Anda di halaman 1dari 18

Laporan

PRAKTIKUM CATU DAYA DAN TEGANGAN MENENGAH

PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN JARINGAN


JTM DAN JTR

Oleh:

FISCHER SIAMPA
421 16 026

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI

Laporan .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1. Sistem Pentanahan .................................................................................... 3

2.2. Fungsi dan Tujuan Sistem Pentanahan ..................................................... 4

2.3. Pengujian Tahan Pentanahan .................................................................... 5

2.4. Metode Pengujian Tahanan Pentanahan (metode fall-of-potential) ......... 7

2.5. Pemilihan Metode Pentanahan ................................................................. 8

2.6. Metode Pentanahan Sistem Distribusi ...................................................... 8

2.7. Komponen Utama Sistem Pentanahan ..................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11

3.1 Pengukuran Tahanan Pembumian .......................................................... 11

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyaluran kebutuhan tenaga listrik tersebut dari produsen listrik ke konsumen


diperlukan suatu jaringan dan gardu distribusi. Pada saat terjadi gangguan, arus
gangguan yang dialirkan ke tanah akan menimbulkan perbedaan tegangan pada
permukaan tanah yang disebabkan karena adanya tahanan tanah.
Sambungan ke tanah diperlukan untuk melindungi peralatan-peralatan
komunikasi dan personal terhadap bahaya petir atau kesalahan pada power sistem
dan juga dapat berfungsi sebagai servis pada suatu sistem. Untuk merencanakan
suatu sistem pentanahan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, antara
lain Tahanan Jenis Tanah, Struktur tanah, keadaan lingkungan, biaya, ukuran dan
bentuk sistemnya.
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi
tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian
bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi
operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan ini
berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus
hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan
yang besar dan berbahaya.

1.2 Tujuan

Setelah melakukan kegiatan praktik pengukuran tahanan pembumian jaringan

JTM dan JTR, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan system pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR

1
2. Mengoperasikan alat ukur pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR

3. Mengukur tahanan pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan
sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat
mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-
komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena itu, sistem
pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik. Pentanahan tidak
terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga sistem peralatan elektronik,
seperti telekomunikasi, komputer, dll. Secara umum, tujuan sistem pentanahan
adalah menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan
normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah, menjamin kerja
peralatan listrik/elektronik, mencegah kerusakan peralatan listrik/elektronik, dan
menyalurkan energi serangan petir ke tanah. Sistem pentanahan yang digunakan
baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem
penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang peralatan
khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang
digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum atau awam
maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan nilai dari
suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk diperhatikan dari
suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem suatu sistem pentanahan tersebut.
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut;
1. Membuat jalur impedansi rendah ke tanah untuk pengamanan personil dan
peralatan, menggunakan rangkaian efektif.
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge currents).
3. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah,
untuk meyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan yang
dilindungi.

3
4. Menggunakan system mekanik yang kuat namun mudah pelayanan.

2.2.Fungsi dan Tujuan Sistem Pentanahan


Fungsi pentanahan adalah untuk mengalirkan arus gangguan kedalam tanah
melalui suatu elektroda pentanahan yang ditanam dalam tanah bila terjadi
gangguan. Disamping itu berfungsi juga sebagai pengaman baik bagi manusia
maupun peralatan dari bahaya listrik. Pentanahan pada peralatan ditiang diperlukan
untuk tujuan :
1. Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir
2. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak
sengaja dengan bagian yang bertegangan.
3. Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi abnormal
Karena itu pemasangan system pembumian harus dilakukan dengan standar
sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan
elektroda yang dilapisi tembaga setebal 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang
dilapisi tembaga setebal 2,5 meter dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk
penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 𝑚𝑚2 dan sampai dengan 2,5
meter dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.
Pada beberapa tiang baton penghantar bumi sudah merupakan komponen dari
tiang dan untuk menubungkannya dengan penghantar bumi diluar tiang beton
digunakan mur baut yang dipasang pada bagian atas dan bawah tiang. Tahanan
pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda, jenis tanah,
dan kedalaman penanaman elekroda. Pada tanah kering yang berbatu tidak mungkin
untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda
3 meter. Walaupun dengan memasang beberapa elektroda. Pada tanah kering yang
berbatu tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya
ditanam 1 batang elektroda 3 meter. Walaupun dengan memasang beberapa
elektroda secara pararel dapat menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi
kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n
jumlah elektroda) seperti diperkirakan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat
memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri.

4
Keuntungan lain dengan cara ini adalah pengaruh musim dapat diperkecil karena
dicpainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa
batang pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah, pipa-pipa
elektroda dapat dipasang secara pararel. Jarak antar elektroda tersebut minimum
harus dua kali panjang elektroda.

2.3.Pengujian Tahan Pentanahan


Sistem pentanahan sangat penting baik dalam sistem tenaga listrik ac maupun
dalam pentanahan peralatan untuk menghindari sengatan listrik bagi manusia,
rusaknya peralatan dan terganggunya pelayanan sistem akibat gangguan tanah.
Untuk menjamin sistem pentanahan memenuhi persyaratan perlu dilakukan
pengujian. Pengujian ini sebenarnya adalah pengukuran tahanan elektroda
pentanahan yang dilakukan setelah dilakukan pemasangan elektroda atau setelah
perbaikan atau secara periodik setiap tahun sekali. Hal ini harus dilakukan untuk
memastikan tahanan pentanahan yang ada karena bekerjanya sistem pengaman arus
lebih akan ditentukan oleh tahanan pentanahan ini.
Alat ukur tahanan pentanahan yang sering di pakai untuk melakukan
pengujain pentanahan disebut Earth Tester atau Ground Tester. Dari yang untuk
beberapa fungsi sampai dengan yang banyak fungsi dan kompleks. Penunjukkan
alat ukur ini ada yang analog ada pula yang digital dan dengan cara pengoperasian
yang mudah serta aman. Untuk lingkungan kerja yang cukup luas, sangat
disarankan untuk memiliki alat semacam ini.

5
Gambar 1 Alat Ukur Earth Tester

Earth tester merupakan alat ukur yang di gunakan untuk mencari besarnya
tahanan tanah sebelum dilakukannya pentanahan sebagai sitem pengaman dalam
instalasi listrik. Earth tester ada 2 macam yakni earth tester analog dan earth tester
digital. Pada pengukuran tahanan tanah ini diperlukan nilai yang presisi karenan
fungsinya sangat fital dalam instalasi listrik, maka dari itu earth tester digital lebih
sering digunakan karena memiliki keakuratan dalam pengukuran. Earth tester
digital ini penampilnya menggunakan digital pada segmen-segmen, sehingga
dengan mudah menyimpan data-data yang terukur (lihat gambar 1).
Perancangan alat ukur tahanan digital ini menggunakan tiga batang
elektroda yang ditanahkan yaitu elektrida E (Earth), Elektroda P (Potensial), dan
Elektroda C (Current). Terminal E dihubungkan dengan terminal ground yang akan
kita ukur, lalu terminal P ditanam membentuk garis laris dari terminal earth plate
(E) sejauh 5 meter dan terminbal C segaris lurus dengan terminal E dan P, jaraknya
5 meter dari terminal P seperti gambar 2.

6
Gambar 2 Skema pemasangan earth tester

2.4.Metode Pengujian Tahanan Pentanahan (metode fall-of-potential)


Metode fall-of-potential merupakan teknik dasar yang secara luas digunakan
untuk pengukuran tahanan pembumian (IEEE Std. 81, !983). Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan tiga titik pengukuran yaitu elektroda pembumian (elektroda
yang diuji), elektroda potensial (probe potensial) dan elektroda arus yang diletakkan
pada posisi yang segaris dengan jarak yang telah ditentukan. Jarak antara probe
potensial dengan elektroda pembumian (LP) adalah sama dengan 0,618 kali jarak
antara elektroda arus dengan elektroda pembumian (LC) atau LP = 0,618 LC.
Meskipun secara teoretis elektrodaelektoda yang diuji dapat ditempatkan segaris
dengan probe potensial dan elektroda arus, namun dalam kenyataannya di lapangan
tidak selalu elektroda-elektroda yang diuji tersebut bisa diletakkan segaris dengan
probe potensial dan elektroda arus. Hal ini disebabkan karena di lapangan selalu
saja ada halangan yang mengakibatkan probe pengujian tidak bisa diletakkan
segaris, seperti adanya bangunanbangunan, batu-batuan, atau pipa metalic pada
titik-titik pengujian. Hal seperti ini juga perlu dilakukan untuk mereduksi pengaruh
kopling induktif di antara kabel-kabel yang digunakan dalam pengukuran yaitu
kabel untuk elektroda arus dan kabel untuk probe potensial (Ma, 2001). Untuk
mengatasinya, salah satu titik pengujian dalam hal ini probe potensial, diletakkan
pada posisi yang tidak segaris dengan elektroda pengujian dan elektroda arus dan
metode seperti ini disebut metode fall-ofpotential alternatif. Studi mengenai
pengukuran tahanan pembumian dengan metode “fall-of-potential” dengan posisi

7
probe-probe yang tidak segaris ini sudah pernah dilakukan oleh Jinxi Ma dan Farid
P. Dawalibi (2002). Studi tersebut dilakukan untuk menentukan lokasi probe
potensial di mana pengukuran yang akurat masih dapat diperoleh (selanjutnya
disebut dengan “lokasi probe eksak”). Studi tersebut juga menghasilkan kurva
untuk menentukan kesalahan pengukuran jika probe potensial ditempatkan pada
lokasi di mana tahanan pembumian yang sebenarnya tidak dapat diukur dengan
tepat. Arus I diinjeksikan di antara elektroda E (elektroda pembumian) dan
elektroda C (elektroda arus). Kemudian diukur tegangan V di antara elektroda E
dan elektroda P (elektroda potensial). Nilai tahanan pembumian adalah sama
dengan V/I.

2.5.Pemilihan Metode Pentanahan


Pemilihan metode pengetanahan tergantung dari : segi praktis, menjaga
kontunitas sistem, memperkecil gangguan yang lebih besar, dan kompromi
keseimbangan antara arus dan tegangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pengetanahan. harus diperhatikan dalam pemilihanmetode
pengetanahan dari suatu sistem tenaga, ialah :

a. Selektivitas dan sensitivitas dari rele gangguan tanah.


b. Pembatasan besar arus gangguan tanah.
c. Tingkat pengamanan terhadap tegangan surja dengan arester.
d. Pembatasan tegangan lebih transien.

2.6.Metode Pentanahan Sistem Distribusi


Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus selalu
diketanahkan karenamenjaga kemungkinan kegagalan sangat besar olehtegangan
lebih transient tinggi yang disebabkan olehbusur tanah (arching ground atau
restriking ground faults). Untuk itu pengetanahan yang sesuai dengan kreteria
adalah :

1. Tahanan Rendah, terutama untuk sistemyang dipakai mensuplai mesin-mesin


berputar, khususnya pemakaian dalam industri.

8
2. Tahanan Tinggi, dengan tahanan tinggi kerusakan karena arus sangat berkurang.
Pengetanahan ini dipilih dengan tujuan :

a. Mencegah pemutusan yang tidak direncanakan

b. Apabila sistem sebelumnya dioperasikan tanpa pengetanahan dan tidak ada


rele tanah yang dipasang.

c. Apabila pembatasan kerusakan karena arus dan tegangan lebih

Pengetanahan Langsung, mempunyai biaya paling rendah dari semua metode


Pengetanahan, untuk sistem distribusi saluran udara (SUTM) dan sistem yang
disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer perlu memberikan
arus gangguan yang cukup untuk melebur pengaman leburnya. Dalam standart
SPLN no. 2 tahun 1978 ditetapkan pengetanahan Jaringan Tegangan Menengah
adalah pengetanahan netral sistem 20 kV beserta pengamannya dengan tahanan.

2.7.Komponen Utama Sistem Pentanahan


Dalam sistem pentanahan komponen komponen utama yang diperlukan antara
lain elektroda pentanahan dan hantaran pentanahan berperan sangat besar Elektroda
Pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan sebagai kontak
langsung dengan tanah yang diusahakan sampai mencapai titik air tanah. Bahan
elektroda pentanahan ialah tembaga atau baja profil digalvanisir atau pipa galvanis,
sedangkan ukuran dan jenis elektroda pentanahan bermacam-macam tergantung
dari lokasi dan metode pentanahannya. Jenis elektroda pentanahan antara lain :

a. Elektroda Batang / pasak yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu (


Cupper Rod /Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8”,atau batang logam baja
profil / pipa galvanis berdiameter 1,5” yang dipancangkan tegak dalam tanah
sedalam 2,75 meter.

b. Elektroda pita ( strip plat ) yang dibentuk lingkaran ditanam minimum 0,5 – 1m
dari permukaan tanah.

c. Elektroda plat ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah.

9
Elektroda jembatan (mesh/grounding bridge) dibuat dari strip plat yang
dirangkai 89 menyerupai jembatan biasanya dipasang dibawah tower transmisi
(Elektroda Jembatan Hantaran pentanahan yaitu hantaran sebagai penyalur arus,
harus jenis penghantar yang baik, kuat secara mekanis dan dilindungi untuk
menjaga kemungkinan gangguan mekanis yang dapat menyebabkan turunnya daya
hantar ataupun terputus. Satu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasangan
sistem pentanahan adalah cara penyambungan/kontak sambung. Penyambungan
harus baik dan benar sehingga memenuhi persyaratan mekanis maupun daya hantar
listriknya, sambungan harus dapat dibuka dalam rangka pengujian besarnya
tahanan pentanahan dan pemeliharaan.

10
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Tahanan Pembumian

Metode pengukuran Metode pengukuran menggunakan alat Earth tester


dengan dua buah elektroda bantu. Adapun metodenya adalah meng- hubungkan
terminal E (warna hijau) ke elektroda utama, dengan menghubungkan terminal P
(warna kuning) ke elektroda pembantu yang pertama dan terminal C (warna merah)
ke elektroda bantu yang ke dua. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan:
1. Cara mengukur grounding dengan earth tester:

a. Siapkan peralatan yang akan digunakan, seperti alt ukur, kabel,

konduktor/stik besi.

b. Kalibrasi jarum pada alat ukur harus dalam posisi nol.

c. Pastikan baterai dari earth tester dalam keadaan “Battery Good”.

d. Pasangkan kabel pada alat ukur. Earth tester mempunyai 3 kabel

diantaranya kabel merah, kuning, dan hijau.

e. Langkah berikutnya hubungkan kabel hijau ke grounding “Arrester”

yang sudah terpasang ke tanah.

f. Selanjutnya tancapkan stik besi ke tanah untuk mengukur resistansi

pentanahan. Arrester dengan dua posisi yaitu posisi sejajar dan segaris

masing pada jarak seperti pada tabel 1. Hubungkan kabel merah serta

kunig ke stik besi.

11
g. Jika semua kabel telah terpasang, lakukan pengukuran dengan menekan

tombol “Test” pada alat ukur. Kemudian catatlah hasil pengukuran yang

telah dilakukan.

h. Lakukan pengukuran dengan posisi sejajar dan posisi segitiga untuk

setiap konduktor yang akan diukur.

i. Ulangi setiap prosedur di atas untuk melakukan pengukuran resistansi

pentanahan yang dilakukan pada Grounding Body trafo.

12
3.2 Hasil Pengukuran
Tabel 1 Data Hasil Pengukuran Tahanan Pembumian

Jarak
Tahanan Pembumian Pengaman (ohm)
Elektroda
No
Sementara Posisi segitiga (45°) Posisi segaris
(m) 1 2 3 1 2 3
1 5 12 12 12 12 12 12
2 10 12 12 12 12 12 12

Untuk mengetahui apakah suatu tahanan pentanahan sesuai dengan

standar, maka diperlukan pengukuran tahanan pentanahan. Pengukuran

yang disebut diatas adalah pengukuran tahanan pentanahan yang bertujuan

mengetahui besarnya tahanan pentanahan dari beberapa kondisi tanah. Pada

pengujian atau pengukuran ini dilakukan dengan mengubah-ubah posisi

konduktor yang terhubung dengan kabel merah dan kuning berdasarkan

sudut yang diinginkan. Pengukuran dilakukan pada elektroda dengan alat

ukur EARTH TESTER. Dalam perencanaan pengtanahan hal yang harus

diperhatikan adalah jenis tanah. Idealnya nilai resistansi pentanahan adalah

nol Ohm (0 Ohm), karena untuk mendapatkan nol Ohm (0 Ohm) sulit maka

dibuatlah standar besar tahanan pentanahan. Nilai standar mengacu pada

Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL 2000 yaitu kurang dari atau

sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm

merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan

pembumian (grounding) yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada

pada range 0 ohm – 5 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian

/ grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem dan instalasi yang

terdapat pembumian (grounding) di dalamnya.

13
Gambar 1 Standar Nilai Resistans Pembumian - PUIL 2000

Berdasarkan tabel 1 hasil pengujian tahanan sistem pembumian

transformator yang telah dilakukan tidak sesuai dengan standar yang

berlaku. Adapun hal yang mempengaruhi tahanan pentahanan yaitu tanah

ini kering atau gersang atau bahkan berkerikil sehingga kandungan air

dalam tanah kurang dan konduktivitas dari tanah menjadi semakin buruk.

Selain itu faktor lain yang bisa mempengaruhi buruknya tahanan

pentanahan yaitu tekstrur tanah yang berpasir akan sulit untuk mendapatkan

tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan

mudah hanyut dan tanah mudah kering.

14
BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran pentanahan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa


1. Pengukuran earth tester dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi tanah

yang akan dijadikan titik dimana system grounding akan dipasang.

2. Hasil pengukuran tahanan pembumian belum memenuhi standar dikarenakan

kondisi tanah yang kurang baik sehingga konduktivitas tanah menjadi semakin

buruk.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Hartanto, Sony A. (2017). Transformator. Diakses tanggal 23 Oktober 2019

https://docplayer.info/54958914-Transformator-adalah-suatu-alat-listrik-

yang-dapat-memindahkan-dan-mengubah-energi-listrik-dari-satu.html

Buku PLN

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan

16

Anda mungkin juga menyukai