DI BUAT OLEH :
19021045
1 TL D3-K PLN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, masalah listrik menjadi polemic yang
berkepanjangan dan telah memunculkan multi implikasi yang sangat
kompleks di berbagai aspek kehidupan. Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa listrik telah menjadi bagian yang sangat penting bagi umat manusia.
Oleh karenanya tak berlebihan bahwa listrik bisa dikatakan sebagai salah satu
kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan hidup umat
manusia. Beberapa tantangan besar yang dihadapi dunia pada masa kini,
antara lain, bagaimana menemukan sumber energi baru, mendapatkan sumber
energi yang pada dasarnya tidak akan pernah habis untuk masa mendatang,
menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan mengubah energi dari satu
ke lain bentuk, serta memanfaatkannya tanpa menimbulkan pencemaran yang
dapat merusak lingkungan hidup kita. Dibanding dengan bentuk energi yang
lain, listrik merupakan salah satu bentuk energi yang praktis dan sederhana. Di
samping itu listrik juga mudah disalurkan dari dan pada jarak yang berjauhan,
mudah didistribusikan untuk area yang luas, mudah diubah ke dalam bentuk
energi lain, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, manfaat listrik telah
dirasakan oleh masyarakat, baik pada kelompok perumahan, sosial, bisnis atau
perdagangan, industri dan publik.
Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini mengakibatkan
banyaknya pemakaian sumber daya listrik sebagai penunjang kehidupan yang
lebih baik. Dengan peningkatan pemakaian
energi listrik ini menunjukkan standar kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang lebih baik. Oleh sebab itu dibutuhkan kualitas sistem jaringan distribusi
yang handal.
Sistem distribusi tenaga listrik ditunjang oleh perlengkapan-perlengkapan
distribusi yang memadai. Pada kondisi normal sistem distribusi teraliri oleh
arus maupun tegangan kerja sehingga mempengaruhi kinerja perlengkapan
yang ada. Peralatan distribusi tersebut merupakan peralatan yang sensitif
2
terhadap gangguan gangguan baik yang berasal dari faktor dalam (internal)
alat tersebut maupun dari luar (external) alat tersebut.
Kondisi kerja perlengkapan distribusi seperti isolator, konduktor, trafo
maupun sambungan pada saluran udara sangatlah rawan mengalami gangguan
dan kerusakan yang ditimbulkan oleh arus beban. Arus beban dapat
menimbulkan rugi-rugi dan meningkatkan suhu pada peralatan sistem
distribusi sehingga menurunkan tingkat effisiensi dan umur dari peralatan
yang ada. Selain adanya arus beban yang mengganggu, kerusakan peralatan
distribusi dapat juga ditimbulkan oleh percikan bunga api (flashover) yang
muncul karena adanya gap antar fasa yang mempengaruhi perlengkapan-
perlengkapan pada jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah 20
KV (SUTM) menjadi panas.
Perawatan dan pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang rutin
bertujuan untuk mengatasi penurunan effisiensi dan kerusakan agar
perlengkapan tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Dalam hal
ini perawatan dan pemeliharaan jaringan yang dilakukan oleh Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dengan sistem tanpa tegangan (pemadaman) menjadi
masalah vital yang dialami oleh konsumen maupun perusahaan listrik karena
dapat menurunkan kontinuitas pelayanan. Suplai tenaga listrik untuk
pelanggan menjadi terhambat dan tidak dapat melakukan proses produksi
dengan optimal karena tenaga listrik tidak tersalurkan. Kerugian yang dialami
oleh perusahaan listrik sangatlah besar karena adanya pemadaman listrik
mengakibatkan banyaknya energi listrik yang hilang dan tidak dapat terjualkan
kepada konsumen.
Solusi untuk menekan adanya pemadaman, maka perusahaan listrik
melakukan pemeliharaan jaringan distribusi Tegangan Menengah 20 KV
dengan sistem hot line maintenance (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan/
PDKB). Tanpa adanya pemadaman listrik yang dilakukan oleh PDKB-TM
maka suplai tenaga listrik tetap dapat disalurkan. Dengan adanya
pemeliharaan dalam keadaan bertegangan ini, konsumen tidak lagi mengalami
kerugian, produksi tetap berjalan, produktivitas meningkat, quota terpenuhi
dan kontinuitas pelayanan energi listrik menjadi lebih baik. Dari segi ekonomi
energi listrik yang hilang akibat pemadaman dapat terselamatkan dan
perusahaan listrik tidak mengalami kerugian. Perekonomian negara dapat
ditingkatkan dan kualitas SDM akan menjadi lebih baik dan optimal.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keselamatan Kerja Listrik Pada Pemeliharaan Jaringan Distribusi
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang berkaitan dengan
alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan.
Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau
orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya,
baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan. Pada dasarnya keselamatan kerja
listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang
menyediakan, melayani dan menggunakan listrik.
5
Karena ujung tiang biasanya lebih tinggi maka diharapkan sambaran langsung
jarang terjadi, kalau pun terjadi dan tahanan tanah tiang cukup tinggi, bisa flash
over ke konduktor fasa menyebabkan gangguan tanah
- Binatang
Burung, kalong, kodok besar, ular bisa menjadi penyebab gangguan hubung
singkat 1 fasa ketanah, 2 fasa bahkan 3 fasa
- Manusia
Permainan layang-layang dapat menyebabkan kabel jaringan putus.
- Tumbuhan
Tumbuhan yang merambat dan dahan / ranting pohon besar dapat pula menjadi
penyebab gangguan
- Jumper putus
Karena korosi, terjadi pemburukan tahanan kontak jumper konduktor putus jatuh
ketanah
- Isolator retak atau pecah
Apabila terjadi isolator pecah mudah ditemukan namun apabila isolator retak sulit
ditemukan, keduanya dapat menjadi penyebab gangguan.
6
3. Memonitor keseimbangan beban masing-masing fasa, agar konduktor netral
tidak dialiri arus besar, yang bisa membuat masalah
4. Memonitor hot spot konduktor fasa / netral terutama konduktor netral (bila
sampai putus
Kegagalan suatu komponen merupakan akibat dari suatu proses penuaan
material yang berjalan dengan waktu. Proses degradasi ini tidak dapat dihindari,
namun dapat dikendalikan melalui kegiatan pemeliharaan yang tepat. Dewasa ini
dikenal empat model pemeliharaan: breakdown maintenance, pemeliharaan
preventif, pemeliharaan prediktif dan pemeliharaan proaktif.
Dalam filosofi breakdown maintenance, perbaikan dilakukan setelah
mengalami kerusakan. Dalam hal ini kegagalan atau kecelakaan sudah telanjur
terjadi. Korban bukan hanya sekedar materi namun juga nyawa manusia. Biaya
yang diakibatkan cenderung mahal dan bisa berdampak domino pada sektor lain
seperti hilangnya kepercayaan masyarakat. Sedangkan, pemeliharaan secara
preventif mengacu pada penggantian komponen sesuai perkiraan waktu umur.
Strategi seperti ini diperkirakan dapat menghemat biaya sekitar 75%
dibanding breakdown maintenance Namun, model pemeliharaan preventif
memiliki kelemahan karena tidak melihat apakah komponen tersebut masih
berkondisi bagus atau tidak. Atau mungkin saja, kesalahan desain maupun
kesalahan pengoperasian mengakibatkan sebuah komponen mempunyai umur di
bawah perkiraan. Hal ini dapat mengarah pada kecelakaan dini. Oleh karena itulah
dikembangkan pemeliharaan secara prediktif yang didasarkan pada pantauan
suatu kondisi atau kinerja suatu peralatan. Kondisi yang dimonitor bisa saja
vibrasi, temperatur, unjuk kerja, unsur kimia dan lain-lain. Dengan pantauan
secara rutin, kejanggalan suatu kondisi dapat terdeteksi secara dini. Pemeliharaan
secara prediktif dapat menghemat biaya sekitar 60% dibanding pemeliharaan
secara preventif. Sedangkan pemeliharaan proaktif mengacu pada suatu kegiatan
pemeliharaan yang bertujuan mengantisipasi terjadinya kegagalan. Revisi desain
ataupun penambahan komponen dalam rangka memperpanjang umur suatu
peralatan merupakan salah satu contoh dalam kategori pemeliharaan secara
proaktif. Hal ini dapat dilakukan karena fenomena yang dapat merusak peralatan
diketahui secara pasti.
7
2.2 Tujuan K3 Listrik
Tujuan K3 Listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
bahaya sentuhan langsung
bahaya sentuhan tidak langsung
bahaya kebakaran
2.3 Pertolongan Pertama pada Kejut Listrik
Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas karena arus
listrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik
tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MCB lokasi atau
menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabut tusuk kontak dari kotak
kontaknya.Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban dari
kontak listrik dengan menggunakan alat yang berupa isolator.
8
2.4 Dampak Kebakaran Listrik Terhadap Manusia
9
b) Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :
sepatu bot dari bahan karet atau berisolasi dan tidak
diperkenankan dengan kaki telanjang.
Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada
waktu bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik
yang mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi
listrik yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik
lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan
terbuka atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa
keadaan panel tersebut dan segera mengunci.
Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam
kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus
segera diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan
isolator.
Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau
instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat
listrik.
Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pekerja yang tidak terlatih, tidak diperkenankan melakukan pekerjaan
yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam
kondisi untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat aliran listrik
yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau pekerja.
Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah
dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.
10
2.7 Alat Pelindung Diri Keselamatan Kerja listrik
1.Pelindung kepala
11
2.Pelindung mata
3.Pelindung wajah
12
4. Pelindung Tangan
13
5. Pelindung Kaki
6. Pelindung Telinga
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
3.2 Daftar pustaka
http://wahyullahsoppeng.blogspot.com
http://muqayyimah.blogspot.com
https://www.scribd.com/Pemeliharaan-JTR
https://robyandri67.wordpress.com/2015/07/15/pemeliharaan-jaringan-distribusi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Distribusi_tenaga_listrik
https://www.academia.edu
16