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak , 77.
puluhan perahu dagang yang juga dipersenjatai dengan meriam meriam kecil
untuk membela diri dari gangguan perompak dan bajak laut. kekuatan armada
sepanjang pinggir sungai landak dan sungai Kapuas kecil yang terdiri dari pada
orang Dayak, sebagian dari mereka tertarik untuk menganut agama Islam dan
sehingga ia sudah dikenal oleh Sultan dan raja-raja sampai Siak dan Johor.
semakin ramai dihuni penduduk dari suku Dayak dan Melayu, demikian pula
tepian kiri kanan Sungai landak telah ramai Pulau dihuni penduduk pendatang
dan kedalaman Sungai landak. Daerah sebelah utara dan selatan kampus pun
kerajaan Riau dan Siak banyak mendiami delta sungai Kapuas dan
landak. Mereka adalah para pedagang dan sebagainya adalah petualang bajak
kekuasaan dan keinginan untuk menguasai daerah lain. Delapan bulan lamanya
menaklukkan Sanggau.
kembali berlayar menuju Sanggau dengan dua buah kapal besar, beberapa
Syarif Abdurrahman. Dalam perjalanan yang kedua kali ke Sanggau ini Syarif
Abdurahman didampingi oleh Yam Tuan Muda Raja Haji dari Riau yang juga
dari kayu Tunuk. Pada tanggal 26 Muharram 1192 mulai pecah perang antara
menduduki pusat Kerajaan Sanggau, Bersama dengan Yam Tuan Muda Raja
38
Rahman, Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak, 80.
39
Ibid., 81.
berhadapan dengan kekuasaan raja Sanggau yang telah lama berdiri sebelum ia
di Pulau Simpang Labi bersama-sama dengan Yam Tuan Muda Haji, Iya
Sanggau.
dengan 6 buah meriam, benteng itu diberi nama Jambu Basrah. Beberapa
Pontianak.
kekuasaan. Keinginan ini pun didukung oleh Yam tuan Muda Raja
oleh para Sultan dan Panembahan di Kalimantan Barat, Maka Raja Haji
dan Sultan Matan serta Sukadana dan Sambas untuk datang berkumpul di
Yam Tuan Muda Riau Raja Haji adalah putra dari Opu Daeng
Raja Haji dari Riau bertindak jadi tuan rumah dalam mengangkat Syarif
yang dihadiri oleh para Sultan dan penambahan dari Matan, Sukadana,
Pontianak. Di hadapan para hadirin, dengan suara keras Raja Haji berkata:
negeri Pontianak ini, kita telah angkat berpangkat nama Paduka Sri Sultan
adanya.
oleh raja haji dari Riau, Putra dari Opu Daeng celak, saudara dari Opu
yang subur, pohon kayu menghijau, sebagai tempat yang amat baik dalam
mengembangkan agama Islam serta tempat yang amat baik bagi anak cucu
di kemudian hari.
Sultan Syarif Kasim, yang lahir 1767 adalah putera tertua Sultan
tentara Batavia yang dipimpin oleh Mayor Ambral dan Kapten Salpitsin.
terbukti tidak saja dari campur tangan Batavia di bawah Gubernur Jenderal
lain adalah strategi politik kolonial Belanda untuk mengadu domba Syarif
nakhoda Jung Cina dan beberapa orang lainnya tanpa alasan jelas; (3) dan
Pontianak dan tidak mendapat restu dari Sultan Syarif Abdurrahman untuk
menyebutkan bahwa;-
perlindungan seperlunya.
3. Hasil pajak impor dan ekspor, penjualan candu dan Monopoli garam,
pajak orang Cina dan lain-lain akan diatur oleh pemerintah Belanda.
Sultan.
realisasi awal dari keserakahan Barat, dalam hal ini Belanda, untuk
Kampung Luar.
disimak dari salah satu surat Sultan Syarif Kasim 14 Februari 1811.
Gambar 3.1 Surat Sultan Pontianak Syarif Kasim Alkadri kepada Thomas
Tarjemahan;-
yang tiada berkesudahan selagi ada perkitaran carkawala fi asal wal nahar,
40
British Library , MSS Eur D. 742/I,f 33 a.
yaitu daripada Seri Paduka Sultan Syarif Kasim Ibnu almarhum Sultan
Thomas Raffles yang akan berhenti Pada masa ini di dalam bandara kota
kepada sahabat kita Yang Maha Baik, maka ada kita sudah terima dua
pucuk surat beserta kiriman Sekayu kasa bunga emas dan sekayu kasa
Kasim kepada sahabat kita yang maha baik, maka adalah kita sudah
terima 2 pucuk surat beserta kiriman sekayu kasa bunga emas dan sekayu
kasa bunga perak sepasang kasur beremas, itu kiriman dari pada sahabat
kita yang di bawah kapiten Lambert. maka kita sambut dengan beberapa
hormat istiadat yang patut beserta beberapa kerendahan dan sahabat kita
ada suka berkirim sepotong surat kepada kita satu orang miskin. maka kita
sangat menerima kasih banyak kepada sahabat kita Yang Maha Baik itu.
Syahdan mana-mana yang tersebut dalam surat sahabat kita itu pun
telah mafhum akan sekaliannya. dan sekarang lagi sahabat kita minta kita
itu segala sahabat kita selaksa kali kita ada suka sahabat bersahabat dengan
sahabat orang putih kompeni Inggris. kerana kepada kita ini segala kita
tidak harap nyalain lain melainkan kepada sahabat kita kompeni Inggris
Kirana kepada kita ini segala kita tidak hadapnya lain melainkan kepada
sahabat kita kompeni Inggris juga yang kita harap harap pada siang dan
malam selagi kita kita dan Cakrawala bulan dan matahari Ini adanya,
melainkan sahabat kita boleh harap Dan kita punya janji adanya.
Sehat dan kita sangat harap jika kita ada susah atau suka kesakitan
melainkan kita tiada harapan kepada yang lain, melainkan kita harap akan
Dan sekarang lagi seperti sahabat kita tanyakan kabar kapal yang
bernama Commerce Itu telah nya telah diambil oleh Pangeran Sambuda,
maka Kapan itu sudah dibakar dan hartanya diambil dan sudah habis dijual
dan Mualimnya sudah ia bunuh dan kelasinya semua dia sudah kirim ke
Dan akan hal ini Abang Abdul Rasyid yang membunuh Kapitan
Ross itu sah di dalam negeri Sambas. Akan harta Kapitan Ross itu telah
negeri Sambas. Maka kepada Abang Abdul Rasyid itu sekarang keluar
bersama pangeran Anom, saudara Sultan Sambas, dia suruh menjadi lanun
Kuala Banjar. Pangeran anom itu keluar dengan 12 kapal kecil dan 25
perahu penjajab kecil bisa merusak segala orang pedagang yang masuk
Thomas Raffles Esquire. Jika boleh kita harap sahabat kita tolong dengan
sebolehnya kejar itu penjahat sama orang perdagang itu, karena pada
laut Negeri itu Perampok dan lanun itu, pastilah di belakang ya kejam
Sultan Sambas ini kita jahat sama Inggris pertama membunuh Kapitan R-
mengambil Kapitan Rose bersama dengan Abang Abdul Rasyid itu. dalam
Dan lagi jika surat sahabat kita kepada Sultan Sambas yang dibawa
oleh Kapitan Lambert itu, Maka Kapitan Lambert sudah kasih dalam
tangan kita itu surat. Maka kita sudah suruh Said Ali Hambali dengan 16
orang dalam satu perahu kecil mengantarkan surat itu kepada Sultan
Sambas dan Pangeran Anom. adalah surat Raja Sambas itu kita kirimkan
tiga belas ribu lebih sedikit. Hal ini pun kita maklumkan kepada sahabat
kita adanya. Dan lagi sahabat kita minta surat undang undang beserta surat
hikayat Raja Iskandar itu adalah kita kirimkan bersama surat ini dalam
tangan Kapitan Tiat beserta satu tombak emas akan hadiah kita kepada
sahabat kita tanda hati kita sangat putih dan ikhlas. melainkan dengan
sahabat kita berkecil hati Karena kita adalah orang miskin. jika boleh kita
minta kepada sahabat kita jangan putus Kirim kepada kita selagi ada umur
kita untuk sahabat kita. Mereka dibuat surat ini pada 22 hari bulan
Muharram pada hari Ahad waktu jam pukul 12.00 tengah hari pada tarich
41
Rahman, Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak, 114.
merugikan pihak kesultanan, rakyat dan dirinya antara lain adalah bahwa
para pemuka Kesultanan Qadriah sebagai tidak lebih dari para pegawai
dan buruh kontrakan yang makan gaji dari Belanda. Hal lain yang sangat
sekarang.
dari seharusnya. Berdasarkan tata aturan kerajaan seorang raja baru akan
diganti setelah ia wafat, Syarif Usman wafat tahun 1860 tetapi ia telah
mengundurkan diri pada bulan April 1855. Lima tahun sisa waktu
melawan Belanda.
etnis Dayak, anggota komunitas dan kongsi Cina terhadap Belanda yang
dari Kesultanan ini, yang secara de facto dan de jure dikuasai Belanda,
sehingga ia banyak memperoleh keuntungan dari sub sektor ini yang justru
Belanda.
Fatimah, yang bernama Syarif Yusuf Alkadri, lahir 1850 dan wafat 15
meninggal pada tahun 1872. Sultan Syarif Yusuf bin Syarif Hamid Alkadri
agama, dan merangkap pula sebagai penyebar agama Islam. Oleh karena
itu, sultan ini sangat terkenal dan dihormati oleh raja-raja di kawasan
perjanjian baru dengan Sultan Syarif Yusuf Alkadri. Perjanjian itu antara
wilayahnya.
fakta bahwa selama dipegang oleh Belanda, penduduk pribumi hanya mau
teknis untuk kepentingan Belanda, karena hasil pajak itu tidak dinikmati
dan kota Pontianak). Pendatang lain berasal dari Banjar, Serasan, Sampit,
Para pendatang dari Banjar yang sangat terkenal adalah Haji Muhammad
Kahfi datang tahun 1846 dan Haji Muhammad Yusuf tahun 1884 yang
42
Mohammad Donny Iswara, Wawancara Karaton Pontianak, 15 November 2018.
kesultanan ini dimotivasi oleh faktor budaya (cultural factor), yaitu siri’
perkebunan dan mengelola hutan. Sejak saat itu sub sektor perkebunan
tersebut adalah bahwa Belanda memerlukan dana untuk biaya perang Aceh
penduduk dari Pulau Jawa, Ambon dan Nusa Tenggara Timur. Kedua,
kerajaan itu.
Alkadri Syarif Muhammad bin Syarif Yusuf Alkadri, lahir 8 Januari 1872,
ketua atau kepala dari istana yang mewakili kerabat atau keluarga besar
“diberikan” Belanda.
Isinya antara lain adalah: (1) Pemerintah Hindia Belanda secara aktif
di dalam perjanjian yang sangat mengikat ini adalah: pertama, apa yang
pengaruh Sultan Muhammad tetap diakui di hati rakyat. Hal ini antara lain
dan otoritas sultan yang menyebabkan antara lain masa kekuasaan Sultan
ini.
masyarakat lainya.
hampir semua kegiatan dan sektor kehidupan rakyat, dan ditangkap dan
Juli 1913M, adalah putera sulung Sultan Syarif Muhammad Alkadri dari
Pontianak dan kebanyakan di jawa dan di luar negeri, tetapi juga informal,
berupa sekolah agama Islam, dan non formal, berupa pengasuhan dari
Begitu lulus pada tahun 1937M, ia dilantik sebagai perwira KNIL dengan
43
Mohammad Donny Iswara, Wawancara, Karaton Pontianak, 15 Nopember 2018.
KNIL dengan pangkat Kolonel, suatu pangkat tertinggi pada saat itu yang
kacau balau pada saat itu. Syarif Hamid dilantik sebagai Sultan Pontianak
Kedelapan yang dikenal dengan Sultan Hamid II, pada 29 Oktober 1945M.
Dayak, agar siapapun tampi sebagai sultan dari dinasti Al-Qadrie, Syarif
Alkadri maupun sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalbar (D.I. KB) pada 5
44
Mohammad Donny Iswara, Wawancara, Karaton Pontianak 15 Nopember 2018
Nasional Kalbar pada 5 Januari 1950 memilih Dr. Sudarso sebagai kepala
telah duduk sebagai Menteri dalam Kabinet RIS. Sultan Hamid II wafat di
tahun 1978. Baginda dinobatkan sebagai Sultan pada Januari 2004, setelah
Alkadrie, putri dari Sultan Mohamad, yang pada saat itu merupakan
anggota keluarga Alkadrie yang tertua, yang berumur lebih dari 100 tahun.
Sultan Abu Bakar merupakan cucu dari Sultan Mohamad dari anak
sendiri adalah adik kandung dari Sultan Hamid II. Sultan Abu Bakar
Sultan Abu Bakar Al Kadri wafat pada tanggal 31 Maret 2017 dan takhta
beliau di ganti oleh anak pertama beliau yang bernama Syarif Melvin
Alkadrie.
aspirasi kepada anak bangsa di masa akan datang. Pada masa ini
45
Mohammad Donny Iswara, Wawancara, Karaton Pontianak 15 Nopember 2018
Dalam usaha menangani kemiskinan pasar kecil ini bisa dijadikan sarana
adat Melayu seperti Teluk belanga dan baju kurung. Hal ini adalah usaha
dilupai .
46
Amsia Badruddin, Wawancara, Karaton Pontianak 16 November 2018
1. Istana Kadriah
terutama pada bagian depan atau tangga masuk istana. Sebelumnya tidak
Masjid besar di tepian sungai Kapuas itu kini disebut Masjid Jami’
serta pangeran dan menantu dari Raja Saad dari Banjarmasin, Syarif
dari Sultan.
yang masih hijau dan sangat strategis letaknya untuk mendirikan pusat
berdatangan dari pemukiman Hulu Sungai Kapuas dan landak serta dari
2011 dalam rangkaian Hari Jadi Kota Pontianak yang diperingati setiap
Jenderal Kebudayaan.
selesai. “Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini nikah massal ditiadakan,”
Melayu Pontianak.
pemain tar atau tahar dan musik tanjidor. Festival ini mewajibkan peserta
yang memiliki ciri khas tersendiri (berpesak). Busana ini tetap enak
antaran yang sudah jarang ditemui di era sekarang. Salah satunya Rumah
Jebah. “Ada rumah jebah yang dikreasikan dengan kue, atau koin-koin.
Jebah sebagai suatu lambang dari antar pinang atau antar barang
atau disebut pula istilah antar uang. Jebah berisi sirih yang dilipat dengan
ditempatkan di sela sirih, pinang, kapur dan lain-lain. Barang ini nantinya
47
Marsita Riandini, “Pontianak Post” (Kota Pontianak: 2011)
https://www.pontianakpost.co.id/minggu-pagi-festival-arakan-pengantin-pontianak-jaga-tradisi-
warisan-budaya-tak-benda (28 Januari 2019).
memang ada identifikasi yang jelas antara suku bangsa Melayu, budaya
diucapkan tidak lebih dari sekedar kata-kata biasa saja, yang tidak
tempat ini. Dari sini muncul dugaan kuat bahwa serapah yang
48
M.D La Ode, “Tiga Muka Etnis ” (Perspektif Ketahanan Nasional: Bigraf Publishing,1997) 23.
49
M.D La Ode, “Tiga Muka Etnis ” (Perspektif Ketahanan Nasional: Bigraf Publishing, 1997) ,
73.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pontianak, Melayu yang telah mengerucut sebagai suku bangsa atau etnis,
dengan suku bangsa atau etnis Batak, Aceh, Minang, Banjar, Dayak,
Melayu.
perkampungan setelah mendapat izin dari sultan sehingga pada masa itu
banyak didirikan kampung yang berorientasi pada daerah atau negara dari
berasal dari berbagai suku atau bangsa yang sejak lama melibatkan diri
pro atau kontra kekuasaan asing dalam struktur kekuasaan feodalistis yang
B. Saran
yaitu:
kebudayaan.
3. Dalam budaya dan adat yang telah anuti secara turun-temurun secara
nasibnya, selain Keraton ini dapat membentuk sosialisasi yang lebih baik
4. Diharapkan ada upaya untuk penelitian yang lebih lanjut dan komprehensif
Hamid Rogayah “Hikayat Opu Daeng Menambun”, Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pelajaran Malaysia.
Agamben's Giorgio, The Kingdom and the Glory, Oxford: Stanford University Press
2005.
Ibrahim Syarif, Sejarah Sosial Daerah Kotamadya Pontianak, Jakarta: Dep-dikbud,
Proyek IDSN, 1984.
Rahman Ansar, Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak Pemerintah Kota
Pontianak: Romeo Grafika Pontianak,2000.
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999.
Netscher, “Geschiedenis der Eerste Al-qadris”, Tijdshrijft voor Indische Taal: Land,
en Volkenkunde,1855.
Edyar Busman, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009.
Ismail M Hilir, Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara
Mataram: Lengge, 2004.
Kathirithamby-Wells Jeyamalar, “Strangers and Stranger-Kings: The Sayyid in
Eighteenth-Century Maritime Southeast Asia,” dalam Journal of Southeast
Asian Studies, Vol. 40, No. 3, 2009.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995.
MS Suwardi, et al Raja Haji, Marhum Teluk Ketapang Malaka, Jakarta, Depdikbud,
1983.
Muhammadiyah Bima Historigrafi Yogyakarta: Center of Nation Building Studies,
2009.
P.J.Veth, Borneo’s Wester-Afdeeling, Geographisch, Statistich, Historisch 2de Deel.
Zaltbommel: Joh Noman en Zoon, 1856.
Rahman Ansar, et al Tanjungpura Berjuang, Pontianak: Sejarah Kodam
XII/Tanjungpura, 1971.
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar cet 4 Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1990.
Sugono Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Internet :