Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KELOMPOK

ANALISIS SWOT RUANG TIM MEDIS EMERGENCY


Mata Kuliah Aplikasi Keperawatan Gadar dan Bencana
Dosen : Syahirul Alim, S.Kp., M.Sc., Ph.D

Disusun oleh:
Herlin Lidya 18/433
Saharuddin 18/433637/PKU/17550
Sutrisno 18/433647/PKU/17560

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019

A. Latar Belakang
early warning score (EWS) merupakan contoh prognostik model prediksi
biasanya memperediksi kematian pengamatan pada saat masuk ke rumah sakit. Pasien
yang dirawat di rumah sakit sering terpapar bahaya yang dapat dihindari dan tren yang
merugikan dalam pengamatan klinis sering terlewatkan atau disalahartikan, sementara
kekurangan dalam manajemen mencerminkan organisasi yang buruk, penghargaan atas
urgensi atau kurangnya pengawasan.(Hodgson et al., 2017).
Sistem Early Warning Score (EWS) telah dikembangkan guna mendeteksi adanya
kemunduran klinis pada pasien di rumah sakit. EWS dapat berupa parameter tunggal atau
banyak parameter tetapi sering kali berupa skor gabungan tingkat keparahan variabel
fisiologis seperti tekanan darah sistolik (SBP), denyut jantung (SDM), denyut jantung
(HR), laju pernapasan (RR) dan saturasi oksigen (SpO2) (Callaway et al., 2015). Sistem
EWS yang lebih sederhana dapat membantu mengurangi risiko kesalahan, serta
meningkatkan kepatuhan dokter terhadap alat ini. Dalam banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa National Early Warning Score (NEWS) memiliki hasil yang baik
dalam memonitor perburukan pasien di bangsal bedah dan rumah sakit (Jarvis et al.,
2015).
Di rumah sakit sering kali ditemukan pasien yang mengalami henti jantung atau
bahkan kematian. Namun, sebelum terjadi hal tersebut, kita bisa menemukan adanya
tanda-tanda kemunduran fisiologis beberapa jam sebelumnya (Luís & Nunes, 2018).
Dalam beberapa penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemunduran klinis yang
terjadi pada pasien sering didahului dengan perubahan tanda vital 6 hingga 24 jam
sebelum memburuk, dan menjadi hal yang sering tidak dilaporkan. Dalam upaya untuk
mencegah efek samping ini, berbagai skor peringatan dini telah dikembangkan dan
digunakan dalam pengaturan yang berbeda untuk mendeteksi pasien mana yang berisiko
mengalami perburukan (Nannan Panday, Minderhoud, Alam, & Nanayakkara, 2017).
Pentingnya deteksi dini ini telah mengaktifkan respons medis di rumah sakit, dan
telah mendorong pelayanan kesehatan di Kanada, Australia dan Inggris untuk
menerapkan sistem Skor peringatan dini (Early Warning Score). Gagasan Early
warning Scores telah dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini, ada
beberapa macam variasi chart yang ada, diantaranya NEWS (National Early Warning
Scores), MEOWS (Modified Early Obstetric Warning Scores),dan PEWS (pediatrick
Warning Scores). Namun meskipun ada banyak jenis sistem seperti itu,fungsi umum
EWS sebagai alat samping tempat tidur untuk menilai parameter fisiologis dasardan
untuk mengidentifikasi pasien 'risiko' atau sakit kritis terkait dengan aktivasi protokol tim
medis atau team raksi cepat.
Pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif merupakan awal meningkatkan
kelangsungan hidup pasien. Pasien sakit kritis harus diidentifikasi, sehingga pengobatan
yang relevan dapat dimulai tanpa penundaan. Sistem triase berbeda telah divalidasi untuk
digunakan di bagian gawat darurat dan unit akut masuk. Deteksi dini,ketepatan waktu
dan kompetensi dalam respon klinis merupakan triad faktor penentu dari
Clinical outcomes yang baik dalam pelayanan gawat darurat.
Alur Deteksi Perburukan pasien Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan
pelayanan profesional keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berada
dalam kondisi urgent dan kritis. Penanganan yang cepat dan tepat dapat
meminimalisir akan kejadian kompikasi dan kematian.Perawat sebagai pelaksana
petugas yang pertama dalam respon time ‘in-hospital’. Harus menghindari
keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
Di rumah sakit banyak permasalahan dalam berbagai kasus dan dapat di Analisis
SWOT guna untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan dan SWOT seringkali kita
temukan dalam ruang lingkup yang bertujuan untuk menggambarkan situasi dan kondisi
yang sedang dihadapi dapat memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Analisis SWOT bertujuan untuk membuat kerangka situasi dan sudut pandang SWOT
( strength, Weaknesses, Opportunies, Threats).

B. Tujuan
Untuk menganalisis dan evaluasi permasalahan di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta.

C. Pembahasan
Analisis SWOT Ruang Tim Medis Emergency)

Dalam laporan ini akan dijabarkan hasil analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, dan Threat) ruang TME IGD Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta yang dilakukan
pada bulan November 2019

1. Kekuatan (Strengths)

a. Aspek Pelayanan

 Pelayanan pasien kegawatan ( penurunan kondisi) dan pasien code blue selama 24
jam oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.
 Cakupan pelayanan pasien sesuai indikasi seluruh rumah sakit.
 Pelayanan cepat dengan respon time kurang dari 10 menit .
 Kemampuan tim yang baik dalam berkerjasama antar sejawat, profesi lain dalam
rumah sakit untuk memberikan pelayanan maksimal pada pasien.
 Adanya akses penuh ke seluruh bangsal rumah sakit dan seluruh pengunjung
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kegawatan.

b. Aspek SDM

 Total jumlah SDM di ruang TM 9 orang dengan 2 orang perawat tiap shift.
 Perawat yang berkompeten yang telah mendapatkan pelatihan –pelatihan
tambahan yang menunjang pekerjaan di ruang resusitasi ( BLS, ACLS, ALTEM
dll)
 Adanya dokter residen yang menjadi tim TME dan selalu ikut merespon ketika
ada panggilan kegawatan.
 Tingkat pendidikan perawat TME : D3 keperawatan 4 orang dan S1 keperawatan
ada 5 orang

c. Aspek Sumber Keuangan

 Sumber keuangan untuk operasional sepenuhnya dari RS, kecuali untuk gaji
pegawai PNS didapatkan dari pemerintah, ada 5 orang staf perawat non PNS di
TME
 Mendapatkan sumber pemasukan dari pelayanan RS baik dari pasien umum
ataupun kerjasama yang kemudian dikelola rumah sakit yang berperan untuk
keberlangsungan operasional RS.

d. Aspek sarana dan Prasarana

 Merupakan rumah sakit tipe A yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat
memadai termasuk fasilitas di bangsal yang mendukung kerja tim TME
 Ruang TME merupakan ruang tersendiri dan terpisah dari ruangan lain sehingga
petugas bisa maksimal dan punya otoritas terhadap ruang kerja.
 Memiliki line telp khusus untuk panggilan kegawatan medis/Code blue (6666)
 Memiliki responder bag sebagai tempat obat dan alat alat medis saat merespon
pasien.
 Memiliki defibrillator yang dapat digunakan ketika merespon pasien/ pengunjung
RS di luar bangsal.
 Memiliki kesempatan untuk pengadaan peralatan/barang sesuai kebutuhan
ruangan yang diatur dalam ketentuan rumah sakit

2. Kelemahan (Weakneses)

a. Aspek Pelayanan

 Beberapa pelayanan masih ada yang dilaksanakan dibawah standar yang ada
karena belum sesuai dengan SOP Pelayanan
 Sistem pelayanan rumah sakit masih belum berjalan dengan baik seperti yang
diharapkan
 Jika Terjadi kejadian emergency 2 pasien akan ada 1 pasien tidak tertangani karna
SDM masing kurang.

b. Aspek SDM

 SDM yang ada masih belum semuanya bisa memenuhi standar kepegawaian dan
menjadikan standar tersebut sebagai budaya kerja.
 Keterbatasan dokter spesialis yang ada membuat pelayanan belum maksimal
dilakukan.
 Kualitas kompetensi pelayanan pada tingkat pelaksana belum memenuhi standar
yang ada.

c. Aspek Sumber Keuangan

 Alokasi dari hasil perolehan pelayanan masyarakat umum belum maksimal


terdistribusikannya
 Anggaran yang ada masih terpusat berdasarkan skala prioritas.

d. Aspek sarana dan Prasarana

 Masih minimnya untuk ruang pelayanan yang dimiliki.


 Pemeliharaan sarana dan prasarana masih belum optimal seperti yang diharapkan.

Lingkungan Eksternal

3. Peluang (Opportunities)
a. Aspek Pelayanan

 Rumah sakit Dr.Sardjito sebagai rumah sakit pusat rujukan dan sebagai badan
layanan umum (BLU).
 Meningkatnya kepercayaan dari masyarakat dengan ditunjukkanya peningkatan
layanan dan kepuasan pasien dengan nilai 84,65 dengan predikat B.
 Lokasi yang mudah dicapai yang berada di tengah kota Yogyakarta
 Meningkatkan kerjasama dengan BPJS, Pemerintah dan juga pihak swasta untuk
menambah meningkatkan pelayanan rumah sakit yang nantinya akan
memperbaiki layanan rumah sakit.

b. Aspek SDM

 Tersedianya sumber daya manusia untuk dijadikan pegawai di rumah sakit


menilai kebutuhan rumah sakit terhadap tenaga kerja nantinya meningkat.
 Optimisme SDM akan terpenuhi dilihat Tim Mutu RS.sarjito Mengadakan
pelatihan wajib untuk perawat dan dokter dan tenaga lainnya dilihat dari program
kerja dan evaluasi setiap ruangan di Rumah Sakit Sarjito.

c. Aspek Sumber Keuangan

 Mencari kerjasama dengan pihak ketiga sebagai upaya peningkatan pelayanan


rumah sakit, baik kerjasama yang langsung berhubungan dengan pelayanan utama
atau pun layanan penunjang.
 Rumah Sakit Sarjito mengadakan Pelatihan, workshop maupun seminar guna
kebutuhan perawat medis mamupun tenaga lainnya.

d. Aspek sarana dan Prasarana

 Adanya dukungan dari pemerintah merupakan berita baik untuk rumah sakit
karena dapat melakukan pembangunan untuk menunjang pelayanan yang ada.
 Rumah Sakit setiap tahunnya melakukan pembangunan guna menunjang
pelayanan yang ada.

Referensi
Hodgson, L. E., Dimitrov, B. D., Congleton, J., Venn, R., Forni, L. G., & Roderick, P. J. (2017).
A validation of the National Early Warning Score to predict outcome in patients with COPD
exacerbation, 23–30. https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-2016-208436
Jarvis, S., Kovacs, C., Briggs, J., Meredith, P., Schmidt, P. E., Featherstone, P. I., … Smith, G. B.
(2015). Aggregate National Early Warning Score (NEWS) values are more important than
high scores for a single vital signs parameter for discriminating the risk of adverse
outcomes. Resuscitation, 87, 75–80. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2014.11.014.
Nannan Panday, R. S., Minderhoud, T. C., Alam, N., & Nanayakkara, P. W. B. (2017). Prognostic
value of early warning scores in the emergency department (ED) and acute medical unit
(AMU): A narrative review. European Journal of Internal Medicine, 45, 20–31.
https://doi.org/10.1016/j.ejim.2017.09.027

Anda mungkin juga menyukai